KELOMPOK II
Debora Kartika Sari
(PO.62.20.1.15.117)
Joni Triliwijaya
(PO.62.20.1.15.128)
Salvi Fajriati
(PO.62.20.1.15.140)
Yuyun
(PO.62.20.1.15.148)
Page 1
Bedah mayor atau bedah besar. Bedah mayor dibedakan menjadi bedah saluran cerna
dan bedah di luar saluran cerna. Pada bedah saluran cerna, organnya antara lain
lambung, usus halus dan usus besar. Sedangkan pada bedah di luar saluran cerna,
organnya antara lain jantung, ginjal, paru, saluran kemih, tulang, dan sebagainya.
3. Sifat operasi
Disini kita harus mengetahui apakah sifat operasi pasien tersebut bersifat
segera/dalam keadaan darurat atau bersifat berencana /elektif.
a. Pra bedah darurat atau cito, sebelum pembedahan tidak diberikan diet tertentu
b. Pra bedah berencana atau elektif,
Pra bedah minor atau bedah kecil, seperti tonsilektomi tidak membutuhkan diet
khusus. Pasien dipuasakan 4-5 jam sebelum pembedahan. Sedangkan pada pasien
yang akan menjalani apendiktomi, herniatomi, hemoroidektomi, dan sebagiannya
diberikan Diet Sisa Rendah sehari sebelumnya.
Pra bedah mayor atau bedah besar, seperti:
o Pra bedah besar saluran cerna diberikan Diet Sisa Rendah selama 4-5 hari
dengan tahapan:
a. Hari ke-4 sebelum pembedahan diberi Makanan Lunak
b. Hari ke-3 sebelum pembedahan diberi Makanan Saring
c. Hari ke-2 dan 1 hari sebelum pembedahan diberikan Formula Enteral Sisa
Rendah
o Pra bedah besar di luar saluran cerna diberi Formula Enteral Sisa Rendah
selama 2-3 hari. Pemberian makanan terakhir pada pra bedah besar dilakukan
12-18 jam sebelum pembedahan, sedangkan minum terakhir 8 jam
sebelumnya.
4. Macam penyakit
Disini kita diharapkan mengetahui macam-macam penyakit yang membutuhkan
pembedahan yaitu antara lain sebagai berikut :
a. Penyakit yang paling utama membutuhkan pembedahan adalah penyakit saluran
cerna, jantung, ginjal, saluran pernapasan dan tulang.
Page 2
b. Penyakit penyerta yang dialami, misalnya penyakit diabetes melitus, jantung, dan
hipertensi.
Diet pasca bedah atau post operasi adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah
menjalani pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam
pembedahan dan jenis penyakit penyerta. Penggunaan obat anestetik golongan opioid dapat
Page 3
menyebabkan menurunnya motilitas usus pada pasca bedah. Makanan Enteral (ME) dapat
diberikan segera dalam 24-48 jam pasca bedah dengan tujuan member makan usus, yang
bermanfaat untuk meningkatkan pertahanan mukosa usus dan mencegah translokasi bakteri,
sehingga akan memperkecil kemungkinan terjadinya gagal organ multiple atau dapat lebih
lambat tergantung dari jenis operasi yang dilakukan dan pulihnya fungsi usus (pasase dan
bising usus).
Tujuan diet pascabedah adalah untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera
kembali normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan
tubuh pasien untuk mencegah komplikasi, dengan cara sebagai berikut:
Page 4
6. Syarat diet pasca-operasi adalah memberikan makanan secara bertahap mulai dari bentuk
cair, saring, lunak, dan biasa. Pemberian makanan dari tahap ke tahap tergantung pada
macam pembedahan dan keadaan pasien seperti :
Pasca Bedah Kecil, makanan diusahakan secepat mungkin kembali seperti biasa atau
normal.
Pasca Bedah Besar, makanan diberikan secara berhati-hati disesuaikan dengan
kemampuan pasien untuk menerimanya.
