SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Meperoleh Gelar Sarjana Teknologi Industri Pada
Universitas Padjadjaran
Disusun Oleh :
240310140026
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
JATINANGOR
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat
Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan percobaan
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
1. Orang tua dan adik, atas segala dukungan, motivasi dan doa selama ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Roni Kastaman, MSIE., sebagai ketua komisi
ini.
4. Bapak Fahmi Rizal, S.P., M.T., selaku penelaah yang telah memberikan
Pertanian.
7. Seluruh dosen Departemen Teknologi Industri Pertanian.
8. Lambe Squad, para sahabat yang selalu memberikan dukungan dan doa
penelitan ini, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
informasi yang lebih luas dan bermanfaat, umumnya bagi pembaca dan
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................................5
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................7
1 PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.....................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................3
1.4 Kegunaan Penelitian....................................................................4
1.5 Batasan Masalah...........................................................................4
2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................5
2.1 Ketahanan Pangan.......................................................................5
2.2 Ketahanan Pangan Sebagai Sistem.............................................7
2.3 Pola Konsumsi Pangan................................................................7
2.4 Pola Pangan Harapan..................................................................9
2.5 Neraca Bahan Makanan............................................................12
2.5.1 Kegunaan Neraca Bahan Makanan (NBM)................................12
2.5.2 Konsep Neraca Bahan Makanan (NBM).....................................13
3 METODOLOGI PENELITIAN................................................................21
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................21
3.2 Instrumen Penelitian..................................................................21
3.3 Sumber Data...............................................................................22
3.4 Metode Penelitian.......................................................................22
3.5 Tahapan Penelitian.....................................................................23
3.6 Metode Analisis Data..................................................................24
3.6.1 Analisis Neraca Bahan Makanan (NBM)....................................24
4. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................29
4.1 Gambaran Umum Kota Bandung.............................................29
4.2 Situasi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Neraca Bahan
Makanan (NBM) Kota Bandung Tahun 2018......................................32
4.3 Situasi Ketersediaan Energi Per Kelompok Pangan Kota
Bandung Tahun 2018..............................................................................35
4.4 Gambaran Hasil Pengukuran Pola Pangan Harapan Kota
Bandung Tahun 2018..............................................................................38
4.4.1 Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Kota Bandung Tahun
2018................................................................................................................38
4.4.2 Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Kota Bandung Tahun 2018
........................................................................................................................42
4.5 Kesesuaian Ketersediaan Pangan Kota Bandung dengan
Standar Pelayanan Minimum................................................................44
V. PENUTUP....................................................................................................47
5.1 Kesimpulan.................................................................................47
5.2 Saran............................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................49
LAMPIRAN..........................................................................................................51
DAFTAR TABEL
Tahun 2018.............................................................................................................33
Tabel 7. Ketersediaan Protein di Kota Bandung Tahun 2018................................34
Tabel 8. Ketersediaan Lemak di Kota Bandung Tahun 2018................................34
Tabel 9. PPH Ketersediaan Pangan Berdasarkan Hasil Hitung NBM Kota
................................................................................................................................40
Tabel 11. Perbandingan Situasi Ketersediaan Pangan Kota Bandung Tahun 2016
Maksimal................................................................................................................43
Tabel 14. Perbandingan Situasi Konsumsi Pangan Kota Bandung Tahun 2016
2018........................................................................................................................44
Tabel 16. Indikator Capaian Kinerja Ketahanan Pangan Kota Bandung Tahun
2013-2018..............................................................................................................45
Tabel 17. Konsumsi Beras, Daging, dan Ikan Kota Bandung Tahun 2018...........46
DAFTAR GAMBAR
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan
berkelanjutan.
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dikatakan
berkualitas bila memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang
manusia yang berkualitas dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
terdapat tiga faktor yang menjadi indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
yaitu kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan
dengan status gizi masyarakat. Status gizi yang baik dapat ditentukan dengan
menjamin ketersediaan dan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan
bergizi berimbang, baik pada tingkat wilayah, rumah tangga dan individu. Hal ini
1
Menurut Permentan no. 65 tahun 2010, keberhasilan urusan wajib
ketahanan pangan tercermin berdasarkan target capaian jenis pelayanan dasar dan
Kabupaten/Kota.
Bandung 84,09% disediakan dari wilayah lain, dengan kontribusi produksi pangan
Oleh karena itu dibutuhkannya upaya ekstra pemerintah Kota Bandung untuk
bagaimana produksi, konsumsi, dan mutu pangan masyarakat yang diukur melalui
melalui mutu keanekargaman pangan yang ditunjukkan oleh skor Pola Pangan
ketersediaan pangan suatu wilayah baik yang berasal dari produksi sendiri,
pasolan dari luar, dan stok serta memuat informasi mengenai penggunaan pangan
untuk kebutuhan pangan, bibik, industri dan konsumsi penduduk dalam waktu
tertentu. Neraca Bahan Makanan (NBM) juga memuat informasi mengenai angka
rata-rata ketersediaan bahan pangan yang dapat dikonsumsi penduduk per kapita
per tahun (dalam kilogram) dan per kapita per hari (dalam gram). Kemudian Pola
2
Pangan Harapan (PPH) menggambarkan situasi kualitas pangan suatu wilayah
pada waktu tertentu dan direpresentasikan melalui skor PPH dengan skor 100
(PPH) yang lengkap, tepat, waktu, dan berurutan akan sangat berguna sebagai
salah satu bahan kebijakan pangan secara menyeluruh menuju kemandirian dan
2018?
2. Bagaimana keanekaragaman ketersediaan pangan penduduk Kota
2018.
2. Menganalisis jumlah ketersediaan pangan penduduk Kota Bandung
tahun 2018.
3. Menganalisis situasi keanekaragaman ketersediaan pangan penduduk
Kota Bandung.
3
1.4 Kegunaan Penelitian
penduduk dihitung sama baik dari kelompok usia maupun jenis kelamin
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutu, aman, merata, dan terjangkau. Kemudian diperjelas pada Undang-
dengan sesuai pada agama, keyakinan, dan budaya masyarakat untuk dapat sehat,
(Novitri, 2005) :
yang dibutuhkan oleh manusia untuk tumbuh, hidup sehat dan produktif.
2. Terpenuhinya pangan dengan kondisi aman, diartikan bebas dari cemaran
biologis, kimia, serta benda lain yang dapat menganggu, merugikan dan
mudah diperoleh setiap waktu oleh rumah tangga dengan harga terjangkau.
menunjukkan bahwa pangan tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup, aman
dan bergizi untuk semua orang dalam suatu negara baik yang berasal dari
5
produksi sendiri, impot, cadangan pangan maupun bantuan pangan, dimana
pangan tersebut juga harus mampu mencukupi jumlah kalori yang dibutuhkan
untuk kebutuhan yang aktif dan sehat. Kemudian, akses pangan adalah
kemampuan rumah tangga atau individu dengan sumber daya yang dimilikinya
untuk kebutuhan hidup yang sehat yang meliputi kebutuhan energi dan gizi, air
ketahanan pangan yang terbagi menjadi kerawanan pangan kronis dan kerawanan
pangan yang terdiri atas tiga subsistem, yaitu subsistem penyediaan pangan,
pada aspek penyaluran yang merata ke semua wilayah dan merata sepanjang
6
2.2 Ketahanan Pangan Sebagai Sistem
ketahanan pangan merupakan suatu sistem ekonomi pangan yang terintegrasi dan
merupakan sinergis dan interaksi antar ketiga subsistem tersebut yang merupakan
satu kesatuan yang didukung oleh adanya berbagai input yaitu sumber daya alam,
Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang
dikonsumsi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu. Fungsi dari pola
konsumsi pangan adalah untuk mengatur agar pola pemanfaatan pangan secara
7
dalam tubuh (utility food) dapat optimal, dengan peningkatan atas kesadaran
pentingnya pola konsumsi yang beragam, dengan gizi seimbang yang mencakup
energi, protein, vitamin dan mineral serta aman (Badan Ketahanan Pangan, 2012)
pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang, sehingga status gizi
akan lebih baik dan daya tahan tubuh akan lebih kuat terhadap penyakit (Baliwati,
penduduk di suatu wilayah yang ditinjau dari aspek keaadaannya. Indikator yang
Tingkat kecukupan adalah perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan angka
8
Pola Pangan Harapan (PPH). Pola Pangan Harapan adalah susunan kelompok
pangan yang didasarkan atas sumbangan energinya, baik secara absolut maupun
relatif terhadap total energi naik dalam hal ketersediaan maupun konsumsi pangan
cerna, daya terima masyarakat, kuantitas dan kemampuan daya beli masyarakat,
anjuran untuk hidup sehat, aktif dan produktif, serta dapat menilai mutu pangan
sepanjang waktu dalam jumlah yang cukup dan terjangkau sangat menentukan
pangan rumah tangga akan berpengaruh pada pola konsumsi pangan (Departemen
Kesehatan, 2014).
9
Keberhasilan penganekaragaman (diversifiaksi pangan) berdasarkan skor
mutu Pola Pangan Harapan (PPH) dapat dibagi menjadi tiga kategori sebagai
1. Segitiga Perunggu
Skor mutu pangan kurang dari 79, dengan ciri-ciri antara lain :
- Energi dari padi-padian dan umbi-umbian masih tinggi diatas norma
3. Segitiga Emas
Skor mutu pangan 88 keatas, dengan ciri-ciri antara lain :
- Energi dari padi-padiam sedikit diatas norma Pola Pangan Harapan
Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII tahun 2004,
susunan pola pangan harapan yang disepakati terdapat pada Tabel 1 dengan target
10
Tabel 1. Pola Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi dan Berimbang Nasional
Neraca Bahan Makanan (NBM) yang disajikan secara lengkap dan tepat
waktu dan berurutan dari suatu periode ke periode berikutnya akan sangat berguna
program-program yang berkaitan dengan masalah pangan dan gizi secara umum.
Selain itu juga dapat membantu para pengambil keputusan dalam hal ini
11
2.5.1 Kegunaan Neraca Bahan Makanan (NBM)
dan gizi.
4. Merumuskan kebijakan pangan dan gizi.
12
2.5.2 Konsep Neraca Bahan Makanan (NBM)
Adapun konsep dan definisi dalam Neraca Bahan Makanan (NBM), yaitu
(NBM) adalah semua jenis bahan makanan baik nabati maupun hewani yang
a. Padi-padian.
Padi-padian adalah kelompok komoditas yang terdiri atas : gandum,
komoditas ini adalah ubi kayu, ubi jalar dan sagu serta produksi
makanan yang mudah rusak jika disimpan dalam jangka waktu yang
13
dari unggas. Telur yang dimaksud yaitu telur ayam buras, telur ayam
ras, telur itik dan telur unggas lainnya. Susu adalah cairan yang
diperoleh dari ternak perah sehat, dengan cara pemerahan yang benar,
binatang air (ikan berkulit halus dan berkulit keras) dan biota perairan
sungai dan rawa) dan hasil dari kegiatan budidaya (tambak, kolam,
keramba dan sawah) yang dapat diolah menjadi bahan makanan yang
minyak kacang kedelai dan minyak jagung serta yang berasal dari
14
kelapa. Kacang tanah, kacang kedelai, kacang mete, kemiri pala, wijen,
kacang bogor dan lain-lain yang sejenis. Sebagian dari komoditas ini
merupakan sumber lemak, vitamin, mineral dan serat yang baik, yang
merah (gula mangkok, gula lempengan, gula semut dan lain-lain) baik
produksi olahan dari tanaman kelapa deres, aren, siwalan, nipah, dan
tebu.
h. Sayur dan buah
Sayuran adalah sumber vitamin dan mineral yang dikonsumsi dari
bagian tanaman berupa daun, bunga, buah, batang atau umbi. Tanaman
adalah sumber vitamin dan mineral dari bagian tanaman yang berupa
2. Produksi
Produksi adalah jumlah keseluruhan hasil masing-masing bahan makanan
15
dan peternakan), baik yang belum mengalami proses pengolahan maupun yang
konversi.
3. Stok dan perubahan stok.
Stok dan perubahan stok adalah perubahan jumlah bahan makanan yang
yang merupakan selisih antara stok akhir tahun dengan stok awal tahun.
Perubahan stok ini hasilnya bisa negatif (-) dan bisa positif (+). Negatif berarti ada
penurunan stok akibat pelepasan stok ke pasar, dengan demikian komoditas yang
peningkatan stok digudang yang berasal dari komoditas yang beredar di pasar,
4. Pemasokan kabupaten/kota.
kabupaten/kota baik yang berasal dari luar negeri maupun dari kabupaten/kota
lain. Bahan makanan ini termasuk bahan yang belum diolah maupun yang sudah
mengalami pengolahan.
16
5. Penyediaan di kabupaten/kota sebelum dipasok keluar.
makanan yang berasal dari produksi (keluaran) setelah dikurangi perubahan stok
ditambah pemasokan.
dari wilayah kabupaten/kota, baik yang dikirim ke luar kabupaten maupun ke kota
lain. Bahan makanan ini termasuk bahan yang belum diolah maupun yang sudah
mengalami perubahan.
7. Pemakaian di kabupaten/kota.
Pemakaian di kabupaten/kota adalah sejumlah bajan makanan yang
17
e. Tercecer adalah sejumlah bahan makanan yang hilang atau rusak,
pengecer dan pada tingkat rumah tangga, dalam kurun waktu tertentu.
8. Ketersediaan per kapita.
tertentu, baik dalam bentuk natural maupun dalam bentuk unsur gizinya. Unsur
18
3 METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bandung pada bulan Juni sampai dengan
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
Harapan (PPH)
3. Seperangkat laptop dengan spesifikasi menggunakan processor intel
Core i5 dengan kecepatan 2,50 GHz, memori (RAM) 4GB dan sistem
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder adalah data-data yang telah tersusun dalam bentuk dokumen-
dokumen tertulis, yang relevan dengan kebutuhan penelitian ini, baik dari
19
N Jenis
o Data Data Sumber Data
1 NERACA PANGAN
a. Produksi Pangan Dinas Pertanian &
KP, Dinas
Sekunder Pertanian dan
Tanaman Pangan
Jabar, BPS
b. Stok/Cadangan Sekunder Bulog untuk
Pangan komoditas beras
c. Perdagangan Sekunder Dinas Pertanian &
Pangan/Pasokan KP, Dinas Pasar
Dinas Pertanian &
Sekunder
d. Kebutuhan Pangan KP
2 KONSUMSI BAPPEDA, Dinas
PANGAN Sekunder Kesehatan, Dinas
Pertanian & KP
3 PENDUDUK Sekunder BPS, Disdukcapil
Makanan (NBM) Pola Pangan Harapan (PPH) secara statistika deskriptif. Metode
survei adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat
tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam
berikut :
1. Indentifikasi Masalah
20
Identifikasi merupakan tahap awal dalam penelitian ini, pada tahap ini
mempengaruhi ketahanan pangan yang akan dikaji sesuai dengan topik penelitian.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakn metode studi
dokumen. Metode studi dokumen adalah metode pengumpulan data yang meneliti
berbagai macam dokumen yang berguna untuk dianalisis. Metode studi dokumen
yang digunakan adalah metode studi dokumen sekunder yakni meneliti dokumen
kuantitatif dengan pendekatan analisis Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola
pangan yang mencakup ; 1) jumlah ketersediaan energi yang dapat dikonsumsi per
kapita penduduk; 2) jumlah ketersediaan protein yang dapat dikonsumsi per kapita
penduduk. Neraca Bahan makanan tersusun atas tabel yang terdiri dari 19 kolom
per kapita, dengan perhitungan sebagai berikut (Fuadi, Hanani, & Muhaimin,
2012)
1. Penyediaan.
21
Penyediaan pada Neraca Bahan Makanan (NBM) terdiri atas produksi,
perubahan stok, impor dan ekspor. Bentuk persamaan penyediaan adalah sebagai
berikut :
TS=O−∆ St + M −X
Keterangan :
TS = Total Penyediaan
O = Produksi
∆ St = Stok akhir – Stok Awal
M = Impor
X = Ekspor
Satuan perhitungan ini adalah ton/tahun
2. Penggunaan.
Penggunaan pada Neraca Bahan Makanan (NBM) terdiri atas penggunaan
untuk pakan, bibit, industri (pangan dan non-pangan), tercecer, dan bahan
makanan.
TG=F+ S+ I +W + Fd
Keterangan :
TG = Total Penggunaan
F = Pakan
S = Bibit
I = Industri (pangan + non-pangan)
W = Tercecer
Fd = Bahan makanan
Satuan perhitungan ini adalah ton/tahun
pangan yang didapatkan pada perhitungan Neraca Bahan Makanan (NBM). Hasil
dari perhitungan Pola Pangan Harapan (PPH) adalah nilai skor PPH dengan skor
22
maksimal 100. Semakin tinggi skor Pola Pangan Harapan (PPH), maka makin
bentuk dan jenis, sehingga perlu dilakukan konversi ke dalam satuan dan jenis
botol/kaleng.
h. Sayur dan buah, meliputo sayur segar dan olahannya, buah segar dan
cengkeh, ketumbar, merica, pala, asam, bumbu masak, teh dan kopi.
3. Kolom gr/kap/hari merupakan jumlah semua komoditas dalam setiap
23
menggunakan pangan setara yang merupakan komoditas dengan kontribusi paling
kelompok pangan dengan jumlah total energi dan dikalikan dengan 100%. Persen
pangan.
6. Kolom persen AKE (% AKE) berisi hasil pembagian antara jumlah energi
dan dikalikan 100%. AKE merupakan angka kecukupan energi yang dianjurkan
untuk setiap individu setap hari. Persen AKE ini menggambatkan komposisi
ketersediaan pangan. Komposisi ideal setiap kelompol pangan adalah 50% untuk
kacangan, 5% untuk gula, 6% untuk sayur dan buah, dan 3% untuk lain-lain.
7. Kolom bobot berisi bobot masing-masing kelompok pangan. Bobot untuk
berminyak dan gula adalah 0,5. Bobot untuk kelompok pangan hewani dan
kacang-kacangan adalah 2,00. Bobot untuk sayur dan buah adalah 5,0. Bobot ini
dan prinsip gizi seimbang, yaitu setiap kelompok pangan dari tiga kelompok
pangan utama diberikan skor maksimum yang realtif sama, yaitu 33,3 (berasal
dari 100 dibagi 3). Ketifa kelompok pangan utama tersebut adalah (1) pangan
24
sumber karbohidrat dan energi (padi-padian, umbi-umbian, minyak dan lemak,
energi 17%, (3) pangan sumber vitamin dan mineral (sayur dan buah) dengan
kontribusi 6% dan (4) pangan lainnya (aneka minuman dan bumbu) dengan
kontribusi 3%. Bobot 0,5 berasal dari nilai 33,3 dibagi 74, bobot 2,00 berasal dari
nilai 33,3 dibagi 17 dan bobot 5,0 berasal dari 33,3 dibagi 6.
8. Kolom skor aktual. Skor aktual merupakan hasil perkalian antara persen
(PPH) setiap keloompok pangan. Skor maksimal ini berasal dari perkalian antara
Harapan (PPH) berisi skor AKE dengan memperhatikan batas skor maksimal.
Jikas skor AKE lebih tinggi dari skor maksimal maka angka yang digunakan
untuk mengisi kolom skor Pola Pangan Harapan (PPH) adalah nilai skor
maksimal. Jika skor AKE lebih kecil dari skor maksimal, maka angka yang
digunakan untuk mengisi kolom skor Pola Pangan Harapan (PPH) adalah skor
25
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan BPS Kota Bandung (2017), Kota Bandung merupakan ibu kota
provinsi Jawa Barat yang secara geografis Kota Bandung terletak pada 107˚36’
Bujur Timur dan 6˚55’ Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Bandung adalah
167,31 km2 yang terbagi menjadi 30 kecamatan. Secara geografis, Kota Bandung
sebelah barat.
pertanian, terutama di wilayah Bandung Timur. Hal ini dapat dilihat melalui luas
penggunaan lahan di Kota Bandung. Pada tahun 2017, penggunaan lahan untuk
sawah hanya 3% dan penggunaan lahan untuk pertanian bukan sawah hanya 5%.
Total luas penggunaan lahan menurut kecamatan akan disajikan melalui tabel
berikut :
Tabel 3. Total Luas Penggunaan Lahan menurut Kecamatan tahun 2017 (ha)
26
(1) (2) (3) (4) (5)
010 Bandung Kulon 4,0 2,0 640,0 646,0
020 Babakan Ciparay 11,0 2,0 732,0 745,0
030 Bojongloa Kaler 0,0 0,0 303,0 303,0
040 Bojongloa Kidul 7,0 3,0 616,0 626,0
050 Astanaanyar 0,0 0,0 289,0 289,0
060 Regol 3,0 0,0 427,0 430,0
070 Lengkong 0,0 0,0 590,0 590,0
080 Bandung Kidul 10,0 8,0 588,0 606,0
090 Buahbatu 45,0 9,0 739,0 793,0
100 Rancasari 60,0 0,0 673,0 733,0
101 Gedebage 200,0 78,0 680,0 958,0
110 Cibiru 60,0 92,0 480,0 632,0
111 Panyileukan 27,0 8,0 475,0 510,0
120 Ujung Berung 68,0 76,0 496,0 640,0
121 Cinambo 68,0 12,0 288,0 368,0
130 Arcamanik 27,0 10,0 550,0 587,0
141 Antapani 7,0 35,0 337,0 379,0
142 Mandalajati 8,0 61,0 598,0 667,0
150 Kiaracondong 13,0 1,0 598,0 612,0
160 Batununggal 1,0 4,0 498,0 503,0
170 Sumur Bandung 0,0 1,0 339,0 340,0
180 Andir 0,0 4,0 367,0 371,0
190 Cicendo 0,0 0,0 686,0 686,0
200 Bandung Wetan 0,0 0,0 339,0 339,0
210 Cibeunying Kidul 0,0 101,0 424,0 525,0
220 Cibeunying Kaler 4,0 0,0 446,0 450,0
230 Coblong 0,0 12,0 723,0 735,0
240 Sukajadi 0,0 154,0 276,0 430,0
250 Sukasari 0,0 130,0 497,0 627,0
260 Cidadap 0,0 98,0 513,0 611,0
JUMLAH 623,0 901,0 15.207,0 16.731,0
Sumber : Dispertapa Kota Bandung
pertanian, tetapi lahan sawah dan lahan pertanian bukan sawah masih memberikan
27
Tabel 4. Data Produksi Pangan Kota Bandung Tahun 2017
Produksi
Jenis Komoditas
(Ton)
PADI-PADIAN
Padi gagang Kering Giling 21.270
BUAH/BIJI BERMINYAK
Kacang Tanah Berkulit 17,91
BUAH-BUAHAN
Alpukat 85,07
Jambu 63,20
Mangga 53,10
Pepaya 34,70
Pisang 182,00
Sawo 1,20
SAYURAN
Ketimun 22,9
Kacang Panjang 14,5
Kol Kubis 96,6
Tomat 14,5
Cabe 15,3
Terung 0,5
Petsai/sawi 21,7
Bawang Daun 22,5
Kangkung 15,3
Labu Siam 8,9
Buncis 7,2
Bayam 2,5
Sayuran lainnya 19.800
DAGING
Daging Sapi 28.857,92
Daging Kerbau 86,09
Daging Kambing 82,52
Daging Domba 17.188,26
Daging Kuda 103,40
Daging Babi 9.245,31
Daging Ayam Buras 8.317,99
28
Daging Ayam Ras 12.886,87
Daging Itik 18,13
Jeroan Semua Jenis 21.372,17
TELUR
Telur Ayam Buras 8.915,08
Telur Ayam Ras 44.015,74
Telur Itik 13.679,42
SUSU
Susu Sapi 6.843,95
IKAN
Mujair 517,91
Ikan mas 22,50
Sumber : DispertapaKota Bandung
Neraca Bahan Makanan Kota Bandung tahun 2018 disusun berdasarkan data
tahun 2017, yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota
ketersediaan pangan, serta ketersediaan energi, protein dan lemak dari jenis bahan
makanan.
Kontribusi Ketersediaan
Energi Protein Lemak
Pangan
(kal/kap/hari) (gr/kap/hari (gr/kap/hari)
29
)
di Kota Bandung juga surplus yaitu sebesar 85,82. Kontribusi energi dari
pangan hewani.
30
buah/biji berminyak berkontribusi sebesar 3,06%, kelompok pangan buah-buahan
Protein Persentase
Proporsi Protein
(gr/kap/hari) (%)
Proporsi Protein
Nabati 39,28 45,77
Proporsi Protein
Hewani 46,54 54,23
Jumlah 85,82 100,00
85,82 gr/kap/hari. Angka ini telah melebihi (surplus) dari yang dianjurkan oleh
WNPG VIII Tahun 2004 dengan Angka Kecukupan Protein (AKP) 57 gr/kap/hari.
Proporsi protein nabati yang tersedia adalah 45,77% dari total keseluruhan atau
39,28 gr/kap/hari dan proporsi protein hewani sebesar 54,23% atau 46,54
gr/kap/hari.
Lemak Persentase
Proporsi Lemak (gr/kap/hari) (%)
Proporsi Lemak
Nabati 46,28 60,11
Proporsi Lemak
Hewani 30,71 39,89
Jumlah 76,99 100,00
31
Ketersediaan lemak untuk dikonsumsi per kapita di Kota Bandung adalah
76,99 gr/kap/hari dengan proporsi lemak nabati sebesar 60,11% dari total
keseluruhan atau 46,28 gr/kap/hari dan proporsi lemak hewani sebesar 39,89%
Tahun 2018
sebagai berikut :
1. Kelompok Padi-padian
Kelompok padi-padian memberikan sumbangan terhadap zat gizi per
kapita per hari sebesar 1.002,84 kkal/kap/hari energi, 24,83 gr/kap/hari protein,
dan 3,82 gr/kap/hari lemak. Sumbangan zat gizi terbesar dari kelompok ini berasal
dari gabah kering giling/beras yaitu 911,49 kkal/kap/hari energi, 22,35 gr/kap/hari
kelompok ini adalah jagung dengan zat gizi sebesar 1,19 kkal/kap/hari energi,
213,72 kkal/kap/hari energi; 0,87 gr/kap/hari protein; dan 0,37 gr/kap/hari lemak.
Sumbangan zat gizi terbesar dari kelompok ini berasal dari ubi kayu/gaplek yaitu
Sedangkan sumbang terkecil dari ubi jalar dengan zat gzizi sebesar 1,15
3. Kelompok Gula
32
Kelompok gula memberikan sumbangan zat gizi sebesar 44,10
Kelompok pangan ini terbagi atas dua komoditas, yaitu gula pasir dengan
sumbangan zat gizi sebesar 31,70 kkal/kap/hari energi; 0,00 gr/kap/hari protein
dan lemak, kemudian gula merah dengan sumbangan zat gizi sebesar 12,40
5. Kelompok Buah-buahan
Sumbangan zat gizi terbesar berasal dari buah-buahan lain dengan 41,42
sumbangan zat gizi terkecil berasal dari sawo dengan 0,001 kkal/kap/hari;
6. Kelompok Sayuran
5,04 gr/kap/hari protein; dan 1,13 gr/kap/hari. Sumbangan zat gizi terbesar pada
kelompok ini berasal dari sayuran lain dengan 30,91 kkal/kap/hari energi; 3,09
7. Kelompok Daging
energi; 19,13 gr/kap/hari protein; dan 19,45 gr/kap/hari lemak. Sumbangan zat
33
gizi terbesar dari kelompok ini berasal dari daging sapi dengan 65,65
Sedangkan sumbangan zat gizi terkecil berasal dari daging itik dengan 0,06
8. Kelompok Telur
energi; 9,59 gr/kap/hari protein; dan 9,22 gr/kap/hari lemak. Sumbangan zat gizi
terbesar berasal dari telur ayam ras 76,41 kkal/kap/hari energi; 6,15 gr/kap/hari
protein; dan 5,36 gr/kap/hari. Sedangkan sumbangan terkecil berasal dari telur
ayam buras dengan 18,54 kkal/kap/hari energi; 1,22 gr/kap/hari protein; dan 1,43
gr/kap/hari lemak.
9. Kelompok Susu
17,59 gr/kap/hari protein; dan 1,81 gr/kap/hari lemak. Sumbangan zat gizi
terbesar pada kelompok ini berasal dari ikan mas dengan 52,69 kkal/kap/hari
energi; 9,80 gr/kap/hari protein; dan 1,23 gr/kap/hari lemak. Sedangkan zat gizi
terendah berasal dari ikan mujair dengan 3,86 kkal/kap/hari energi; 0,81
energi; 0,15 gr/kap/hari protein; dan 37,30 gr/kap/hari lemak. Sumbangan terbesar
34
dari kelompok ini berasal dari minyak sawit (minyak goreng) dengan 159,34
berasal dari kacang tanah (minyak goreng) dengan 43,17 kkal/kap/hari energi dan
Tahun 2018
4.4.1 Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Kota Bandung Tahun 2018
pangan. Basis data yang digunakan untuk menghitung skor Pola Pangan Harapan
(PPH) adalah konversi dari data ketersediaan untuk konsumsi per kapita pada
persentase tingkat ketersediaan energi Kota Bandung tahun 2018 adalah 104,46%
35
(surplus). Menurut Departemen Kesehatan (1996), berdasarkan klasifikasi Tingkat
Kota Bandung pada tahun 2018 termasuk dalam klasifikasi normal (tahan
pangan).
pangan) dapat dilihat melalui skor PPH. Dapat dikatakan bahwa tingkat
keragaman Ketersediaan Pangan di Kota Bandung adalah 91,69 dari total skor
telah terpenuhi sebesar 91,96% dari Pola Pangan Harapan yang telah ditetapkan.
Skor PPH ketersediaan Kota Bandung tahun 2018 dapat dikategorikan sebagai
memiliki skor yang hampir ideal berdasarkan PPH yaitu 22,79 dengan skor ideal
25,0. Meskipun skor kelompok ini belum ideal tetapi padi-padian adalah
penyumbang energi yang paling besar diantara kelompok pangan yang lain yaitu
1002,84 kalori.
Kelompok pangan ubi-ubian memiliki skor 5,15 dengan skor ideal 2,50.
Kelompok ini telah bisa mencapai skor PPH ideal dengan sumbangan energi
dan unggas, telur, ikan dan susu memiliki skor 43,94 dimana skor ideal 24,00.
Kelompok ini telah bisa mencapai skor PPH ideal dengan sumbangan energi
36
Kelompok pangan minyak den lemak memiliki skor 7,60 dengan skor ideal
5,00. Kelompok ini telah bisa mencapai skor PPH ideal dengan sumbangan energi
kacangan memiliki skor 6,40 dengan skor ideal 10,00. Kelompok ini belum bisa
mencapai skor PPH ideal. Kelompok ini memberikan sumbangan energi sebesar
70,37 kalori.
Kelompok pangan gula memiliki skor 1,00 dengan skor ideal 2,50.
Kelompok ini belum bisa mencapai skor PPH ideal. Kelompok ini memberikan
Kemudian kelompok pangan sayur dan buah memiliki skor 31,00 dengan
skor ideal 31,00. Kelompok ini hampir bisa mencapai skor PPH ideal. Kelompok
Tabel 10. Data Skor PPH Ketersediaan Kota Bandung Tahun 2018 dan Skor Maks
2018 belum ideal karena masih ada beberapa kelompok bahan makanan yang
37
belum mencapai skor yang diharapkan, seperti pada kelompok pangan padi-
Tabel 11. Perbandingan Situasi Ketersediaan Pangan Kota Bandung Tahun 2016
dengan Tahun 2018
Energi
N Kelompok Bahan % AKE Skor PPH
(kkal/kap/hari)
o Pangan
2016 2018 2016 2018 2016 2018
1019,7 1002,8
1 Padi-padian 6 4 46,35 45,58 23,18 22,79
2 Ubi-ubian 177,05 226,79 8,05 10,31 2,50 2,50
3 Pangan Hewani 528,69 483,32 24,03 21,97 24,00 24,00
4 Minyak dan Lemak 338,52 334,31 15,39 15,20 5,00 5,00
5 Buah/biji berminyak 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
6 Kacang-kacangan 80,27 70,37 3,65 3,20 7,30 6,40
7 Gula 43,88 44,10 1,99 2,00 1,00 1,00
8 Sayuran dan buah 126,26 136,42 5,74 6,20 28,69 30,00
9 Lain-lain 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
2314,4 2298,1
Jumlah 105,20 104,46 91,67 91,69
3 5
Berdasarkan tabel 11, bila dibandingkan dengan skor PPH tahun 2016, maka
dari sisi ketersediaan kelompok padi-padian mengalami penurunan dari 46,35%
AKE menjadi 45,58% AKE dan skor PPH dari 23,18 menjadi 22,79. Kemudian
terjadi penurunan dari tahun 2016 pada ketersediaan kelompok pangan hewani
dan kelompok minyak dan lemak, namun penurunan yang terjadi tidak
mempengaruhi skor PPH kelompok ini yakni sesuai dengan skor PPH ideal.
Ketersediaan kelompok ubi-ubian, gula, sayuran dan buah mengalami
peningkatan dari tahun 2016. Peningkatan tingkat ketersedian menyebabkan pada
tahun 2018 ketiga kelompok pangan ini memenuhi skor PPH ideal. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa adanya progres positif terhadap ketersediaan pangan di
38
Kota Bandung pada tahun 2018 yang ditandai dengan peningkatan skor PPH
ketersediaan dari 91,67 menjadi 91,69.
4.4.2 Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Kota Bandung Tahun 2018
39
Tingkat keragaman konsumsi pangan di Kota Bandung adalah 84,35 dari
Tabel 13. Data Skor PPH Konsumsi Kota Bandung Tahun 2018 dan Skor
Maksimal
2018 belum ideal, masyakarakat Kota Bandung belum mengonsumsi pangan yang
beragam karena dari 9 kelompok bahan makanan ada 4 kelompok bahan makanan
Tabel 14. Perbandingan Situasi Konsumsi Pangan Kota Bandung Tahun 2016
dengan Tahun 2018
Energi
N Kelompok Bahan % AKE Skor PPH
(kkal/kap/hari)
o Pangan
2016 2018 2016 2018 2016 2018
40
1006,1 1002,4
1 Padi-padian 6 6 50,31 50,12 25,00 25,00
2 Ubi-ubian 105,93 105,54 5,30 5,28 2,50 2,50
3 Pangan Hewani 494,16 492,35 24,71 24,62 24,00 24,00
4 Minyak dan Lemak 287,74 286,68 14,39 14,33 5,00 5,00
5 Buah/biji berminyak 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
6 Kacang-kacangan 68,23 67,98 3,41 3,40 6,82 6,80
7 Gula 10,49 10,45 0,52 0,52 0,26 0,26
8 Sayuran dan buah 83,07 82,77 4,15 4,14 20,77 20,69
9 Lain-lain 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
2055,7 2048,2
Jumlah 102,79 102,41 84,35 84,25
8 3
tahun 2018 mengalami penurunan jika dibandungkan dengan tahun 2016. Hal ini
Pelayanan Minimum
ketersediaan energi dan protein per kapita memenuhi 90% dari 2.200
Kecukupan Lemak (AKL) memenuhi SPM diasumsikan bila AKL 20% dari AKE
Tabel 15. Angka Kecukupan Energi, Protein, dan Lemak Kota Bandung Tahun
2018
41
Berdasarkan tabel 15, ketersediaan energi di Kota Bandung adalah 2.298,15
kkal/kap/hari maka dari sisi Angka Kecukupan Energi (AKE) Kota Bandung telah
memenuhi SPM yang telah ditentukan karena telah memenuhi lebih dari 90% dari
Kota Bandung adalah 85,82 gr/kap/hari maka dari sisi Angka Keckupan Protein
(AKP) Kota Bandung telah memenuhi SPM yang telah ditentukan karena telah
melibihi dari 90% dari AKP yang telh ditetapkan yaitu sebesar 150,56%.
Kemudian ketersediaan lemak di Kota Bandung juga telah memenuhi SPM yang
pangan di Kota Bandung tahun 2018 telah memenuhi SPM yang telah ditetapkan.
SKPD) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung tahun 2013-2018
ada beberapa indikator penting yang dijadikan ukuran pencapaian tujuan atau
kinerja bidang ketahanan pangan pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kota Bandung, yaitu ; Skor Pola Pangan Harapan dan Tingkat Konsumsi pangan
Tabel 16. Indikator Capaian Kinerja Ketahanan Pangan Kota Bandung Tahun
2013-2018
42
Tingkat Kg/kapita
Konsumsi per tahun 100 96,4 91,4 91,31 88,6 88,1
Beras
Tingkat Kg/kapita
Konsumsi per tahun 15,54 15,84 16,12 16,52 16,98 17,45
Daging
Tingkat Kg/kapita
Konsumsi per tahun 31,76 33,5 34,2 36,03 36,82 37,94
Ikan
Sumber : Dispertapa Kota Bandung (2013)
Berdasarkan tabel perhitungan skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada tahun
2018 Kota Bandung belum memenuhi target yang ditetapkan karena skor PPH
Kota Bandung tahun 2018 adalah 91,69 sedangkan target skor PPH yang
Tabel 17. Konsumsi Beras, Daging, dan Ikan Kota Bandung Tahun 2018
konsumsi daging di Kota Bandung juga telah memenuhi target yang ditetapkan
dengan capaian konsumsi daging 40,26 kg/kap/hari dan target yang ditetapkan
adalah 17,45. Sementara itu, tingkat konsumsi ikan di Kota Bandung belum
43
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
berikut :
meningkat jika dibandingkan dengan Skor PPH tahun 2016. Skor ini
pangan),
4. Skor PPH Ketersediaan Kota Bandung tahun 2018 dapat dikategorikan
(diversifikasi) pangan.
5. Skor PPH Konsumsi Kota Bandung tahun 2018 adalah 84,25, skor ini
44
konsumsi beras dan daging yang telah memenuhi target yang ditetapkan
5.2 Saran
45
DAFTAR PUSTAKA
46
(NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Kabupaten Sidoarjo, XV(1).
Fuadi, M. I., Hanani, N., & Muhaimin, W. (2012). Analisis Neraca Bahan
Makanan di Kabupaten Trenggalek. AGRISE, XII(2), 1412–1425.
LPPM Universitas Padjadjaran. (2016). Penysusunan dan Analisis Neraca Bahan
Makanan Kota Bandung. Bandung.
Mulyo, J. H., & Sugiyarto. (2010). Pertanian Terpadu untuk Mendukung
Kedaulatan Pangan Nasional. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Novitri. (2005). Ketahanan Pangan Keluarga Miskin di Kelurahan Belawan
Bahari Kecamatan Medan Belawan Tahun 2005. Universitas Sumatera
Utara. Retrieved from http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/32224
Pusat Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Keamanan Pangan. (2013).
Pedoman Analisis Konsumsi Pangan Mandiri di Wilayah P2KP. Jakarta.
Sembiring, E. . (2002). Pengembangan Pola Konsumsi Pangan Penduduk
Dengan Pendekatan Pola Pangan Harapan (PPH) Di Kabupaten Karo
Sumatera Utara. Institut Pertanian Bpgpr.
Soemarno. (2010). Strategis Pemnuhan Kebutuhan Pangan Rumah Tangga
Pedesaan. In Prossiding Widyakarta Nasional Pangan dan Gizi VI. Jakarta:
LIPI.
Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Bisnis (Edisi 1). Bandung: Alfabeta.
Suyatno. (2009). Survei Konsumsi Sebagai Indikator Status Gizi. Yogyakarta.
47
LAMPIRAN
48
1. Peta Kota Bandung
49
4
2 Cibeunying
6 87 562
5 Kidul
2 Cibeunying
4 46 290
6 Kaler
2
6 75 462
7 Coblong
2
5 49 331
8 Sukajadi
2
4 32 220
9 Sukasari
3
3 29 175
0 Cidadap
158 988
151
Kota Bandung 3 4
Sumber : (BPS Kota Bandung, 2017a)
2016.
Laju Pertumbuhan
Jumlah
Tahun Penduduk per
Penduduk
Tahun (%)
2011 2.429.176 0,71
2012 2.444.617 0,64
2013 2.458.503 0,57
2014 2.470.802 0,5
2015 2.481.469 0,43
2016 2.490.622 0,37
Sumber : (BPS Kota Bandung, 2017)
2.499.837 jiwa.
51
4. Tata Cara Pengisian Tabel Neraca Bahan Makanan
semua kolom yang terdapat di tabel dengan tata cara sebagai berikut
(Bohari, 2009) :
masih akan mengalami perubahan bentuk (bila ada) pada kolom (2),
3) Kolom 3 : Produksi (keluaran). Menuliskan angka unsur produksi
ada) pda kolom (4) berikut tandanya ; negatif (-) atau positif (+)
52
5) Kolom 5 : Impor. Menuliskan angka jumlah bahan makanan yang
masuk dari negara lain atau wilayah lain pada kolom (5),
6) Kolom 6 : Penyediaan dalam negeri sebelum ekspor. Menuliskan
wilayah lain baik melalui laut, darat maupun udara pada kolom (7),
8) Kolom 8 : Penyediaan dalam negeri. Menuliskan angka hasil dari
(8),
9) Kolom 9 : Pakan. Angka pakan diisi pada kolom (9). Angka pakan
negeri.
10) Kolom 10 : Bibit/benih. Menuliskan pada kolom (10) angka hasil
53
12) Kolom 12 : Diolah untuk bahan makanan. Menuliskan angka
dalam negeri yang diolah untuk keperluan bukan makanan (bila ada)
tersebut merupakan hasil dari : kolom (8) – kolom (9) – kolom (10) –
pembagian kolom (15) dengan jumlah hari dalam satu tahun dan dikali
(17) angka hasil perkalian kolom (16) dengan persen bagian yang
kolom (18) angka hasil perkalian kolom (16) dengan persen bagian
(19) angka hasil perkalian kolom (16) dengan persen bagian yang
54
dapat dimakan, kemudian dikalikam dengan kandungan lemak dari
1 . Gandum
Wheat
II . MAKANAN BERPATI /
STARCHY FOOD
55
1 . Ubi Jalar / 139 1,3 0,4 90
Sweet potatoes
III . G ULA/
SUGAR
IV . BUAH/BIJI BERMINYAK /
PULSES NUT & OIL SEEDS
56
6 . Kelapa Daging / Kopra
Coconut meat / Copra
V . BUAH-BUAHAN /
FRUITS
57
13 . Lainnya / 50 0,6 0,4 63
Others
VI . SAYURAN /
VEGETABLES
58
Spring Onions
VII . DAGING /
MEAT
59
Pork Meat
VIII . TELUR /
EGGS
IX . SUSU /
MILK
XI IKAN /
FISH
60
2 . Kakap 92 20,0 0,7 100
Giant seaperch
61
Common scids & Cutlle fishes
X . MINYAK /
LEMAX
3 . Minyak Sawit
Palm Oil
62
6. Produksi dan Penyediaan Pangan Kota Bandung berdasarkan Neraca Bahan Makanan (NBM)
Produksi Penyediaan
Production Perubah- Kab/Kota Penyediaan
Jenis Bahan Makanan (Ton) an Stok Impor Ekspor Ekspor Kab/Kota
Commodity Changes Imports Supply Exports Supply
Masukan Keluaran in Stock Available Available
Input Output before Export
I . PADI-PADIAN
1 . Gandum - 0,000 0 0 0 0 0
2 . Tepung gandum - 0,000 0 23.826 23.826 0 23.826
3 . Padi gagang Kering Giling - 21.270 0 0 21.270 0 21.270
4 . Gabah Krg Giling / Beras - 0,000 0 263.390 263.390 0 263.390
5 . Jagung - 0,000 0 430 430 0 430
6 Jagung basah - 0,000 0 8.095 8.095 0 8.095
II . MAKANAN BERPATI
1 . Ubi Jalar - 0,000 0 955 955 0 955
2 . Ubi Kayu - 0,000 0 34.709 34.709 0 34.709
3 . Ubi kayu/Gaplek - 0,000 0 28.296 28.296 0 28.296
63
4 . Ubi kayu/Tapioka - 0,000 0 27.741 27.741 0 27.741
5 . Sagu / Tepung Sagu - 0,000 0 4.770 4.770 0 4.770
III . G U LA
1 . Gula Pasir - 0,000 0 8.024 8.024 0 8.024
2 . Gula merah - 0,000 0 3.059 3.059 0 3.059
IV . BUAH/BIJI BERMINYAK
1 . Kacang Tanah Berkulit - 17,915 0 0 18 0 18
2 . Kacang Tanah Lepas Kulit - 0,000 0 9.701 9.701 0 9.701
3 . Kedelai - 0,000 0 17.739 17.739 0 17.739
4 . Kacang Hijau - 0,000 0 0 0 0 0
5 . Kelapa Berkulit / daging - 0,000 0 0 0 0 0
6 . Kelapa Daging / Kopra - 0,000 0 0 0 0 0
V . BUAH-BUAHAN
1 . Alpokat - 85,069 0 6 91 0 91
2 . Jeruk - 0,000 0 8.835 8.835 0 8.835
3 . Duku - 0,000 0 - 0 0 0
4 . Durian - 0,000 0 8.546 8.546 0 8.546
5 . Jambu - 63,200 0 7 70 0 70
6 . Mangga - 53,100 0 5.472 5.525 0 5.525
7 . Nenas - 0,000 0 8.682 8.682 0 8.682
8 . Pepaya - 34,700 0 19.816 19.851 0 19.851
64
9 . Pisang - 182,000 0 7.676 7.858 0 7.858
10 . Rambutan - 0,000 0 9.911 9.911 0 9.911
11 . Salak - 0,000 0 11.163 11.163 0 11.163
12 . Sawo - 1,200 0 - 1 0 1
13 . Lainnya - 0,000 0 121.342 121.342 0 121.342
VI . SAYURAN
1 . Bawang Merah - 0,000 0 10.634 10.634 35 10.599
2 . Ketimun - 22,900 0 - 23 0 23
3 . Kacang Merah - 0,000 0 - 0 0 0
4 . Kacang Panjang - 14,500 0 - 15 0 15
5 . Kentang - 0,000 0 24.113 24.113 0 24.113
6 . Kol / Kubis - 96,600 0 12.125 12.222 0 12.222
7 . Tomat - 14,500 0 8.350 8.364 0 8.364
8 . Wortel - 0,000 0 3.794 3.794 0 3.794
9 . Cabe - 15,300 0 20.516 20.531 0 20.531
10 . Terung - 0,500 0 - 1 0 1
11 . Petsai / sawi - 21,700 0 - 22 0 22
12 . Bawang Daun - 22,500 0 3.912 3.934 0 3.934
13 . Kangkung - 15,300 0 - 15 0 15
14 . Lobak - 0,000 0 - 0 0 0
15 . Labu Siam - 8,900 0 - 9 0 9
16 . Buncis - 7,200 0 - 7 0 7
17 . Bayam - 2,500 0 - 3 0 3
65
18 . Bawang Putih - 0,000 0 4.763 4.763 0 4.763
19 . Sayuran lainnya - 19.800 0 82.460 102.260 0 102.260
VIII . TELUR
1 . Telur Ayam Buras - 8.915,085 0 4.893 13.808 0 13.808
2 . Telur Ayam Ras - 44.015,741 0 7.917 51.933 0 51.933
3 . Telur Itik - 13.679,421 0 7.129 20.809 0 20.809
IX . SUSU
1 . Susu Sapi - 6.843,953 0 - 6.844 0 6.844
2 . Susu impor - - 0 0 0 0 0
XI IKAN
66
1 . Tuna/Cakalng/Tongkol - 0,000 0 0 0 0 0
2 . Kakap - 0,000 0 0 0 0 0
3 . Cucut - 0,000 0 0 0 0 0
4 . Bawal - 0,000 0 0 0 0 0
5 . Teri - 0,000 0 0 0 0 0
6 . Lemuru - 0,000 0 0 0 0 0
7 . Kembung - 0,000 0 14.376 14.376 0 14.376
8 . Tenggiri - 0,000 0 0 0 0 0
9 . Bandeng - 0,000 0 0 0 0 0
10 . Belanak - 0,000 0 0 0 0 0
11 . Mujair - 517,910 0 3.558 4.076 0 4.076
12 . Ikan mas - 22,500 0 57.612 57.635 0 57.635
13 . Udang - 0,000 0 0 0 0 0
14 . Kepiting/Rajungan - 0,000 0 0 0 0 0
15 . Kerang darah - 0,000 0 0 0 0 0
16 . Cumi-cumi/Sotong - 0,000 0 11.554 11.554 0 11.554
17 . Lainnya - 0 0 14.717 14.717 0 14.717
X . MINYAK
1 . Kacang Tanah / Minyak Goreng - 0,000 0 4.367 4.367 0 4.367
2 . Kopra / Minyak Goreng - 0,000 0 14.042 14.042 0 14.042
3 . Minyak Sawit - 0,000 0 0 0 0 0
4 . Minyak Sawit / Minyak Goreng - 0,000 0 16.372 16.372 0 16.372
5 . Inti Sawit - 0,000 0 0 0 0 0
67
6 . Inti Sawit/Minyak goreng - 0,000 0 0 0 0 0
7 . Lemak sapi - 0,000 0 0 0 0 0
8 . Lemak Kerbau - 0,000 0 0 0 0 0
9 . Lemak Kambing - 0,000 0 0 0 0 0
10 . Lemak Domba - 0,000 0 0 0 0 0
11 . Lemak Babi - 0,000 0 0 0 0 0
7. Pemakaian (Penggunaan) dan Ketersediaan Pangan Kota Bandung Tahun 2018 berdasarkan Neraca Bahan Makanan (NBM)
68
Jenis Bahan Makanan (Ton)
Commodity Diolah untuk Yang Bahan Energi Protein Lemak
Pakan Bibit Manufacture for Tercecer Makanan kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats
kg/ye
Feed Seed Makanan Bukan Waste Food gr/day cal/day gr/day gr/day
ar
Makana
n
Non
Food
Food
(1) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
I . PADI-PADIAN
1 . Gandum - - 0 - - - - - - - -
2 . Tepung gandum - - - - 0 23.826 9,53 26,11 86,95 2,35 0,26
Padi gagang Kering
3 . 1.276 2.127 17.335,38 0 532 - - - - - -
Giling
Gabah Krg Giling
4 . 26.339 1.353 - - 6.585 229.114 91,65 251,10 911,49 22,35 3,52
Beras
5 . Jagung 26 43 - 0 21 340 0,14 0,37 1,19 0,03 0,01
6 Jagung basah 0 0 0 0 - 8.095 3,24 8,87 3,20 0,10 0,03
1.002,84 24,83 3,82
MAKANAN
II . 251,10
BERPATI
1 . Ubi Jalar 19 - 0 0 96 841 0,34 0,92 1,15 0,01 0,00
2 . Ubi Kayu 694 - 0 0 0 34.015 13,61 37,28 48,80 0,32 0,10
3 . Ubi kayu/Gaplek 0 - 0 0 0 28.296 11,32 31,01 104,82 0,47 0,22
4 . Ubi kayu/Tapioka - - 0 14.521 0 13.220 5,29 14,49 52,45 0,07 0,04
69
5 . Sagu/Tepung Sagu - - 0 1.933 0 2.837 1,13 3,11 6,50 0,01 0,01
213,72 0,87 0,37
III . G U LA
1 . Gula Pasir - - - - 79 7.945 3,18 8,71 31,70 0,00 0,00
2 . Gula merah - - - - - 3.059 1,22 3,35 12,40 0,04 0,12
44,10 0,04 0,12
BUAH/BIJI
IV .
BERMINYAK
1 . Kacang Tanah Berkulit - - 17 0 1 - - - - - -
Kacang Tanah Lepas
2 . 0 456 5.410 3.350 485 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Kulit
3 . Kedelai 0 0 - 0 887 16.853 6,74 18,47 70,37 7,46 3,08
4 . Kacang Hijau 0 0 - 0 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Kelapa Berkulit /
5 . - 0 0 0 0 - - - - - -
daging
6 . Kelapa Daging / Kopra - - 0 0 0 - - - - - -
70,37 7,46 3,08
V . BUAH-BUAHAN /
1 . Alpokat - - - - 0 91 0,04 0,10 0,05 0,00 0,00
2 . Jeruk - - - - 345 8.489 3,40 9,30 2,91 0,05 0,01
3 . Duku - - - - 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
4 . Durian - - - - 855 7.692 3,08 8,43 2,49 0,05 0,06
5 . Jambu - - - - 0 70 0,03 0,08 0,03 0,00 0,00
70
6 . Mangga - - - - 387 5.138 2,06 5,63 2,05 0,02 0,01
7 . Nenas - - - - 451 8.230 3,29 9,02 1,91 0,03 0,01
8 . Pepaya - - - - 1.231 18.620 7,45 20,41 7,04 0,08 0,00
9 . Pisang - - - - 369 7.489 3,00 8,21 5,89 0,06 0,02
10 . Rambutan - - - - 0 9.911 3,96 10,86 3,00 0,04 0,00
11 . Salak - - - - 759 10.404 4,16 11,40 6,04 0,05 0,01
12 . Sawo - - - - 0 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
13 . Lainnya - - 1.370,603 - 0 119.971 47,99 131,48 41,42 0,50 0,33
72,83 0,88 0,46
VI . SAYURAN
1 . Bawang Merah 0 0 - - 886 9.713 3,89 10,65 3,74 0,14 0,03
2 . Ketimun 0 0 - - 0 23 0,01 0,03 0,00 0,00 0,00
3 . Kacang Merah 0 0 - - 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
4 . Kacang Panjang 0 0 - - 0 15 0,01 0,02 0,00 0,00 0,00
5 . Kentang 0 0 - - 1.210 22.902 9,16 25,10 13,07 0,44 0,04
6 . Kol / Kubis 0 0 - - 683 11.539 4,62 12,65 2,28 0,13 0,02
7 . Tomat 0 0 6,209 - 739 7.620 3,05 8,35 1,90 0,10 0,04
8 . Wortel 0 0 9,313 - 0 3.785 1,51 4,15 1,19 0,03 0,02
9 . Cabe 0 0 - - 1.082 19.449 7,78 21,32 18,66 0,85 0,43
10 . Terung 0 0 - - 0 1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
11 . Petsai / sawi 0 0 - - 0 22 0,01 0,02 0,00 0,00 0,00
12 . Bawang Daun 0 0 - - 0 3.934 1,57 4,31 0,84 0,05 0,02
13 . Kangkung 0 0 - - 0 15 0,01 0,02 0,00 0,00 0,00
71
14 . Lobak 0 0 - - 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
15 . Labu Siam 0 0 - - 0 9 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00
16 . Buncis 0 0 - - 0 7 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00
17 . Bayam 0 0 - - 0 3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
18 . Bawang Putih 0 0 3,145 - 340 4.420 1,77 4,84 4,05 0,19 0,01
19 . Sayuran lainnya 0 0 62,090 - 0 102.198 40,88 112,00 30,91 3,09 0,52
76,66 5,04 1,13
VII . DAG I N G
1 . Daging Sapi 0 0 - - 1.523 28.937 11,58 31,71 65,65 5,96 4,44
2 . Daging Kerbau 0 0 - - 4 82 0,03 0,09 0,08 0,02 0,00
3 . Daging Kambing 0 0 - - 14 260 0,10 0,28 0,44 0,05 0,03
4 . Daging Domba 0 0 - - 877 16.660 6,66 18,26 37,61 3,12 2,70
5 . Daging Kuda 0 0 - - 5 98 0,04 0,11 0,13 0,02 0,00
6 . Daging Babi 0 0 - - 463 8.796 3,52 9,64 40,20 1,25 3,86
7 . Daging Ayam Buras 0 0 - - 450 8.550 3,42 9,37 28,30 1,71 2,34
8 . Daging Ayam Ras 0 0 - - 878 16.675 6,67 18,28 55,19 3,33 4,57
9 . Daging Itik 0 0 - - 1 17 0,01 0,02 0,06 0,00 0,01
10 . Jeroan Semua Jenis 0 0 - - - 21.372 8,55 23,42 29,75 3,68 1,50
257,40 19,13 19,45
VIII . TELUR
1 . Telur Ayam Buras 0 3.452 - - 533 9.823 3,93 10,77 18,54 1,22 1,43
2 . Telur Ayam Ras 0 0 - - 1.065 50.868 20,35 55,75 76,41 6,15 5,36
3 . Telur Itik 0 2.809 - - 816 17.184 6,87 18,83 32,03 2,22 2,42
72
126,99 9,59 9,22
IX . SUSU
1 . Susu Sapi 0 0 - - 390 6.454 2,58 7,07 4,31 0,23 0,25
2 . Susu impor 0 0 - - - 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
4,31 0,23 0,25
XI IKAN
1 . Tuna/Cakalng/Tongkol 0 0 - - 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
2 . Kakap 0 0 - - 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
3 . Cucut 0 0 - - 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
4 . Bawal 0 0 - - 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 . Teri 0 0 - - 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
6 . Lemuru 0 0 - - 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
7 . Kembung 0 0 - - 431 13.945 5,58 15,28 16,96 2,96 0,14
8 . Tenggiri 0 0 - - 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
9 . Bandeng 0 0 - - 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 . Belanak 0 0 - - 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
11 . Mujair 0 0 - - 122 3.954 1,58 4,33 3,86 0,81 0,04
12 . Ikan mas 0 0 - - 1.729 55.906 22,36 61,27 52,69 9,80 1,23
13 . Udang 0 0 - - 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
14 . Kepiting/Rajungan 0 0 - - 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
15 . Kerang darah 0 0 - - 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
16 . Cumi-cumi/Sotong 0 0 - - 347 11.207 4,48 12,28 9,21 1,98 0,09
73
17 . Lainnya 0 0 - - 442 14.275 5,71 15,65 11,89 2,03 0,31
94,62 17,59 1,81
X . MINYAK
Kacang Tanah / Minyak
1 . 0 0 - - - 4.367 1,75 4,79 43,17 0,00 4,79
Goreng
2 . Kopra / Minyak Goreng 0 0 - - 219 13.823 5,53 15,15 131,80 0,15 14,85
3 . Minyak Sawit 0 0 0 - 0 - - - - - -
Minyak Sawit / Minyak
4 . 0 0 - - 254 16.118 6,45 17,66 159,34 0,00 17,66
Goreng
5 . Inti Sawit 0 0 0 - - - - - - - -
Inti Sawit/Minyak
6 . 0 0 - - - 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
goreng
7 . Lemak sapi 0 0 - - - 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
8 . Lemak Kerbau 0 0 - - - 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
9 . Lemak Kambing 0 0 - - - 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 . Lemak Domba 0 0 - - - 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
11 . Lemak Babi 0 0 - - - 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
334,31 0,15 37,30
Nabati/
1.814,83 39,28 46,28
Vegetable
Hewani/
483,32 46,54 30,71
Animal
Jumlah/
2.298,15 85,82 76,99
Total
74
8. Konsumsi Jenis Bahan Makanan Kota Bandung Tahun 2018
No Jenis Bahan Makanan Konsumsi Konsumsi Konsumsi
ton / kg/kapita/tahu
tahun gram/kapita/hari n
I PADI-PADIAN /
CEREALS
1 Gandum - -
Wheat
2
Tepung gandum 20,251.59 22.19 8.10
Wheat Flour -
-
Padi gagang Kering
3
Giling / -
Dry stalk paddy
/unhusked rice -
-
Gabah Krg Giling / 232,668.5
4
Beras 9 255.00 93.07
Unhusked rice / Rice -
-
5
Jagung / 200.04 0.22 0.08
Maize -
-
6
Jagung basah 5,591.47 6.13 2.24
Fresh Maize -
-
II MAKANAN BERPATI / -
STARCHY FOOD -
-
1
Ubi Jalar / 30,710.13 33.66 12.28
Sweet potatoes -
-
2
Ubi Kayu / 28,984.63 31.77 11.59
Cassava -
-
3
Ubi kayu/Gaplek - - -
Cassava/Manioc -
75
-
4
Ubi kayu/Tapioka 11,191.56 12.27 4.48
Cassava/Tapioca -
-
5
Sagu / Tepung Sagu 2,038.16 2.23 0.82
Sagopith / Sago flour -
-
III G U L A / -
SUGAR -
-
1
Gula Pasir / 7,876.16 8.63 3.15
Refined Sugar
2
Gula merah 2,577.58 2.82 1.03
Brown sugar
BUAH/BIJI
IV
BERMINYAK /
PULSES NUT & OIL
SEEDS
4 Kacang Hijau / - - -
Greenpeas
76
6 -
Coconut meat / Copra
V
BUAH-BUAHAN / - - -
FRUITS
2
Jeruk / 10,313.14 11.30 4.13
Oranges
3
Duku/ - - -
Lanzon
4
Durian / 7.83 0.01 0.00
Durians
5
Jambu / 58.73 0.06 0.02
Waterapples
6
Mangga / 3,721.23 4.08 1.49
Mangoes
7
Nenas / 6,910.55 7.57 2.76
Pineapples
8
Pepaya / 15,956.05 17.49 6.38
Papayas
9
Pisang / 6,122.99 6.71 2.45
Bananas
10
Rambutan / 8,341.74 9.14 3.34
Rambutans
77
11
Salak / 8,510.05 9.33 3.40
Zalaka edulis
12
Sawo/ 1.02 0.00 0.00
Sapodila
13
Lainnya / 29,986.83 32.86 12.00
Others
VI SAYURAN /
VEGETABLES
1
Bawang Merah / 10,656.99 11.68 4.26
Shallot
2
Ketimun / 19.54 0.02 0.01
Cucumber
3
Kacang Merah / - - -
Kidney Beans
4
Kacang Panjang / 12.89 0.01 0.01
Cow Peas
5
Kentang / 30,110.87 33.00 12.05
Potatoes
6
Kol / Kubis / 16,011.55 17.55 6.41
Cabbage
7
Tomat / 12,166.92 13.33 4.87
Tomatoes
8
Wortel / 5,397.41 5.92 2.16
Carrots
78
9
Cabe / 6,864.14 7.52 2.75
Chilli
10
Terung / 0.43 0.00 0.00
Eggplant
11
Petsai / sawi / 18.52 0.02 0.01
Cabbage / Mustard
Greens
Chinese Radish
12
Bawang Daun / 4,951.56 5.43 1.98
Spring Onions
13
Kangkung / 13.06 0.01 0.01
Swampcabbage
14
Lobak / - - -
Radish
15
Labu Siam / 7.60 0.01 0.00
Pumpkin
1
6 Buncis / 6.14 0.01 0.00
Greenbeans
17
Bayam / 2.14 0.00 0.00
Spinach
18
Bawang Putih / 8,299.26 9.10 3.32
Garlic
19
Sayuran lainnya/ 66,606.22 73.00 26.64
Others
79
VI
I DAGING /
M EAT
1
Daging Sapi / 28,536.25 31.27 11.42
Beef Meat
2
Daging Kerbau / 72.73 0.08 0.03
Buffalo Meat
3
Daging Kambing / 245.45 0.27 0.10
Meat Goat
4
Daging Domba / 12,645.41 13.86 5.06
Mutton Meat
5
Daging Kuda / 109.09 0.12 0.04
Horse Meat
6
Daging Babi / 8,302.22 9.10 3.32
Pork Meat
7
Daging Ayam Buras / 7,827.24 8.58 3.13
Local Chicken Meat
8
Daging Ayam Ras / 28,381.71 31.11 11.35
Improved Chicken Meat
9
Daging Itik / 14.58 0.02 0.01
Duck Meat
10
Jeroan Semua Jenis / 14,502.72 15.89 5.80
Offal All Kind
VI TELUR /
80
II
EGGS
2
Telur Ayam Ras / 60,610.17 66.43 24.25
Improved Hen Eggs
3
Telur Itik / 14,332.80 15.71 5.73
Duck Eggs
IX S U S U /
MILK
1
Susu Sapi / 5,334.92 5.85 2.13
Cow Milk
2
Susu impor / - - -
Imported milk
XI IKAN /
FISH
1
Tuna/Cakalng/Tongkol - - -
Tunas/Skipjade/Eastern
little
2
Kakap - - -
Giant seaperch
3
Cucut - - -
Sharks
4
Bawal - - -
Pomfret
81
5
Teri - - -
Anchovies
6
Lemuru - - -
Indianoil sardinela
7
Kembung 13,999.95 15.34 5.60
Indianmackerels
8 Tenggiri - - -
Narrow bard king
mackerels
- - -
9 Bandeng
Milk fish
10
Belanak - - -
Multes
11
Mujair 4,172.71 4.57 1.67
Mozambique tilapia
12
Ikan mas 28,690.80 31.44 11.48
Common carp
13
Udang - - -
Crab/Swim crab
- - -
14 Kepiting/Rajungan
Crab/Swim crab
15
Kerang darah - - -
Blood cockles
1
6 Cumi-cumi/Sotong 27,990.80 30.68 11.20
82
Common scids & Cutlle
fishes
17
Lainnya 14,954.49 16.39 5.98
Others
X MINYAK /
LEMAX
2
Kopra / Minyak Goreng 11,853.71 12.99 4.74
Cooking Oil
3
Minyak Sawit - - -
Palm Oil
5
Inti Sawit - - -
Palm Kernel
Inti Sawit/Minyak
6
goreng - - -
Palm Kernel/Cooking oil
7
Lemak sapi / - - -
Cow Fats
8
Lemak Kerbau / - - -
Buffalo Fats
9
Lemak Kambing / - - -
Goat Fats
83
10
Lemak Domba / - - -
Mutton fats
11 Lemak Babi /
Pig Fats -
84