Disusun oleh :
Disusun Oleh:
Siti Maysarah
Mengetahui,
PENDAHULUAN
A. SKRINING
Total Skor 0
PENILAIAN SKOR
Skor > 2 dinyatakan beresiko Malnutrisi
Skor < 2 dinyatakan tidak beresik0 Malnutrisi
Jika skor > 2 rujuk Dietisien/
ASSESSMEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. P
No Rekam Medis :-
Ruang :R.Baitul Salam 2
Tanggal masuk : 7/12/2020
Tanggal kasus : 10/12/2020
Diagnosis medis : pasca bedah nefrolitotomi
(misalnya kepercayaan
tertentu tentang makanan,
obsesi pada makanan tertentu,
obesesi tentang berat badan,
kepercayaan yang tidak
ilmiah, kesukaan pada
makanan tertentu, kesiapan
untuk mengubah perilaku yang
berhubungan dengan
makanan)
FH 5 Perilaku -
(binge behavior, kebiasaan
memuntahkan kembali
makanan, penggunaan obat
laxative, puasa berlebihan,
olah raga berlebihan, perilaku
saat makan, durasi makan.)
D. INTERVENSI GIZI
I. PLANNING
PEMBERIAN MAKAN DAN ATAU ZAT GIZI (NUTRITION
DELIVERY/ND)
a. Tujuan
1.Memberikan makanan sesuai daya terima pasien
2.Mempercepat penyembuhan
3.Memperbaiki asupan zat besi
b. Prinsip/syarat Diet
1.Energi 30 kkal x BB
2.Protein cukup yaitu 1,2g/kgBB
3.Lemak cukup yaitu 25% dari TEE
4.Karbohidrat cukup sisa dari total kebutuhan
5.Zat besi sesuai AKG yaitu 9mg
c. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi
Rumus pasien post operasi
Energi = 30 kkal x BB
= 25 X 60
= 1.800 kkal
Protein = 1,2g/kgBB/hr
=1,2 x 60
=72 gram
Lemak = 25% x TEE
= 25% x 1800
= 450/9
=50 gram
Karbohidrat = 60% TEE
= 60 x 1800
= 1.080/4
= 270
d. Preskripsi Diet
NP – 1.1 Preskripsi Diet
Jenis Diet : Diet Pasca Bedah IV
Bentuk Makanan : Lunak bubur
Modifikasi Zat Gizi (bila ada) : -
Rute/cara pemberian : oral
Jadwal Pemberian : 3x makan utama, 2 x selingan
RENCANA EDUKASI GIZI (E)
(proses formal dalam melatih keterampilan atau membagi pengetahuan yang
membantu pasien/klien mengelola atau memofifikasi diet dan perialku secara
sukarela untuk menjaga atau meningkatkan kesehatan)
E-1. Materi/isi Edukasi
KODE Data Keterangan
IDNT
E-1.1 Tujuan Edukasi 1. Memberikan pemahaman kepada
pasien dan keluarga mengenai
(misalnya untuk pencegahan, diet pasca bedah yang diberikan
managemen penyakit) 2. Membantu pasien dan keluarga
memeahami diet yang diberikan
untuk membantu penyembuhan
luka pasca bedah
E-1.2 Prioritas modifikasi 1. Anemia dan penyembuhan luka
pasca operasi
(masalah utama
pasien/klien)
E-1.6 Topik lain yang berkaitan Pasien tidak boleh makan makanan dari
(bila ada) luar RSI Sultan Agung Semarang
A. Nefrolitotomi
Nefrolitotomi adalah metode yang digunakan untuk mengeluarkan batu pada
ginjal melalui pembedahan mayor yang meliputi insisi ke dalam ginjal dengan
membuat luka tusukan kecil dipanggul. Probe ultrasonik dimasukkan melalui
kateter kemudian gelombang ultrasonik diarahkan pada batu. Gelombang yang
dihasilkan akan menghancurkan batu menjadi bagian kecilagar dapat keluar
melalui kateter. Setelah prosedurselesai, kateter akan dibiarkan pada tempatnya
selama 1 sampai 2 hari hingga edema mereda(Purnomo, 2011).
B. Nefrolitiasis
Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan salah satu penyakit ginjal, dimana
ditemukannya batu yang mengandung komponen kristal dan matriks organik yang
merupakan penyebab terbanyak kelainan saluran kemih.Pengertian Batu Ginjal
Menurut istilah medis, batu ginjal atau Nephrolithiasis adalah merupakan suatu
keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau kaliks dari
ginjal. Lokasi batu ginjal khas dijumpai di kaliks, atau pelvis dan bila keluar akan
terhenti dan menyumbat pada daerah ureter dan kandung kemih (Putra & Fauzi,
2016).
C. Patofisiologi
Batu Ginjal Batu ginjal dapat terjadi karena beberapa sebab, yakni
pembentuk kristal kalsium dan menimbulkan agregasi pembentukan batu.
Subyek normal dapat mengekskresikan nukleus kristal kecil. Proses
pembentukan batu dimungkinkan dengan kecenderungan ekskresi agregat kristal
yang lebih besar dan kemungkinan sebagai kristal kalsium oksalat dalam air
kemih. Proses perubahan kristal yang terbentuk pada tubul menjadi batu masih
belum jelas proses pembuangan kristal melalui aliran air kemih yang banyak.
Diperkirakan bahwa agregasi kristal menjadi cukup besar sehingga tertinggal dan
biasanya ditimbun pada duktus kolektikus akhir. Selanjutnya secara perlahan
timbunan akan membesar, pengendapan ini diperkirakan timbul pada bagian sel
epitel yang mengalami lesi. Kelainan ini kemungkinan disebabkan oleh kristal
sendiri, sekitar delapan puluh persen pasien batu ginjal merupakan batu kalsium,
dan kebanyakan terdiri dari kalsium oksalat atau agak jarang sebagai kalsium
fosfat. Jenis batu lainnya erdiri dari batu sistin, batu asam urat dan batu struvite
(Sja’bani, 2014: 2124). Terbentuknya batu ginjal karena adanya deposit mineral
kristal ginjal yang semula kristal tersebut hanya berukuran kecil, yang berada di
loop Hanle, tubulus distal atau duktus kolektivus, semakin membesar. Batu
ginjal terbentuk apabila faktor pemicu terbentuknya kristal di urin melebihi
faktor yang menghambat proses kristalisasi. Terbentuknya batu diawali karena
adanya supersaturasi di urin terhadap unsur kalsium, oksalat dan asam urat.
Supersaturasi dibuktikan dengan meningkatnya ekskresi kalsium
(hiperkalsiuria), osalat (hiperoksaluria) dan asam urat (hyperuricosuria). Dalam
keadaan supersaturasi akan lebih mudah terjadi proses nukleasi atau
terbentuknya inti batu dan kristalisasi (Cahyono, 2010).
D. Etiologi
Batu Ginjal Praduga penyebab terjadinya batu ginjal yakni idiopatik. Akan
tetapi, terdapat faktor predisposisi seperti sering menahan buang air kecil
sehingga menyebabkan infeksi saluran kemih (ISK), jenis makanan yang
dikonsumsi, mengkonsumsi obat-obatan dalam jangka panjang, terlalu banyak
mengkonsumsi vitamin D (Baradero, Dayrit, & Siswadi, 2009:60). Faktor
genetik juga memiliki peran penting terhadap resiko terjadinya penyakit ginjal,
kurangnya konsumsi air putih, aktifitas yang membuat pola makan menjadi tidak
teratur (Cidadapi, 2016:237).
E. Manifestasi Klinis
Batu Ginjal Berbagai macam keluhan dan gejala yang akan ditimbulkan dari
penyakit batu ginjal, namun tergantung dimana letak batu ginjal tersebut. Gejala
batu ginjal seperti mual dan munah, perut menggelembung, demam tinggi dan
menggigil serta terdapat darah di dalam urin. Keluarnya darah dalam urin di
karenakan ada bagian yang terluka akibat gesekan batu dengan saluran kemih
yang dilewati (Cidadapi, 2016:237).
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil skrining gizi pasien tidak beresiko malnutrisi
2. Berdasarkan pengukuran antropometri Tn.P status gizi tergolong normal
3. Hasil biokimia menunjukan Tn.P mengalami anemia, serta kadar
trombosit, haematocrit, natrium dan chloride dalam darah normal.
4. Intervensi yang diberikan yaitu membantu penyembuhan luka pasca
operasi dan memperbaiki asupan zat besi.
5. Diketahui kebutuhan gizi pasien yaitu energi 1800 kkal, lemak 50,
preotein 72 gram dan karbohidrat 270 gram.
6. Diet yang diberikan yaitu diet pasca bedah IV dengan rute pemberian
secara oral, dengan wajtu makan 3 kali makan utama dan 2 kali makan
selingan.
7. Monitoring evaluasi pada food history, antropometri dan juga biokimia.
SARAN
1. Asupan makanan pasien harus tetap dipantau sesuai kebutuhan agar dapat
mempercepat penyembuhan luka .
2. Sebaiknya pihak keluarga lebih memotivasi pasien agar melakukan diet
yang sudah diberikan
DAFTAR PUSTAKA