Anda di halaman 1dari 35

Asuhan Gizi dan

Dietetik Bedah Digestif


Bagian Atas
RATIH PUTRI DAMAYATI, S.GZ, M.SI
Pembedahan atau operasi
• Adalah semua tindak pengobatan yang menggunakan cara invasif
dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan
ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan
membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan,
dilakukan tindak perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan
penjahitan luka
Saluran
cerna bagian atas 
terdiri dari mulut,
faring, kerongkongan,
lambung, dan
duodenum
• Metabolisme saat kelaparan sederhana dan pembedahan
Assessment
1. Antropometri  TB, BB, Tinggi lutut, LILA
2. Dietary
Pengumpulan data riwayat gizi dan makanan pada pasien pembedahan meliputi :
- data riwayat kebiasaan makan
- makanan pantangan
- makanan kesukaan
- ada tidaknya alergi serta rata-rata asupan makan pasien sehari
- Faktor kebiasaan makan pasien dapat menjadi salah satu faktor yang
menentukan kejadian penyakit, terutama kejadian penyakit yang berhubungan
dengan penyakit-penyakit gastrointestinal dan kejadian-kejadian penyakit kanker
yang menyebabkan mereka perlu menjalani pembedahan
3. Biokimia  hemoglobin, hematokrit, eritrosit, kadar albumin darah,
dan protein total
4. Fisik dan klinis  tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi. Fungsi
gastro intestinal (GI)  nausea, vomiting, diarrhea, constipation
5. Riwayat personal pasien  riwayat obat-obatan atau suplemen yang
sering dikonsumsi, sosial ekonomi budaya, riwayat penyakit keluarga,
riwayat penyakit sekarang dan data umum pasien
Diagnosa Gizi
Diagnosis Gizi merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk bisa membuat suatu dukungan gizi
yang memadai pada pasien pra dan pasca bedah. Dari pengukuran masing-masing penilaian dapat
digunakan untuk:
1) Mengidentifikasi jenis malnutrisi.
2) Mendukung intensitas malnutrisi.
3) Memutuskan apakah ada stress metabolik atau tidak.

Pertanda dari stress metabolic adalah:


1) Suhu tertinggi dalam 24 jam > 38°C.
2) Nadi > 100/menit dalam 24 jam terakhir.
3) Laju pernafasan > 30 per menit dalam 24 jam terakhir.
4) Hitung sel darah putih > 1200 atau < 3000 dalam 24 jam terakhir.
5) Biakan darah positif.
6) Penyakit radang usus aktif.
7) Focus infeksi
Beberapa contoh diagnosis gizi yang biasa ditemukan pada penderita pasca bedah:

NI.2.1 : makanan dan minuman oral tidak adekuat (P) berkaitan dengan nafsu makan kurang (E)
ditandai dengan recall Energi 67%, protein 55%, lemak 40% dan karbohidrat 62% (rata-rata
tingkat konsumsi makan 56%, termasuk kategori kurang).

NC 1.4 : gangguan fungsi gastrointestinal (P) berkaitan dengan penyakit Ileus Obstruktif (E)
ditandai dengan rasa nyeri di perut, mual, muntah.

NB 3.1 : berat badan kurang (P) berkaitan dengan riwayat penyakit pasien (kanker esofagus) dan
malnutrisi (E) ditandai dengan IMT 16,7 kg/m2.

NB 1.3 : tidak siap untuk berdiet (P) berkaitan dengan motivasi pasien yang kurang (E) ditandai
dengan pasien tidak mau menerima diet yang diberikan oleh rumah sakit, asupan rata-rata
hanya 56%.
Intervensi Gizi
1. Edukasi gizi  memberikan materi tentang pengaturan makanan
bagi pasien pasca pembedahan, bagaimana memilih makanan yang
boleh dikonsumsi dan makanan mana yang harus dibatasi.
2. Domain koordinasi asuhan gizi (RC): kolaborasi antara tim kesehatan
dan memberhentikan atau merujuk pasien ke pelayanan kesehatan lain
3. Pemberian makanan (ND)
Diet Pra Bedah
Tujuan Diet
Tujuan diet pra-bedah adalah untuk mengusahakan agar status gizi pasien dalam
keadaan optimal pada saat pembedahan, sehingga tersedia cadangan untuk
mengatasi stress dan penyembuhan luka.

Tata Laksana
Prabedah besar saluran cerna diberikan  Diet Sisa Rendah selama 4-5 hari, dengan
tahapan:
- Hari ke-4 sebelum pembedahan diberi makanan lunak.
- Hari ke-3 sebelum pembedahan diberi makanan Saring.
- Hari ke-2 dan 1 hari sebelum pembedahan diberi Formula Enteral Sisa
Rendah
Syarat-syarat Diet Pra-Bedah adalah:
a) Energi
- Bagi pasien dengan status gizi kurang diberikan sebanyak 40-45 kkal/kb BB.
- Bagi pasien dengan status gizi lebih diberikan kebutuhan energi normal.
- Bagi pasien dengan status gizi baik diberikan sesuai dengan kebutuhan
energi normal ditambah faktor stress sebesar 15% dari AMB (Angka
Metabolisme Basal).
- Bagi pasien dengan penyakit tertentu energi diberikan sesuai dengan
penyakitnya.
b) Protein
- Bagi pasien dengan status gizi kurang, anemia, albumin rendah (< 2,5 mg/dl) diberikan protein
tinggi 1,5-2,0 g/kg BB.
- Bagi pasien dengan status gizi baik atau kegemukan diberikan protein normal 0,8-1 g/kg BB.
- Bagi pasien dengan penyakit tertentu diberikan sesuai dengan penyakitnya.
c) Lemak cukup, yaitu 15-25% dari kebutuhan energi total. Bagi pasien dengan penyakit tertentu
diberikan sesuai dengan penyakitnya.
d) Karbohidrat cukup, sebagai sisa dari kebutuhan energi total untuk menghindari
hipermetabolisme. Bagi pasien dengan penyakit tertentu, karbohidrat diberikan sesuai dengan
penyakitnya.
e) Vitamin cukup, terutama vitamin B, C, dan K. Bila perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen.
f) Mineral cukup. Bila perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen.
g) Rendah sisa agar mudah dilakukan pembersihan saluran cerna atau klisma,
sehingga tidak mengganggu proses pembedahan (tidak buang air besar atau kecil
di meja operasi).
Diet Pasca Bedah
1) Tujuan
Tujuan Diet Pasca-Bedah adalah untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali
normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien,
dengan cara sebagai berikut:
- Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein).
- Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain.
- Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
2) Syarat Diet
Syarat diet pasca bedah, adalah memberikan makanan secara bertahap mulai dari bentuk cair,
saring, lunak, dan biasa. Pemberian makanan dari tahap ke tahap tergantung pada macam
pembedahan dan keadaan pasien seperti:
- Makanan diberikan secara berhati-hati disesuaikan dengan kemampuan pasien
untuk menerimanya
3) Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
a) Diet Pasca-Bedah I (DPB I)
Diet ini diberikan kepada semua pasien pascabedah:
- Pasca bedah besar: setelah sadar dan rasa mual hilang serta ada tanda-tanda usus sudah mulai
bekerja.

Cara memberikan makanan


Selama 6 jam sesudah pembedahan, makanan yang diberikan berupa air putih, the manis, atau cairan
lain seperti pada makanan cair jernih. Makanan ini diberikan dalam waktu sesingkat mungkin, karena
kurang dalam semua zat gizi. Selain itu diberikan makanan parenteral sesuai kebutuhan. Bahan
makanan diberikan secara bertahap sesuai kemampuan dan kondisi pasien, mulai dari 30 ml/jam dalam
bentuk makanan cair jernih.Bahan makanan yang boleh diberikan antara lain teh, sari buah, sirup, air
gula, kaldu jernih, serta cairan mudah cerna seperti cairan yang mengandung maltodekstrin. Makanan
dapat ditambah dengan suplemen energi tinggi dan rendah sisa
b) Diet Pasca-Bedah II (DPB II)
Diet Pasca-Bedah II diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna atau
sebagai perpindahan dari Diet Pasca-Bedah I.

