Anda di halaman 1dari 62

PENATALAKSANAA

N DIIT PADA
PASIEN BEDAH
Oleh :
SHELLY FESTILIA A,
PEMBEDAHAN
• Merupakan tindakan invasif yang akan
merusak struktur jaringan tubuh.
• Setelah operasi akan terjadi suatu fase
metabolik baik anabolisme maupun
katabolisme.
• Pasien yang menjalani operasi mengalami
stres berupa kurang makan, infeksi dan
stres karena trauma operasinya.
• Asuhan gizi perioperatif adalah suatu
kegiatan pemberian nutrisi kepada pasien
pada saat pra bedah, selama operasi dan
pasca bedah.
Meningkatkan stress metabolik
 kebutuhan energi dan
protein meningkat
Jika nutrisi tidak adekuat 
pemecahan jaringan protein
untuk memenuhi kebutuhan
energi
Metabolisme zat gizi pasien
bedah dipengaruhi oleh berat
ringannya pembedahan,
status gizi pasien prabedah,
kemampuan pasien untuk
mencerna dan mengabsorbsi
zat gizi
Pasien tergolong malnutrisi berat bila :
•Kehilangan berat badan sebanyak > 10-15%
selama 6 bulan
•Memiliki IMT ,18,5 kh/m2
•Hasil skrining Subjective Global Assessment (SGA)
masuk dalam grade C
•Kadar albumin serum < 3,0 g/dL (tidak ada
disfunsi hepar atau ginjal)
DIET PRA BEDAH
Diet Pra Bedah tergantung pada :
1.Keadaan umum pasien : kesadaran, status gizi, kadar
gula darah, TD, suhu tubuh, denyut nadi dll
2.Macam pembedahan :
a.Bedah Minor/ kecil : insisi, sirkumsisi, dll
b.Bedah mayor/ besar : bedah saluran cerna, bedah diluar
saluran cerna
3.Sifat operasi : segera/cito dan elektif/berencana
4.Macam penyakit : penyakit utama atau penyakit
penyerta
Tujuan Diet Pra bedah :
Mengusahakan status gizi pasien dalam
keadaan optimal pada saat pembedahan
sehingga tersedia cadangan untuk
mengatasi stres dan penyembuhan luka
BEDAH ANAK
Jenis pembedahan anak :
1. Atresia Ani : tidak ditemukannya lubang anus
pada bayi baru lahir  tindakan : colostomy
2. Hirschprung : pembesaran kolon kongenital,
tidak dijumpai pleksus auerbachii maupun
pleksus Meisneri pada kolon. Pasien tidak
ada keinginan defekasi walaupun perut telah
sangat distensi  tindakan : colostomy
3. Invaginasi : segmen usus masuk ke dalam
lumen usus lainnya
4. Hernia Inkaserata : usus halus, sekum,
ovarium, tuba falopi dan apendiks ditemukan
dalam kantung hernia
5. Apendix Perforasi  meradang disertai nanah
6. Achalasia esophagus  penyempitan
esophagus
7. Kista Ductus Koledokus  kista pada empedu
8. Tumor abdomen
Diet Prabedah Anak
Pemberian diet prabedah tergantung pada :
- KU pasien
- Macam pembedahan (mayor dan minor)
- Sifat operasi (segera dan elektif)
- Macam penyakit (utama dan penyerta

Pengkajian status gizi pra bedah dibutuhkan


untuk menentukan perlu tidaknya dukungan
nutrisi dalam bentuk suplementasi nutrisi oral,
enteral maupun parenteral.
Keadaan gizi kurang pada anak dapat
menyebabkan :
•Menurunnya daya tahan dan mempermudah
infeksi
•Timbulnya komplikasi lain seperti :
memperlambat penyembuhan luka,
hipoproteinemia, odema anasarka, gangguan
motilitas usus, gangguan enzim dan
metabolisme, kelemahan otot, dll
Tatalaksana Diet Prabedah
Anak
Tujuan diet :
1.Mencapai status gizi normal
2.Menjaga tumbuh kembang optimal
3.Mempersiapkan kondisi prima pasien untuk
menjalani operasi dan mencegah morbiditas/
komplikasi pasien
Syarat dan Prinsip Diet :
1.Pada bayi dan anak dengan malnutrisi perlu
diberikan dukungan gizi sebelum operasi
selama 10-14 hari dalam bentuk suplementasi
oral/ NGT/OGT (orogastric tube)
2.Anak diperbolehkan minum minuman cair
jernih 2 jam sebelum pembedahan tanpa
peningkatan resiko aspirasi. Makanan cair
dapat diberikan 6 jam sebelum pembedahan
pada anak usia >6 bulan, sedangkan pada
anak usia < 6 bulan dapat diberikan ASI 4 jam
sebelum pembedahan.
3. Energi : perhitungan kebutuhan energi
untuk pasien bedah anak sebaiknya
menggunakan BMR (rumus Schofield)
ditambah faktor stres atau perhitungan
berdasarkan BB ideal. Perhitungan
menggunakan Harris Benedict tidak
disarankan untuk anak usia < 6 tahun.
4. Protein sesuai AKG
5. Lemak diberikan cukup untuk memenuhi
kebutuhan energi dan asam lemak
esensial.
6. Karbohidrat sisa kebutuhan energi
Diet Pasca Bedah Anak
• Diet Pasca Bedah adalah nutrisi yang
diberikan kepada pasien setelah menjal;ani
pembedahan.
• Makanan Enteral dapat diberikan segera
dalam 24-48 jam pasca bedah dengan
tujuan memberikan makanan usus untuk
meningkatkan pertahanan mukosa usus dan
mencegah translokasi bakteri sehingga
memperkecil kemungkinan terjadinya gagal
organ multiple.
Tatalaksana Diet
Tujuan :
1.Mencapai status gizi normal
2.Mempercepat proses penyembuhan
3.Meningkatkan daya tahan tubuh untuk
mencegah komplikasi
4.Memenuhi kebutuhan nutrisi untuk
mengganti kehilangan protein, glikogen, zat
besi serta memperbaiki ketidakseimbangan
elektrilit dan cairan.
Syarat Diet :
1.Makanan enteral diberikan setelah fungsi usus pulih
2.Pemberian makanan secara bertahap mulai dari
bentuk cair, saring, lunak dan biasa dan pentahapan
diet tergantung jenis pembedahan dan keadaan klinis
pasien
3.Energi diberikan tinggi dengan memperhatikan faktor
stres pada pasien bedah.
Bedah minor dengan operasi elektif : 1,1 – 1,3.
Bedah mayor 1,2- 1,4.
Tumbuh kejar 1,5 – 2
Trauma cedera kepala 1,5 – 1,7
4. Pada kasus malnutrisi berat pemberian
nutrisi diberikan secara bertahap untuk
menghindari refeeding syndrome. Pada
hari ke 3 sampai ke 5 disarankan diberikan
setengah dari kebutuhan, dengan menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit
sebelum diberikan sesuai kebutuhan.
5. Protein diberikan tinggi dengan
memperhitungkan rasio energi non protein
terhadap nitrogen 100 : 1 kkal/g N,
selanjutnya dipertahankan dengan rasio
150-200 : 1 kkal/gN
6. Kebutuhan cairan dihitung berdasarkan
balans cairan yaitu :
IFL (insensible flluid loss) + CFL (concomitant
fluid loss) + jumlah urin 24 jam
7. Imunonutrisi adalah nutrien spesifik yang
dapat meningkatkan imunitas pasien yaitu
arginin, glutamin, nukleotida, asam
eikosapentaenoat (EPA) dan asam
gamalinoleat (GLA). Imunonutrisi berfungsi
merangsang sistem imun tubuh.
Beberapa kasus bedah anak yang
memerlukan diet pra dan paska
bedah khusus
Diet pada Atresia Ani
Tujuan :
1.Memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi
pasien secara bertahap untuk menurunkan
pengeluaran dan iritasi stoma
2.Mengganti kehilangan zat gizi pasca operasi
3.Mempercepat proses penyembuhan dan
meningkatkan daya tahan tubuh dengan
memperhatikan faktor tumbuh kembang bayi
dan anak.
Diet pada Apendiktomi
Tujuan :
1.Mengurangi resiko infeksi, sepsis, peritonitis atau abses
2.Mengganti kehilangan zat gizi
3.Mencapai tumbuh kembang anak yang optimal.

Syarat Diet :
1.Tinggi energi dan protein
2.Cukup vitamin C, zink, vitamin K dan A
3.Pemberian makanan bertahap
4.Makanan mudah cerna dan tidak merangsang saluran
cerna
5.Rendah serat dan secara bertahap ditingkatkan sesuai
toleransi pasien
Syarat Diet :
1.Pemberian makanan secara bertahap
dimulai dengan cairan jernih, kemudian
ditingkatkan diet rendah sisa.
2.Pada tahap penyembuhan luka operasi
diberikan diet tinggi energi dan protein.
3.Pemberian makanan ditingkatkan dari diet
rendah serat kemudian diet tinggi serat.
4.Pemberian cairan harus cukup untuk
mencegah konstipasi.
5.Makanan dikunyah dengan baik untuk
mengurangi resiko terjadinya sumbatan di
stoma.
Diet Penyakit Hirschprung

Tujuan :
1.Memberikan makanan secara bertahap
untuk memperbaiki status gizi pasien dan
mempercepat proses penyembuhan.
2.Menggantikan kehilangan zat gizi pasca
operasi
3.Mencapai tumbuh kembang optimal.
Syarat diet :
1.Pada periode perioperatif, neonatus dengan
gizi buruk karena obstruksi gastriontestinal
memerlukan nutrisi parenteral.
2.Bayi yang didiagnosis melalui suction rectal
biopsy dapat diberikan larutan rehidrasi oral
sebanyak 15 ml/kg tiap 3 jam selama dilatasi
rectal preoperatif dan irigasi rectal.
3.Pada periode post operasi pemberian
makanan per oral dimulai sesegera mungkin
untuk memfasilitasi adaptasi usus dan
penyembuhan anastomosis.
4. Pemberian oral pada hari kedua
pasca bedah dan nutrisi enteral
secara penuh pada hari keempat
pada pasien yang sering muntah.
5. Pemberian ASI tetap dilanjutkan
6. Energi dan protein tinggi, diberikan
secara bertahap
Diet pada Short Bowel Syndrome
• SBS atau sindrom usus pendek
merupakan keadaan kompleks akibat dari
kelainan bawaan atau juga karena reseksi
pada saluran cerna.
• Reseksi duodenum dan yeyenum
toleransinya lebih baik apabila ileum utuh
• Reseksi seluruh ileum dengan sebagian
yeyenum memerlukan nutrisi parenteral
karena nutrisi oral dan atau enteral tidak
cukup memenuhi cairan dan zat gizi
Masalah yang dapat timbul pada pasien
SBS :
1.Terjadi hipersekresi asam lambung
terutama yang tidak mempunyai yeyenum 
mempercepat waktu transit makanan dalam
usus, proses absorbsi berkurang, timbul diare.
2.Pada reseksi distal ileum, masalah gizi
timbul karena berkurangnya absorbsi vitamin
B12 dan garam empedu  pasien beresiko
malabsorbsi lemak dan vitamin larut lemak
3. Pasien mengalami diare steatorea karena
garam empedu yang tidak terabsorbsi di
ileum akan masuk ke kolon dan memicu
sekresi lemak dan air.
4. Reseksi pada katup ileocecal
mempercepat jalannya makanan dari
ileum ke kolon, meningkatkan kehilangan
cairan dan zat gizi, dan meningkatkan
resiko masuknya bakteri kolon ke usus
halus sehingga dapat menyebabkan
peradangan yang merusak mukosa usus
halus.
6. Reseksi sebagian kolon atau total kolon
akan menyebabkan keseimbangan air dan
elektrolit terganggu sehingga terjadi diare
berat dan makanan yang dimakan akan
keluar kembali dalam beberapa jam.
7. Pada kolon yang utuh, resiko terjadinya
pembentukan batu ginjal karena
peningkatan hiperoksaluria karena
peningkatan absorbsi oksalat di kolon.
8. Bakteri kolon akan dapat memfermentasi
karbohidrat yang tak terserap menjadi
asam lemak rantai pendek dan menambah
energi sampai 500 kkal sehari.
Tujuan diet :
1.Mencegah dan mengkoreksi gangguan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit serta
dehidrasi.
2.Mempertahankan dan memperbaiki status
gizi
3.Mencegah atropi mukosa usus dan
memperbaiki fungsi usus yang tersisa pada
fase adaptasi.
4.Mengganti defisiensi makronutrien, vitamin
dan mineral
5. Mencegah pembentukan batu ginjal
dengan suplementasi kalsium dan
pembatasan oksalat.
6. Mengontrol dan mencegah pembentukan
batu empedu, anemia, ulkus peptikum
karena hipersekresi lambung.
Syarat Diet :
1.Pemberian makanan bertahap dari
parenteral nutrisi, enteral, dan makanan padat
2.Kalori tinggi yang diberikan secara bertahap
3.Pemberian protein tinggi yang diberikan
secara bertahap dimulai dari 0,5 – 1 g/ kg BB/
hari dan ditingkatkan sampai mencapai 2,5 –
3 g/ kg BB/ hari.
4.Pemberian cairan tinggi dengan
memperhitungkan cairan yang keluar melalui
ostomy dan diare
5. Pada SBS dengan kolon yang utuh diberikan
diet rendah laktosa, rendah oksalat, kaya KH
kompleksn dan Lemak 20-30% dari kalori
dengan sumber MCT/LCT.
6. Pada SBS tanpa kolon, tidak membatasi oksalat,
dan lemak 20-30% dari sumber LCT.
7. Pemberian mineral adekuat yaitu zinc, kalium,
magnesium, kalsium, zat besi dan selenium.
8. Diperlukan injeksi vitamin B12 bila reseksi
terminal ileum.
9. Diperlukan suplementasi vitamin C dan vitamin
ADEK
10. Porsi kecil tapi sering (3 X utama dan 3 X
selingan)
11. Pemberian minum diantara waktu makan.
Macam dan Indikasi Pemberian
Diet
Nutrisi Parenteral
Diberikan pada fase hipersekresi paska bedah
untuk memenuhi kecukupan gizi dan mengganti
kehilangan cairan dan elektrolit.

Enteral Nutrisi
1.Diberikan pada fase adaptasi. Pada beberapa
kasus dimungkinkan pemberian enteral nutrisi
secara dini (24-48 jam paska reseksi) dengan
asam amino bebas atau peptida untuk
mempercepat proses adaptasi
2. Pemberian makanan lewat pipa secara
kontinyu lebih bisa ditoleransi dibandingkan
dengan cara bolus.
3. Pemberian bertahap untuk mencapai 0,67
kkal/ml untuk bayi dan 1 kkal/ ml untuk anak
4. Secara bertahap mengurangi parenteral
nutrisi dan meningkatkan enteral nutrisi
untuk memenuhi kebutuhan, kecuali bila
terjadi peningkatan stool output > 50%,
demikian juga bila stool output lebih besar
dari 40-50 ml/kg/hari.
Makanan Padat
1.Diberikan pada fase stabilisasi atau
maintenance.
2.Diawali dengan pemberian diet tinggi protein
dan lemak sedang, sebelum pemberian
karbohidrat.
3.Pemberian oral diberikan secara bertahap
sesuai dengan toleransi anak dengan suplemen
enteral jenis polimerik.
4.Apabila kapasitas penyerapan usus masih
rendah dan BB normal tidak dapat
dipertahankan, ditandai dengan volume feses
diatas normal, maka pemberian nutrisi enteral
dan parenteral perlu dipertimbangkan.
Bahan makanan yang dihindari
Sumber karbohidrat : produk makanan jadi
seperti pie, cake, croissant, pastry, muffin, dll
Sumber protein hewani : daging berlemak,
daging babi, kambing, jerohan, otak, lidah sosis,
sardin, nugget, susu fullcream, susu kental
manis, es krim
Buahan-buahan yang diawetkan
Sumber lemak : minyak kelapa, minyak kelapa
sawit, mentega, margarin, kelapa, santan,
mayonaise dan dressing yang dibuat dengan
telur.
BEDAH DEWASA
Diet Pra Bedah
Tujuan diet :
1.mencapai status gizi pasien dalam keadaan
optimal pada saat pembedahan
2.Tersedianya cadangan untuk mengatasi
stres dan penyembuhan luka
INDIKASI PEMBERIAN
 Pra bedah darurat/ cito : tidak memerlukan diet
tertentu
 Pra Bedah berencana/ elektif :
- Minor : diet biasa atau diet sesuai penyakit
tertentu diberikan 6 jam sebelum pembedahan
dan diet cair jernih sampai 2 jam sebelum
pembedahan.
• Mayor/ besar
Pra bedah saluran cerna :
Diberikan diet rendah sisa selama 4-5 hari dengan tahapan
Hari ke 4 sebelum pembedahan diberikan makanan
lunak
Hari ke 3 sebelum pembedahan diberi makanan saring
Hari ke 2 dan ke 1 sebelum pembedahan diberi formula
enteral rendah sisa
Pra bedah diluar saluran cerna :
Diberi formula enteral rendah sisa selama 2-3 hari.
Pemberian makanan terakhir dilakukan 12 – 18 jam
sebelum pembedahan, sedangkan minuman terakhir 8
jam sebelumnya.
RENCANA TERAPI DIET
1. Pra Bedah
Segera : pasien dipuasakan  operasi
Direncanakan / elektif
2. Pasca Bedah
Hari I : Puasa
Hari II : ada tanda BU (+) dimulai dengan D 5%
atau air gula s/d flatus
Hari III : Flatus (+) Makanan cair bebas sisa
Hari IV : jika ada tanda kolostomy sudah
mengeluarakan feses dilanjutkan dengan MPB
III s/d TKTP  sesuaikan dengan umur anak
Kesimpulan :
• Bila ada tanda BU yang aktif (peristaltik
jejenum dan ileum) tidak perlu menunggu
flatus (peristaltik kolon) pasien bisa langsung
diberikan D 5% atau air gula/madu
• Bila retensi lambung < 200 ml/24 jam warna
putih kehijauan jernih, diet bisa dilanjutkan
BEDAH DIGESTIF
Istilah2 :
LAPARATOMY : pembedahan abdomen
KOLEKTOMY : pembedahan kolon
KOLOSTOMY : pembentukan lubang pada
kolon pada tubuh
RESEKSI : pemotongan
Gastrektomi (Operasi Gaster)
Masalah :
1. BB turun
2. < pepsin dan HCL lambung  proses
pencernaan
3. < sekresi empedu + pankreas  penc lemak
4. < faktor intrinsik  absorbsi vit
DIET :
1. Puasa + parenteral
2. Minum sedikit2 + parenteral
3. Bertahap
4. Porsi kecil tapi sering
5. Makan dan minum bergantian

Terapi Diet :
1. Batasi KH sederhana : gula dll
2. Protein dan lemak mudah cerna (MCT)
3. Cairan tidak bersamaan dengan makanan
4. Porsi kecil tapi sering
5. Atur suhu, makan secara perlahan-lahan
BEDAH USUS HALUS & KOLON

Terapi Diet :
1. Mulai makanan cair s/d diet rendah sisa
2. Bentuk makanan lunak
3. Energi dan protein tinggi
4. Hindari gas dan alkohol
5. Rendah lemak, mudah cerna
6. Makanan tidak merangsang
KEGAWATAN BEDAH
Pasca Operasi
 Respon metabolik sebanding dengan
beratnya trauma
Terdiri dari 2 fase :
Fase Awal (Fase Ebb/ Fase Syok)
Fase Lanjut (Fase Flow / Fase
Hiperkatabolik)
FASE EBB
 0-24 jam setelah stress / pembedahan
 sedikit respon
 tidak diikuti peningkatan laju metabolisme
 cadangan CHO dipecah untuk memenuhi kebutuhan
basal

FASE FLOW
24-48 jam setelah stress
Mencapai puncak 3-4 hari
Menurun 5-7 hari berikutnya
Peningkatan laju metabolisme disertai katabolisme
Apabila tidak ada pemasukan makanan
glukosa diperoleh dengan pemecahan
jaringan (glukoneogenesis)
Apabila masukan energi dan protein tidak
adekuat maka fase flow akan berlangsung
lebih lama
Terjadi gagal organ
Nutrisi Parenteral
Diberikan kepada pasien yang dalam
kondisi :
1. Pasien tidak bisa makan
2. Pasien tidak boleh makan
3. Pasien tidak mau makan
Nutrisi Enteral
Pemberian makanan yang
mengandung nutrient (polimerik,
semi elemental, elemental) melalui
pipa dengan tujuan agar tercapai
absorbsi maksimal untuk memenuhi
kebutuhan pasien
KAPAN DIBERIKAN NUTRISI ENTERAL ?
IF THE GUT WORKS  USE IT
IF THE GUT DON’T WORKS  DON’T USE
IT
PRINSIP : SEEGERA MUNGKIN
FEED THE GUT : 30 – 50 CC (D 5 %)
EVALUASI ; MUAL, MUNTAH, KRAMP,
DISTENSI
GRV < 150 CC/4 JAM
Aspirasi Lambung
 untuk mengetahui GRV
• Bila diaspirasi volume tetap seperti saat
dimasukkan  lambung belum siap
• Bila GRV > 50% berarti gaster tidak mampu
mendorong makanan ke duodenum (gaster
parase)
• Apabila lambung telah siap  feed the body 
formula diet
Kenapa Perlu Tunjangan Nutrisi ?
• Memenuhi keb energi bagi proses di dlm
tubuh
• Mengganti jar tubuh yg rusak/mati
• Memperbaiki jar tubuh pada pasien
malnutrisi
• Pasien mengalami gangguan nutrisi makro
dan mikro
• Gangguan nutrisi menyebabkan peningkatan
morbiditas dan mortalitas
Dukungan Nutrisi
Berdasarkan KONSENSUS :
 25 – 30 kal/kgBB/hari
 CHO 30 – 70 % total kalori
 Lemak 15 – 30 % total kalori
 Protein 1,52 gr/ kg BB/hr
 Rasio kalori nitrogen/ kalori non protein : 1 :
80
 Tata cara kombinasi
Hitung kebutuhan
Tentukan rute pemberian : oral, NE, NPE
Hitung kemampuan enteral : 50 ml/jam atau 1
ml (bolus/drip)
Sisanya dari NPE
Pemberian bertahap
Proporsi intravena pada awal dominan
kemudian bertahap diturunkan
Proporsi enteral dinaikkan
Perhatikan kemampuan lambung
NE diberikan bila :
• Retensi lambung < 200 ml
• Warna cairan jernih, putih kehijauan
• Tahap awal 50 ml/ 2-3 jam
• Dosis dikurangi bila terjadi retensi > 30% vol
pemberian
• Rute : pipa duodenum/yeyenum : continu/drip
• Komposisi awal encer (5% glukosa 
ditingkatkan 1 kkal/cc – 1,5 kkal/cc)
• (-) nyeri perut, (-) hiperperistaltik, (-) diare
Rasio Nitrogen
Setiap pemberian asam amino harus
dilindungi pemberian kalori yg cukup (25
kkal/gr asam amino)
Tujuan : asam amino tidak dijadikan sumber
energi
1 gram N ~ 6,25 gram asam amino atau
protein
Rasio Nitrogen dalam Kalori Non
Protein / hari
• Orang sehat = 1 : 350
• Sakit Berat = 1 : 150
• Pasca bedah = 1 : 100
• Luka Bakar = 1 : 80
Rumus :
Σ Gram Protein X …. = Σ Kal Non Prot
Berat Atom Nitrogen

Contoh :
Kalori : 602,2 kal
Protein : 29, 5 gr
Lemak ; 29,4 gram
KH : 55,04 gram
Selamat Belajar

Anda mungkin juga menyukai