No 64 Hal 46
1. Seorang lelaki berusia 55 tahun datang berobat ke poliklinik dengan
keluhan sesak napas sejak 2 minggu sebelum berobat. Pasien juga
mengeluh batuk-batuk dengan dahak yang kadang-kadang bercampur
sedikit darah serta nyeri pada dada kanan. Pasien merokok 1 bungkus
sehari sejak 30 tahun yang lalu. Pemeriksaan fisis paru didapatkan perkusi
paru kanan redup, bunyi napas menurun, dan pada foto toraks didapatkan
gambaran radio-opak pada hemitoraks kanan disertai pergeseran trakea
dan jantung ke arah kanan. Masalah pada pasien ini adalah:
a. Massa paru kanan
b. Efusi pleura kanan
c. Empiema paru kanan
d. Atelektasis paru kanan
e. Pneumonia lobaris kanan
Hal 50 no 91
2. Seorang lelaki berusia 48 tahun berprofesi sebagai tukang ojek datang ke
IGD dengan keluhan sesak napas sejak 3 hari SMRS. Terdapat batuk
berdahak kekuningan, badan panas tidak menggigil. Pasien pernah
mendapat terapi TB paru, +4 tahun lalu dan dinyatakan sembuh. Pada
pemeriksaan fisis kesadaran composmentis, TD 130/80 mmHg, frekuensi
napas 28x/menit, suhu 38,3C. Hemitoraks kanan suara napas bronkial di
parahilus kanan terdapat ronki basah nyaring, Hb 13,0 gr/dL, lekosit
12.400/uL, SO2 91% dengan menggunakan nasal kanul 3 liter/menit.
Diagnosis kerja pada penderita ini adalah :
a. Pneumoni
b. Bronkhitis kronik
c. Atelektasis paru kanan
d. Bronkiektasis terinfeksi
e. TB paru tersangka aktif yang relaps
Hal 54 No 7
3. Seorang lelaki berusia 40 tahun, datang berobat ke poliklinik dengan
riwayat batuk kronik sejak 1 bulan sebelum berobat. Batuk dengan dahak
yang biasanya berwarna kuning dan kadang-kadang kehijauan. Tidak ada
riwayat mengi, asma, gagal jantung kongestif dan penyakit refluks
gastroesofageal. Pasien merokok selama 15 tahun sebanyak 1
bungkus/hari. Pada pemeriksaan paru didapatkan ronki basah kasar
nyaring pada basal paru kanan. Hasil rontgen toraks didapatkan gambaran
menyerupai sarang tawon pada paru kanan bawah disertai bercak-bercak
infiltrat di sekitarnya. Hasil spirometri FEV1 80%; FVC 88%.
Berdasarkan data di atas, kemungkinan diagnosis pada pasien adalah :
a. Emfisema paru
b. Asma bronkial
c. Bronkitis kronis
d. Bronkopneumonia
e. Bronkiektasis terinfeksi
Hal 58 No 18
4. Seorang lelaki berusia 50 tahun menderita penyakit diabetes melitus tipe
2, datang berobat ke poliklinik dengan keluhan batuk sejak 4 hari yang lalu
disertai sesak napas. Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan
bronkovesikuler pada paru kanan bawah diserta ronki basah nyaring. Pada
foto toraks didapatkan bercak-berak infiltrat inhomogen pada paru kanan
bawah. Mikroorganisme penyebab infeksi tersering pada kasus pasien
tersebut adalah :
a. Bakteriodes sp
b. Enterobacteriaceae
c. Staphylococcus aureus
d. Mycoplasma pneumonia
e. Streptococcus pneumonia
Hal 63 No 35
5. Seorang perempuan berusia 66 tahun, datang berobat dengan keluhan
sesak napas yang makin lama makin memberat sejak 4 minggu lalu,
disertai rasa tidak nyaman pada dada kanan. 30 tahun yang lalu, ia pernah
mendapatkan kemoterapi karena Limfoma Hodgkin. Pasien tidak pernah
merokok. Pada pemeriksaan fisik didapatkan redup di sela iga 3 dada
kanan; vesikuler menurun dada kanan; ronki di paru kanan; wheezing tidak
ada. Pemeriksaan payudara dalam batas normal. Foto toraks menunjukkan
efusi pleura kanan. Pada pungsi pleura, keluar cairan pleura serohemoragik
dengan protein 45 g/L. Hasil sitologi cairan pleura : beberapa sel atipik dan
limfosit. Hasil USG abdomen dalam batas normal.
Penyebab efusi pleura yang paling mungkin pada pasien ini adalah :
a. Ca mammae
b. Mesothelioma
c. Sindroma Meigs
d. Limfoma Hodgkin
e. Adenocarsinoma paru
Halaman 85, no. 98
6. Seorang perempuan berusia 33 tahun datang berobat ke poliklinik dengan
keluhan batuk berdahak sejak 3 minggu sebelum berobat. Kadangkala,
pasien sesak napas disertai napas berbunyi. Demam didptkan pd awal
timbulnya keluhan sesak napas, ttp saat ini tdk ada. Pasien tidak merokok,
ttp suami pasien perokok aktif. Pada pemfis paru didptkn suara napas
vesikuler, terdapat ronkhi dibasal paru bilateral disertai wheezing +/+.
Pemeriksaan foto thorax didptkan fibroinfiltrat dibasal ke-2 paru.
Pemeriksaan penunjang utama yang perlu dilakukan pada pasien ini
adalah :
A. spirometri
B. analisis gas darah
C. spirometri pasca terapi inhalasi
D. Pemeriksaan darah perifer lengkap dan procalsitonin
E. Pemeriksaan gram, kultur microorganisme dan resistensi obat
Halaman 84, no.4
7. Seorang perempuan 56 thn, berobat ke poliklinik dengan
keluhan sering merasa lelah dan sesak,disertai batuk produktif
setiap pagi hari. Terdapat riw. merokok 6 pack/minggu sejak
usia remaja. Hasil spirometri yang paling mungkin terjadi
pada pasien ini adalah :
a. FVC menurun
b. FEV1 menurun
c. FVC normal atau sedikit meningkat
d. FEV1 normal atau sedikit meningkat
e. FEV1/FVC menurun < 0,7
Halaman 97, no.31
8. Seorang laki-laki, 72 thn, berobat dengan keluhan batuk darah beberapa
bulan terakhir yang hilang timbul. Pasien tidak demam namun BB turun 8
kg selama 4 bulan terakhir. Suara serak dan sulit menelan sejak 2 minggu.
Terdapat riw.merokok 2 bungkus/hari selama 50 thn. Pada pemfis terdapat
mengi di ke-2 lapangan paru, jari tabuh pada kaki dan tangan; tidak ada
pembesaran kelenjar limfe. Hasil foto thorax didapatkan pembesaran hilus
paru kiri.
Diagnosis yang tepat untuk kasus di atas adalah :
a. Tumor paru
b. Bronkhiectasis
c. Sindrom Vena Cava Sup
d. Pneumonia dengan bronchospasme
e. PPOK
Halaman 98, no.33
9. Pria 20 thn datang ke UGD dengan sesak napas memberat sejak 1
jam lalu. Sejak 3 hari pasien batuk dan demam. Sesak sudah
dirasakan sejak kemarin, namun masih membaik jika pasien
menggunakan obat salbutamol inhaler. Pasien menderita asma
sejak kecil. Pada pemeriksaan fisis pasien tampak gelisah, ttv
130/80 mmHg, nadi 125x/menit, isi cukup. Napas 30x/menit. Pada
pemfis wheezing di ke-2 lapangan paru.
Salah satu bagian tatalaksana bagi pasien saat di UGD adalah :
a. Diberikan aminofilin IV
b. Diberikan kortikosteroid IV
c. Diberikan inhalasi B2 agonis kerja panjang tiap 4 jam
d. Diberikan inhalasi B2 agonis kerja panjang tiap 20 menit sampai
3x
e. Diberikan inhalasi B2 agonis kerja panjang tiap 8 jam dan
kortikosteroid tiap 12 jam
Halaman 100, no 38
10. Perempuan obesitas 42 tahun, masuk ICU setelah operasi gastric-bypass.
Pasien menggunakan ventilator mekanik continue pada H+1 dan pada H+2
di ekstubasi dengan pemberian oksigen mask 40%. 2 hari kemudian,
pasien mengeluh sesak napas. Pasien memiliki riw. Hipertensi, DM dan
obstruksi sleep apnea. Pasien menyangkal merokok, minum alkohol atau
menggunakan narkoba. Pasien tidur dengan posisi semi fowlers tampak
lemah; suhu 38,9o;napas 32x/menit; nadi 124x/menit, TD 150/90 mmhg;
trakea di tengah, tidak ada striktur, bising karotis dan limfadenopati; dada
simetris, fremitus melemah, perkusi redup, suara napas vesikuler
melemah dan ronki basah halus di akhir inspirasi pada paru bagian
posterior bawah; tidak didapatkan suara gallop, bising jantung dan jari
tabuh pada elstremitas. Kondisi klinis yang menyebabkan keluhan sesak
napas akut pada pasien ini adalah :
a. Edema paru d. Atelektasis paru
b. Pneumonia e. ARDS
c. Emboli paru
Halaman 66 no.43
1. Seorang laki-laki berusia 67 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak memberat sejak
seminggu disertai batuk berdahak warna kuning. Pasien mulai ada keluhan sesak
disertai bunyi “ngik-ngik” sejak 5 tahun lalu dan makin sering timbul sejak bulan ini.
Pasien mempunyai riwayat merokok sejak usia muda dan baru berhenti 5 tahun ini.
Selama ini keluhan sesak mereda dengan menggunakan obat semprot yang diberikan
oleh dokter, namun keluhan seminggu terakhir tidak mereda meski sudah
menggunakan obat semprot tersebut. Pada pemeriksaan fisik didapatkan bentuk dada
barrel chest, wheezing pada seluruh lapangan paru. Hasil AGD: pH 7,32; pO2 62 mmHg;
pCO2 60 mmHg; HCO3 30 mEq/L; BE +4; SO2 96%. Tatalaksana medikamentosa paling
tepat pada pasien ini adalah :
A. Injeksi steroid, mukolitik/expectorant, inhalasi dengan anti kolinergik dan SABA
B. Antibiotik, golongan xantin, inhalasi dengan steroid, anti kolinergik dan LABA
C. Antibiotik, injeksi steroid, inhalasi dengan LABA, mukolitik/expectorant, golongan
xantin
D. Antibiotik, injeksi steroid, inhalasi dengan anti kolinergik dan SABA,
mukolitik/expectorant, golongan xantin
E. Antiobiotik, inhalasi dengan steroid, anti kolinergik dan LABA, golongan xantin,
mukolitik/expectorant, injeksi steroid
Halaman 70 no.56
12. Seorang lelaki berusia 56 tahun diantar keluarganya ke IGD dengan keluhan sesak
napas. Sesak tidak dipengaruhi udara dingin, namun pasien merasa lebih nyaman
pada posisi duduk. Pasien mempunyai riwayat diabetes mellitus. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan napas cepat dan dalam, pemeriksaan paru dalam
batas normal. Pemeriksaan laboratorium: Hb 10,2 g/dL; Ht 31,5%; leukosit
13.000/uL; trombosit 445.000/uL; Na serum 135 mEq/L; K serum 3,61 mEq/L; Cl
serum 98,6 mEq/L; ureum 120 mg/dL; kreatinin 3,7 mg/dL; AGD: pH 7,224; pCO2
28,3 mmHg; pO2 99,6 mmHg; HCO3 16,4 mEq/L; SO2 99%. Patofisiologi gangguan
asam basa pada pasien ini adalah :
A. Retensi CO2 pada paru
B. Gangguan ekskresi asam pada ginjal
C. Produksi asam laktat yang berlebihan pada tubuh
D. Peningkatan ekskresi bikarbonat pada tubulus ginjal
E. Gangguan reabsorbsi bikarbonat pada tubulus ginjal
Halaman 73 no.65
13. Seorang lelaki berusia 45 tahun, 3 tahun lalu diketahui terinfeksi HIV dan mendapatkan
terapi anti retroviral. Berat badan menurun 10 kg selama 2 bulan terakhir dan terdapat
penurunan progresif jumlah limfosit CD4 sampai 97/mm3. Satu minggu sebelum
berobat ke IGD, pasien mengeluh sesak nafas, terdapat batuk namun tidak produktif.
Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sesak, suhu 37,2˚C; frekuensi nadi 112x/menit;
laju pernafasan 30x/menit; tekanan darah 130/80 mmHg; tampak plaque warna putih
pada lidah dan palatum yang melekat pada mukosa; pada auskultasi didapatkan bunyi
napas bronkovesikuler dan ronkhi basah halus nyaring pada kedua lapangan paru. Pada
foto thoraks didapatkan gambaran infiltrat retikuler pada kedua lapangan paru.
Berdasarkan data di atas kemungkinan penyebab infeksi opotunistik pada pasien
adalah:
A. Cytomegalovirus
B. Pneumocystic jirovecii
C. Mycoplasma pneumonia
D. Cryptococcus neoformans
E. Mycobacterium avium complex
Halaman 79 no.82
14. Seorang lelaki berusia 45 tahun datang berobat ke poliklinik dengan keluhan
utama sering mengalami sesak napas terutama bila melakukan aktivitas. Pasien
juga mengeluh sering mengantuk pada saat bekerja di kantor. Istri pasien juga
mengeluh suaminya sering mengorok jika tidur malam sejak menikah. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan BB 95 kg; TB 165 cm; tanda vital dalam batas
normal. Pemeriksaan THT tidak didapatkan kelainan. Pada pemeriksaan fisik paru
didapatkan bising nafas vesikuler, tidak ada ronkhi dan tidak ada wheezing.
Terapi yang diperlukan pada pasien ini adalah :
A. Pemakaian ambulatory ventilator
B. Inhalasi dengan β2 agonis + anti kolinergik
C. Pemberian oksigen 2 liter/menit intermitten
D. Penggunaan continouos Positive Airway Pressure (CPAP)
E. Penggunaan ambulatory ventilator pasca pemeriksaan poli somnografi
Halaman 81 no.89