Cara memberikan makanan


Makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu jernih, sirup, sari buah,
sup, susu, dan pudding rata-rata 8-10 kali sehari selama pasien tidak tidur. Jumlah
cairan yang diberikan tergantung keadaan dan kondisi pasien. Selain itu dapat
diberikan makanan Parenteral bila diperlukan. DPB II diberikan untuk waktu
sesingkat mungkin karena zat gizinya kurang.
Bahan makanan pada Diet Pasca-Beda II berupa makanan cair kental dengan
pemberian secara berangsur dimulai 50 ml/jam.
Makanan yang tidak di perbolehkan pada Diet Pasca-Bedah II adalah air jeruk dan
minuman yang mengandung karbondioksida.
c) Diet Pasca-Bedah III (DPB III)
Diet Pasca-Bedah III diberikan kepada pasien pasca-bedah besar saluran
cerna atau sebagai perpindahan dari Diet Pasca-Bedah II.

Cara Memberikan Makanan


Makanan yang diberikan berupa makanan Saring ditambah susu dan biskuit.
Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari. Selain itu dapat diberikan
makanan parenteral bila diperlukan.
Makanan yang tidak dianjurkan untuk Diet Pasca-Bedah III adalah makanan
dengan bumbu tajam dan minuman yang mengandung karbondioksida
d) Diet Pasca-Bedah IV (DPB IV)
Diet Pasca-Bedah IV diberikan kepada:
- Pasien pascabedah besar, setelah Diet Pasca-Bedah III

Cara Memberikan Makanan


Makanan diberikan berupa makanan lunak yang dibagi dalam 3 kali makanan
lengkap dan 1 kali makanan selingan.
Bahan makanan yang digunakan pada Diet Pasca Bedah IV ini sama dengan
makanan lunak.
Makanan yang tidak dianjurkan untuk Diet Pasca-Bedah IV adalah makanan
dengan bumbu tajam dan minuman yang mengandung karbondioksida (CO2).
e) Diet Pasca-Bedah Lewat Pipa Jejenum
Diet Pasca-Bedah lewat Pipa Jejenun adalah pemberian makanan
bagi pasien yang tidak dapat menerima makanan melalui oral atau
pipa lambung. Makanan diberikan langsung ke jejenum atau
jejunum feeding fistula (JFF).

Cara Memberikan Makanan


Makanan diberikan sebagai makanan cair yang tidak memerlukan
pencernaan lambung dan tidak merangsang jejenum secara
mekanis maupun osmotis.
Cairan diberikan tetes demi tetes secara perlahan, agar tidak
terjadi diare atau kejang. Diet ini diberikan dalam waktu singkat
karena kurang energi, protein, vitamin, dan zat besinya
Oesophageal cancer and nutrition
• Efek  dysphagia, BB turun, Sarcopenia, kehilangan nafsu makan, mudah kenyang

Preoperative nutrition
• Skrining  risk of malnutrition
• Severe nutritional risk  nutritional support  diberikan enteral 10–14 hari
sebelum bedah mayor
• Jenis enteral yang diberikan  yang memberikan efek ke respon imun mengandung
substrat yang dapat memperbaiki respon imun pasca operasi,memodulasi respons
inflamasi pasca operasi dan meningkatkan mikroperfusi GI dan metabolisme oksigen
• immunonutrition enteral formula commonly used in upper GI malignancies 
diperkaya dengan omega-3 fatty acids, arginine, ribonucleic acid, arginine,
glutamine, serat larut
The dietary modifications may range from regular food with adequate
chewing and slow eating, to soft foods, or to pureed or blenderized
foods
Postoperative nutrition
• Setelah esofagektomi, asupan secara oral dihindari untuk
meminimalkan ketegangan pada anastomosis dan untuk mengurangi
risiko bawaan gangguan motilitas GI pasca operasi.
• Dapat diberikan enteral melalui jejunostomy
• Parentral nutrition dapat diberikan apabila ada indikasi komplikasi
dari enteral
• Komplikasi prosedur pembedahan  meningkatkan risiko aspiration,
dysphagia, anastomosis leak, wound infection, and stricture pada
anastomosis
• Pemberian makanan secara bertahap  clear liquids to a soft, moist
foods diet.
• makan dalam porsi kecil namun sering dengan cairan yang terbatas
pada waktu makan.
• Beberapa pasien mungkin mengalami sindrom dumping jika makanan
masuk ke usus kecil terlalu cepat. Gejala dumping syndrome :
abdominal pain, nausea, diarrhea, weakness, and dizziness
Gastric cancer and nutrition
• Dietary intake also influences the development of gastric cancer. High
consumption of salt, as assessed by salt added to food and
consumption of processed meat

Preoperative nutrition
• diberikan enteral 10–14 hari sebelum bedah mayor
• Immunonutrition formula  arginin, asam ribonukleat, dan asam
lemak omega-3 yang telah terbukti mengubah sintesis eikosanoid,
produksi sitokin, dan fungsi kekebalan, sehingga memodulasi dari
respons stres akut
• Billroth I (gastroduodenostomy) melibatkan
pengangkatan pilorus dan/atau antrum, dan
anastomosis ujung proksimal duodenum ke
ujung distal sisa lambung
• Billroth II (gastrojejunostomy) melibatkan
pengangkatan antrum lambung dan
anastomosis lambung yang tersisa ke sisi
jejunum
• Roux-en-Y, jejunum ditarik ke atas dan
dianastomosis ke kerongkongan. Duodenum
kemudian dihubungkan ke usus kecil sehingga
empedu dan sekresi pankreas dapat mengalir
ke usus
• Vagotomi trunkal, pemutusan total saraf
vaguspada esofagus distal, menurunkan
sekresi asam oleh parietalsel-sel di lambung
dan menurunkan responsnya terhadap
hormon gastrin
• Pyloroplasty adalah operasi untuk
memperlebar bukaan bagian bawah lambung
(pilorus)
Postoperative nutrition
• Reseksi yang lebih kecil  pasien memulai cairan oral 24-48 jam pasca operasi,
memungkinkan dimulainya Kembali asupan makanan normal dalam waktu kurang
lebih 5 hari.
• Reseksi lambung yang lebih luas, termasuk gastrektomi total, akan membutuhkan
dukungan gizi  diberikan enteral melalui jejunostomi, untuk mendukung pasien
sampai dapat diberikan melalui oral dan pasien mampu memenuhi kebutuhan
gizinya.
• Secara umum Asupan cairan dan makanan oral dimulai segera setelah saluran
GIfungsi kembali (biasanya 24-72 jam pasca operasi). Pemberian es atau air dalam
jumlah kecil dan sering biasanya dimulai,diikuti oleh cairan dan makanan padat yang
mudah dicerna, setelah itu pasien dapat melanjutkan ke diet biasa
• Jika pasien tidak dapat mentolerir diet oral untuk waktu yang lama(misalnya, 5
hingga 7 hari), maka pemberian makanan enteral harus dipertimbangkan jika akses
makan yang sesuai tersedia, dan jika tidak, parenteralnutrisi harus diperhatikan
• Upper GI tract surgery, particularly gastrectomy, is known to cause
marked body weight loss due to reduced oral intake, and
deficiencies of iron, vitamin B12, vitamin D, and calcium due to
malabsorption  long-term oral nutritional supplementation after
total gastrectomy may mitigate body weight loss. Deficiencies of
vitamins and minerals should also be corrected
Beberapa komplikasi gizi kronis yang dapat terjadi setelah operasi lambung:
- anemia, osteoporosis, dan vitamin tertentu dan defisiensi mineral akibat asupan yang tidak
memadai dan atau malabsorpsi.
- Kekurangan zat besi dapat dikaitkan dengan kehilangansekresi asam karena asam lambung
biasanya memfasilitasi reduksi senyawa besi untuk penyerapannya. Waktu transit yg cepat
transit dan berkurangnya kontak besi makanan dengan situs besi penyerapan juga dapat
menyebabkan kekurangan zat besi.
- Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia megaloblastik. Jika jumlah mukosa
lambung berkurang,faktor intrinsik mungkin tidak diproduksi dalam jumlah yang memadai
untukmemungkinkan penyerapan vitamin B12 lengkap, dan anemia pernisiosa dapat terjadi.
- Pertumbuhan berlebih bakteri di proksimal kecil usus atau loop aferen berkontribusi
terhadap deplesi vitamin B12 karena bakteri bersaing dengan inang untuk menggunakan
vitamin.
- Oleh karena itu, pasien setelah gastrektomi harus menerima suplementasi vitamin B12
profilaksis (suntikan) atau mengambil sintetis suplementasi oral
Monev
• monitoring dan evaluasi gizi mengevaluasi dampak dari intervensi
gizi sesuai dengan outcome dan indikator asuhan gizi.
• Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan
intervensi gizi tersebut adalah asupan makan dan minum (konsumsi
selama dirawat), asupan ini dimonitor setiap hari, nilai laboratorium
terkait gizi, perubahan berat badan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai