Anda di halaman 1dari 24

NUTRISI PERIOPERATIF

EVI KUSUMAWATI, SST, M. Si Med


TAHAPAN PERIOPERATIF

• PHASE PRE-OPERATIF
• PHASE INTRA-OPERATIF
• PHASE POST-OPERATIF

• KERJA TIM YAITU DARI AHLI BEDAH, ANASTESI,


DIETETION, PERAWAT DLL
TAHAPAN RESPON STRES

• Selama respon awal stres, hypermetabolisme dan


cadangan zat gizi menjadi rendah
• Sebagai bentuk adaptasi, keseimbangan zat gizi secara
bertahap akan dipulihkan
• Bila seseorang mengalami penurunan/kehabisan zat gizi,
maka orang tsb tidak dapat melakukan perjalanan
jauh/aktifitas tinggi/tidak dapat pulih.
CONTOH TAHAPAN RESPON STRES

• Seseorang yang membawa beban yang lebih berat


(stress tambahan) akan jatuh ke bawah lebih cepat dan
sulit mendaki
• (Eleanor Noss Whitney, Corinne balog Cataldo & Sharon
Rady Rolfes in “Understanding Normal and Clinical
Nutrition”)
Diet Pra Bedah

• Pada masa pra bedah harus dilakukan perbaikan gizi


penderita sebelum operasi (Utama), menurunkan resiko
komplikasi pasca bedah
• Pra dan pasca bedah : diutamakan makanan oral baru
enteral/parenteral bila keadaan memungkinkan dan fungsi
pencernaan baik
Manajemen pemberian Diet Pra Bedah

Tergantung :
• Keadaan umum pasien St. Gizi, gula darah,
tekanan darah, ritme jantung, denyut jantung, fungsi ginjal
dan suhu tubuh
• Macam Pembedahan :
Bedah Minor : Tumor, Apendix, hemoroid, tonsil/amandel,
sirkumsisi/khitan
Bedah Mayor : Bedah saluran cerna (lambung, usus
halus, usus besar) dan bedah di luar saluran cerna
(jantung, ginjal, paru, hepar, saluran kemih, tulang dsb)
• Sifat Operasi
Segera/keadaan darurat/cito/emergency : Pasien tidak
sempat diberikan diet pra bedah
Berencana/elektif : Pasien disiapkan dengan pemberian
diet pra bedah (status gizi dan macam pembedahan)

• Macam penyakit
Penyakit utama : saluran cerna, jantung, ginjal, saluran
pernapasan dan tulang
Penyakit penyerta : DM, jantung, hipertensi
Penatalaksanaan Diet Pra Bedah

1. Seleksi pasien
• Status nutrisi baik : dukungan nutrisi/support nutrisi tidak
perlu
• Status nutrisi kurang : perlu support nutrisi
2. Nutrition Assesment
• Penilaian asupan makanan
• Penilaian komposisi tubuh (st gizi : IMT-dewasa, % IBW
atau Z-Score anak)
• Penilaian fungsi fisiologik
• Penilaian stres metabolik
• Penilaian lain (Biokimia : albumin, CRP dll)
Tujuan Diet Pra Bedah
• Agar status gizi pasien dalam keadaan optimal pada saat
pembedahan, sehingga tersedia cadangan untuk
mengatasi stres dan penyembuhan luka

Prinsip diet pra bedah


• Penderita dengan gizi kurang : Diet TETP (px dengan
hipoalbumin, anemia, hipertyroid)
• Penderita dengan gizi lebih : Diet rendah kalori BB
diturunkan bila memungkinkan
Syarat diet pra bedah

• Energi sesuai kebutuhan


• Protein normal untuk status gizi baik (0,8 – 1,0 g/kg
BB/hari) dan protein tinggi pada status gizi kurang (1,5-
2,0 gr/kg BB/hari)
• Lemak dan KH cukup
• Vitamin (Vit B, A, C, E dan K) dan Mineral (Zn) tinggi
• Rendah sisa
Diet Pra Bedah

• Pra bedah darurat/cito/emergency : sebelum


pembedahan tidak diberikan diet tertentu
• Pra bedah elektif minor : puasa 4-5 jam
(tonsilektomy) atau H-1 diet rendah sisa (hernia,
appendix, haemoroid)
• Pra bedah elektif mayor : saluran cerna dan saluran
non cerna
Pra bedah elektif mayor

• Pra bedah mayor saluran cerna diet rendah sisa


(4-5 hari)
• H-4 : Makanan Lunak
• H-3 : Makanan Saring
• H-2 dan 1 : Formula enteral rendah sisa
• Pra bedah mayor non saluran cerna : Formula enteral
rendah sisa (2-3 hari) dimana pemberian makanan
terakhir dilakukan 12-18 jam sebelum pembedahan dan
minum terakhir 8 jam sebelumnya
Manfaat Nutritional Support
• Mempertahankan status gizi
• Mencegah komplikasi dari malnutrisi protein
• Menurunkan komplikasi post-operative

Siapa yang membutuhkan nutritional support?


• Pasien malnutrisi surgery/trauma/sepsis
• Pasien dengan resiko malnutrisi :
Cadangan zat gizi berkurang/habis
Tidak dapat makan >5 hari
Gangguan fungsi cerna
Critical illness/penyakit kritis (luka bakar)
Saluran cerna yang perluistirahat lama
Tipe nutritional support
• Nutrisi enteral
• Nutrisi parenteral

Jenis makanan enteral baik secara operasi dan non operasi


• NGT
• Naso duodenal tube
• Naso jejenal tube
• Naso ileus tube
• Esofagostomy
• Gastrotomy
• Duodenustomy
• Jejenustomy
• Ileustomy
Bagaimana cara pembuatan makanan Via Pipa

• Sonde (buatan sendiri) : susu full cream, susu skim,


margarin, gula pasir, telur, sari buah/sayur
• Komersial (hepatosol, diabetasol, nephrosol, entrasol)
• Respon metabolik pembedahan

• Fase shock/ebb : disebabkan hipovelemi beberapa


jam sampai 2 harisirkulasi volume darah pulih
• Fase flow (katabolik) meningkatnya metabolic rate,
ekresi nitrogen urin dan kehilangan BB
• Fase convalence (Anabolic) pengembalian jaringan
otot dan sintesis protein
DIET PASCA BEDAH

• Diberikan pada pasien setelah menjalani pembedahan


• Pengaturan makanan tergantung pada macam
pembedahan dan jenis penyakit penyerta
• Tujuan umum
• Mempercepat penyembuhan dan meningkatkan daya
tahan tubuh pasien :
• Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)
• Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi
• Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan

Jenis diet pasca bedah : TETP (sesuai dengan jenis
penyakit)
• Syarat Diet : Tinggi energi
• Tinggi protein
• Cukup lemak, cukup KH
• Tinggi vitamin
• Tinggi mineral
• Cukup cairan
• Mudah cerna
• Bentuk makanan bertahap
Contoh syarat diet
• Perpindahan pentahapan diet tergantung macam pembedahan
dan keadaan pasien :
• Minor (makanan secara normal cepat)
• Mayor (sesuai dengan kemampuan pasien)

Kebutuhan zat Gizi pasca Bedah


• Protein adekwat (rata2 tubuh kehilangan 20 gram)
• Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein otot dan
glikogen)
• Lemak cukup
• Cairan untuk keseimbangan elektrolit,asam basa
• Vitamin mineral tinggi
• Bentuk makanan bertahap
Manajemen diet pasca bedah

• Bila operasi tidak mengganggu saluran cerna, setelah bising


usus pasca operasi sudah boleh mium, bising usus tidak bisa
dijadikan pegangan kalau fungsi usus normal karena 24 jam
puasa (lambung kosong)
• Pengenalan makanan padat tergantung kondisi saluran cerna,
biasanya dimulai dengan clear liquid, full liquid dan solid food
• Bila operasi mengganggu/memotong saluran cerna, maka
pemberian makanan ditunggu sampai BU (+) dan retensi
cairan lambung sedikit (3 hari), baru diberikan makanan
enteral, bila tidak memungkinkan berikan makanan parenteral
kecuali pasien DM, gagal ginjal, dan hati diberikan setelah 24-
28 jam
Nutrisi enteral pasca Bedah

• Diberikan pada pasien yang tidak mau makan, tidak dapat


makan, tidak dapat menelan, tidak/turun kesadaran
• Indikasi pemberian : tidak ada lagi ileus post operasi
(obstruksi usus : mulas dan muntah) ditandai dengan
hilangnya warna hijau empedu pada aspirat lambung,
adanya retensi cairan lambung dan bising usus serta
flatus (+)
• Cara Pemberian : NGT, Naso duodenal tube, Naso jejenal
tube, Naso ileus tube, Esofagostomy, Gastrotomy,
Duodenustomy, Jejenustomy, Ileustomy
Syarat makanan enteral

• Padat kalori 1 cc 1 – 1,5 kalori


• Kandungan nutrisi seimbang (sesuai kebutuhan)
• Memiliki osmolaritas yang sama dengan osmolaritas
cairan tubuh
• Mudah diabsorbsi
• Tanpa/kurang kandungan serat dan laktosa
Prinsip dan syarat diet makanan enteral pada
pra dan pasca bedah
• Tinggi kalori dan protein yang dicari lewat rasio nitrogen atau jumlah protein yang dibutuhkan
pada masing-masing keadaan ( 1 gr N ~ 6,25gr Protein)
• Terapi imunonutrisi (Neomune) dengan memberikan preparat enteral yang mengandung
 glutamin, arginin (asam amino esensial saat stres berat sbg pengendali respon
inflamasi), seperti susu kedelai, kc merah, kc hijau
 asam lemak omega 3 (minyak ikan)
 Tinggi cairan : keb sehari + jumlah darah yang hilang + urine + feses + insensible water
loss lewat pemberian infus dan plasma
 Tinggi vit C (pembentukan kolagen), vit A, karoten, E (antioksidan), Zn dan Se
 Rendah lemak MCT cepat teroksidasi dan meningkatkan sintesis protein
 Pilih bahan yang mudah dilumatkan (ikan, tahu, wortel, lobak, pepaya)
 Gunakan susu skim untuk menambah kandungan protein dalam soup dan serealnya
 BCAA mengurangi katabolisme otot dan efektif memproduksi keseimbangan nitrogen
positif
 Porsi kecil tapi sering
NUTRISI PARENTERAL

• Tidak diberikan pada :


• Penderita pasca bedah dalam fase shock/ebb
• Penderita gagal napas kecuali diberikan nafas buatan
mekanik
• Pada px shock kurang cairan
• Px terminal (mati otak), alasan benefit

Anda mungkin juga menyukai