Page 5
karena zat gizinya kurang. Makanan yang tidak boleh diberikan pada diet pasca-bedah II
adalah air jeruk dan minuman yang mengandung karbondioksida.
Diet pasca-bedah II diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna atau
sebagai perpindahan dari Diet Pasca Bedah I.
Bahan makanan yang dianjurkan :
Contoh menu
Pagi Siang Sore
Bubur susu Bubur saring Bubur saring
Page 6
Telur ½ masak Semur daging saring Sup daging saring
susu Orak arik telur Tim tahu
Wortel saring Bayam saring
Air jeruk Pepaya saring
Pukul 10.00 Pukul 16.00 Pukul 20.00
Puding vanili + susu Susu susu
Page 7
- Hari pertama (hari saat operasi): dipenuhi kebutuhan transfusi dan formula infus yang
cukup.
- Hari kedua : ditambah sejumlah kecil cairan (teh, gelatin, dan air jahe) tanpa susu
atau jus buah.
- Hari ketiga : cairan, termasuk susu skim dan jus buah boleh diberikan. Pemberian
makanan pembuluh darah melalui infus dilanjutkan, kecuali glukosa dalam air,
ditambah vitamin dapat digantikan dengan bagian dari larutan garam.
- Hari keempat : sejumlah kecil campuran cairan yang mengandung tinggi protein
boleh ditambahkan. Pada hari ini 1 liter protein hidrolisat dapat dihilangkan dari
pemberian makanan bagi pembuluh darah.
- Hari kelima : jumlah makanan boleh ditingkatkan, setidaknya 70-100 gram. Protein
harus tersedia dalam oral feeding. Pemberian vitamin secara oral sudah bisa
diberikan. Pemberian makan pembuluh darah melalui infus dapat dihentikan.
- Hari keenam : Diet makanan biasa sudah bisa diberikan kepada pasien.
Beberapa pasien yang kantung empedunya dioperasi, mungkin lebih merasa nyaman
dengan diet rendah lemak untuk beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan setelah
operasi.
Page 8
bertahap, pasien dapat mengkonsumsi diet berupa cairan penuh pada hari kedua setelah
operasi, diet makanan lunak pada hari ketiga, dan diet makanan biasa pada hari keempat.
Kondisi pasien menentukan diet yang akan dikonsumsi. Yang perlu diperhatikan adalah
diet tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan kalori dan protein. Vitamin secara
bertahap diberikan sebagai suplemen.
Page 9
F. Contoh Kasus di masyarakat
Seorang ibu muda menjalani operasi cesar (sectio caesaria) untuk melahirkan bayinya. Ketika
masih di Rumah Sakit, si ibu diberi makan yang enak-enak seperti daging, telor, sup, buah, snack
dan lain-lain. Begitu sampai di rumah, para kerabat melarang makan ikan, daging, sayur berkuah,
dan banyak larangan lainnya.
Dalam praktek sehari-hari, kejadian semacam ini masih ada. Ketika ditanya mengapa para
kerabat atau tetangga melarang makan makanan tertentu, jawabannya nyaris seragam, yakni:
takut luka operasi lambat kering, takut gatal dan lain-lain.
Jawabanya boleh. Bahkan sangat dianjurkan makan makanan bergizi agar mempercepat
penyembuhan luka operasi dan kondisi tubuh segera pulih kembali.
Page 10
DAFTAR PUSTAKA
Beck, Mary E. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-Penyakit untuk Perawat
dan Dokter. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica (YEM)
Hanrtono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC
Utama, Hendra dan Herqutanto. 2015. Penuntun Diet Anak. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1002106053-3-3.%20BAB%20II.pdf
http://documents.tips/documents/diet-pre-dan-post-operasi.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30871/4/Chapter%20II.pdf
http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-970-bab1.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-nanangqosi-6162-2-babii.pdf
https://nursingwindra.wordpress.com/2012/03/29/diet-pre-dan-post-operasi/
Page 11