Disusun oleh:
2019
i
Kasus Nutrisi Pada Pasien Kritis
Seorang laki-laki berusia 45 tahun, di rawat di ruang intensive care unit rumah sakit
wijaya kusuma. Pasien post operasi laparatomi atas indikasi Ca Colon. Hasil
pengkajian didapatkan : kesadaran somnolent, suhu : 36 oC, nadi : 90x/menit, RR :
28 x/menit, TD : 110/60 mmHg. Terdapat luka pada bagian abdomen, keadaan luka
masih basah, panjang luka 15 cm, jumlah jahitan 22 jelujur. Hasil pemeriksaan
diagnostik didapatkan: Hb 12,9 g/dl, HT 41%, L 12.800/mm3, pH 7,385, pCO2
18,1 mmHg, pO2 53,8 mmHg, HCO3 10,2 mmol/l, BE -11,7 mmol/l, tCO2 10,7
mmol/l, SaO2 83,2%. Pasien masih puasa, pemberian nutrisi dilakukan jika pasien
sudah sadar.
A. Analisis kritis dari kasus
1. Identitas klien
Jenis kelamin : laki-laki
Usia : 45 tahun
Diagnosa medis : post laparotomy atas indikasi ca colon
Kesadaran : somnolent
Suhu : 36℃
Nadi : 90x/menit
RR : 28x/menit
TD : 110/60 mmHg
2. Keadaan luka
Luka pada bagian abdomen, keadaan luka masih basah, panjang luka 15 cm,
jumlah jahitan 22 jelujur.
3. Pemeriksaan diagnostik
Hb 12,9 g/dL (normal pria 13-18g/dL)
HT 41% (normal pria 40%-50%)
L 12.800/mm3 (normal 3200-10.000/mm3)
pH 7,385 (normal 7,35-7,45)
pCO2 18,1 mmHg ( normal 35-45)
pO2 53,8 mmHg (normal 80-100)
HCO3 10,2 mmol/l (normal 22-26)
BE -11,7 mmol/l (normal -2,5 s/d +2,5)
tCO2 10,7 mmol/l
SaO2 83,2% (normal 95-99%O2)
(Pedoman interpretasi data klinik, Kemenkes, 2011)
4. Pola nutrisi
Pasien masih puasa, pemberian nutrisi dilakukan jika pasien sudah sadar
5. Analisis kritis
Lekosit mengalami kenaikan kemungkinan dikarenakan pasien masih
dalam tahap penyembuhan luka yaitu tahap inflamasi di mana terjadi
perdarahan, keluarnya trombosit dan sel-sel radang yang ditandai dengan
kenaikan lekosit. Kenaikan lekosit belum merupakan tanda infeksi
dikarenakan suhu tubuh pasien masih dalam rentang nrmal.
Pasien dalam keadaan mix asidosis terkompensasi yang ditandai dengan pH
dalam batas normal, p CO2 yang menurun dan HCO3 yang menurun.
Dalam kasus di atas tidak disebutkan tentang pemberian fraksi oksigen/
seberapa besar oksigen yang diberikan kepada pasien
B. Status nutrisi pasien
Pasien merupakan pasien post operasi yang mana tujuan utama pemberian
makan pasca operasi adalah untuk meningkatkan fungsi imun dan mempercepat
penyembuhan luka yang meminimalisir ketidakseimbangan metabolik.
