Anda di halaman 1dari 24

REALIMENTASI PADA STRESS

METABOLIK
dr.Maulina Debbyousha, Sp.PD
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Pendahuluan

Kondisi kritis  kasus akut seperti trauma,


luka bakar, operasi atau infeksi berat.

Morbiditas, mortalitas meningkat 


membutuhkan pengawasan yg cepat dan
tepat
Kondisi kritis
• Multiorgan failure sering terjadi pada keadaan ini.

• Dukungan lain yang penting adalah dukungan


nutrisi

1. Status nutrisi
2. masalah nutrisi
3. kebutuhan nutrisi
4. saat dan dosis pemberian
5.nutrisi enteral
6. nutrisi parenteral
RESPON METABOLIK PADA PENYAKIT KRITIS
• Trauma, luka bakar, operasi, infeksi berat
merupakan stress bagi tubuh.
• Tubuh akan memberikan respon metabolik yang
menyebabkan hipermetabolisme dan
hiperkatabolisme.
• Pada awal stress terjadi fase ebb (fase syok, fase
resusitasi) diikuti fase flow (fase akut)
Respon metabolik pada penyakit kritis
1. Fase ebb (fase awal)
 Respon seketika setelah trauma
Ketidakstabilan hemodinamik, TD menurun, curah
jantung menurun, penggunaan 02 menurun, suhu tubuh
rendah, peningkatan kadar glukagon, katekolamin, asam
lemak bebas.
Pada fase ini terapi ditujukan utk resusitasi cairan hingga
hemodinamik stabil

2. Fase flow (fase lanjut)


 Fase setelah fase ebb berakhir
Terjadi hipermetabolisme, katabolisme, peningkatan
penggunaan 02
Hal ini terjadi akibat pelesan sitokin, dan sinyal syaraf
aferen dan jaringan yang rusak.
Fase flow (lanjutan)
• Fase ini merupakan respon metabolik yang
mengubah penggunaan energi dan protein untuk
menyelamatkan fungsi organ penting dan
memperbaiki kerusakan jaringan.

• Pada fase ini substrat endogen secara aktif


dilepaskan, seperti glukosa dari glikogen, asam
amino dari otot rangka, asam lemak dari jaringan
adiposa.

• Pada fase inilah dukungan nutrisi diberikan.


Perubahan metabolik pada criticall ill
1.Pengkajian status nutrisi
1. Anamnesis riwayat gizi dan diet
2. Pengukuran antropometrik  TB, BB (Taksiran) 
IMT
3. Pemeriksaan jasmani
4. Pemeriksaan penunjang  Kadar albumin, tranferin,
dan prealbumin yg diproduksi oleh hati merupakan
penanda cadangan protein viseral dan indikator status
gizi.
5. Perumusan nutrisi

Tujuan pengkajian status nutrisi  mengidentifikasi


pasien yang memiliki risiko dan mengalami malnutrisi

Memantau hasil dukungan nutrisi yang diberikan


2.Pengkajian masalah nutrisi
• Tujuannya : Mengidentifikasi pasien yg mengalami malnutrisi atau
memiliki risiko malnutrisi, menentukan derajat nutrisi dan memantau
hasil nutrisi yang diberikan.

• Pengkajian  anamnesa, PF, dan Pemeriksaan penunjang.

• Ditentukan permasalahan asupan nutrisi  apakah pasien tidak dapat


makan, tidak boleh makan, makan tidak adekuat sehingga tidak
memenuhi kebutuhan

• Apakah terdapat indikasi dan kontra indikadi pemberian nutrisi oral,


enteral dan parenteral.

• Perkiraan lamanya membutuhkan dukungan nutrisi

• Contoh : pasien penurunan kesadaran  inidkasi pemberian nutrisi,


metode bisa enteral atau parenteral
• Metode yang dipilih adalah pemberian enteral
bila absorbsi saluran gastrointestinal baik.

• Tetapi apabila saluran gastrointestinal tidak


berfungsi, matau terdapat peritonitis difus,
obstruksi usus, muntah2, ileus paralitik, dan
iskemia jaringan gastrointestinal maka dipilh
metode pemberian nutrisi parenteral
3.Penentuan kebutuhan nutrisi
• Pasien kiritis  pemberian nutrisi hendaknya
diberikan dalam 24-48 jam pertama, sebaikanya tdk
diberikan pada fase ebb, syok dan resusitasi.
• Kebutuhan kalori diberikan bertahap utk menjaga
toleransi penerimaan usus pada pemberian nutrisi
enteral
• Pada hari pertama diberikan 1/3 kebutuhan kalori,
hari ke dua ½-2/3 kalori
• Hari ke 3 dapat diberikan dukungan penuh
Penentuan kebutuhan nutrisi
1. Kalori
2. Protein
3. lemak
4. Cairan dan elektrolit
5. Vitamin dan mineral
Kebutuhan kalori
• Pada pasien kritis kebutuhan kalori dapat digunakan rumus :
• 20-25 kkal/kgBB/hari  fase akut atau awal dari penyakit kiritis
• Pada fase penyembuhan atau anabolik kebutuhan kalori 25-30
kkal/kgBB/hari.
• Karbohidrat, protein, dan lemak merupakan sumber kalori.
• 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal, 1 gram protein 4 kkal, 1
gram lemak 9 kkal.
• Pada terapi nutrisi kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat dan
lemak  karbohidrat 60-70% dari kebutuhan kalori total
• Lemak  30-40 % dari kebutuhan kalori total
Kebutuhan Protein
• Pada keadaan kritis, kebutuhan protein berkisar
1,2-2,0 g/kgBB/hari.
• Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik (CKD)
yang dilakukan dialisis kebutuhan protein 0,6-0,8
g/kgBB/hari, CAPD 1,2-1,3/kgBB/hari.
• Pada pasien Sirosis hepatis terdekompensasi
dapat diberikan protein 1.0-1,2/kgBB/hari,
sedangkan bila tidak disertai malnutrisi dengan
asupan yg tidak adekuat diberikan 1.5
g/kgBB/hari.
Kebutuhan cairan dan elektolit
• Kebutuhan kalium meningkat pada pemberian
nutrisi parenteral pantau dan koreksi
• Suplemen calcium diperlukan  karena kalsium
endogen sering hilang akibat imobilisasi
Kebutuhan vitamin dan mineral
Penentuan cara pemberian nutrisi
1. Enteral
2. Parenteral parsial
3. Parenteral total

 Memperhatikan kondisi klinis pasien dan


penyakit lain yang mendasari (Peny.gangguan
hati, ginjal, DM, hipertensi, sepsis, CHF, pasien
cancer)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai