0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
143 tayangan25 halaman
Penyakit kusta tipe multibasiler disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis seperti lesi kulit yang anastesi, penebalan saraf perifer, dan hasil pemeriksaan bakteriologis positif. Penyakit ini dibedakan menjadi multibasiler dan pausibasiler, dimana multibasiler memiliki lebih dari lima lesi kulit yang simetris beserta kerusakan saraf perifer. Pengob
Deskripsi Asli:
penjelasan singkat mengenai morbus hansen tipe multi basiler
Penyakit kusta tipe multibasiler disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis seperti lesi kulit yang anastesi, penebalan saraf perifer, dan hasil pemeriksaan bakteriologis positif. Penyakit ini dibedakan menjadi multibasiler dan pausibasiler, dimana multibasiler memiliki lebih dari lima lesi kulit yang simetris beserta kerusakan saraf perifer. Pengob
Penyakit kusta tipe multibasiler disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis seperti lesi kulit yang anastesi, penebalan saraf perifer, dan hasil pemeriksaan bakteriologis positif. Penyakit ini dibedakan menjadi multibasiler dan pausibasiler, dimana multibasiler memiliki lebih dari lima lesi kulit yang simetris beserta kerusakan saraf perifer. Pengob
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
BAB I PENDAHULUAN Penyakit kusta penyakit kronis, karena infeksi Mycobacterium leprae Penyakit kusta dapat diobati dg multi drug therapy
Latar belakang tenaga medis pelayanan primer tahu gejala klinis untuk menegakkan diagnosis meminimalkan kecacatan pada pasien tujuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Kusta penyakit kronis yang menular Penyebab Mycobacterium leprae
Epidemiologi Penularan kontak antara kulit ke kulit sekret penderita Endemis iklim tropis Asia Tenggara, Amerika, Afrika, Pasifik Timur, dan Mediterania Barat Negara berkembang, sosial ekonomi rendah prevalensi 3 bulan pertama tahun 2013 terdapat 189.018 kasus, sedangkan angka kasus baru selama 2012 mencapai 232.867
Etiologi Didapat dari m. Leprae hidup dalam sel Schwann saraf tepi & intraseluler makrofag, yang bersifat tahan asam Masa tunas mycobacterium leprae rata2 : rata- rata 3-5 th Gambar mycobacterium leprae Patogenesis Mycobacterium leprae Ke tubuh memicu proses kekebalan tubuh imunitas kuat akan mampu melokalisir kuman basil dlm jumlah sdikit bermanifestasi sebagai PB pasien dg imunitas rendah menyebabkan banyak basil yang hidup dan bermanifestasi sebagai multibasiler Klinis Lesi kulit yang anastesi Penebalan saraf perifer bakteriologis positif TRIAS KUSTA Tabel pedoman utama dalam menentukan klasifikasi penyakit kusta menurut WHO 1982 Tabel zona spectrum kusta menurut macam klasifikasi Multibasiler: mengandung banyak basil yang termasuk adalah tipe LL,BL,BB
Pausibasiler: sedikit basil yang termasuk adalah tipe TT, BT, L 3
Klasifikasi Zona spectrum kusta Ridleybdan Jopling TT BT BB BL LL Madrid Tuberkuloid Borderline Lepromatosa WHO Pausibasiler (PB) Multibasiler (MB) Puskesmas PB MB Diagnosis Gambaran klinis (kulit dan saraf) bakterioskopis histopatologis Pemeriksaan fisik: kulit dan saraf Pemeriksaan bakteriologi
Tanggal pemeriksaan Lokasi Hasil Positif Negative Cuping telinga - Kanan - kiri Tanda dikulit Kesimpulan dan hasil pemeriksaan Tanda cardinal yang ditemukan Jumlah bercak keputihan 1-5 >6 penebalan saraf tepi dengan gangguan fungsi 0-1 >2 BTA negatif positif Kesimpulan Pmeriksaan (Lingkari sesuai klasifikasi yang sesuai) PB MB
Lesi >5 distribusi simetris hilangnya sensasi kurang jelas kerusakan saraf banyak Saraf perifer yang terkena yaitu N. fascialis, N. auricularis magnus, N. radialis, N.ulnaris, N.medianus, N. politea lateralis, N.tibialis posterior Kusta multi basiler Gambaran klinis bakteriologik dan imunologik kusta multibasiler (MB) Sifat Lepromatosa (LL) Borderline lepromatosa (BL) Mid borderline (BB) LESI Bentuk Macula,infiltrate difuse, papul,noduse Macula, plakat, papula Plakat,bentuk kubah,bentuk punched-out Jumlah Tidak terhitung, tidak ada Sukar dihitung, masih ada kulit sehat Dapat dihitung, kulit sehat ada Distribusi Simetris Hampir simetris Asimetris Permukaan Halus berkilat Halus brkilat Agak kasar agak berkilat Batas Tidakjelas Agak jelas Agak jelas Anesthesia Tidak helas Tidak jelas Lebih jelas BTA Lesi kulit banyak banyak Agak banyak Secret hdung Banyak negatif negatif tes lepromin negatif negatif negatif Reaksi Kusta
Interupsi dg episode akut pada perjalanan penyakit ng sangat kronik Macam-macamnya ada 3: E.N.L ( eritema nodusum leprosum) Reaksi reversal Fenomena lucio
Pengobatan Pencegahan kecacatan Penegakan diagnosis dini Pengobatan MDT cepat tepat Kenali gejala dan tanda reaksi kusta Jika ada gangguan saraf segera beri kortikosteroid Jika ada gangguan sensibilitas berikan perlindungan Ajarkan cara perawatan kulit
Tabel klasifikasi cacat Cacat pada tangan dan kaki Tingkat 0 : tidak ada gangguan sensibilitas,tidak ada kerusakan atau deformitas yang terlihat Tingkat 1 : ada gangguan sensibilitas,tanpa deformitas yang tampak Tingkat 2 : terdapat kerusakan Cacat pada mata Tingkat 0 : tidak ada gangguan pada mata dan tidak ada gangguan penglihatan Tingkat 1: ada gangguan pada mata tapi tidak berat, dapat menghitung jari pada jarak 6 meter Tingkat 2 : gangguan penglihatan berat tida dapat menghitung jari pada jarak 6 meter. BAB III PENUTUP kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Leprae Trias kusta untuk menegakan diagnosis terdapat 3 macamyaitu Lesi kulit yang anastesi,Penebalan saraf perifer, Ditemukan bakteriologis positif (M.leprae). Penyakit kusta terbagi atas multibasiler (tipe LL, BL, BB) dan pausi basiler (L, TT, BT) MB secara klinis lesi lebih dari 5,distribusi simetris, hilangnya sensasi kurang jelas dan banyak cabang saraf yang mengalamikerusakan. Cara diagnosis didapatkan dari gambaran klinis, bakterioskopis dan histopatologis. Pengobatan dg MDT ( rifampisin, dapson, clofazimine) selama 12 bulan DAFTAR PUSTAKA Bagaimana mengenali dan menatalaksa reaksi lepra.. The International Federation of Anti- Leprosy Associations (ILEP) 234 Blythe Road London W14 OHJ Britania Raya World Health Organization (WHO), 2014. Leprosy Today. http://www.who.int/lep/en/ Lastria, JC., Morgado de Abreu, MAM. Leprosy: a review of laboratory and therapeutic aspects - Part 2. An Bras Dermatol.2014;89(3):389-403. Kosasih et al., 2009. Kusta dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Djuanda, Adhi. Jakarta: FKUI Widoyono, 2008. Penyakit Tropis: Epidemiologi Penularan, Pencegahan Dan Pemberantasan. Jakarta : Erlangga Lastria, JC., Morgado de Abreu, MAM. Leprosy: review of the epidemiological, clinical, and etiopathogenic aspects - Part 1. An Bras Dermatol.2014;89(2):205-18. Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : hipokrates Hansens Disease (Leprosy). 2004. Infectious Disease Epidemiology Section Office Of Public Health, Ouisiana Dept Of Health & Hospitals www.oph.dhh.state.la.us Roberta O.P., Jorgenilce de S.S., Euzenir N.S., and Elizabeth P.S. Mycobacterium lepraehost- cell interactions and genetic determinants in leprosy: an overview. NIH Public Access. Future Microbiol. 2011 February ; 6(2): 217230 World Health Organization (WHO). 2000. Guide to as a Public Health Problem Eliminate Leprosy. www.who.int/leplimination terimakasih