C. Perencanaan yang bisa dilakukan
1. Mempertahankan jalan nafas
Dapat dilakukan dengan memasang intubasi segera dikarenakan pasien
sudah dalam kedaan gagal nafas yang ditandai dengan pO2 yang menurun
(53,8 mmHg) dan saturasi oksigen yang menurun (83,2%)
2. Koreksi gangguan keseimbangan asam dan basa
3. Perencanaan nutrisi pasien
Nutrisi pasien harus direncanakan dengan tepat karena nutrisi pasca operasi
sangat penting. Mengingat kebutuhan pasien akan nutrisi bervariasi, maka
diperlukan diet atau pengaturan makan. Pengaturan makan sesudah
pembedahan tergantung pada macam pembedahan dan jenis penyakit
penyerta.
a. Tujuan diet pasca operasi
Untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali normal
untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan
tubuh pasien dengan cara memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi,
protein), mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi
lain, memperbaiki ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, mencegah
dan menghentikan perdarahan.
b. Diet yang disarankan
Makanan yang mengandung cukup energi, protein, lemak dan zat-zat
gizi, bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan penderita,
menghindari makanan yang merangsang (pedas, asam), suhu makanan
lebih baik bersuhu dingin, pembagian porsi makanan sehari diberikan
sesuai dengan kemampuan dan kebiasaan makan penderita.
c. Syarat diet pasca operasi
Syarat diet pasca operasi adalah memberikan makanan secara bertahap
mulai dari bentuk cair, saring, lunak dan biasa. Pemberian makanan dari
tahap ke tahap tergantung pada macam pembedahan dan keadaan pasien,
seperti pasca operasi kecil makanan diusahakan secepat mungkin
kembali seperti biasa atau normal. Pasca operasi besar makanan
diberikan secara berhati-hati disesuaikan dengan kemampuan pasien
untuk menerimanya.
D. Alasan pemilihan jenis nutrisi
Pemilihan jenis diet pasca operasi tergantung pada macam pembedahan dan
indikasi.
1. Diet Pasca Bedah I (DPB I)
Diet selama 6 jam sesudah operasi. makanan yang diberikan berupa air
putih, teh manis, atau cairan lain seperti pada makanan jernih. Makanan ini
diberikan sesingkat mungkin karena kurang dalam semua zat gizi. Selain itu
diberikan makanan parenteral sesuai kebutuhan.
Diet ini diberikan kepada semua pasien pasca bedah pasca operasi kecil
yaitu setelah sadar dan rasa mual hilang dan pasca operasi besar yaitu
setelah sadar dan rasa mual hilang serta ada tanda-tanda usus mulai bekerja.
2. Diet Pasca Bedah II (DPB II)
Makanan bentuk cair kental, berupa kaldu jernih, sirup, sari buah, sup,
susus, dan pudding. Rata- rata diberikan 8-10 kali sehari selama pasien tidak
tidur. Jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan dan kondisi pasien.
Selain itu diberikan makanan parenteral bila diperlukan.
Diet pasca bedah II diberikan untuk waktu sesingkat mungkin karena zat
gizinya kurang. Makanan yang tidak boleh diberikan pada DPB II adalah
air jeruk dan minuman yang mengandung karbondioksida. DPB II diberikan
kepada pasien pasca bedah besar saluran cerna atau sebagai perpindahan
dari DPB I.
3. Diet Pasca Bedah III (DPB III)
Berupa makanan saring ditambah susu dan biskuit. Cairan hendaknya tidak
melebihi 2000ml sehari. Selain itu dapat diberikan makanan parenteral bila
diperlukan. Makanan yang tidak dianjurkan adalah makanan dengan bumbu
tajam dan minuman yang mengandung karbondioksida.
Diet pasca bedah III diberikan kepada pasien pasca bedah besar saluran
cerna atau sebagai perpindahan dari diet pasca bedah II.
4. Diet Pasca Bedah IV (DPB IV)
Berupa makanan lunak yang dibagi dalam 3 kali makanan lengkap dan 1
kali makanan selingan. Diet pasca bedah IV diberikan kepada pasien pasca
operasi kecil, setelah diet pasca bedah I dan pasien pasca operasi besar,
setelah DPB III.
Oleh karena pasien masih puasa dan dengan kesadaran somnolent, maka
jenis nutrisi yang diberikan adalah nutrisi parenteral. Karena dikhawatirkan
akan terjadi aspirasi apabila memasukkan makanan lewat jalur enteral (mulut).
E. Aspek kolaboratif interdisiplin
Pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien pasca operasi tidak dapat dilakukan sendiri
oleh perawat, namun memerlukan kolaborasi interdisiplin dari berbagai pihak.
Antara lain dari dokter penanggung jawab pasien, ahli gizi, dokter spesialis gizi
klinik (bila diperlukan), dokter spesialis penyakit dalam (internis), dokter
konsultan intensif (spesialis anestesi), perawat dan tim kesehatan lain agar
tercapai tujuan kesembuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Korespondensi: Ahmad Alvin Dictara, alamat Jl. Soekarno Hatta Gg. BPD No. 71 Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung, HP
082175401567, e-mail alvin_dictara@yahoo.co.id
digunakan untuk merujuk operasi semacam ini Bacteroides. Pasien biasanya akan mengalami
pada tahun 1878 oleh seorang ahli bedah demam, sakit kepala, anorexia dan malaise. Gas
Inggris, Thomas Bryant. Kata tersebut terbentuk Gangrene biasanya berupa rasa nyeri yang
dari dua kata Yunani, “lapara” dan “tome”. Kata sangat pada luka operasi, biasanya 12 jam
lapara” berarti bagian lunak dari tubuh yg sampai 72 jam pasca operasi, peningkatan
terletak di antara tulang rusuk dan pinggul. temperature (39°C sampai 41°C), takikardia, dan
Sedangkan “tome” berarti pemotongan. Operasi syok yang berat. Hematoma kira-kira 2% dari
laparatomi di lakukan apabila terjadi masalah komplikasi operasi. Keadaan ini biasanya hilang
kesehatan yang berat pada area abdomen, dengan sendirinya. Keloid Scar merupakan
misalnya trauma abdomen. Perawatan post penyebab dari keadaan ini hingga kini tidak
laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan diketahui, hanya memang sebagian orang
yang diberikan kepada pasien-pasien yang telah mempunyai kecenderungan untuk mengalami
menjalani operasi pembedahan perut. hal ini lebih dari orang lain. Abdominal Wound
Laparotomi merupakan tindakan bedah untuk Disruption and Evisceration dapat partial
membuka ruang abdomen, penyayatan bisa ataupun total. Insidensinya sendiri bervariasi
dilakukan secara medianus tepat di linea alba antara 0% sampai 3% dan biasanya lebih umum
atau paramedianus dengan sayatan sejajar linea terjadi pada pasien lebih dari 60 tahun. Jika
alba. Laparotomi biasa dilakukan untuk dilihat dari jenis kelamin, perbandingan laki-laki
mengeluarkan cairan dari rongga abdomen pada dan perempuan adalah 4:1.3,4
aschites, penyumbatan atau adanya corpus Perawatan pasca laparatomi adalah
alinea dalam usus, ataupun tindakan bedah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan
terkait reproduksi.2,3 kepada pasien-pasien yang telah menjalani
Tindakan laparotomi biasanya operasi pembedahan abdomen. Perawatan
dipertimbangkan untuk pasien yang mengalami pascaoperatif dilakukan dalam dua tahap, yaitu
nyeri pada bagian abdomen, baik abdomen akut periode pemulihan segera dan pemulihan
maupun abdomen kronik. Nyeri abdomen dapat berkelanjutan setelah fase pascaoperatif. Untuk
diindikasikan pada penyakit apendisitis, hernia, pasien yang menjalani bedah sehari, pemulihan
kanker ovarium, kanker lambung, kanker kolon, normalnya terjadi hanya dalam satu sampai dua
kanker kandung kemih, peritonitis, dan jam, dan penyembuhan dilakukan di rumah.
pankreatis. Ada 4 cara laparotomi, yaitu midline Untuk pasien yang dirawat di rumah sakit,
incision, paramedian, yaitu sedikit ke tepi dari pemulihan terjadi selama beberapa jam dan
garis tengah (±2,5 cm), panjang (12,5 cm), penyembuhan berlangsung selama satu hari
transverse upper abdomen incision yaitu insisi di atau lebih, tergantung pada luasnya
bagian atas, misalnya pembedahan kolesistomi pembedahan dan respon pasien. Untuk
dan splenektomi, transverse lower abdomen mencegah terjadinya komplikasi dan
incision yaitu insisi melintang di bagian bawah mengembalikan status kesehatan fungsional
±4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya pasien dengan cepat, maka pada tahap
pada operasi appendictomy.3,13 pemulihan berkelanjutan, perawat
Komplikasi Post Laparatomi diantaranya membutuhkan informasi untuk membuat
Stitch Abscess, Infeksi Luka Operasi, Gas rencana perawatan pasien.4
Gangrene, Hematoma, Keloid Scar, Abdominal Hal yang harus dilakukan ketika pasien
Wound Disruption and Evisceration. Stitch sudah mencapai ruang perawatan, adalah
Abscess yang biasanya muncul pada hari ke-10 memantau keadaan pasien, manajemen luka
pasca operasi atau bisa juga sebelumnya, mati kondisi luka operasi dan jahitannya,
sebelum jahitan insisi tersebut diangkat. Abses mobilisasi dini, penanganan nyeri, posisi tempat
ini dapat superfisial atau lebih dalam. Jika dalam tidur, penggantian cairan, rehabilitasi, discharge
ia dapat berupa massa yang teraba dibawah planning dan yang tidak kalah pentingnya adalah
luka, dan terasa nyeri jika diraba. Infeksi Luka nutrisi. Tujuan utama pemberian makan pasca
Operasi biasanya jahitan akan terkubur didalam operasi adalah untuk meningkatkan fungsi imun
kulit sebagai hasil dari edema dan proses dan mempercepat penyembuhan luka yang
inflamasi sekitarnya. Infeksi luka sering muncul meminimalisir ketidakseimbangan metabolik.9
pada 36 jam sampai 46 jam pasca operasi. Penyembuhan luka adalah suatu bentuk
Penyebabnya dapat berupa Staphylococcus proses usaha untuk memperbaiki kerusakan
Aureus, E. Colli, Streptococcus Faecalis, yang terjadi. Pertumbuhan pembuluh darah
adalah proses penting awal penyembuhan di yang kompleks dan dinamis sebagai akibat dari
tempat luka untuk meningkatkan aliran darah. pengembalian kontinitas dan fungsi anatomi.
Fibroblas jaringan ikat fibrous adalah sel yang Penyembuhan luka yang ideal adalah kembali
bertanggung jawab untuk sintesa kolagen. normalnya struktur, fungsi, dan anatomi kulit.
Fisiologi penyembuhan luka, akibat kerusakan Batas waktu penyembuhan luka ditentukan oleh
jaringan yang terjadi baik sebagai intervensi tipe luka dan lingkungan instrinsik maupun
pembedahan maupun bukan, akan ekstrinsik. Jahitan biasanya diangkat pada saat
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan sudah terlihat adanya tensile strength yang
molekuler dan seluler yang merupakan usaha mendekatkan tepi luka. Pengangkatan jahitan ini
dari tubuh hewan penderita untuk memulihkan tergantung usia, status nutrisi, dan lokasi luka.
kontinuitas dari fungsi organ jaringan tersebut Kolagen ini muncul pada hari ke-5 sampai
untuk melakukan fibroplasias dan regenerasi dengan ke-7 post operasi. Bila lebih dari tujuh
epitel.14,15 hari berarti terjadi perlambatan sintesis kolagen
Penyembuhan luka didefinisikan oleh yang berarti penyembuhan luka lambat.14
Wound Healing Society (WHS) sebagai suatu
Fase inflamasi pada luka terjadi daerah luka secara kemotaksis. Sel mast
pendarahan, keluarnya trombosit, dan sel-sel mengeluarkan serotonin dan histamin yang
radang. Trombosit mengeluarkan prostaglandin, meninggikan permeabilitas kapiler, terjadi
tromboksan, asam amino tertentu yang eksudasi cairan edema. Leukosit, limfosit, dan
mempengaruhi pembekuan darah, mengatur monosit menghancurkan dan memakan kotoran
tonus dinding pembuluh darah, dan kemotaksis maupun kuman (fagositosis). Pertautan luka
terhadap leukosit. Tahapan awal inflamasi pada fase ini hanya oleh fibrin, belum ada
ditandai dengan gejala merah dan panas pada kekuatan pertautan luka sehingga disebut fase
daerah luka operasi. Respon vaskular pada lag. Secara klinis akan tampak edema, nyeri,
tempat terjadinya cedera merupakan suatu yang eritema, dan bila dipalpasi hangat yang
mendasar untuk reaksi inflamasi akut. merupakan tanda. Pada fase awal terdapat
Perubahan ini meliputi perubahan aliran darah paparan matriks ekstrasel terhadap platelet
dan permeabilitas pembuluh darah. Perubahan yang menyebabkan agregasi, degranulasi, dan
aliran darah karena terjadi dilatasi arteri lokal aktivasi faktor-faktor koagulasi. Kemudian
sehingga terjadi pertambahan aliran darah yang terjadi pengeluaran substansi inflamasi oleh
disusul dengan perlambatan aliran darah.14 platelet. Pada fase lanjutmulai terjadi migrasi
Terjadi vasokonstriksi dan proses sel-sel leukosit seperti PMN dan neutrofil serta
penghentian darah. Sel radang keluar dari monosit ke dalam luka. Migrasi sel-sel ini
pembuluh darah secara diapedesis dan menuju memicu pelepasan sitokin-sitokin IL.14,15
Fase proliferasi atau fibroblast secara Fase ini berlangsung dari hari kelima
klinis akan terjadi jaringan granulasi yang sampai dua minggu setelah luka. Terjadi proses
berwarna merah dengan epitel tipis yang proliferasi dan pembentukan fibroblast
mengelilingi daerah luka, dan luka menjadi (menghubungkan sel-sel) yang berasal dari sel-
mengecil. Sering masih overlap dengan fase sel mesenkim. Fibroblas menghasilkan
inflamasi tergantung kondisi pasien dan faktor- mukopolisakarid dan serat kolangen yang terdiri
faktor yang mempengaruhi seperti kadar dari asam-asam amino glisin, prolin dan
albumin, kadar vitamin C, dan kadar mineral hidroksiprolin. Mukopolisekarid mengatur
yang lain yang ikut mempengaruhi proses deposisi serat-serat kolangen yang akan
penyembuhan luka. Penyembuhan luka fase ini mempertautkan tepi luka. Serat-serat baru
terjadi mulai hari kelima setelah luka.14 dibentuk, diatur, mengkerut, yang tak
diperlukan dihancurkan dengan demikian luka
mengkerut/mengecil. Pada fase ini luka diisi yaitu ketika luka terinfeksi, respon inflamatori
oleh sel-sel radang, fibroblas, serat-serat berlangsung lama dan penyembuhan luka
kolagen, kapiler-kapiler baru, membentuk terlambat. Faktor ektrinsik dapat
jaringan kemerahan dengan permukaan tak rata memperlambat penyembuhan luka meliputi
disebut jaringan granulasi. Proses migrasi epitel malnutrisi, perubahan usia, dan penyakit seperti
hanya berjalan ke permukaan yang rata atau diabetes melitus. Malnutrisi dapat
lebih rendah, tidak dapat naik pembentukan mempengaruhi beberapa area dari proses
granulasi berhenti setelah seluruh permukaan penyembuhan. Kekurangan protein menurunkan
luka tertutup epitel dan mulailah proses sintesa dari kolagen dan leukosit. Ketika luka
penyembuhan luka yaitu penyatuhan kembali. terinfeksi, respon inflamatori berlangsung lama
Pada fase ini, integritas jaringan dibentuk dan penyembuhan luka terlambatLuka tidak
kembali, terjadi infiltrasi dari fibroblas dan sel akan sembuh selama ada infeksi. Infeksi dapat
endotelial. Proliferasi dari sel tersebut akibat berkembang saat pertahanan tubuh lemah.
sitokin dan faktor perumbuhan yang dilepaskan Diagnosa dari infeksi jika nilai kultur luka
oleh makrofag. Proliferasi dari sel endotelial juga melebihi nilai normal. Kultur memerlukan waktu
membantu proses angiogenesis. Dalam fase ini, 24-48 jam dan selama menunggu pasien di beri
terjadi sintesis dari beberapa matriks penting antibiotika spektrum luas. Suplai darah yang
misalnya kolagen dan proteoglikan.14,15 adekuat diperlukan dalam proses penyembuhan
Fase remodeling atau fase maturasi dapat luka. Suplai darah dapat terbatas karena
berlangsung selama tiga minggu sampai dua kerusakan pada pembuluh darah jantung/paru.
tahun dan berakhir bila tanda radang sudah Hipoksia mengganggu aliran oksigen dan nutrisi
hilang. Jaringan parut dan sekitarnya berwarna pada luka, serta aktifitas dari sel pertumbuhan
pucat, tipis, lemas, dan tak ada rasa sakit tubuh. Neutrofil memerlukan oksigen untuk
maupun gatal. Berlangsung dengan sintesis menghasilkan oksigen peroksida untuk
kolagen oleh fibroblas hingga struktur luka membunuh patogen. Demikian juga fibroblast
menjadi utuh. Kolagen tipe satu menggantikan dan fagositosis terbentuk lambat. Satu-satunya
kolagen tipe tiga dan meningkatkan tensile aspek yang dapat meningkatkan penyembuhan
strength luka. Kesembuhan luka sebagai suatu luka pada keadaan hipoksia adalah
proses yang kompleks dan dinamis sebagai angiogenesis.16
akibat dari penyembuhan kontinuitas dan fungsi Pemenuhan nutrisi berpengaruh terhadap
anatomi.15 metabolisme pasca operasi tergantung berat
Secara klinis mulai terbentuk jaringan ringannya operasi, keadaan gizi pasien pasca
parut (scar) yang mulai mengecil dan operasi, dan pengaruh operasi terhadap
bertendensi berwarna pucat. Terjadi sampai kemampuan pasien untuk mencerna dan
berbulan-bulan setelah fase prolifesai terbentuk. mengabsorpsi zat-zat gizi. Setelah operasi sering
Suatu luka yang bersih bila dilakukan persiapan terjadi peningkatan ekskresi nitrogen dan
dan pembedahan yang baik serta perawatan natrium yang dapat berlangsung selama lima
pasca operasi yang baik pula maka luka akan sampai tujuh hari atau lebih pasca operasi.
tetap bersih. Pemberian antibiaotik peroral yang Pentingnya nutrisi yang baik pada pasien dengan
adekuat mampu mencegah terjadinya infeksi luka atau pasca operasi merupakan pondasi
sehingga meski tanpa cairan anti septik proses untuk proses penyembuhan luka dengan cepat.
penyembuhan luka tetap dapat terjadi. Dimulai Nutrisi yang baik akan memfasilitasi
penyusunan kembali komponen kolagen dengan penyembuhan dan menghambat bahkan
cara degradasi kolagen oleh matriks menghindari keadaan malnutrisi. Selain itu
metaloproteinase sehingga terjadi usaha perbaikan dan pemeliharaan status nutrisi
keseimbangan antara sintesis dan lisis dari yang baik akan mempercepat penyembuhan,
kolagen. Pada fase ini terjadi pula pergeseran mempersingkat lama hari rawat yang berarti
komposisi matriks sehingga menjadi dominan mengurangi biaya rawat secara bermakna.17
fibril yang menyebabkan kekuatan dari jaringan Nutrisi sangat penting bagi perawatan
bertambah, dan kemudian akan menjadi luka pasien mengingat kebutuhan pasien akan nutrisi
yang matur.14,15 bervariasi, maka dibutuhkan diet atau
Faktor yang mempengaruhi pengaturan makanan. diet pasca operasi adalah
penyembuhan luka diklasifikasikan menjadi makanan yang diberikan kepada pasien setelah
faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor Intrinsik menjalani pembedahan. Pengaturan makanan
sesudah pembedahan tergantung pada macam diberikan untuk waktu sesingkat mungkin
pembedahan dan jenis penyakit penyerta. karena zat gizinya kurang. Makanan yang tidak
Tujuan diet pasca operasi adalah untuk boleh diberikan pada DPB II adalah air jeruk dan
mengupayakan agar status gizi pasien segera minuman yang mengandung karbondioksida.
kembali normal untuk mempercepat proses Diet pasca-bedah II diberikan kepada pasien
penyembuhan dan meningkatkan daya tahan pasca bedah besar saluran cerna atau sebagai
tubuh pasien, dengan cara memberikan perpindahan dari DPB I.19
kebutuhan dasar (cairan, energi, protein), Makanan yang diberikan diet pasca-bedah
mengganti kehilangan protein, glikogen, zat III (DPB III) berupa makanan saring ditambah
besi, dan zat gizi lain, memperbaiki susu dan biskuit. Cairan hendaknya tidak
ketidakseimbangan elektrolit dan cairan, melebihi 2000 ml sehari. Selain itu dapat
mencegah dan menghentikan perdarahan. Diet memberikan makanan parenteral bila
yang disarankan adalah Makanan yang diperlukan. Makanan yang tidak dianjurkan
mengandung cukup energi, protein, lemak, dan adalah makanan dengan bumbu tajam dan
zat-zat gizi, bentuk makanan disesuaikan dengan minuman yang mengandung karbondioksida.
kemampuan penderita, menghindari makanan Diet pasca-bedah III diberikan kepada pasien
yang merangsang (pedas, asam), suhu makanan pasca bedah besar saluran cerna atau sebagai
lebih baik bersuhu dingi, pembagian porsi perpindahan dari diet pasca-bedah II. 19
makanan sehari diberikan sesuai dengan Makanan yang diberikan pada diet
kemampuan dan kebiasaan makan pasca-bedah IV (DPB IV) berupa makanan lunak
penderita.17,18 yang dibagi dalam tiga kali makanan lengkap dan
Syarat diet pasca operasi adalah satu kali makanan selingan. Diet Pasca-Bedah IV
memberikan makanan secara bertahap mulai diberikan kepada pasien pasca operasi kecil,
dari bentuk cair, saring, lunak, dan biasa. setelah diet Pasca-Bedah I dan pasien pasca
Pemberian makanan dari tahap ke tahap operasi besar, setelah DPB III.19
tergantung pada macam pembedahan dan
keadaan pasien, seperti pasca operasi kecil Ringkasan
makanan diusahakan secepat mungkin kembali Pembedahan atau operasi adalah segala
seperti biasa atau normal. Pasca operasi besar tindakan pengobatan yang menggunakan cara
makanan diberikan secara berhati-hati invasi dengan cara membuka atau menampilkan
disesuaikan dengan kemampuan pasien untuk bagian tubuh yang akan diintervensi.
menerimanya.17 Laparotomi adalah tindakan insisi pembedahan
Jenis diet dan indikasi pemberian diet melalui dinding perut atau peritoneum.
adalah diet pasca-bedah I (DPB I) selama enam Tindakan laparotomi biasanya dipertimbangkan
jam sesudah operasi, makanan yang diberikan untuk pasien yang mengalami
berupa air putih, teh manis, atau cairan lain nyeri pada bagian abdomen, baik abdomen akut
seperti pada makanan cair jernih. Makanan ini maupun abdomen kronik. Komplikasi Post
diberikan dalam waktu sesingkat mungkin, Laparatomi diantaranya Stitch Abscess, Infeksi
karena kurang dalam semua zat gizi. Selain itu Luka Operasi, Gas Gangrene, Hematoma, Keloid
diberikan makanan parenteral sesuai Scar, Abdominal Wound Disruption and
kebutuhan. Diet ini diberikan kepada semua Evisceration.
pasien pasca bedah pasca operasi kecil yaitu Penyembuhan luka merupakan suatu
setelah sadar dan rasa mual hilang dan pasca yang kompleks dan dinamis sebagai akibat dari
operasi besar yaitu setelah sadar dan rasa mual pengembalian kontinitas dan fungsi anatomi.
hilang serta ada tanda-tanda usus mulai Ada 3 fase penyembuhan luka yaitu fase
bekerja.19 inflamasi awal, fase inflamasi lanjut, dan fase
Makanan yang diberikan diet pasca-bedah proliferasi. Penyembuhan luka yang ideal adalah
II (DPB II) adalah makanan bentuk cair kental, kembali normalnya struktur, fungsi, dan anatomi
berupa kaldu jernih, sirup, sari buah, sup, susu, kulitFaktor yang mempengaruhi penyembuhan
dan puding rata-rata delapan sampai 10 kali luka diklasifikasikan menjadi faktor intrinsik dan
sehari selama pasien tidak tidur. Jumlah cairan ekstrinsik.
yang diberikan tergantung keadaan dan kondisi Perawatan pasca laparatomi adalah
pasien. Selain itu dapat diberikan makanan bentuk pelayanan perawatan yang diberikan
parenteral bila diperlukan. Diet pasca-bedah II kepada pasien-pasien yang telah menjalani
operasi pembedahan abdomen. Pemenuhan nyeri pada bagian abdomen, baik abdomen akut
nutrisi berpengaruh terhadap metabolisme maupun abdomen kronik. Penyembuhan luka
pasca operasi tergantung berat ringannya merupakan suatu bentuk proses usaha untuk
operasi, keadaan gizi pasien pasca operasi, dan memperbaiki kerusakan yang terjadi akibat
pengaruh operasi terhadap kemampuan pasien adanya luka. Ada 3 fase penyembuhan luka yaitu
untuk mencerna dan mengabsorpsi zat-zat gizi. fase inflamasi awal, fase inflamasi lanjut, dan
Terdapat 4 jenis diet paska bedah yang fase proliferasi.
diberikan sesuai indikasi tertentu. Tujuan diet Pemenuhan nutrisi berpengaruh
pasca operasi adalah untuk mengupayakan agar terhadap metabolisme pasca operasi tergantung
status gizi pasien segera kembali normal untuk berat ringannya operasi, keadaan gizi pasien
mempercepat proses penyembuhan dan pasca operasi, dan pengaruh operasi terhadap
meningkatkan daya tahan tubuh pasien kemampuan pasien untuk mencerna dan
mengabsorpsi zat-zat giz, dimana terdapat 4
Simpulan jenis diet pasca bedah (DPB) yang diberikan
Laparotomi adalah tindakan insisi sesuai indikasi yang sangat penting untuk
pembedahan melalui dinding perut atau mempercepat proses penyembuhan luka paska
peritoneum. Tindakan laparotomi biasanya laparotomi.
dipertimbangkan untuk pasien yang mengalami