KELOMPOK 1
Betharia Selviana (PO.62.20.1.15.114)
Chandra H.P.P (PO.62.20.1.15.116)
Elis Fitria (PO.62.20.1.15.121)
Hariyantoe Maliana (PO.62.20.1.15.123)
Muhammad Alkim (PO.62.20.1.15.131)
Salvi Fajriati (PO.62.20.1.15.140)
Jurusan Keperawatan
2016
Pemberian Obat Parenteral
Pemberian obat parenteral adalah pemberian obat melalui proses injeksi. Jika obat
dimasukkan melalui cara ini, maka ini merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan
menggunakan teknik aseptik. Setelah jarum suntik memasuki kulit, terdapat risiko terjadi infeksi.
Tiap suntikan memerlukan keterampilan tertentu yang memastikan obat dapat mencapai lokasi
yang dituju. Efek obat yang diberikan parenteral memiliki efek cepat, tergantung pada laju
penyerapan obat. Perawat harus mengawasi respons klien terhadap obat.
Peralatan. Berbagai macam spuit dan jarum tersedia, masing-masing diciptakan untuk
menghantarkan obat dalam jumlah/volume tertentu sesuai dengan tipe jaringan yang dituju.
Gunakan pengkajian keperawatan saat menentukan spuit atau jarum mana yang paling
efektif.
Spuit. Spuit terdiri atas tabung silinder dengan ujung yang didesain cocok dengan jarumnya.
Spuit, secara umum dapat diklasifikasikan menjadi Luer-Lok atau non Luer-Lok. Klasifikasi
ini berdasarkan bentuk ujung spuit. Spuit Luer-Lok memerlukan jarum khusus, yang diputar
di ujung spuit dan berakhir pada posisi mengunci. Desain ini mencegah pelepasan jarum
yang tidak direncanakan. Spuit Luer-lok Gambar 35-14, B-D) memerlukan jarum yang
diletakkan di ujung spuit. Semua spuit harus memiliki tutup untuk mencegah terjadinya
kecelakaan jarum suntik.
Perawat mengisi spuit dengan cara menarik pendorong spuit keluar saat jarum masuk ke
dalam cairan yang akan digunakan. Perawat dapat menyentuh bagian luar tabung spuit dan
pegangan pendorong spuit, tetapi untuk menjaga sterilitas, perawat harus menghindari objek
tidak steril menyentuh ujung spuit atau bagian dalam tabung dan pendorong spuit serta jarum
(Gambar 35-15).
Spuit tersedia dalam berbagai ukuran, dari 0,5 sampai 60 ml. Menggunakan spuit dengan
ukuran lebih dari 5 ml sangat jarang untuk injeksi. Spuit ukuran 1-3 ml biasanya cukup untuk
digunakan pada penyuntikkan subkutan atau intramuscular, ukuran lebih besar menyebabkan
ketidaknyamanan. Spuit biasanya sudah dikemas dengan jarumnya. Namun, perawat
terkadang perlu mengganti jarum disesuaikan dengan jalur pemberian dan ukuran klien.
Spuit tuberkulin memiliki tabung silinder panjang dan tipis dengan jarum yang sudah
menempel. Spuit dikalibrasi dalam 100 milimeter dan memiliki kapasitas 1 ml. Gunakan
spuit tuberkulin untuk menyuntikkan obat yang sedikit jumlahnya. Spuit tuberkulin juga
dapat digunakan untuk menyuntikkan obat dalam julah kecil dan dosis yang tepat untuk bayi
dan anak.
Jarum. Jarum tersedia dalam kemasan tersendiri agar dapat memilih jarum yang tepat untuk
klien. Beberapa jarum telah terpasang pada spuit. Kebanyakan jarum terbuat dari stainless
dan semuanya sekali pakai (disposable).
Jarum memiliki tiga bagian, yaitu: bagian inti, yang akan berpasangan dengan ujung spuit;
batang jarum, yang menempel pada inti; dan bagian yang pipih atau bevel (Gambar 35-16).
Ujung dari jarum atau disebut bevel selalu tajam. Bevel menciptakan luka yang sangat kecil
saat disuntikan ke jaringan. Luka tersebut akan segera menutup saat jarum dikeluarkan dari
jaringan untuk mencegah keluarnya kembali obat, darah, atau serum. Bevel yang lebih
panjang akan lebih tajam dan kecil sehingga mengurangi rasa tidak nyaman saat
penyuntikkan subkutan atau intramuskular .
Perawat mengisi ujung spuit Luer-Lok ke dalam pemegang spuit plastik dan menguncinya
(ikuti perunjuk penggunaan), dan periksa apakah terdapat udara di dalamnya. Doronglah
spuit agar udara keluar dan sesuai dosis obat yang akan disuntikan. Setelah menyuntikan
obat, taruhlah ditempat yang aman agar tidak terjadi kecelakaan jarum suntik.
Persiapkan injeksi dari Sediaan Ampul. Sediaan ampul mengandung dosis tunggal obat
dalam bentuk cairan. Ampul tersedia dalam beberapa ukuran, dari 1-10 ml atau lebih
(Gambar 35-19, A).Sebuah ampul dibuat dari kaca dengan leher yang lebih sempit sehingga
dapat dipatahkan untuk mengeluarkan obat. Lingkaran berwarna yang mengelilingi leher
ampul menandakan daerah yang telah diberi alur sehingga mudah untuk dipatahkan.
Masukan obat ke dalam dengan hati-hati sehingga pecahan gelas tidak masuk ke dalam spuit
(Stein, 2006). Anda boleh memilih untuk mengganti jarum ke ukuran yang sesuai dengan
suntikan yang akan Anda lakukan.
Persiapan Injeksi dari Sediaan Vial. Vial adalah tempat untuk obat dengan dosis tunggal
atau multidosis yang memiliki segel penutup karet di atasnya (Lihat Gambar 35-19, B).
Tutup besi melindungi segel sampai obat siap digunakan. Vial mengandung obat dalam
bentuk cair atau bubuk. Obat yang tidak stabil dalam bentuk cair dibuat dalam bentuk bubuk.
Label pada vial mencantumkan jenis cairan pelarut dan jumlah yang bisa digunakan untuk
mencapai konsentrasi yang diinginkan. Cairan saline dan akuades merupakan cairan yang
sering digunakan sebagai pelarut.
Tidak seperti ampul, vial merupakan sistem yang tertutup, dan udara perlu disuntikan ke
dalam vial agar pengeluaran obat lebih mudah. Jika udara tidak dimasukan ke dalam vial,
maka pengeluaran obat akan sulit. Jika takut bagian dari karet atau bagian lain akan masuk ke
spuit, maka dapt digunakan penyaring jarum saan mengambil obat dalam vial (Nicoll dan
Hesby, 2002).
Untuk menyiapkan obat bubuk, siapkan jumlah pelarut sesuai dengan yang tertera dalam
lebel vial. Injeksikan pelarut dengan teknik seperti menyuntikan udara ke dalam vial.
Umumnya bubuk obat akan larut dengan mudah, tapi perlu dilakukan penarikan kembali
campuran tersebut masuk ke dalam spuit untuk memastikan obat larut sempurna. Kemudian
masukan kembali obat dalam spuit ke dalam vial. Setelah mencampur vial multidosis,
catatlah tanggal dan waktu pencampuran serta konsentrasi obat per milliliter pada vial
tersebut. Beberapa obat perlu di simpan dalam lemari pendingin setelah proses pencampuran.
Pencampuran obat. Jika dua obat sesuai, bisa dilakukan pencampuran dalam satu spuit agar
dapat dilakukan injeksi bersama sehingga klien tidak akan menerima lebih dari satu suntikan.
Kebanyakan perawat memiliki daftar obat-obatan yang bisa dicampur atau tidak.
Pencampuran Obat dari Vial dan Ampul. Saat mencampurkan obat dari vial dan ampul,
siapkan obat dari vial terlebih dahulu. Kemudian gunakan spuit yang sama dan penyaring
jarum untuk mengambil obat dari ampul. Perawat melakukan kombinasi ini karena tidak
perlu memasukkan udara untuk mengambil obat dari ampul.
Pencampuran Obat dari Dua Vial. Perawat menerapkan prinsip berikut saat melakukan
percampuran obat dari dua vial:
1. Jangan mengontaminasi satu obat dengan obat yang lain.
2. Pastikan dosis akhir sudah tepat.
3. Lakukan teknik aseptik.
Perawat hanya menggunakan satu spuit dengan jarum yang menempel pada vial untuk
mencampur obat (Gambar 35-20).
Ambil volume udara sesuai dosis obat pertama (vial A). Suntikan udara ke dalam vial A,
pastikan jarum tidak menyentuh larutan. Keluarkan jarum, ambil volume udara kembali
sesuai dengan dosis obat kedua (vial B), dan suntikan ke dalam vial B. Masukan obat dari
vial B ke dalam spuit, kemudian keluarkan dan langsung masukan kembali ke dalam vial A,
hati-hati untuk tidak mendorong spuit sehingga obat yang sudah ada di dalam spuit keluar.
Masukan obat ke dalam spuit dari vial A sesuai dosis yang diingainkan. Setelah mendapatkan
dosis obat yang diinginkan, keluarkan jarum dari vial, dan gantilah dengan jarum yang baru.
Keterampilan 35-4
Mempersiapkan injeksi
Pertimbangan pendelegasian
Peralatan
LANGKAH RASIONAL
1. Periksa kelengkapan MAR atau cetakan Lembaran instruksi merupakan sumber yang
komputer dengan instruksi pengobatan yang paling terpercaya dan satu-satunya rekaman
diresepkan. Periksa nama klien dan nama pengobatan klien yang sah. Pastikan klien
obat, dosis, jalur, dan waktu pemberian. menerima obat yang tepat. MAR yang tidak
Salin atau cetak kembali bagian MAR yang dapat terbaca merupakan sumber kesalahan
sulit dibaca. pengobatan.
3. Periksa tubuh klien, ukuran otot, dan berat Menentukan jenis dan ukuran tabung suntik
badan dan spuit untuk injeksi.
4. Lakukan hygiene tangan dan susun alat. Mengurangi transmisi mikroorganisme dan
menghemat waktu.
5. Periksa tanggal kedaluwarsa untuk vial atau Manfaat obat meningkat atau menurun di luar
ampul obat. tanggal kedaluwarsa.
6. Siapkan obat. Periksa label dua kali saat Mengikuti rutinitas yang sama saat
mempersiapkan obat. mempersiapkan obat, menghilangkan
pengalih perhatian, dan memeriksa label obat
dengan resep akan mengurangi kesalahan.
A. Persiapan ampul
1) Ketuk puncak ampul dengan pelan dan Memindahkan cairan yang berada di atas leher
cepat dengan jari sampai cairan ampul. Semua larutan berpindah ke ruang yang
berpindah dari leher ampul. lebih rendah.
2) Letakkan kapas alkohol yang belum Menempatkan kasa di sekitar ampul akan
dibuka atau kain kasa tepat di atas leher melindungi jari dari trauma saat kaca
ampul. dipecahkan.
3) Patahkan leher ampul dengan cepat dan Melindungi jari dan wajah perawat dari
kuat menjauhi tangan. pecahan kaca.
4) Ambil obat dengan cepat menggunakan Sistem ini terbuka terhadap kontaminan di
jarum yang cukup panjang untuk udara. Jarum harus cukup panjang untuk
mencapai bagian bawah ampul mengakses obat. Jarum filter menyaring
fragmen kaca.
5) Pegang ampul dalam keadaan terbalik, Pinggir ampul yang patah dianggap
atau letakkan di permukaan yang rata. terkontaminasi. Saat ampul dibalik, larutan
Masukkan jarum filter ke tengah ampul. akan keluar jika ujung atau batang jarum
Jangan biarkan ujung atau batang jarum menyentuh pinggir ampul.
menyentuh pinggir ampul.
6) Aspirasi obat ke dalam tabung suntik Penarikan alat penarik akan menciptakan
dengan tangkai penarik. tekanan negatif di dalam tabung suntik yang
akan menarik cairan ke dalam tabung suntik.
7) Biarkan ujung jarum di bawah Mencegah aspirasi gelembung udara.
permukaan cairan. Miringkan ampul
untuk membawa semua cairan ke dalam
jangkauan jarum.
8) Jika ada gelembung udara yang Tekanan udara mendorong cairan keluar dari
teraspirasi, jangan masukkan udara ke ampul dan obat akan hilang.
dalam ampul.
9) Untuk mengeluarkan gelembung udara, Alat penarik yang ditarik terlalu jauh akan
keluarkan jarum dari ampul. Pegang menyebabkan terlepas. Memegang tabung
tabung suntik dengan spuit menghadap suntik secara vertikal memungkinkan cairan
ke atas. Ketuk bagian samping tabung berada di bagian bawah tabung suntik. Alat
suntik agar gelembung naik ke arah penarik yang ditarik kembali memungkinkan
spuit. Tarik alat penarik sedikit dan cairan dalam jarum untuk memasuki tabung
tekan ke atas agar udara keluar. Jangan suntik sehingga cairan tidak keluar. Udara
mengeluarkan cairan pada puncak tabung dan di dalamnya kemudian
akan dikeluarkan.
10) Jika tabung suntik menggunakan cairan Obat terbungkus dengan aman ke dalam bak
berlebihan, gunakan bak cuci untuk cuci. Posisi jarum memungkinkan obat
membuangnya. Pegang jarum suntik dikeluarkan tanpa mengalir ke batang jarum.
secara vertikal dan sedikit miring ke Pemeriksaan ulang pada ketinggiam cairan
arah bak cuci. Periksa kembali memastikan dosis yang tepat.
ketinggian cairan dalam tabung suntik
dengan memegangnya secara vertikal
11) Tutup spuit dengan pembungkusnya Mencegah kontaminasi jarum. Jarum filter
atau sendokan spuit untuk menutupnya tidak dapat digunakan untuk injeksi.
kembali. Ganti jarum filter dengan spuit
atau alat akses tanpa jarum untuk
injeksi.
Tiap jalur penyuntikan berbeda-beda berdasarkan tipe jaringan yang akan dituju. Karakteristik
jaringan mempengaruhi kecepatan penyerapan dan onset kerja obat. Sebelum menyuntikkan
obat, ketahuilah volume obat yang akan disuntikkan, karakteristik obat, viskositas, serta struktur
anatomi tempat penyuntikan
Jika klien tidak menyuntikkan obat dengan benar, maka akan timbul hasil yang tidak baik
pada klien. Kegagalan dalam memilih tempat penyuntikan bisa menyebabkan kerusakan saraf
atau tulang oleh jarum suntik. Ketidakmampuan mempertahankan posisi jarum dan spuit akan
menyebabkan rasa nyeri dan kerusakan jaringan. Jika anda gagal melakukan aspirasi sebelum
penyuntikan obat intramuskular, obat tersebut secara tidak sengaja masuk ke arteri atau vena.
Menyuntikkan obat dengan volume yang terlalu banyak pada suatu tempat akan menyebabkan
nyeri hebat dan kerusakan jaringan setempat.
Banyak klien, biasanya anak-anak, takut akan penyuntikan. Klien dangan penyakit yang parah
atau kronis biasanya menerima lebih dari satu kali suntikan per hari. Rasa tidak nyaman pada
klien dapat dikurangin dengan cara berikut:
Gunakan jarum yang tajam dan ukuran panjang dan gauge terkecil yang masih dimungkinkan.
Letakan posisi klien dengan senyaman mungkin untuk mengurangi ketegangan otot.
Pilihlah tempat injeksi yang tepat dengan menggunakan acuan anatomi.
Alihkan perhatian klien dari proses penyuntikan dengan percakapan menggunakan petanyaan
terbuka.
Masukan jarum dengan cepat dan lancar untuk menghindari pendorongan jaringan.
Pegang spuit dengan stabil saat jarum berada dalam jaringan.
Masukan obat perlahan-lahan.
Injeksi Intramuskular
Pemberian obat melalui intramuskular memiliki laju penyerapan obat yang lebih cepat
karena daerah ini memiliki jaringan pembuluh darah yang banyak. Namun, penyuntikan
intramuskular dikaitkan dengan berbagai risiko. Oleh karena itu, sebelum penyuntikan
intramuskular harus dipastikan bahwa injeksi yang dilakukan itu sangat penting (Nicoll dan
Hesby; WHO, 2005). Pada beberapa kasus seperti serangan influeza dan pneumonia, tidak
ada alternatif lain selain jalur pemberian ini.
Gunakan jarum yang panjang dan gauge yang besar untuk melewati jaringan subkutan
dan penetrasi jaringan otot yang dalam. Berat badan dan jaringan lemak memengaruhi
pemilihan ukuran jarum. Sebagai contoh, klien yang sangat gemuk biasanya memerlukan
jarum dengan panjang 3 inci, sedangkan klien yang kurus hanya memerlukan jarum dengan
panjang 1/2 sampai 1 inci (Nicoll dan Hesby, 2002).
Sudut penetrasi jarum untuk penyuntikan intramuskular adalah 90 derajat (Gambar 35-23).
Jaringan otot kurang sensitif terhadap iritasi dan obat dengan viskositas tinggi. Orang
dewasa normal dapat menoleransi sampai 3 ml obat pada penyuntikan intramuskular tanpa
merasakan nyeri. Volume obat yang banyak biasanya tidak diserap dengan sempurna. Anak-
anak, orang dewasa muda dan klien yang kurus hanya bisa menoleransi 2 ml injeksi obat
pada intramuskular. Jangan memberikan lebih dari 1 ml pada anak kecil dan bayi. Jangan
memberikan lebih dari 0,5 ml untuk bayi kecil (Hockenberry dan Wilson, 2007)
Lakukan pemeriksaan pada otot sebelum melakukan penyuntikan. Otot harus bebas dari
tanda-tanda inflamasi. Penyuntikan berulang pada otot yang sama dapat menimbulkan nyeri
yang hebat. Dengan klien dalam posisi nyaman, palpasi otot dengan menyingkirkan adanya
massa keras. Kurangi rasa tidak nyaman saat menyuntik dengan cara membantu klien dalam
posisi tidak tegang. Intervensi lain, seperti pengalihan dan menekan daerah penyuntikan akan
mengurangi nyeri saat penyuntikan.
Untuk menemukan otot deltoid, bukalah daerah lengan atas sampai bahu. Jangan
menggulung pakaian yang ketat. Mintalah klien untuk merelaksasi lengan atas di samping
dan tekuklah siku klien. Klien bisa dalam posisi duduk, berdiri atau telentang. Palpasi
bagian bawah tonjolan akromion yang membentuk dasar segitiga dengan titik tengah
aspek lateral lengan atas. Area injeksi adalah titik tengah segitiga, sekitar 3 cm (1-2 inci)
dibawah tonjolan akromion (Nicoll dan Hesby, 2002). Anda juga dapat mencari titik
injeksi dengan meletakkan empat jari melintasi otot deltoid dengan jari pertama sejajar
dengan tonjolan akromion. Aarea injeksi terletak 3 jari di bawah tonjolan akromion.
o Dorsogluteal. Dahulu, otot dorsogluteal digunakan untuk injeksi intramuskular. Namun,
penelitian menunjukan bahwa lokasi saraf skiatik bervariasai dari satu orang ke yang
lainya. Jika jarum mengenai saraf skiatik, klien bisa mengalami kelumpuhan kaki parsial
atau permanen; oleh karena itu, jangan gunakan area ini (Cook dan Murtagh, 2006;
Nicoll dan Hesby, 2002; Small,2004).
o Gunakan Metode Z-Track pada Injeksi Intramuskular. Pengunaan metode Z-Track
disarankan dalam injeksi intramuskular untuk mengurangi iritasi kulit lokal dengan cara
mengunci obat dalam jaringan otot (Nicoll dan Hesby, 2002). Untuk menggunakan
metode Z-Track, pasang jarum baru pada spuit baru setelah menyiapkan obat agar tidak
terdapat sisa obat pada permukaan luar jarum. Kemudian pilihlah area penyuntikan,
terutama di daerah otot dalam dan besar seperti otot ventrogluteal. Setelah membersihkan
area dengan antiseptik, dorong kulit dan jarigan subkutan sekitar 2,5 sampai 3,5 cm (1
sampai 1½ inci) ke arah lateral. Pegang kulit dengan tangan non-dominan, masukan
jarum ke dalam otot dan suntikan obat dengan perlahan jika tidak ada darah saat aspirasi.
Jarum tetap di dalam otot selama 10 detik untuk membiarkan obat tersebar merata.
Kemudian lepaskan kulit setelah menarik jarum. Hal ini menyebabkan jalan berbentuk
“zig-zag” yang mengunci lubang bekas jarum. Obat tidak dapat keluar dari jaringan otot.
Injeksi menggunakan teknik ini mengurangi rasa tidak nyaman dan mengurngi luka saat
penyuntikan (Nicoll dan Hesby, 2002).
Keterampilan 35-5
Memberikan Injeksi
Pertimbangan Pendelegasian
Peralatan
Langkah Rasional
1. Periksa kelengkapan MAR atau cetakan Lembaran instruksi merupakan sumber yang
komputer dengan instruksi pengobatan paling terpercaya dan satu-satunya rekaman
yang diresepkan. Periksa nama klien dan pengobatan klien yang sah. Pastikan klien
nama obat, dosis, jalur, dan waktu menerima obat yang tepat. MAR yang tidak
pemberian. Salin atau cetak kembali bagian dapat terbaca merupakan sumber kesalahan
MAR yang sulit di baca. pengobatan.
2. Periksa riwayat medis dan pengobatan Memperlihatkan kebutuhan akan pengobatan.
medis.
3. Periksa riwayat alergi klien: ketahui Memungkinkan identifikasi dini resiko klien.
substansi penyebab alergi dan reaksi alergi Dapat membutuhkan resep obat yang berbeda.
normal. Beberapa substansi memiliki
komposisi yang hampir sama; jangan
berikan substansi yang telah di ketahui
menimbulkan reaksi alergi pada klien.
4. Periksa tanggal kedaluwarsa obat. Manfaat obat meningkat atau menurun jika
telah kedaluwarsa.
5. Perhatikan respon verbal dan non verbal Injeksi menimbulkan nyeri. Beberapa klien
saat menerima injeksi. merasa gelisah, yang akan meningkatkan rasa
nyeri.
6. Periksa kontraindikasi.
A. Untuk injeksi intramuscular
(1) Periksa faktor seperti atrofi otot, Otot yang atrofi kurang dapat mengabsorpsi
penurunan aliran darah, atau syok obat. Faktor yang mengganggu aliran darah ke
sirkulasi. otot mengganggu absorpsi obat.
7. Siapkan obat secara asepsis dari ampul atau Memastikan obat tetap steril. Teknik persiapan
vital. Periksa label obat dengan MAR dua berbeda untuk ampul dan vial. Memastikan
kali saat mempersiapkan obat. obat yang tepat disiapkan untuk klien yang
tepat.
8. Berikan obat pada klien pada saat yang Memastikan klien memperoleh efek obat pada
tepat dan lakukan hygiene tangan. waktu yang tepat dan mengurangi transfer
mikrobiologi.
9. Tutup tirai atau pintu kamar. Memberikan privasi.
10. Identifikasikan klien dengan setidaknya Sesuai dengan syarat TJC (2008) dan
dua alat pengenal. Bandingkan nama klien meningkatkan keamanan pengobatan. Pada
dan pengenal lainnya (contohnya nomor sebagian besar lingkungan pelayanan akut,
identifikasi rumah sakit) pada MAR, nama dan nomor identifikasi klien pada gelang
cetakan komputer, atau layar komputer dan MAR digunakan untuk
dengan informasi pada gelang identifikasi mengidentifikasikan klien. Gelang
klien. Minta klien menyebutkan namanya identifikasikan dibuat saat klien masuk ke
jika mungkin sebagai pengenal ketiga. rumah sakit dan merupakan sumber identifikasi
yang paling terpercaya. Nomor kamar klien
bukan merupakan pengenal yang baik.
11. Bandingkan label modifikasi dengan MAR Pemeriksaan terakhir pada label obat dengan
di sisi tempat tidur klien. MAR di sisi klien akan mengurangi kesalahan
pemberian obat.
12. Jelaskan langkah prosedur dan beritahukan Membantu mengurangi kegelisahan klien.
bahwa injeksi akan menimbulkan rasa
terbakar atau mengigit.
13. Kenakan sarung tangan bersih. Mengurangi transfer mikrooganisme.
14. Buka gaun hanya pada bagian yang Menghormati klien.
membutuhkan pajanan.
15. Pilih lokasi injeksi yang tepat. Telitilah Lokasi injeksi harus bebas kelainan yang
permukaan kuit diatasnya untuk melihat menggangu absorpsi obat. Lokasi yang
lebam, radang, atau edema. berulangkali digunakan dapat mengeras karena
hipertrofi lipid. Jangan gunakan area yang
lebam atau mengalami infeksi.
a. IM: amati integritas dan ukuran otot, Lokasi ventrogluteal dipilih untuk dewasa dan
dan palpasi adanya nyeri tekan atau anak (Cook dan Murtagh, 2006; Hockenberry
massa yang keras. Hindari area dan Wilson, 2007; Nicoll dan Hesby, 2002;
tersebut. Jika injeksi akan di lakukan Small, 2004).
sering, rotasikan lokasi. Gunakan lokasi
ventrogluteal jika mungkin.
16. Bantu klien mengambil posisi yang
nyaman:
a. IM: posisikan klien tergantung lokasi Mengurangi ketegangan otot dan
yang dipilih(misalnya duduk atau meminimalkan rasa tidak nyaman pada injeksi.
berbaring, menyamping, atau pronasi).
b. Minta klien membicarakan minatnya. Pengalih perhatian akan mengurangi
Ajukan pertanyaan terbuka kegelisahan
17. Relokasi lokasi dengan penanda otomatis. Injeksi ke lokasi anatomis yang tepat akan
mencegah cedera saraf, tulang, dan pembuluh
darah.
18. Bersihkan lokasi dengan antiseptik. Aksi mekanis usapan kapas akan
Letakkan kapas di tengah lokasi dan menghilangkan sekresi yang mengandung
rotasikan keluar dengan arah melingkar mikroorganisme.
sekitar 5cm.
19. Pegang kapas diantara jari ketiga dan Kapas tetap dapat diakses saat spuit di tarik.
keempat tangan non-dominan.
20. Lepaskan tutup spuit dengan menariknya Mencegah spuit menyentuh bagian sampign
secara lurus. penutup akan mencegah kontaminasi.
21. Pegang tabung suntik di antara ibu jari dan
telunjuk tangan dominan.
a. IM: Pegang seperti pulpen, telapak
tangan kebawah.
22. Lakukan injeksi:
a. Intramuskular
(1) Posisikan tangan nondominan tepat Bentuk z menciptakan jalur zig-zag melalui
di bawah lokasi dan tarik kulit jaringan yangmenutup jejak jarum untuk
sekitar 2,5 ampai 3,5cm kebawah menghindariobat yang tersebar. Gunakan
atau lateral dengan sisi unlar tangan bentuk Z untuk semua injeksi IM (Nicoll dan
untuk menginjeksikan dalam huruf Hesby, 2002).Memastikan bahwa obat
Z. Tahan posisi sampai obat telah mencapai massa otot (Hockenberry dan
diinjeksikan. Wilson, 2007).
(2) Opsi: jika masa otot klien kecil, Memastikan bahwa obat mencapai massa otot
pegang otot diantara ibu jari dan (Hockenberry dan Wilson, 2007).
jari lainnya.
(3) Dengan tangan dominan, masukan Manipulasi yang halus dari tabung suntik akan
spuit degan cepat pada sudut 90 mengurangi rasa tidak nyaman. Kulit harus
derajat ke dalam otot. Setelah spuit tetap kencang sampai obat di injeksikan untuk
menembus kulit, pegana bagian memastikan pemberian dalam jalur Z.
bawah tabung suntik dengan tangan
nondominan. Pindahkan tangan
nondominan ke ujung alat penarik.
Jangan gerakan tabung suntik.
(4) Tarik alat penarik 5- 10 detik. Jika Aspirasi darah ke dalam tabung suntik
tidak ada darah, injeksikan obat menandakan spuit berada di dalam vena.
perlahan dengan kecepatan Injeksi secara perlahan akan mengurangi nyeri
1ml/10detik. dan trauma jaringan (Nicoll dan Hesby, 2002)
(5) Tunggu 10 detik, kemudian tarik Memungkinkan obat terserap ke dalam otot
spuit degan mantap dan lepaskan sebelum melepaskan tabung suntik dan tidak
kulit. akan menyebabkan kebocoran melalui jalur
yang dibuat oleh spuit (nicoll dan hesby,
2002).
23. Tarik spuit sambil memberikan kapas Dukungan jaringan sekitar lokasi injeksi
alkohol di atas lokasi injeksi. minimalkan rasa tidak nyaman selama
penarikan spuit. Kasa kering akan
meminimalkan ketidaknyamanan akibat
alkohol pada kulit yang tidak intak.
24. Tekan perlahan. Jangan memijat lokasi Pijatan dapat merusak jaringan.
penyuntikan. Berikan plester jika perlu.
25. Bantu klien mengambil posisi yang Memberikan rasa nyaman bagi klien.
nyaman.
26. Buang spuit yang tidak tertutup atau spuit Mencegah cedera terhadap klien dan personel
yang telah tertutup dan tabung suntiknya ke kesehatan. Menutup spuit meningkatkan risiko
tempat pembuangan yang anti-kebocoran. cedera akibat jarum (OSHA, 2006).
27. Lepaskan sarung tangan dan lakukan Mengurangi transmisi mikroorganisme.
hygiene tangan.
28. Tetaplah bersama klien dan amati adanya Dispnea, mengi, dan kolaps sirkulatorik
reaksi anafilaktik. merupakan tanda reaksi anafilaktik berat dan
mengancam jiwa.
29. Kembali ke kamar dan tanyakan apakah Rasa tidak nyaman yang terus-menerus sering
klien merasakan nyeri akut, rasa terbakar, mengindikasikan cedera pada tulang atau saraf.
mati rasa, atau kesemutan pada lokasi
injeksi.
30. Inspeksi lokasi untuk melihat lebam atau Lebam atau indurasi mengindikasikan
indurasi. komplikasi injeksi. Catat temuan dan
beritahukan penyelenggara kesehatan. Berikan
kompres hangat ke lokasi injeksi.
31. Perhatikan respons klien terhadap obat pada Obat IM diabsorpsi dengan cepat. Reaksi yang
waktu yang sesuai dengan onset, puncak, tidak diinginkan juga dapat muncul dengan
dan durasi obat. cepat. Pengamatan perawat menentukan
efektivitas aksi obat.
32. Minta klien untuk menjelaskan tujuan dan Mengevaluasi pemahaman klien tentang
efek obat. informasi yang diberikan.
Potter, Patricia. A dan Anne G.Perry. 2010. Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 2. Jakarta:
Salemba Medika