Anda di halaman 1dari 62

Penatalaksanaan Asuhan Gizi

Pada Pasien Bedah dan Luka

Bakar
23 Desember 2023 Nurharyanti., SST., RD
Pendahuluan
1. Pembedahan dan luka bakar  memicu reaksi pelepasan stress hormone
dan mediator inflamasi

2. Memicu katabolisme glikogen, lemak, dan protein untuk proses


penyembuhan dan respons imuns

3. Malnutrisi  meningkatkan insiden komplikasi, morbiditas dan mortalitas

4. Dukungan asupan gizi yang baik prioritas


Tujuan Umum
Memahami dan menjelaskan tentang penatalaksanaan gizi
pada pasien bedah dan luka bakar

Tujuan Khusus
1. Memahami tentang pengertian pembedahan dan luka
bakar
2. Memahami klasifikasi pembedahan dan luka bakar
3. Memahami kondisi metabolic yang terjadi karena
pembedahan dan luka bakar
4. Memahami proses asuhan gizi pada pasien bedah dan
luka bakar
5. Memahami perhitungan dan penentuan jenis diet yang
tepat untuk pasien bedah dan luka bakar
PEMBEDAHAN :

Prosedur operasi yang digunakan untuk mendiagnosa,


memperbaiki, atau merawat organ atau jarigan

Dapat dikelompokkan berdasarkan :


1. Prosedur (mayor atau minor)
2. Kepentingan (elective atau emergency)
3. Tujuan spesifik dari prosedur (diagnostic, eksisi,
palliative, reconstructive, atau transplant)
Luka Bakar
Bentuk kerusakan dan/atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber dengan
suhu yang sangat tinggi atau suhu yang sangat
rendah
Misalnya :
• Api atau benda panas, minyak panas, air panas
(scald),bahan kimia (asam atau basa kuat),
• Listrik dan petir, radiasi
• Ledakan (misalnya bom, tabung gas, dan
lainnya)
• Trauma karena suhu rendah (frost bite).
Kategori luka bakar

1. Derajat 1  terbatas pada jaringa epidermis, eritema kulit, nyeri


iritasi di ujung-ujung syaraf sensorik. Penyembuhan spontan 5–7
hari, contoh: luka bakar sengatan matahari (sun-burn)
2. Derajat 2  kerusakan meliputi seluruh ketebalan epidermis dan
sebagian superfisial dermis, terjadi reaksi inflamasi akut, eksudasi
dan nyeri. luka dapat sembuh dalam 10-14 hari.
3. Derajat 3  kerusakan meliputi seluruh epidermis dan dermis serta
lapisan yang lebih dalam. Apendises kulit mengalamikerusakan dan
tidak terdapat rasa nyeri, bahkan dapat terjadi hilangnya
sensasikarena ujung-ujung serabut saraf sensorik mengalami
kerusakan
Respon Metabolik pada Pasien Bedah dan Luka
Bakar
Respon Metabolik Pada Pasien Bedah dan Luka
Bakar
Asuhan Gizi
Pasien Bedah dan Luka Bakar
Skrining Gizi Pada Pasien Bedah dan Luka
Bakar

• Dilakukan untuk mengidentifikasi resiko


malnutrisi
• Dilakukan dalam 1x24 jam, biasanya dilakukan
oleh perawat dan divalidasi oleh dietisien
• Tools yang dapat digunakan diantaranya adalah
MUST, NRS, MNA
Tools Skrining
LANGKAH
TERSTANDAR
PAGT

15
Nutrisionl Assessment Pada Pasien Bedah dan
Luka Bakar
Metoda Assessment
Clinical –physical Assessment

Perkiraan Status Gizi


berdasarkan catatan riwayat
medis dan melakukan
pemeriksaan fisik untuk
mendeteksi adanya gejala
malnutrisi
Metode Assessment
Diagnosa Gizi Pada Pasien Bedah dan Luka bakar
Diagnosa Gizi Pada Pasien Bedah dan Luka bakar

Domain Intake (NI)


• Asupan oral tidak adekuat
• Asupan enteral tidak adekuat
• Asupan energi tidak adekuat
• Interaksi obat dan makanan
Domain Klinis (NC)
• Perubahan fungsi gastrointestinal
• Kesulitan mengunyah dan menelan
• Malnutrisi terkait penyakit kronis
• Perubahan nilai laboratorium terkait gizi
Domain Behaviour (NB)
• Pengetahuan yang kurang terkait gizi
• Ketidaksiapan untuk berdiet
S

Intervensi Pemberian Konseling


gizi makanan
dan zat gizi
Gizi

Koordinasi
Edukasi Asuhan
Gizi
Enhanced
Recovery After
Dipelopori Ahli bedah Denmark, Henrik
Surgery (ERAS) Kehlet (1990)
mengganti protein yang hilang,
Tujuan Diet pada mempertahankan massa tubuh
Pasien Luka Bakar terutama lean body mass,.
mempercepat penyembuhan luka
dan mengatasi infeksi.6,9
i

Memberikan energi, cairan, dan


nutrisi dalam jumlah yang cukup
untuk mempertahankan fungsi
vital dan homeostasis,

Memperbaiki aktivitas sistem


imun, menurunkan risiko
overfeeding

mencegah kelaparan dan


defisiensi nutrien tertentu
Kebutuhan zat gizi pada pasien luka bakar :

1. Kebutuhan kalori untuk luka bakar <40 % adalah 30-35 kcal/kg


bb, dan untuk luka bakar ≥ 40 % diberikan 35-50 kcal/kgbb.
Untuk luka bakar yang lebih besar dapat digunakan indirect
kalorimetri atau menggunakan rumus kebutuhan gizi dengan
stress factor yang disesuaikan
2. Protein diberikan 1.3 -1.8 gr/kg bb/hari, bagi pasien dengan
penyakit tertentu atau kritis diberikan sesuai penyakitnya
3. Lemak cukup, 20-25 % dari kebutuhan energy total, bagi pasien
dengan penyakit tertentu atau kritis diberikan sesuai penyakitnya
Kebutuhan zat gizi pada pasien pasca-bedah
(lanjutan) :

4. Karbohidrat cukup, sisa dari kebutuhan energy total dari protein dan lemak
untuk menghindari hipermetabolisme. Bagi pasien dengan penyakit
tertentu atau kritis diberikan sesuai penyakitnya
5. Vitamin larut air meningkat kebutuhannya untuk perbaikan jaringan
sedangakn vitamin larut lemak diberikan sesuai kebituhan untuk
menggantikan yang hilang arena luka bakar. Jika diperlukan boleh
ditambahkan dalam bentuk suplemen
6. Mineral seperti selenium, zinc, magnesium dan phosphor diberikan untuk
menggantikan yang hilang karena luka bakar, jika perlu ditambahkan dalam
bentuk suplemen
Kebutuhan zat gizi pada pasien pasca-bedah
(lanjutan) :

7. Cairan cukup. Jika kondisi normal kebutuhan cairan sebanyak 30-35 ml/kg bb,
jika pasien hipovolemi atau hipervolemi harus diperhatikan antara cairan
yang masuk dan keluar
8. Probiotik sesuai anjuran untuk menurunkan lactose intolerance dan
membantu meningkatkan absorpsi zat gizi. Dosis probiotik jenis Lactobacillus
yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah 1–10 miliar unit pembentuk
koloni atau colony forming units (CFU) per hari. Penelitian JUGA telah
menunjukkan bahwa mengonsumsi probiotik (bakteri hidup yang sehat)
dapat mengurangi risiko diare terkait antibiotic pada pasca pembedahan
Penatalaksanaan gizi pada pasien
luka bakar :
• Untuk pasien malnutrisi (severe or nonsevere)parenteral nutrisi
digunakan untuk menyediakan dukungan nutrisi hingga pasien dapat
menerima makanan enteral sesuai kebutuhannya (Mc Clave et al
2016)
• Penggunaan bahan makanan sumber arginine (formula enteral yang
mengandung imunonutrien)  menurunkan komplikasi luka dan
menurunkan LOS pasien dengan pembedahan gastrointestinal
(Drover et al,2017; Marik and Zaloga,2010)
Monitoring Asupan Biokimia
Evaluasi Makanan
dan
iterkait gizi

Minuman

Fisik dan Antropometri


Klinis
terkait
gGizi
STUDI KASUS
Berdasarkan gambaran kasus
diatas, susun :
1. Asesment gizi pasien tersebut
2. Diagnosa gizi
3. Perhitungan kebutuhan
4. Rencana monitoring evaluasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai