Anda di halaman 1dari 15

Antibiotics as Part of the

Management of Severe Acute


Malnutrition
Anindita Tathya
Pendahuluan

Malnutrisi Akut Berat menyebabkan kematian pada


anak sebanyak 1 juta per tahun

Penambahan antibiotik secara rutin ke dalam


terapi nutrisi dapat meningkatkan perbaikan dan
menurunkan angka kematian pada anak dengan
malnutrisi akut berat
Beberapa studi menunjukkan prevalensi yang tinggi
bahwa adanya infeksi yang secara klinis signifikan
pada anak-anak yang dirawat dirumah sakit dengan
malnutrisi akut berat

Dengan adanya observasi tersebut, treatment guidelines


merekomendasi untuk menggunakan antiobiotik secara
rutin pada pasien. Baik pasien rawat inap ataupun rawat
jalan

Berdasarkan data observasi, bahwa penggunaan


antibiotik tidak perlu dan akan merugikan pasien
dengan malnutrisi akut berat yang tanpa komplikasi
Metode
Setiap anak diukur berat badan (BB), panjang badan (PB) /
tinggi badan (TB), lingkar lengan atas

Anak yang terdaftar dalam penelitian adalah anak dengan


usia 6-59 bulan, adanya edema (indikasi kwashiorkor),
weight-for-height z score kurang dari -3 (indikasi
marasmus) , atau keduanya (marasmus kwashiorkor)

Randomized, double blind, placebo-controlled

Penelitian membandingan outcome nutrisi dan angka


kematian diantara anak malnutrisi akut berat tanpa
komplikasi yang menerima pengobatan antiobiotik dengan
yang tidak menerima antibiotik
Metode
Semua pasien menerima ready-to-use-therapeutic food
(RUTF) 175 kcal/kgBB/hari

Grup pertama menerima 80-90 mg/kgBB suspensi amoxcillin


dibagi atas 2 dosis setiap hari nya

Grup kedua menerima 14 mg/kgBB suspensi cefdinir dibagi


atas 2 dosis setiap hari nya

Grup kontrol menerima placebo 2x sehari

Caretakers diinstruksikan untuk memberi obat sebagai


tambahan RUTF selama 7 hari pertama saat dimulai terapi
Metode
Pasien dijadwalkan untuk follow-up selama interval 2 minggu, dan
pengukuran antropometri diulang

Pasien yang masih dengan pitting edema atau weight-for-height z score


dibawah -2 saat follow-up, tetap berada dalam penelitian dan menerima
konsultasi nutrisi dan tambahan 2 minggu terapi RUTF

Pasien yang memburuk saat penelitian atau tetap malnutrisi setelah 6x


follow-up, dimasukkan ke pasien kategori rawat inap

Pasien dikatakan membaik,, yaitu jika tidak adanya edema dan weight-
for-height z score -2 atau lebih

Pasien yang mengundurkan diri, tetap malnutrisi setelah 6x follow-up,


dirawat dirumah sakit atau meninggal saat penelitian, dikatakan
pengobatan gagal
Hasil
Tidak ada kasus alergi berat atau anafilaksis
Reaksi obat yang dilaporkan :
Papular rash yang menerima amoxicilin
Sariawan dan diare yang menerima cefdinit
Pasien yang menerima placebo dilaporkan batuk dan diare lebih
sering dibandingan dengan pasien yang menerima antibiotik
88.3% pasien membaik dari malnutrisi akut berat
Pasien dengan marasmus kwashiorkor frekuensi membaik nya
lebih rendah dan angka kematian nya lebih tinggi dibandingkan
pasien kwashiorkor ataupun marasmus
Angka kematian secara keseluruhan 5.4%, tetapi angka tertinggi
didapatkan pada pasien yang menerima placebo dibandingkan
yang menerima antibiotik
Hasil
Penambahan amoxcillin atau cefdinir pada pasien rawat jalan
malnutrisi akut berat berhubungan dengan perbaikan dalam
penyembuhan dan angka kematian. Dan juga adanya kenaikan
berat badan (BB) dan lingkar lengan atas
Penurunan sebanyak 24.4% dalam pengobatan gagal ketika
amoxcilin diberikan
Penurunan sebanyak 38.9% dalam pengobatan gagal ketika
cefdinir diberikan
Penurunan sebanyak 35.6% dalam angka kematian ketika
amoxcilin diberikan
Penurunan sebanyak 44.3% dalam angka kematian ketika
cefdinir berikan
Antibiotik efektif dalam menurunkan kemungkinan terjadinya
komplikasi
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai