Anda di halaman 1dari 20

Diet Pra & Pasca

Bedah
Dwi Hartanti, S.Gz., M.Gizi
Program Studi Gizi
UIN Walisongo
Pendahuluan
• Pembedahan adalah tindakan pengobata yang menggunakan cara invasif
dengan membuka bagian tubuh yang akan ditangani.
• Pembukaan bagian tubuh umumnya dilakukan dengan membuat sayatan,
kemudian dilakukan tindakan perbaikan yaitu penutupan & perbaikan luka.
• Pembedahan menimbulkan beberapa reaksi : pelepasan stress hormon dan
mediator inflamasi, termasuk timbulnya respon metabolik.
• Respon metabolik akibat trauma dibagi menjadi 3 fase :
1. Ebb Fase ( 24-48 jam setelah trauma) : penurunan metabolik rate, tekanan
darah, suhu tubuh dan konsumsi oksigen.
2. Flow Fase (fase katabolisme) : peningkatan metabolik rate, konsumsi
oksigen dan hormon stress (kortisol dan ketokolamin).
3. Anabolic fase (beberapa minggu setelah trauma) : keseimbangan positif
nitrogen dan peningkatan berat badan.
Perubahan Metabolisme
Metabolisme Energi
• Pembedahan meningkatkan metabolisme energi sebesar 15-50%.
• Peningkatan metabolisme energi berdampak pada peningkatan
kebutuhan energi pasien
• Pemenuhan kebutuhan energi pascabedah yang tinggi akan
tercapai dalam beberapa hari pascaoperasi.
Perubahan Metabolisme
Karbohidrat
• Glukosa darah mengalami peningkatan saat pembedahan dimulai
• Kortisol dan ketokolamin berkontribusi terhadap peningkatan
glukosa darah melalui peningkatan glikogenolisis dan
glukoneogenesis di hati.
• Peningkatan glukosa darah juga diakrenakan menurunnya
penggunaan glukosa perifer.
• Pasien diabetes dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol
memiliki resiko yang tinggi terhadap komplikasi serta gangguan
penyembuhan luka.
Perubahan Metabolisme
Lemak
• Simpanan lemak dalam bentuk trigliserid akan diubah menjadi
gliserol dan asam lemak melalui proses lipolisis.
• Selama ebb fase lipolisis meningkat dan berlanjut hingga flow fase.
• Lipolisis dipicu : kortisol, ketokolamin, ACTH

Protein
• Pembedahan menyebabkan peningkatan katabolisme protein dan
keseimbangan nitrogen negatif.
• Pemecahan protein otot skeletal dan beberapa otot visceral ini
berguna untuk menghasilkan asam amino yang kemudian
dikatabolisme menjadi energi atau digunakan oleh liver untuk
membentuk protein baru, khususnya protein fase akut.
• Katabolisme protein menyebabkan penurunan BB dan masa otot
Malnutrisi Pada Pasien Bedah
• Pasien yang mengalami malnutrisi akan mengalami peningkatan
komplikasi pembedahan, morbiditas dan kematian
• Yang tergolong malnutrisi adalah jika :
1. Kehilangan BB sebanyak > 10 – 15% dalam 6 bulan
2. Memiliki IMT < 18,5 kg/m2
3. Hasil skrinning SGA pada grade C
4. Albumin serum < 3,0 g/dl
Asuhan Gizi Pra Bedah
• Adalah diet yang diberikan pada pasien yang akan menjalani
pembedahan
• Tujuan diet pra bedah : mengusahakan status gizi optimal saat
pembedahan sehingga tersedia cadangan untuk mengatasi stress
dan penyembuhan luka.
• Pemberian diet pra bedah bergantung pada :
1. Keadaan umum pasien : kesadaran, status gizi, kadar gula darah,
tekanan darah, ritme jantung, nadi, fungsi ginjal dan suhu tubuh.
2. Macam pembedahan ( minor / mayor)
3. Sifat operasi ( berencana / cito )
4. Macam penyakit
Kebutuhan Gizi Pra Bedah
• Energi
IMT ( kg/m2) Energi ( kkal/kg BBA)
< 25 25 – 35
25 – 29,9 20 – 25
30 – 34,9 15 – 20
≥ 35 10 – 15

• Protein
IMT ( kg/m2) Protein ( g/kgBBA)
< 25 1,5
≥ 25 2,0
Kebutuhan Gizi Pra Bedah
• Lemak
Kebutuhan lemak sekitar 20-25% dari total energi.
Kelebihan asupan lemak, terutama pada pemberian parenteral,
menyebabkan hipertrigliseridemia yang memicu aterosklerosis,
hiperlipidemia dan perlemakan hati.
Jenis lemak yang direkomendasikan : omega 3  anti inflamasi

• Karbohidrat
Berkisar antara 50 – 70% dari total energi.
Supaya mencegah penggunaan protein sebagai sumber energi, paka
proporsi KH : lemak harus sesuai
Kebutuhan Gizi Pra Bedah
• Vitamin yang berperan dalam pembedahan : A,C,E
• Mineral : zinc dan selenium
• Vitamin dan mineral tersebut berperan sebagai antioksidan
• Antioksidan diperlukan saat pembedahan untuk menekan respon
inflamasi dan stres oksidatif.
• Bila perlu dapat diberikan dalam bentuk suplemen
• Cairan cukup. Jika kondisi pasien normal, kebutuhan cairan
sebanyak 1500-3000ml/24 jam atau 30-35 ml/kgBB. Jika kondisi
pasien hipervolemia harus diperhatikan cairan yang masuk dan
keluar.
Pengaturan Diet Pra Bedah
• Pemberian makanan pra bedah diutamakan melalui oral
• Jika pasien tidak dapat mengasup oral, maka dapat diberikan dalam
bentuk enteral / parenteral
• Pada pembedahan abdomen, sebaiknya pemberian makan
dihentikan 6 jam sebelum operasi, karena kolon harus bebas residu
supaya mencegah infeksi pasca pembedahan. Jika residu pada
kolon sedikit maka jumlah bakteri kolon akan berkurang.
• Untuk pasien operasi kolon dianjurkan untuk mengkonsumsi
makanan rendah serat atau makanan cair 1-2 hari sebelum operasi.
Jenis, Indikasi & Lama Pemberian Diet

• Diet Pra Bedah berdasarkan sifat pembedahan :


1. Pra bedah darurat (cito) : sebelum pembedahan tidak diberikan diet
tertentu
2. Pra bedah berencana (elektif)
a. Pra bedah elektif minor / kecil : diet biasa atau diet sesuai penyakit
tertentu diberikan 6 jam sebelum pembedahan dan diet cair jernih sampai 2 jam
sebelum pembedahan.
b. Pra bedah elektif mayor / besar :
Pra bedah saluran cerna : diet rendah sisa 4-5 hari dengan tahapan :
 Hari ke 4 sebelum bedah  makanan lunak
 Hari ke 3 sebelum bedah  makanan saring
 Hari ke 2 dan 1 sebelum bedah  formula enteral rendah sisa
Pra bedah diluar saluran cerna diberi formula enteral rendah sisa selama 2-3 hari.
Pemberian makanan terakhir dilakukan 12-18 jam pra bedah, minuman terakhir
8 jam
Asuhan Gizi Pasca Bedah
• Diet Pasca bedah adalah diet yang diberikan pada pasien setelah dilakukan
pembedahan. Diet ini tergantung macam pembedahan dan jenis
penyakitnya.
• Tujuan : mengupayakan status gizi pasien kembali normal untuk
mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh
dengan cara sbb,
1. Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)
2. Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi dan zat gizi lain.
3. Memperbaiki ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
• Pemberian makanan secepatnya pasca operasi mampu menurunkan
komplikasi.
• Pemberian makanan dilakukan jika ada indikasi bising usus positif
• Bila pasien tidak mengalami gangguan pada mulut dan saluran cerna maka
makanan dapat diberikan.
• Jika pasien tidak dapat mengkonsumsi makanan oral maka enteral /
parenteral dapat diberikan
• Pemberian enteral 6-12 jam post op dapat mengurangi komplikasi
Asuhan Gizi Pasca Bedah
• Syarat Diet :
1. Pasca bedah kecil diupayakan secepat mungkin makanan kembali
seperti biasa
2. Pasca bedah besar makanan diberikan secara hati-hati disesuaikan
dengan kemampuan pasien
• Pada pembedahan diluar saluran pencernaan, setelah operasi dan
bising usus positif, pasien dapat diberikan makanan melalui oral
dengan jenis makanan cair jernih. Jika dapat menerima makanan
cair jernih tanpa mual dan muntah maka dapat ditingkatkan
konsistensinya hingga makanan biasa.
• Pada pembedahan saluran cerna, setelah operasi dan bising usus
positif maka pasien dapat diberikan makanan cair jernih kemudian
beralih ke konsistensi yang lebih padat sesuai kemampuan pasien
Kebutuhan Gizi Pasca Bedah
• Prinsip diet TKTP
• Energi tinggi = 30 – 40 kkal/kgBB/hari. Bagi pasien dengan penyakit
tertentu / pada kondisi kritis diberikan sesuai penyakitnya.
• Protein agak tinggi = 1 - 1,8 gr/kgBB/hari. Bagi pasien dengan penyakit
tertentu / pada kondisi kritis diberikan sesuai penyakitnya
• Lemak cukup = 20-25% dari kebutuhan energi. Bagi pasien dengan
penyakit tertentu / pada kondisi kritis diberikan sesuai penyakitnya
• Krbohidrat cukup untuk menghindari hipermetabolisme. Bagi pasien dengan
penyakit tertentu / pada kondisi kritis diberikan sesuai penyakitnya
• Vitamin dan mineral cukup. Terutama Vit A,B,C,K. Bila perlu ditambahkan
suplemen
• Cairan cukup. Jika kondisi pasien normal, kebutuhan cairan sebanyak
1500-2500ml/24 jam atau 30-35 ml/kgBB. Jika kondisi pasien hipervolemia
harus diperhatikan cairan yang masuk dan keluar.
Diet Pasca Bedah
• Pasca Bedah 1
Diberikan pada semua pasien pascabedah
Pasca bedah kecil : setelah pasien sadar betul dan rasa mual hilang
Pasca bedah besar : setelah pasien sadar betul atau rasa mual hilang serta
tanda usus mulai bekerja
Cara memberikan makan : 6 jam pos op diberi makanan cair jernih, dan hanya
diberikan dalam waktu singkat karena kurang zat gizi. Selain itu juga
diberikan nutrisi parenteral.
• Pasca Bedah 2
Diberikan pada pasien pos op sal cerna / perpindahan dari diet pasca bedah 1
Cara memberikan makan : makanan diberikan dalam bentuk cair kental berupa
sup, susu atau kaldu sebanyak 8-10x sehari selama pasien tidak tidur.
Parenteral juga dapat diberikan. Diet pasca bedah 2 diberikan dalam waktu
singkat karena kurang zat gizi.
Pemberian makanan cair kental dimulai 50ml/jam/hari.
Diet Pasca Bedah
• Pasca Bedah III
Diberikan pada pascabedah saluran cerna / perpindahan diet pasca bedah 2
Bentuk makanan : saring
Cairan tidak melebihi 2000ml
Dapat diberikan nutrisi parenteral bila diperlukan
Tidak diajurkan bahan makanan bergas
Makanan saring yang diberikan dapat ditambah susu dan biskuit
• Pasca Bedah IV
Pasca bedah kecil : setelah diet pascabedah 1
Pasca bedah besar : setelah diet pascabedah III
Bentuk makanan : lunak ( 3x makanan utama dan 2x selingan)
Makanan yang tidak dianjurkan : berbumbu tajam dan bergas
Diet Pasca Bedah Melalui Pipa Lambung

• Indikasi diet pasca bedah lewat pipa lambung untuk pasien keadaan
khusus seperti penurunan kesadaran, terbakar, gangguan psikis,
gangguan mengunyah dan menelan sehingga harus diberikan
melalui NGT ( nasogastric tube)
• Cara pemberian : berupa makanan cair penuh / Formula enteral
dengan jumlah kalori 1kkal/ml sebanyak 250ml tiap 3 jam.
• Makanan diharapkan dapat merangsang peristaltik lambung
Diet Pasca Bedah Melalui Pipa Jejunum

• Indikasi : untuk pasien yang tidak dapat menerima makanan melalui


oral / pipa lambung
• Makanan diberikan langsung ke jejunum menggunakan pipa
jejunum / JFF (jejunum feeding fistula)
• Makanan diberikan sebagai makanan formula enteral yang tidak
memerlukan pencernaan lambung dan tidak merangsang jejunum
secara mekanis dan osmotis. Cairan diberikan tetes demi tetes
secara perlahan agar tidak terjadi diare atau kejang.
Terima Kasih

Daftar Pustaka
• Persagi, ASDI. 2019. Penuntun Diet dan Terapi Gizi. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC. Jakarta
• Supariasa, Handayani D. 2019. Asuhan Gizi Klinik. EGC. Jakarta
• Almatsier, S. 2010. Penuntun Diet Edisi Baru. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai