Anda di halaman 1dari 110

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN KEJADIAN STUNTING DENGAN


PERKEMBANGAN BAHASA, PERSONAL SOSIAL DAN
KOGNITIF PADA BALITA USIA 12-59 BULAN DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KALASAN KABUPATEN SLEMAN

Disusun Sebagai Acuan untuk Melaksanakan Penelitian

Disusun oleh
NAMA : Devi Novitasari
NIM : 16120051

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal dengan judul “Hubungan Kejadian Stunting dengan


Perkembangan Bahasa, Personal Sosial dan Kognitif pada Balita Usia 12-59
bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kalasan”

Proposal ini dipersiapkan dan disusun oleh:

Nama : Devi Novitasari

NIM : 16120051

Telah diperiksa, disetujui, dan siap untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Proposal FIKES Universitas Respati Yogyakarta, pada:

Hari : Kamis

Tanggal : 30 Januari 2020

Waktu : 09.00 WIB

Tempat/Ruangan : Kampus 2 / A.308

Pembimbing I Pembimbing II

Rr. Dewi Ngaisyah, SKM., MKM Novi Indrayani, S.ST., M.Kes


NIK : 450 412 002 NIK : 450 715 001

ii Universitas Respati Yogyakarta


LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL

Proposal dengan judul “Hubungan Kejadian Stunting dengan Perkembangan


Bahasa, Personal Sosial dan Kognitif pada Balita Usia 12-59 bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Kalasan”

Disusun Oleh:
Nama : Devi Novitasari
Nim : 16120051

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Pada tanggal


Susunan Dewan Penguji
Penguji I
Nama : Rr. Dewi Ngaisyah, SKM., MKM (………………………)
NIK : 450 412 002

Penguji II
Nama : Novi Indrayani, S.ST., M.Kes (………………………)
NIK : 450 715 001

Penguji III
Nama : Lenna Maydianasari , SST,M.P.H (……………………...)
NIK : 450 607 001

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Ilmu Gizi

Farissa Fatimah, S.Gz., M.Sc


NIK : 450 405 002

iii Universitas Respati Yogyakarta


PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Devi Novitasari
NIM : 16120051
Peminatan : Gizi Masyarakat
Judul Proposal : Hubungan Kejadian Stunting dengan
Perkembangan Bahasa, Personal Sosial dan
Kognitif pada Balita Usia 12-59 bulan di Wilyah
Kerja Puskesmas Kalasan.

Diajukan untuk diuji pada hari tanggal:


Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa di dalam
proposal ini:
1) tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya
ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat
atau siombol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran
dari penulis lain, yang saya akui sebagai tulisan saya sendiri.
2) tidak terdapat bagian atau keseluruhan yang saya salin, tiru atau yang saya
ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan kepada penulis
aslinya.
3) tidak terdapat proses rekayasa data dana tau melakukan perubahan data
penelitian orang lain yang saya akui sebagai data hasil penelitian saya.
Apabila di kemudian hari, terbukti bahwa saya melakukan plagiat pada
naskah ini baik sengaja ataupun tidak, saya menyatakan menarik proposal yang
telah saya ajukan sebagai hasil karya saya dan berarti gelar dan izasah yang telah
diberikan oleh Universitas Respati Yogyakarta dinyatakan BATAL dan segala
Konsekuensi hokum yang ada melekat pada saya menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, Januari 2020

Devi Novitasari

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul

“Hubungan Kejadian Stunting dengan Perkembangan Bahasa, Personal

Sosial dan Kognitif pada balita usia 12-59 bulan di Wilayah Kerja

Puskesmas Kalasan Sleman. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada Nabi

Besar Muhammad SAW, sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam

menyelesaikan proposal penelitian ini. Proposal ini disusun dalam rangka

menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana S-1 Ilmu Gizi Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta.

Penulis meyadari tersusunnya proposal ini karena bantuan, bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankan penulis untuk

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof Dr. dr. Santoso, MS., Sp.Ok selaku Rektor Universitas Respati

Yogyakarta.

2. Mohamad Judha, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Universitas

Respati Yogyakarta.

3. Farissa Fatimah, S.Gz., M.Sc selaku Ketua Program Studi S-1 Ilmu Gizi

Universitas Respati Yogyakarta.

4. Rr. Dewi Ngaisyah, SKM, MKM selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, arahan, saran, serta masukan dalam menyusun

proposal ini.

v Universitas Respati Yogyakarta


5. Novi Indrayani SST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan, saran, serta masukan dalam menyusun

proposal ini.

6. Ibunda Ari Prihatini beserta keluarga besar yang telah membantu penulis

dengan dukungan do’a, dorongan moril, dan materi sehingga semua dapat

berjalan dengan baik.

7. Teman-teman seperjuanganku Angel, Novia, Fatma, Dina, Nelly, Lusi, Dita,

Ulfiana, Febri dan Retno atas segala dukungan dan bantuan yang luar biasa

dalam penyusunan proposal penelitian ini.

8. Teman-teman angkatan 2016 Ilmu Gizi khususnya kelas A 13.2 yang sudah

membantu memberikan dorongan, dukungan serta pemikiran dalam proses

penyusunan proposal ini.

9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, baik moral maupun material

yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

kesempurnaan proposal ini. Akhir kata semoga proposal ini bermanfaat bagi

kita semua.

Yogyakarta, 7 November 2019

Devi Novitasari

vi Universitas Respati Yogyakarta


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ........................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7
E. Keaslian penelitian ............................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 13
1. Balita .......................................................................................... 14
2. Kejadian Stunting ....................................................................... 16
3. Perkembangan Bahasa ............................................................... 20
4. Perkembangan Personal Sosial .................................................. 26
5. Perkembangan Kognitif ............................................................. 31
6. Lembar Observasional Perkembangan........................................ 38
B. Kerangka Teori ................................................................................. 40
C. Kerangka Konsep .............................................................................. 41

vii Universitas Respati Yogyakarta


D. Hipotesis ............................................................................................ 42
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 43
B. Waktu dan Tempat Pengambilan Data .............................................. 44
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 44
D. Variabel dan Definisi Operasional .................................................... 49
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 51
F. Instrument Penelitian ........................................................................ 53
G. Pengolahan dan Analisis Data ........................................................... 54
H. Rencana Jalannya Penelitian ............................................................. 58
I. Etika Penelitian .................................................................................. 60
Daftar Pustaka
Lampiran

viii Universitas Respati Yogyakarta


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori .............................................................................


Gambar 2.2 Kerangka Konsep .........................................................................

ix Universitas Respati Yogyakarta


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian....................................................................


Tabel 2.1 Pengelompokan status gizi berdasarkan Z-score ......................
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................
Tabel 3.2 Tabel Presentase Kategori Penilaian .........................................
Tabel 3.3 Tabel Presentase Kategori Penilaian
Tabel 3.4 Dummy Chi Square Perkembangan Bahasa ..............................
Tabel 3.5 Dummy Chi Square Perkembangan Personal Sosial..................
Tabel 3.6 Dummy Chi Square Perkembangan Kognitif ...........................

x Universitas Respati Yogyakarta


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Informed Concent


Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 : Rencana Anggaran Biaya
Lampiran 4 : Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian

xi Universitas Respati Yogyakarta


DAFTAR SINGKATAN

HPK : Hari Pertama Kehidupan


BBLR : Berat Bayi Lahir Rendah
PB/U : Panjang Badan Menurut Umur
TB/U : Tinggi Badan Menurut Umur
BB/U : Tinggi Badan Menurut Umur
BB/TB : Berat Badan Menurut Tinggi Badan
TB : Tinggi Badan
UNICEF : United Nations Children’s Fun
WHO : World Health Organization

xii Universitas Respati Yogyakarta


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan generasi penerus bangsa. Sumber daya manusia yang

berkualitas dapat dipersiapkan sejak masa anak-anak agar dapat tumbuh

dan berkembang secara optimal karena anak merupakan generasi penerus

bangsa (Sumarmi, 2017). Menurut Kemenkes RI (2010), masa anak

merupakan masa keemasan, jendela kesempatan, dan masa kritis bagi

perkembangan otak. Pada masa ini, lima tahun pertama kehidupan proses

tumbuh kembang anak berjalan sangat pesat dan optimal. Perkembangan

anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan interaksi antara anak dengan

orang tuanya. Sementara itu, lingkungan yang tidak mendukung akan

menghambat perkembangan anak (Adriana, 2013).

Hambatan perkembangan anak dapat terjadi karena beberapa factor,

salah satunya kekurangan zat gizi. Kekurangan gizi pada masa anak-anak

akan melahirkan orang dewasa yang lebih pendek dan berat badan yang

lebih ringan dan tingkat produktivitas yang lebih rendah. Stunting

merupakan kondisi kekurangan gizi kronis yang enyebabkan postur tubuh

tidak maksimal dan kemampuan kognitif yang berkurang. Stunting terjadi

karena selama 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak terganggu yang

terhitung dari 270 hari kandungan ibu dan sampai dengan usia si anak 2

tahun (730 hari). Prevalensi stunting meningkat seiring bertambahnya usia

1 Universitas Respati Yogyakarta


2

pada usia 0 – 11 bulan sebesar 19%, usia 12 – 24 bulan sebesar 36% dan

usia 24 – 35 bulan sebesar 44%, sebagian besar disebabkan karena banyak

balita yang menjadi stunting tidak dilakukan tumbuh kejar untuk mencapai

tinggi badan yang sesuai dengan usianya (Beaty et al, 2017). Diperkirakan

lebih dari 200 juta anak di negara berkembang gagal mencapai potensi

perkembangan optimalnya, karena masalah kemiskinan, malnutrisi, dan

lingkungan yang tidak mendukung. Kejadian stunting mencerminkan

adanya malnutrisi yang berdampak pada kesejahteraan anak yang

terhambat. Masyarakat maupun orangtua menganggap stunting sebagai

masalah yang biasa dan bukan suatu masalah yang perlu di khawatirkan.

Orang tua menyakini bahwa anak mereka akan tetap tumbuh dan

berkembang sesuai usianya sebab masih balita. Kenyataanya bila anak

mengalami stunting minimal sebelum berusia 2 tahun dan tidak terdeteksi

secara dini, maka perbaikan untuk gizinya akan mengalami keterlambatan

untuk tahun berikutnya (Fitri, 2018).

Secara global pada tahun 2017 sebanyak 22,2% atau satu dari empat

anak – anak usia 0 – 5 tahun di dunia mengalami stunting. Prevalensi

stunting tertinggi sebesar 35% ditempati oleh Asia Selatan yang kemudian

disusul oleh Afrika Timur dan Selatan sebesar 34,1% dan Asia Barat dan

Tengah sebesar 33,7% (UNICEF, 2018). Di Indonesia, stunting

merupakan masalah serius dan juga marupakan masalah gizi utama yang

sedang di hadapi. Prevalensi balita pendek di Indonesia paling tinggi

dibandingkan beberapa negara di Asia yaitu sebanyak 37,2% dibandingkan

Universitas Respati Yogyakarta


3

dengan Myanmar (35%), Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand

(16%), dan Singapura (4%) (UNSD, 2014). Indonesia termasuk 17 negara,

diantara 117 negara yang mempunyai tiga masalah gizi yaitu stunting,

wasting dan overweight pada balita (Global Nutrition Report, 2014). Hal

ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang mengalami masalah kesehatan

masyarakat yang berat dalam kasus balita stunting.

Stunting pada usia di bawah lima tahun dapat menyebabkan berbagai

macam gangguan perkembangan, termasuk perkembangan kognitif,

bahasa, dan personal sosial (Muhoozi et al, 2016). Hal ini disebabkan

karena pada usia lima tahun perkembangan vital terjadi pada seluruh

bagian otak yang mempengaruhi perkembangan kognitif, bahasa, dan

personal sosial. Stunting menunjukkan adanya manifestasi masalah

kekurangan zat gizi dan infeksi yang dialami sejak atau pun sebelum masa

kelahiran anak. Kekurangan zat gizi sebelum masa kelahiran dan pada

masa tahun pertama kehidupan dapat mempengaruhi perkembangan otak.

Perkembangan otak anak terjadi secara cepat pada masa prenatal dan

berlanjut setelah masa kelahiran hingga masa kanak-kanak awal.

Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir memiliki kurang lebih

seratus milyar sel otak. Proses pematangan dan pembentkan koneksi

sistem neurologis terjadi secara progresif setelah proses kelahiran hingga

masa kanak-kanak awa. Kekurangan zat gizi pada masa prenatal hingga

masa kanak-kanak awal dapat menyebabkan kelainan neurologis dan

Universitas Respati Yogyakarta


4

gangguan perkembangan otak yang mempengaruhi kemampuan motorik,

kognitif,bahasa, sosio-emosional serta redartasi mental (Hanani, 2016).

Hasil penelitian di Jawa Tengah menunjukkan bahwa 72,2% dari

seluruh anak stunting yang ikut subyek penelitian memiliki status

perkembangan yang mencurigakan. Jenis perkembangan kategori

mencurigakan paling banyak terjadi pada sektor perkembangan personal

sosial yaitu sebesar 87,5%, bahasa sebesar 75%, motorik kasar 25% dan

motorik halus sebesar 12,5% (Hanani, 2016). Penelitian lain yang

dilakukan di Kalasan Sleman, menunjukkan bahwa presentase anak yang

mengalami kejadian stunting dalam kelompok perkembangan sosial

emosionalnya tidak normal lebih besar dibandingkan dengan anak yang

tidak mengalami kejadian stunting (57,1% dibanding 33,9%) yang berarti

kejadian stunting berhubungan dengan perkembangan sosial emosional

anak prasekolah (Pramitha, 2018).

Gangguan pada perkembangan bahasa merupakan keadaan dimana

sesorang tidak dapat menggunakan simbol linguistik untuk berkomunikasi

secara verbal atau terjadi keterlambatan dalam perkembangan bicara.

Seorang anak dikategorikam mengalami gangguan perkembangan bahasa

apabila terjadi keterlambatan bicara sesuai kelompok umur, jenis kelamin,

adat istiadat dan kecerdasan anak tersebut (Hartanto et al, 2011).

Stunting memberikan efek jangka panjang seperti kelangsungan hidup

yang menurun, selain itu di bidang perkembangan berupa penurunan

Universitas Respati Yogyakarta


5

perkembangan kognitif, personal sosial, dan bahasa, sedangkan di bidang

ekonomi berupa peningkatan pengeluaran untuk biaya kesehatan serta

kesempatan untuk hidup dalam kemiskinan yang lebih tinggi di masa

dewasa (WHO, 2013).

Berdasarkan hasil data Dinas Kesehatan DIY tahun 2017 menyebutkan

di Daerah Istimewa Yogyakarta jumlah balita stunting pada tahun 2016

sebesar 11% dan angka ini turun dari tahun 2016 sebesar 14,36 dan

kembali turun menjadi 13,86 % pada tahun 2017. Prevlensi terbesar adalah

Kabupaten Sleman (20,60%) dan terendah Kabupaten Bantul (10,41%)

(Profil Kesehatan DIY, 2017). Jumlah tertinggi status gizi balita pendek

dan sangat pendek di DI Yogyakarta berdasarkan hasil penilaian status gizi

(PGS) kelompok balita stunting pada tahun 2017 dari 5 Kab / Kota 4

Kabupaten dengan prevalensi >20% salah satunya Kabupaten Sleman,

dimana terdapat 10 Puskesmas yang prevalensi stunting masih tinggi,

salah satunya di wilayah kerja Puskesmas Kalasan yaitu menempati urutan

kedua dengan presentase sebesar 20,71 % di tahun 2017, sehingga perlu

mendapatkan perhatian yang lebih mengacu pada standar WHO yang

mana prevalensi stunting harus kurang dari 20% (Profil Kesehatan

Sleman, 2018)

Sejumlah penelitian memperlihatkan keterkaitan antara stunting

dengan perkembangan bahasa, personal sosial dan mental yang buruk pada

usia dini serta prestasi kognitif dan prestasi sekolah yang buruk pada usia

kanak-kanak lanjut (Hanani, 2016). Penelitian di Kecamatan Kalasan

Universitas Respati Yogyakarta


6

Sleman menyatakan bahwa ada hubungan antara stunting dengan

perkembangan anak usia 0 - 60 bulan (Probosiwi, 2017), tetapi untuk

aspek perkembangan bahasa, kognitif dan personal sosial belum pernah

diteliti secara khusus. Berdasarkan masalah yang sudah diuraikan

sebelumnya peneliti ingin mengetahui hubungan kejadian stunting dengan

perkembangan bahasa, personal sosial dan kognitif pada balita usia 12-59

bulan di wilayah kerja Puskesmas Kalasan Kabupaten Sleman.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian penulis pada latar belakang, maka rumusan

masalah penelitian ini, “ Apakah ada hubungan antara kejadian stunting

dengan perkembangan bahasa personal sosial dan kognitif pada balita 12-

59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kalasan Kabupaten Sleman.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kejadian stunting dengan

perkembangan bahasa, personal sosial dan kognitif pada balita usia 12

- 59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kalasan Kabupaten Sleman.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik ibu dan balita usia 12-59 bulan di

wilayah Puskesmas Kalasan Kabupaten Sleman.

b. Mengetahui kejadian stunting pada balita usia 12-59 bulan di

wilayah kerja Puskesmas Kalasan Kabupaten Sleman.

Universitas Respati Yogyakarta


7

c. Mengetahui perkembangan Bahasa pada balita usia 12-59 bulan di

wilayah kerja Puskesmas Kalasan Kabupaten Sleman.

d. Mengetahui hubungan perkembangan Personal social pada balita

usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kalasan Kabupaten

Sleman.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini dapat menjadi tambahan

informasi serta menambah bukti empiris mengenai hubungan

kejadian stunting dengan perkembangan bahasa, personal sosial dan

kognitif pada balita usia 12-59 bulan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi ibu yang

memiliki balita stunting untuk menambah pengetahuan dan

wawasan tentang pengendalian dampak stunting pada balita.

b. Bagi Puskesmas Kalasan Sleman

Hasil Penelitian ini dapat menjadi informasi bagi

puskesmas untuk menyusun rencana kerja dalam mengatasi

masalah stunting pada usia 12-59 bulan maupun hambatan

perkembangan bahasa, personal social dan kognitif.

Universitas Respati Yogyakarta


8

c. Bagi Universitas Respati Yogyakarta

Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi

kepustakaan tentang hubungan kejadian stunting dengan

perkembangan bahasa, personal sosial dan kognitif pada balita

usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kalasan.

d. Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi pembanding

untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang stunting

maupun perkembangan balita usia 12-59 bulan.

Universitas Respati Yogyakarta


E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian penelitian
NO. Nama Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Hanani Perbedaan Hasil penelitian menunjukkan Persamaan dengan penelitian Penelitian sebelumnya
(2016) perkembangan bahwa sebanyak 22,4 % anak yang dilakukan terletak pada menggunakan desain penelitian
motorik kasar, tergolong stunting. Status variabel bebasnya yaitu cross-sectional, sedangkan
motorik halsu, perkembangan kategori stunting, penelitian yang akan dilakukan
bahasa, dan mencurigakan pada anak sedangkan variabel menggunakan case-control
personal sosial terikatnya Peneliti sebelumnya menggunakan
stunting lebih tinggi (72,2%)
pada juga ada tentang personal umur 24-59 bulan sedangkan
dibandingkan dengan non
anak stunting dan sosial dan bahasa peneliti 12-59 bulan.
non stunting. stunting (31,6%). Terdapat Peneliti ini sama sama Tempat peneliti sebelumnya di
perbedaan perkembangan anak menggunakan Uji statistik Jawa Tengah, sedangkan peneliti
stunting dan non stunting Chi Square saat ini di Kalasan Sleman
dengan berturut-turut meliputi
perkembangan personal social
(87,5%), bahasa (75%), motoric
kasar (25%), dan motoric halus
(12,5%).

9 Universitas Respati Yogyakarta


2. Hanum Pola asuh makan, Hasil penelitian menunjukkan Persamaan penelitian yang Penelitian sebelumnya
(2012) perkembangan bahwa terdapat perbedaan dilakukan terletak pada menggunakan desain penelitian
bahasa, dan signifikan (p<0.05) skor variabel bebas yaitu balita cross-sectional sedangkan
kognitif perkembangan bahasa dan stunted, dan variabel penelitian yang akan dilakukan
anak balita kognitif pada anak balita terikatnya tentang menggunakan case-control.
stunted dan normal perkembangan bahasa dan Tempat penelitian juga berbeda,
normal dan stunted berdasarkan
di kelurahan kognitif. peneliti sebelumnya di Bekasi,
usia balita, tingkat pendidikan
Sumur Batu, Peneliti ini juga sama sama sedangkan peneliti saat ini di
Bantar Gebang ibu, pendapatan keluarga, dan mnggunakan Uji statistik Chi Kalasan Sleman.
Bekasi. keluarga besar. Square

10 Universitas Respati Yogyakarta


3. Pramitha Hubungan Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Persamaan dengan Penelitian yang akan dilakukan
(2018) kejadian Kejadian stunting berhubungan peneliti yang menggunakan desain penelitian
stunting dengan dengan perkembangan social dilakukan terletak Cohort Restropektif,
perkembangan emosional anak prasekolah dengan p- pada variabel bebas dan penelitian selanjutnya juga
sosioal value 0,023 (p<0,05). Lebih dari yaitu kejadian menggunakan desain penelitian
emosional stunting. case-control.
setengah anak dengan kejadian
anak
stunting dengan perkembangan social
prasekolah Tempat penelitian Peneliti sebelumnya
di wilayah kerja emosional anak sebesar 0,227. Hasil ini juga sama di menggunakan variabel terikat
Puskesmas keeratan hubungan tersebut wilayah kerja perkembangan sosial
Kalasan menggambarkan angka yang lemah. Puskesmas emosional, sedangkan peneliti
Sleman. Kalasan. saat ini variabel perkembangan
Penelitian ini juga bahasa, personal sosial dan
sama-sama kognitif.
menggunakan Uji
statistik Chisquare.

11 Universitas Respati Yogyakarta


4. Probosiwi Hubungan Hasil menunjukkan bahwa : Status Persamaan dengan Perbedaan dengan penelitian
( 2017) antara stunting dengan perkembangan anak penelitian yang yang dilakukan yaitu terletak
stunting dengan menunjukkan bahwa terdapat dilakukan terletak pada tempat penelitian yaitu,
perkembangan a hubungan bermakna (p<0,05) dan nilai pada variabel bebas penelitian sebelumnya di
nak usia dini OR 3,9 (95% CI; 1,7-8,9). Hasil yaitu kejadian Posyandu Purwomartani
12-60 bulan stunting. Kalasan, sedangkan peneliti
analisis multivariable stunting dengan
di Posyandu saat ini di wilayah kerja
mengendalikan panjang badan lahir
Purwomartani Puskesmas Kalasan.
Kalasan dan asupan energy berpengaruh Peneliti sebelumnya variabel
sebesar 8% dengan perkembangan terikat perkembangan anak
anak usia 12-60 bulan. secara umum, sedangkan
peneliti saat ini perkembangan
secara khusus yaitu bahasa,
personal sosial dan kognitif.

12 Universitas Respati Yogyakarta


13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Balita

a. Pengertian

Balita merupakan individu atau sekelompok dari suatu

penduduk yang berada dalam rentan usia tertentu. Menurut

Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pemantauan, Pertumbuhan,

Perkembangan, dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak Nomor 66

tahun 2014, usia balita dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu

usia bayi (0-11 bulan), anak balita (12 bulan – 59 bulan ) dan anak

prasekolah (60 bulan – 72 bulan).

Para ahli menggolongkan usia balita sebagai tahapan

perkembangan anak yang cukup rentan terhadap berbagai serangan

penyakit, termasuk penyakit yang disebabkan oleh kekurangan

atau kelebihan asupan nutrisi tertentu. Setiap tahun lebih dari

sepertiga kematian anak di dunia berkaitan dengan masalah kurang

gizi (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2015).

Periode penting dalam perkembangan anak adalah pada saat

anak berusia dibawah lima tahun. Pada masa ini, perkembangan

kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional

dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan

untuk perkembangan berikutnya. Oleh karena itu, setiap

13 Universitas Respati Yogyakarta


14

penyimpangan yang dilakukan oleh anak sekecil apapun baik

diketahui ataupun tidak diketahui ataupun ditangani dengan baik,

akan mengurangi kualitas sumber daya manusia di kemudian hari.

Masa anak usia dini merupakan masa keemasan atau sering disebut

Golden age (Fauziddin, 2018).

b. Karakteristik Balita

Anak usia 1 sampai 3 tahun akan mengalami pertumbuhan

fisik yang relatif melambat, namun perkembangan motoriknya

akan meningkat cepat (Hatfield, 2008). Anak mulai

mengeksplorasi lingkungan secara intensif seperti anak akan

mencoba mencari tahu bagaimana suatu hal dapat bekerja atau

terjadi mengenai arti kata “tidak”, peningkatan pada amarahnya,

serta sikap yang negatif dan keras kepala (Hockenberry, 2016).

Perkembangan selanjutnya pada anak usia 2 tahun adalah

anak mulai bisa menggunakan sepeda beroda tiga, berdiri dengan

satu kaki dalam beberapa detik, melompat luas, dapat membangun

atau menyusun menara dengan menggunakan 9 sampai 10 kubus,

melepaskan pakaian dan menggunakan baju sendiri. Untuk

perkembangan anak usia 4 tahun yaitu dapat melompat dengan

satu kaki, dapat menyalin gambar persegi, mengetahui lagu yang

mudah, eksplorasi dan rasa ingin tahu yang tinggi dengan

ditunjukkan dengan bermain seperti menjadi dokter atau perawat.

Sedangkan perkembangan anak usia 5 tahun yaitu dapat melempar

Universitas Respati Yogyakarta


15

dan menangkap bola dengan baik, menyebutkan empat atau lebih

warna, bicara mudah dimengerti, dan sebagainya (Buku KIA,

2016).

Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak memiliki

karakteristik yang berbeda-beda di setiap tahapannya.

Karakteristik perkembangan pada balita secara umum dibagi

menjadi 4 yaitu negativism, ritualism, temper tantrum, dan

egocentric. Negativism adalah sikap anak yang cenderung

memberikan respon yang negatif dengan mengatakan kata “tidak”.

Ritualism adalah sikap anak yang selalu sibuk membuat tugas

yang sederhana untuk melindungi diri dan meningkatkan rasa

aman. Balita akan melakukan hal secara leluasa apabila ada

sesorang seperti anggota keluarganya berada disampingnya,

karena mereka akan merasa aman dan ada yang melindungi ketika

mendapat ancaman.

Karakteristik selanjutnya adalah Temper tantrum, yaitu sikap

dimana anak memiliki rasa emosi yang cepat sekali berubah.

Anak akan menjadi cepat marah jika dia tidak dapat melakukan

sesuatu yang tidak bisa dia lakukan. Sedangkan egocentric

merupakan fase di perkembangan psikososial anak. Ego anak

akan menjadi bertambah pada masa balita. Berkembangnya ego

ini akan membuat anak menjadi lebih percaya diri, sehingga dapat

membedakan dirinya dengan orang lain, mulai mengembangkan

Universitas Respati Yogyakarta


16

kemauan dan mencapai dengan cara yang tersendiri, serta anak

juga dapat menyadari adanya kegagalan dalam mencapai sesuatu

(Price&Gwin,2014).

2. Stunting

a. Pengertian

Stunting merupakan gambaran gangguan pada sosial ekonomi

yang bisa berakibat pada berat badan lahir rendah dan kekurangan

gizi pada masa balita sehingga mengakibatkan pertumbuhan tidak

sempurna pada masa berikutnya (Kemenkes, 2016). Stunting

terjadi mulai dari dalam janin dalam kandungan dan baru nampak

saat berusia dua tahun. Stunting juga dapat dikatakan sebagai

bentuk kegagalan pertumbuhan (growth faltering) akibat

akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai

dari kehamilan sampai usia 24 bulan (Blom et al, 2013). Keadaan

ini diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh (catch up,

growth) yang memadai. Indikator yang digunakan untuk

mengidentifikasi balita stunting adalah berdasarkan indeks Tinggi

badan memurut umur (TB/U) menurut WHO child growth standar

dengan kriteria jika z score TB/U <-2 Standar Deviasi (SD)

(Picualy & Toy, 2013)

Universitas Respati Yogyakarta


16

Anak yang mengalami stunting sering terlihat memiliki badan

normal yang proporsional, namun sebenarnya tinggi badannya

lebih pendek dari tinggi normal yang dimiliki anak seusianya.

Stunting dapat juga terjadi sebelum kelahiran dan disebabkan oleh

asupan gizi yang sangat kurang, rendahnya kualitas makanan

sejalan dengan frekuensi infeksi sehingga dapat menghambat

pertumbuhan (Unicef, 2009).

b. Penentuan Status Gizi Stunting secara Antropometri

Tinggi badan menurut umur (TB/U) adalah indikator untuk

mengetahui seorang anak termasuk kategori stunting atau normal.

Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang

menggambarkan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal,

tinggi badan tumbuh seiring pertambahan umur. Pertumbuhan

tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan

gizi dalam waktu yang pendek. Indeks TB/U menggambarkan

status gizi masa lampau serta erat kaitannya dengan sosial ekonomi

(Supariasa et al, 2002).

Indikator TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang

sifatnya kronik sebagai akibat dari keadaan berlangsung lama,

misalnya kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola asuh atau

pemberian makanan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan

yang mengakibatkan anak menjadi pendek (Riskesdas, 2010).

Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan

Universitas Respati Yogyakarta


17

panjang atau tinggi badan menurut umurnya bila dibandingkan

dengan standar buku WHO MGRS (Multicenter Growth Reference

Study) tahun 2005, nilai z scorenya kurang dari -2SD dan

dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang -3SD

(Infodatin, 2017).

Kategori dan ambang batas penilaian status gizi berdasarkan

indikator tinggi badan menurut (TB/U) atau panjang badan

menurut umur (PB/U) disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Penilaian TB/U

Kategori Ambang BatasZscore


Sangat pendek <-3 SD
Pendek -3 SD s.d. <-2SD
Normal -2SD s.d. 2SD
(Sumber : Balitbangkes, 2015).

Anak yang mengalami kegagalan pertumbuhan (growth

faltering) tidak saja berdampak pada pertumbuhan fisik anak,

melainkan juga perkembangan kognitif dan kecerdasan lainnya.

c. Penyebab Stunting

Stunting dapat disebabkan oleh berbagai faktor. WHO (2013)

membagi penyebab stunting pada anak menjadi 4 kategori besar

yaitu faktor keluarga dan rumah tangga, makanan atau

komplementer yang tidak adekuat, menyusui dan infeksi.

Menurut UNICEF (2011), pada dasarnya status gizi anak dapat

dipengaruhi oleh faktor langsung maupun tidak langsung. Faktor

langsung yang berhubungan dengan stunting yaitu karakteristik

Universitas Respati Yogyakarta


18

anak berupa jenis kelamin lakilaki, berat badan lahir rendah,

konsumsi makanan berupa asupan energi rendah dan asupan

protein redah, sedangkan faktor langsung lainnya yaitu status

kesehatan, penyakit infeksi, ISPA, dan diare. Pola pengasuhan,

tidak ASI eksklusif, imunisasi tidak lengkap, serta karakteristik

keluarga berupa pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua dan

status ekonomi keluarga merupakan faktor tidak langsung yang

mempengaruhi stunting.

Berdasarkan penelitian Oktarina & Sudiarti (2013), di Sumatra

menunjukkan bahwa peningkatan prevalensi stunting terjadi pad

anak usia 24-59 bulan, hal tersebut dikarenakan ada faktor yang

mempengaruhi, yaitu balita memiliki berat badan lahir rendah,

tingkat asupan rendah dan karakteristik keluarga. Penelitian lain

menunjukkan bahwa, gambaran faktor penyebab stunting yang

masih tinggi pada anak umur 6-24 bulan di Kecamatan

Penanggalan Kota Subulussalam, Aceh meliputi rendahnya

pendapatan keluarga, menderita diare, ISPA, rendahnya tingkat

kecukupan protein, BBLR, pola asupan kurang dengan tidak diberi

ASI ekslusif (Lestari dkk, 2014).

d. Dampak Stunting bagi Perkembangan

Stunting menandakan terjadinya gangguan pertumbuhan yang

potensial pada tinggi badan balita, dimana penyebabnya meliputi

retardasi pertumbuhan di dalam intrauterine, gizi yang tidak

Universitas Respati Yogyakarta


19

terpenuhi untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan serta

penyakit infeksi selama awal kehidupan yang akan mempengaruhi

kehidupan mereka selanjutnya.

Dampak buruk yang ditimbulkan oleh masalah gizi pada balita

dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak,

kecerdasan, gangguan fisik, dan gangguan metabolism dalam

tubuh, sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang

ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kohnitif dan prestasi

belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit dan

risiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, dan

disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif

yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi (Kemenkes

RI, 2016).

Pengaruh stunting yang perlu disadari adalah rusaknya fungsi

kognitif sehingga anak-anak pendek sulit mencapai pertumbuhan

dan perkembangan optimal dari segi fisik dan psikomotor yang

terkait dengan kemampuan intelektual dan produktivitas. Stunting

pada masa anak-anak juga merupakan faktor resiko kematian,

perkembangan kognitif rendah, kemampuan berbahasa dan

personal social menurun, dan ketidakseimbangan fungsional

(Anwar, 2014).

Universitas Respati Yogyakarta


20

3. Perkembangan Bahasa

a. Pengertian Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa adalah kemampuan anak untuk

memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah, dan

berbicara sopan (Soetijiningsih, 2008). Perkembangan bahasa

sangat penting peranan nya dalam masa tumbuh kembang

seorang anak. Hal ini karena, perkembangan bahasa menunjang

perkembangan lainnya pada diri seorang anak. Oleh karena itu,

apabila perkembangan bahasa seorang anak tidak berkembang,

selayaknya sebagai orang tua atau pendidik perlu adanya tanggap

untuk mencari penyelesaian penyebab mengapa anak tersebut

mengalami masalah dalam perkembangannya (Zulela et al,

2017).

Bahasa anak berkembang dari hal yang sederhana menuju hal

yang lebih kompleks. Anak -anak belajar berbahasa dari meniru

ucapan orang lain, kemudian mengucapkan kata-kata tersebut

secara berulang-ulang. Setelah itu, anak belajar bahasa lewat

peniruan pada bunyi-bunyi yang didengar di sekitarnya (Mursid,,

2015).

Anak-anak memiliki perkembangan bahasa yang bermacam-

macam. Hal tersebut dikarenakan pemberian stimulasi yang

diberikan oleh orang dewasa di sekitarnya terutama peran kedua

Universitas Respati Yogyakarta


21

orang tuanya. Bahasa dalam perkembangan aspek kognitif

digunakan dan diperlukan untuk melakukan inisiatif,

memecahkan suatu permasalahan, mengetahui semua hal,

mengurutkan dan menyebutkan lambang maupun simbol tertentu.

Selain itu, bahasa dapat digunakan untuk mengekspresikan emosi

yang sedang dirasakan seperti senang, sedih, marah, dan gembira

serta digunakan untuk keperluan berinteraksi dengan orang lain.

Oleh karena itu, bahasa memiliki hubungan yang cukup erat

dengan perkembangan kognitif dan emosional anak (Wiyani,

2016).

Setiap anak memiliki perkembangan bahasa yang berbeda-

beda dan akan selalu berkembang ke arah yang lebih kompleks

sesuai dengan jenjang usia anak. Menurut Permendikbud No.137

tahun 2014, indikator tingkat pencapaian bahasa pada anak usia

0-60 bulan diantaranya adalah :

1) Usia 12-18 bulan, mengucapkan kalimat yang terdiri dari

dua kata, merespon pertanyaan dengan jawaban “ya” atau

“tidak”, menunjukkan bagian tubuh yang ditanyakan,

memahami cerita pendek.

2) Usia 18-24 bulan, menggunakan kata-kata sederhana

untuk menyatakan keinginan, menaruh perhatian pada

gambar-gambar dalam buku, menjawab pertanyaan

dengan kalimat pendek, menyanyikan lagu sederhana.

Universitas Respati Yogyakarta


22

3) Usia 24-36 bulan, hafal beberapa lagu sederhana,

memahami cerita / dongeng sederhana, menggunakan

kata tanya dengan tepat (apa, siapa, bagaimana, mengapa,

dimana).

4) Usia 36- 48 bulan, menyatakan keinginan dengan kalimat

sederhana, menceritakan pengalaman yang dialami

dengan cerita sederhana, membaca cerita bergambar

dalam buku dengan kata-kata sendiri, memahami perintah

yang mengandung dua kata.

5) Usia 48- 60 bulan, mengurutkan sesuatu hal kepada orang

lain, menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan

atau ketidaksetujuan, mengenal perbendaharaan kata

mengenai kata sifat (nakal, pelit, baik hati, baik, jelek,

dan lainya), menceritakan kembali cerita / dongeng yang

pernah didengar

b. Faktor - faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa

Menurut Yusuf (2010) perkembangan bahasa dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :

1) Faktor pertama, kesehatan. Kesehatan menjadi faktor yang

sangat mempengaruhi perkembangan bahasa, terutama pada

usia awal kehidupannya. Apabila pada usia dua tahun

pertama, anak mengalami sakit terus-menerus, maka anak

cenderung akan mengalami keterlambatan atau kesulitan

Universitas Respati Yogyakarta


23

dalam perkembangan bahasanya.

2) Kedua, intelegensi. Perkembangan bahasa anak dapat dilihat

dari tingkat intelegensinya. Anak yang perkembangan

bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai intelegensi

normal atau diatas normal. Namun, tidak semua anak yang

mengalami keterlambatan perkembangan bahasa pada usia

awal dikategorikan sebagai anak yang bodoh. Hurlock

mengemukakan hasil studi mengenai anak yang mengalami

keterlambatan mental, yaitu bahwa sepertiga di antara

mereka dapat berbicara secara normal dan anak yang berada

pada tingkat intelektual paling rendah, sangat miskin dalam

bahasanya.

3) Ketiga, status sosial ekonomi keluarga. Beberapa studi

tentang hubunga antara perkembangan bahasa dan status

sosial ekonomi keluarga menunjukkan bahwa anak yang

berasal dari keluarga miskin mengalami kerterlambatan

dalam bahasanya dibandingkan dengan anak yang berasal

dari keluarga yang lebih baik.

4) Keempat, jenis kelamin. Pada tahun petama tidak ada

perbedaan dalam vokalisasi antara anak laki-laki dan

perempuan. Namun mulai usia dua tahun, anak perempuan

menunjukkan perkembangan yang lebih cepat daripada laki-

laki.

Universitas Respati Yogyakarta


24

5) Terakhir, adalah hubungan keluarga. Hubungan ini

dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan

berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama

dengan orangtua yang mengajar, melatih, dan memberi

contoh kepada anak. Hubungan yang sehat antara orangtua

dan anak (penuh perhatian dan kasih sayang) memfasilitasi

perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang

tidak sehat mengakibatkan anak akan mengalami kesulitan

atau keterlambatan dalam perkembangan bahasanya.

c. Hubungan stunting dengan perkembangan bahasa

Pada usia 2 sampai 3 tahun, perbendaharaan kata mereka

meningkat menjadi sembilan ratus hingga seribu kata.

Perkembangan berbahasa berlangsung sangat cepat karena anak

memiliki suatu sistematika dalam otaknya yang dikenal dengan

istilah mapping (Kuther, 2014). Proses mapping akan terhambat

saat anak mengalami kekurangan zat gizi dalam jangka panjang.

Hal ini berkaitan dengan terhambatnya proses perkembangan sel-

sel otak. Kekurangan zat gizi dalam jangka waktu lama akan

menghambat proses pertumbuhan akson dan dendrit, formasi

sinapsis, dan proses mielinisasi, yang sangat mempengaruhi

percepatan impuls syaraf dari satu sel otak ke sel otak yang lain

(Prado, 2012).

Universitas Respati Yogyakarta


25

Zat gizi yang mempengaruhi proses proses perkembangan

otak diantaranya meliputi energi, lemak, protein dan zat gizi

mikro seperti zat besi, zink, dan iodin. Energi dibutuhkan untuk

melakukan seluruh seluruh proses dalam perkembangan otak,

seperti pembentukan dan pertumbuhan akson dan dendrit,

formasi sinapsis, dan proses mielinasi. Lemak dan protein

berperan penting dalam proses meilinasi, hal ini disebabkan

karena lemak dan protein merupakan komponen utama dari

mielin yang menyelubungi akson untuk mempercepat impuls dari

satu sel menuju otak yang lain. Zat besi merupakan zat gizi

mikro yang berperan penting dalam proses transport oksigen

untuk metabolisme energi, kekurangan zat besi dapat

menyebabkan terhambatnya produksi energi untuk

perkembangan otak. Selain itu zink merupakan ion terbanyak

yang terdapat di dalam otak. Zink berperan untuk mempercepat

impuls dari satu sel otak menuju sel yang lain, zink juga berperan

dalam proses pengikatan protein. Sedangkan Iodin merupakan

salah satu zat mikro yang berfungsi untuk membantu sistem

tiroksin yang berperan memstimulasi hormon pertumbuhan dan

perkembangan otak (Prado, 2012).

Stunting menunjukkan manifestasi masalah kekurangan zat

gizi dan infeksi yang dialami sejak atau pun sebelum masa

kelahiran anak (dalam jangka waktu yang panjang). Kekurangan

Universitas Respati Yogyakarta


26

zat gizi sebelum masa kelahiran dan masa satu tahun pertama

kehidupan dapat mempengaruhi perkembangan otak. Stunting

juga menyebabkan terhambatnya perkembangan sistem pada

anak balita salah satunya perkembangan bahasa (UNICEF,

2010).

Penelitian yang dilakukan pada anak usia prasekolah di Peru

pada tahun 2011 menunjukkan bahwa hasil pengukuran heigth

for age z-score (HAZ) sebesar satu standar deviasi berkaitan

dengan adanya peningkatan skor pada Peabody Picture

Vocabolary Test (PPVT) sebesar 2,35 poin, yang berarti anak

dengan badan yang lebih tinggi pada usianya memiliki kosakata

yang lebih banyak dibandingkan yang lebih pendek. Hal ini

menunjukkan bahwa anak dengan riwayat stunting pada masa

kanak-kanak awal memiliki kosakata terbatas dan beresiko

mempunyai tingkat intelegensi yang rendah saat duduk dibangku

sekolah (Crookston et al, 2011).

4. Perkembangan Personal Sosial

a. Pengertian Perkembangan Personal Sosial

Personal sosial merupakan suatu sektor perkembangan berupa

aspek yang berhubungan dengan lingkungannya (Soetjiningsih &

Gde Ranuh, 2012). Personal mempunyai tiga dimensi, yaitu

individu yang semua bergantung menjadi individu yang mandiri,

dari individu yang tidak bertanggung jawab menjadi individu

Universitas Respati Yogyakarta


27

yang bertanggung jawab dan dari individu yang tidak mampu

menjadi individu yang mampu (Doll, 2010). Menurut Kemenkes

RI (2013), berikut ini perkembangan personal sosial anak normal

sesuai dengan usianya antara lain :

1) Usia 12-18 bulan, bertepuk tangan, melambai-lambai,

menggelindingkan bola ke arah sasaran, membantu/

menirukan pekerjaan rumah tangga, memegang cangkir

sendiri, belajar makan minum sendiri.

2) Usia 24-36 bulan, makan nasi sendiri tanpa banyak

tumpah, melepas pakaianya sendiri.

3) Usia 36-48 bulan, mencuci dan mengeringkan tangan

sendiri, bermain bersama teman, mengikuti permainan,

mengenakan sepatu sendiri, mengenakan celana panjang,

kemeja, dan baju.

4) Usia 60 bulan, berpakaian sendiri tanpa di bantu,

menggosok gigi tanpa dibantu, bereaksi tenang dan tidak

rewel ketika ditinggal ibu.

b. Faktor -faktor yang mempengaruhi perkembangan personal

social

Personal sosial anak dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai

berikut:

1) Pola asuh, Orang tua mempunyai peranan yang penting

dalam perkembangan personal sosial anak. Peranan

Universitas Respati Yogyakarta


28

orang tua yang dimaksud adalah pola asuhyang diberikan

orang tua kepada anak berhubungan dengan

pembentukan dan perkembangan anak termasuk

pemberian stimulasi (Soetjiningsih & Gde Ranuh, 2012).

2) Genetik, Faktor genetik dapat mempengaruhi

perkembangan anak, yaitu perbedaan ras, etnis atau

bangsa dan kelainan kromosom. Kelainan kromoson

dapat mengakibatkan gangguan pencapaian

perkembangan bagi anak, seperti anak dengan down

syndrome.

3) Lingkungan, Lingkungan memiliki peranan penting

dalam perkembangan personal sosial anak. Faktor

lingkungan yang berpengaruh dalam perkembangan

personal sosial adalah musim, iklim,kehidupan sehari-

hari dan status sosial ekonomi. Lingkungan yang

kondusif akan menciptakan keadaan yang aman dan

nyaman bagi anak utuk mengeksplorasi perkembangan

sosial (Potter,P., & Perry, 2005).

4) Status kesehatan, kondisi tubuh anak yang sehat akan

mengalami percepatan perkembangan, sebaliknya anak

dengan kondisisakit akan mengalami perlambatan

perkembangan. Status kesehatan sangat mempengaruhi

status gizi anak. Gizi merupakan sumber utama yang

Universitas Respati Yogyakarta


29

sangat dibutuhkan anak untuk memberikan kesempatan

lebih besar bagi anak dalam melakukan aktivitas

lingkungannnya. Anak dengan keadaan gizi yang kurang

akan cenderung terganggu perkembangan personal

sosialnya (Trisnawati, 2013).

5) Kelompok teman sebaya, Proses sosialisasi dengan

lingkungan membutuhkan teman sebaya, akan tetapi

perhatian orang tua tetap menjadi kebutuhan utama

untuk memantau dengan siapa saja anak bermain. Teman

sebaya adalah dunia untuk bermain sehingga

kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan pribadi dan

perilaku sosial dapat terstimulasi dengan optimal

(Soetjiningsih & Gde Ranuh, 2012).

c. Hubungan stunting dengan perkembangan personal sosial

Perkembangan personal sosial pada anak usia dini yang tidak

terpenuhi akan menyebabkan anak menjadi pasif, takut, dan

inisiatifnya menjadi kurang (Fatoni, 2014). Anak dengan

masalah perkembangan personal sosial dapat mengalami

kecemasan dalam berinteraksi sosial. Kecemasan yang dialami

oleh anak usia dini diantaranya adalah fobia sosial yang

menampilkan tingkah laku ketakutan yang signifikan yang

berdampak jangka panjang yaitu perilaku anti sosial (Supratikya,

2012).

Universitas Respati Yogyakarta


30

Anak yang mengalami gangguan dalam interkasi sosial akan

mengalami kesepian, kesendirian, tidak tenang, menutup diri dan

sulit diajak bicara (Santoso & Ranti, 2012). Masalah-masalah

perkembangan tersebut akan menyebabkan anak selalu

tergantung pada orangtua dan tidak bisa berhubungan sosial

dengan baik di masyarakat.

Kekurangan zat gizi (stunting) akan mempengaruhi

pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas fisik anak yang akan

berdampak pada perkembangan otak melalui perilaku atau pola

asuh pengasuh serta interaksi anak dengan ligkungannya.

Kondisi stunting juga mempengaruhi personal sosial anak.

Kemampuan personal sosial dasar yang harus dikuasai oleh anak

usia 24-60 bulan diantaranya mampu melakukan tugas-tugas

sederhana secara mandiri, seperti makan, melepas baju, memakai

sepatu, dan mampu bersosialisasi dengan baik dengan

lingkungannya (Hassan, 2013). Namun, anak dengan kondisi

stunting biasanya akan terlihat apatis dan cenderung enggan

bermain dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Dalam

kondisi malnutrisi, pangasuh akan cenderung memperlakukan

anak seperti anak-anak yang berusia lebih muda dari usia

normalnya, yang akan dapat menghambat perkembangan

personal anak.

Universitas Respati Yogyakarta


31

Anak dengan kondisi kekurangan gizi juga cenderung lebih

rentan terkena penyakit infeksi. Kondisi anak yang lemah ,

mudah sakit mengakibatkan terhambatnya aktivitas fisik anak.

Terhambatnya aktivitas fisik anak akan mengakibatkan

kurangnya eksplorasi anak tehadap lingkungannya. Sehingga

kurangnya eksplorasi anak terhadap lingkungan akan berdampak

pada terhambatnya perkembangan personal dan sosial anak

dengan lingkungannya (PapaliaDE, 2008)

Penelitian yang dilakukan di Kenya, anak usia 30 bukan

dengan skor TB/U yang rendah cenderung lebih senang bermain

di rumah dibandingkan anak dengan skor TB/U yang lebih

tinggi yang memiliki kecenderungan untuk bermain di luar

rumah bersama teman sebayanya untuk melakukan permaianan

yang lebih kompleks (Chang SM et al, 2002).

5. Perkembangan Kognitif

a. Pengertian Perkembangan Kognitif

Perkembangan kodnitif merupakan dasar bagi kemampuan

anak untuk berpikir. Menurut Mansur (2014), perkembangan

kognitif adalah proses dimana individu dapat meningkatkan

kemampuan dalam menggunakan pengetahuannya. Istilah

cognitif diartikan senagai strategi untuk mengorganisasi

lingkungan sekitarnya.

Universitas Respati Yogyakarta


32

Perkembangan kognitif mencakup peningkatan kemampuan

dan membuat argumentasi. Selain itu, perkembangan kognitif

juga diartikan sebagai kemampuan berfikir manusia yang

meliputi perhatian, daya ingat, penalaran kreativitas, dan bahasa.

Selain itu juga kamampuan berfikir anak perlu dikembangkan,

sehingga akan mendukung anak guna memiliki pemahaman

tentang permasalahan yang sering terjadi dikehidupan sehari-hari

(Rianti, 2016). Jadi perkembangan kognitif diartikan sebagai

perubahan psikis yang berpengaruh terhadap kemampuan

berpikirnya, sehingga anak usia dini dapat mengeksplor

dunianya, orang lain, tumbuhan, hewan maupun berbagai benda

yang ada disekitarnya, sehingga anak-anak memperoleh

pengetahuan (Topik dkk, 2017)

Menurut Sekartini (2006), Berikut adalah indikator

perkembangan kognitif pada usia 0-60 bulan diantaranya yaitu :

1) Usia 12-18 bulan, dapat menemukan objek yang

disembunyikan, membedakan bentuk dan warna,

memberi respon terhadap intruksi sederhana,

menggunakan trial and error untuk mempelajari tentang

objek.

2) Usia 18-24 bulan, membantu/ menirukan pekerjaan

rumah tangga, mulai bermain pura-pura, memegang

cangkir sendiri, belajar makan minum sendiri,

Universitas Respati Yogyakarta


33

mengeksplorasi lingkungan, mengetahui bagian bagian

tubuhnya.

3) Usia 24-36 bulan, dapat menunjuk satu atau lebih bagian

tubuhnya, dapat menyebutkan gambar, dapat bercerita

dengan paragraf sederhana, dapat menggabungkan 2-3

kata menjadi kalimat, dapat menyebutkan nama sendiri.

4) Usia 36-48 bulan, mengenal 2-4 warna, dapat

menyebutkan nama, umur, tempat tinggal. mengerti arti

kata di atas, samping, belakang, depan. dapat mencuci

dan mengeringkan tangan sendiri, bermain dan mengikuti

permainan bersama teman, mengenakan sepatu, baju dan

celanan sendiri, dapat menggambar orang dengan kepala

ditambai dengan bagian tubuh lainnya.

5) Usia 48-60 bulan, dapat menggambar garis lurus,

bertanya arti kata, menggambar rumah yang dapat

dikenal.

b. Faktor - faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif

Menurut Ahmad Susanto (2011) ada lima faktor yang

mempengaruhi perkembangan kognitif antara lain :

1) Faktor keturunan atau hereditas : diyakini bahwa manusia

sejak lahir sudah membawa potensi tertentu yang tidak

dapat dipengaruhi oleh lingkungannya.

Universitas Respati Yogyakarta


34

2) Faktor lingkungan : taraf intelegensi ditentukan oleh

pengalaman pengetahuan yang diperolehnya dari

lingkungan hidupnya.

3) Faktor kematangan : setiap organ baik berupa psikis

maupun fisik dikatakan matang jika telah siap untuk

menjalankan fungsinya masing-masing.

4) Faktor pembentukan : segala keadaan diluar diri seseorang

ynag memiliki bakat atau minat tertentu akan semakin cepat

dan mudah dalam mempelajari apa yang dia ingin tahu.

5) Faktor kebebasan : pada dasarnya anak mengetahui segala

hal dari apa yang dilihat dan dilakukaknya.

c. Hubungan stunting dengan Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek

perkembangan pada anak usia dini yang memegang memegang

pengaruh besar terhadap perkembangan dan pertumbuhan sistem

otak anak usia dini. Untuk melatih keterampilan dasar kognitif,

diperlukan adanya stimulus-stimulus positif. Baik dari segi gizi,

perlakuan, bahasa yang digunakan oleh lingkungan, emosi dan

lain sebagainya. Namun jika hal tersebut tidak terpenuhi secara

baik, akan mengganggu perkembangan otak anak, bahkan

menimbulkan gangguan neurologis dan perilaku yang tidak

diinginkan. Dari segi asupan gizi, pertumbuhan dan

perkembangan mengindikasikan efek kumulatif dari kekurangan

Universitas Respati Yogyakarta


35

atau ketidakcukupan asupan energi, zat gizi baik mikro maupun

makro dalam jangka waktu panjang akan mengakibatkan infeksi

kronis. Menurut Riskesdas, gangguan pertumbuhan dicirikan

dengan rendahnya tinggi badan menurut umur (stunting) pada

anak di bawah usia lima tahun (balita).

Masalah stunting sering dihubungkan dengan kualitas anak.

Kinerja sistem syaraf pada anak stunting kerap menurun yang

berimplikasi pada rendahnya kecerdasan anak , sehingga anak

yang memiliki tingkat kecerdasan yang tidak maksimal akibat

stunting pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan

ekonomi, meningkatkan kemiskiskinan, dan memperlebar

ketimpangan si suatu negara( Pratikyo, 2017).

Aryastami (2017) menyebutkan bahwa stunting memiliki

dampak terhadap menurunya intelektualitas dan kemampuan

kognitif anak. Hal ini dikarenakan adanya kerusakan pada

gangguan organ pada tubuh yaitu otak. Otak merupakan pusat

syaraf yang sangat berpengaruh terhadap respon anak untuk

melihat, mendengar, berpikir, dan melakukan gerakan.

Gangguan kerusakan otak terjadi karena keadaan kurang gizi

yang lebih berat dan kronis, sehingga tidak hanya mengganggu

pertumbuhan (stunting), tetapi juga menyebabkan jumlah sel

dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan serta

ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Selain itu

Universitas Respati Yogyakarta


36

kekurangan gizi pada masa lampau juga menyebabkan perubahan

metabolisme di dalam otak terutama jika terjadi saat golden

periode (3 tahun) pertumbuhan dan perke mbangan otak anak,

sehingga menyebabkan ketidakmampuan otak untuk nerfungsi

normal.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Ijarotimi dan

Ijadunola (2007) di Nigeria, yang menemukan bahwa anak

dengan kekurangan gizi akan mengalami perubahan pada

metabolisme yang berdampak pada kemampuan kognitif dan

otak. Hal ini diakibatkan karena kurangnya asupan nutrisi pada

anak seperti kekurangan energi protein akan berefek pada fungsi

hipotalamus dan korteks otak dalam membentuk dan menyimpan

memori.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Pantaleon (2015) dengan

sampel penelitian sebanyak 100 anak berusia 6-23 bulan yang

terdiri dari 50 baduta stunting dan 50 baduta tidak stunting.

Melalui analisis data menggunakan uji chi-square dan regresi

logistik dengan confident interval (CI) 95%, didapatkan hasil

bahwa anak yang stunting lebih banyak memiliki perkembangan

kognitif kurang (12%) jika dibandingkan dengan anak yang tidak

stunting (8%). Dalam Makalah Utama Bidang 5 Widyakarya

Nasional Pangan dan Gizi XI 2018 oleh Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia disebutkan bahwa stunting di awal

Universitas Respati Yogyakarta


37

kehidupan seorang anak dapat menyebabkan kerusakan

permanen pada perkembangan kognitif, yang diikuti dengan

perkembangan motorik dan intelektual yang kurang optimal

sehingga cenderung dapat menimbulkan konsekuensi terhadap

pendidikan, pendapatan, dan produktivitas pada masa dewasa

sehingga berpotensi menurunan pertumbuhan ekonomi.

Universitas Respati Yogyakarta


38

6. Lembar Observasional Perkembangan Bahasa, Personal Sosial

dan Kognitif

Lembar Observasional perkembangan bahasa, personal sosial dan

kognitif merupakan sebuah instrument skrining untuk anak usia dini

(12-59 bulan). Lembar Observasional ini terdiri dari 9 item. Lembar

Observasional ini untuk tingkat pencapaian perkembangan anak

peneliti mengadopsi dari Permendikbud No 137 tahun 2014 tentang

Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, lalu untuk aspek

perkembangan peneliti menyusun sendiri. Untuk penilaian skor

menggunakan pedoman dari Ditjen Mandas Diknas 2010 dalam

Dimyanti (2014 )dengan kategorisasi sebagai berikut :

1. BB = Belum Berkembang

2. MB = Mulai Berkembang

3. BSH = Berkembang Sesuai Harapan

4. BSB = Berkembang Sangat Baik

Tabel 2.2 Indikator Penilaian Pencapaian Perkembangan

Kriteria Indikator Penilain


BB (Belum Berkembang) 0% - 25%
MB (Mulai Berkembang) 26 % - 50%
BSH (Berkembang Sesuai Harapan) 51%-75%
BSB (Berkembang Sangat Baik) 76%-100%

Data yang diperoleh untuk keberhasilan pada indikator

diatas oleh peneliti disederhanakan lagi menjadi dua kategori yaitu

sebagai berikut :

Universitas Respati Yogyakarta


39

Tabel 2.3 Indikator Penilaian Pencapaian Perkembangan

Kriteria Indikator Penilaian


Sesuai Apabila nilai yang diperoleh < dari
51%
Tidak Sesuai Apabila nilai yang diperoleh ≥ dari
51%

Universitas Respati Yogyakarta


40

B. Kerangka Teori

Stunting

Perkembangan Perkembangan Perkembangan


Bahasa Personal Sosial Kognitif

` Penilaian
Perkembangan

BB (Belum
Berkembang)
MB (Mulai
Berkembang)
BSH (Belum Sesuai
Harapan)
BSB (Berkembang
Sangat Baik)

Kerangka Teori : Ahamad Susanto (2011), Balitbangkes (2015), Kemenkes (2013),


Permendikbud No 137 (2014), Potter, P & Perry (2005), Sekartini (2006),
Soetjiningsih & Gde Ranuh (2012), Trisnawati (2013), Yusuf (2010).

Universitas Respati Yogyakarta


41

C. Kerang Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Perkembangan
Bahasa

Kejadian Perkembangan
Stunting Personal Sosial

Perkembangan
Kognitif

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Respati Yogyakarta


42

D. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan kejadian stunting dengan perkembangan bahasa

pada balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kalasan

Kabupaten Sleman.

2. Ada hubungan kejadian stunting dengan perkembangan personal

social pada balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Kalasan Kabupaten Sleman.

3. Ada hubungan kejadian stunting dengan perkembangan kognitif

pada balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kalasan

Kabupaten Sleman.

Universitas Respati Yogyakarta


43

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik

kuantitatif dengan desain penelitian case-control yang bertujuan untuk

mengetahuai seberapa besar faktor risiko (Perkembangan Bahasa, Personal

Sosial dan Kognitif) dengan kejadian stunting pada balita usia 12-59 bulan

di wilayah kerja Puskesmas Kalasan, dengan cara membandingkan

kelompok kasus dan kelompok kontrol.

Tidak
Sesuai
Balita tidak
stunting
Sesuai

Kontrol Balita

Tidak
Sesuai
Balita
stunting
Sesuai

Kasus

Gambar 3.1 Desain Penelitian Case-Control

43 Universitas Respati Yogyakarta


44

B. Waktu dan tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Mei - Juli2020.

Tempat Penelitian : Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja

Puskesmas Kalasan Kabupaten Sleman.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek atau

obyek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya (Sugiyono,

2016).

Sedangkan menurut Notoatmojo (2012), populasi merupakan

keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang akan diteliti. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh balita berusia 12-59 bulan yang

berada di wilayah kerja Puskesmas Kalasan, Kabupaten Sleman

berjumlah 3.715 balita .

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh suatu populasi (Sugiyono, 2016). Sampel pada

penelitian ini adalah balita yang mengalami stunting sebagai

kelompok kasus dan balita yang tidak mengalami stunting sebagai

kelompok kontrol dengan kriteria sebagai berikut ;

Universitas Respati Yogyakarta


45

Kriteria Kasus

1) Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah :

a) Ibu balita bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian

b) Balita usia 12-59 bulan

c) Balita dengan status gizi stunting

d) Balita yang memiliki buku KIA

e) Balita yang bertempat tinggal diwilayah kerja Puskesmas

Kalasan Kabupaten Sleman.

2) Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah

a) Balita yang mengalami kelainan kongenital atau cacat fisik.

Kriteria kontrol

1) Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

a) Ibu balita bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian

b) Balita usia 12-59 bulan

c) Balita dengan status gizi baik

Universitas Respati Yogyakarta


46

d) Balita memiliki buku KIA

e) Balita yang bertempat tinggal diwilayah kerja Puskesmas

Kalasan

2) Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah

a) Balita yang mengalami kelainan kongenital atau cacat fisik.

3. Besar Sampel

Besar sampel yang ditentukan dalam studi kasus kontrol ini

ditentukan berdasarkan perhitungan sampel menggunakan rumus

(Lameshow 1997).

Keterangan:
n = Besar sampel minimal
Z1-α = Nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α
Z1-β = Nilai Z pada kekuatan uji (power) 1-β
Z = 1,64 = Derajat kepercayaan 90%
Z = 1,96 = Derajat kepercayaan 95%
Z = 2,58 = Derajat kepercayaan 99%
P1 = Proporsi subjek terpapar pada kelompok kasus
P2 = Proporsi subjek terpapar pada kelompok kontrol
P = (P1 + P2) / 2
OR = Oods Ratio

Universitas Respati Yogyakarta


47

Untuk mendapatkan jumlah sampel minimal menggunakan rumus

diatas, dan hitung terlebih dahulu P1 dengan menggunakan rumus :

Berdasarkan perhitungan pola P2 dan OR hasil penelitian yang

sudah dilakukan penelitian terdahulu, dihasilkan besar jumlah sampel

minimal.

Perhitungan sampel sebagai berikut :

(𝑂𝑅)𝑃
2
P1 = (𝑂𝑅)𝑃 +(1−
2 𝑃) 2

Maka dicari terlebih dahulu P2 :


10
P2 = 10+14

10
= 24 = 0,41

(𝑂𝑅)𝑃
2
P1 = (𝑂𝑅)𝑃 +(1−
2 𝑃) 2

(1,66)𝑥 (0,41)
= (1,66) 0,41 + (1− 0,41)

0,68
= 0,27+0,59

0,68
= 0,86 = 0,79

Universitas Respati Yogyakarta


48

(2,16)2
0,144

4,66
= 33,28 = 34 sampel
0,144

4. Dari perhitungan sampel diatas, jumlah minimal sampel diperoleh

sebanyak 68 sampel serta peneliti menambahkan perhitungan sebanyak

10% untuk sampel yang akan dijadikan cadangan, sehingga total sampel

dalam penelitian ini berjumlah 76 sampel. Sampel balita stunting sebanyak

38 sampel sebagai kelompok kasus dan balita tidak stunting sebanyak 38

sampel sebagai kelompok kontrol yang akan dilakukan matching dengan

perbandingan1:1, yaitu pemilihan sampel kelompok kontrol yang memilik

kesamaan umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal dengan masing masing

individu kelompok kasus.

Universitas Respati Yogyakarta


49

5. Teknik Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah

Consecutive Sampling. Cara melakukan Consecutive Sampling yaitu

dengan menetapkan sampel yang telah memenuhi kriteria yang dimasukkan

ke dalam penelitian sampai waktu tertentu agar jumlah sampel terpenuhi

(Nursalam,2013). Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan pada

30 posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kalasan Sleman. Adapun

pengambilan data dengan cara mengunjungi rumah ke rumah (door to

door).

D. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas (Independen)

Merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahan variabel terikat (Sugiyono,2016). Dalam penelitian ini

menggunakan variabel bebas yaitu kejadian stunting.

b. Variabel Terikat (Dependen)

Merupakan variabel segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut

kemudian diambil kesimpulannya (Sugiyono,2016). Dalam

penelitian ini variabel terikatnya yaitu Perkembangan bahasa,

personal sosial dan kognitif pada balita usia 12-59 bulan.

Universitas Respati Yogyakarta


2. Definisi Operasional

Tabel Definisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Parameter Skala

Balita Kondisi kronis yang Microtoise Stunting (Z-score -3 SD s.d Ordinal


stunting menggambarkan terhambatnya dengan ketelitian 0,1 < -2SD
pertumbuhan yang ditunjukkan Tidak Stunting (Z score >
pada hasil nilai z-score tinggi 2SD)
badan menurut umur dengan
indeks PB/U atau TB/U kurang
dari -2SD standar deviasi.
Perkembangan Perkembangan kemampuan Lembar 1 : Sesuai, Apabila nilai yang Ordinal
Bahasa anak untuk mengembangkan Observasional diperoleh < dari 51%
bicara dan keterampilan Perkembangan 2 : Tidak Sesuai, Apabila nilai
berbahasa. Bahasa yang diperoleh ≥ dari 51% .

Perkembangan Perkembangan kemampuan Lembar 1 : Sesuai, Apabila nilai yang Ordinal


Personal sosial anak memahami proses Observasional diperoleh < dari 51%
berhubungan dengan orang Perkembangan 2 : Tidak Sesuai, Apabila nilai
sekitar seperti membangun Personal Sosial yang dipoleh ≥ dari 51% .
pertemanan dan bersosialisasi.

Perkembangan Perkembangan kemampuan Lembar 1 : Sesuai, Apabila nilai yang Ordinal


Kognitif anak mengekspresikan berpikir Observasional diperoleh < dari 51%
dan memperoleh pemahaman Perkembangan 2 : Tidak Sesuai, Apabila nilai
tentang lingkungan sekitarnya. Kognitif yang diperoleh ≥ dari 51% .

50
51

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder untuk

variabel dependen yang didapatkan dari data register pantauan gizi

dan data primer untuk variabel independen yang didapatkan dengan

cara pengukuran langsung dari rumah ke rumah.

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diambil secara langsung

dari responden. Data ini masih dalam data mentah dan belum

melalui proses analisis (Ariani, 2014). Data primer dalam

penelitian ini meliputi kejadian stunting, perkembangan bahasa,

personal sosial dan kognitif yang diperoleh dengan cara

memberikan kuesioner serta data karakteristik pada responden

seperti nama, usia, jenis kelamin, alamat padukuhan, pengukuran

TB dan BB.

b. Data Sekunder

Data primer merupakan data yang diambil secara langsung

dari responden. Data ini masih dalam data mentah dan belum

melalui proses analisis (Ariani, 2014). Data primer dalam

penelitian ini meliputi kejadian stunting, perkembangan bahasa,

Universitas Respati Yogyakarta


52

personal sosial dan kognitif yang diperoleh dengan cara

memberikan kuesioner serta data karakteristik pada responden

seperti nama, usia, jenis kelamin, alamat padukuhan, pengukuran

TB dan BB.

2. Cara Pengambilan Data

Cara pengambilan data meliputi rangkaian kegiatan sebagai berikut:

a. Stunting

Pengumpulan data tinggi badan balita dibantu oleh

enumerator. Kriteria enumerator yang peneliti ambil adalah

mahasiswa/I gizi angkatan 2016 yang telah mendapatkan materi

perkuliahan Penilain Status Gizi. Enumerator berjumlah 5 orang

untuk membantu pengukuran antropometri balita yang terdiri

dari tinggi badan anak yang akan diukur menggunakan microtoa

dengan ketelitian 0,1 cm, setelah peengukuran lalu dilakukan

penghitungan menggunakan rumus Z-score.

Universitas Respati Yogyakarta


52

b. Lembar Observasional Perkembangan Bahasa, Personal Sosial

dan Kognitif

Untuk pengumpulan data Perkembangan Bahasa, Personal

Sosial dan Kognitif, peneliti melakukan pengisian pada Lembar

Observasional pada responden dibantu oleh enumerator. Kriteria

enumerator yang peneliti ambil adalah mahasiswa/I gizi

angkatan 2016 yang telah mendapatkan materi perkuliahan

Penilaian Status Gizi. Enumerator berjumlah 5 orang untuk

membantu pengisian Lembar Observasional Perkembangan

Bahasa yang meliputi aspek perkembangan bahasa anak, Lembar

Observasional Perkembangan Personal Sosial yang meliputi

aspek perkembangan personal sosial anak dan Lembar

Observasional Perkembangan Kognitif yang meliputi aspek

perkembangan kognitif anak. Lembar Observasional ini berisi 9

item.

Pengukuran Perkembangan Bahasa, personal sosial dan

kognitif dinilai dari jawaban responden dengan kategori 1. BB (

Belum Berkembang), 2. MB (Mulai Berkembang ), 3. BSH

(Berkembang Sesuai Harapan) dan 4. BSB (Berkembang Sangat

Baik). Jika hasil responden mengisi dengan tanda ceklis di

angka 4 semua berarti balita tersebut termasuk dalam kategori

sesuai dengan nilai skor 100% atau nilai skor ≥ 51%, namun

sebaliknya jika tanda ceklis kebanyakan angka 1 semua berarti

Universitas Respati Yogyakarta


53

balita tersebut dalam kategori tidak sesuai nilai skor 25% atau

nilai skor ≤ 51%.

F. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat ukur yang digunakan

untuk mengukur variabel penelitian yang diamati (Sugiyono, 2016).

dalam penelitian ini alat ukur/ instrumen yang di gunakan adalah :

a. Register data pantauan status gizi Puskesmas Kalasan untuk

mengetahui pantauan status gizi balita di Puskesmas Kalasa

b. Angket untuk mengkaji karakterstik anak, berisi : nama anak,

nama ibu, alamat, tempat tanggal lahir, jenis kelamin anak,

riwayat penyakit kronis anak, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan

ibu, pendapatan keluarga.

c. Microtoise dengan ketelitian 0,1 cm dengan mengukur secara

langsung tinggi badan responden untuk menghitung rumus z-

score (TB/U).

d. Lembar Observasional perkembangan bahasa, Lembar

Observasional Perkembangan personal sosial dan Lembar

Observasional Perkembangan kognitif untuk pengukuran

variabel dependen atau perkembangan bahasa, personal sosial

dan kognitif. Lembar Observasional ini untuk tingkat

pencapaian perkembangan anak peneliti mengadopsi dari

Permendikbud No 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional

Universitas Respati Yogyakarta


54

Pendidikan Anak Usia Dini, lalu untuk aspek perkembangan

peneliti menyusun sendiri. Untuk penilaian skor menggunakan

pedoman dari Ditjen Mandas Diknas 2010 dalam Dimyanti

(2014).

2. Uji Validitas

Uji validitas adalah syarat mutlak bagi suatu alat ukur agar dapat

digunakan dalam suatu pengukuran. Uji validitas menunjukan

ketepatan dalam pengukuran suatu instrumen, artinya suatu

instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mengukur apa

yang harus diukur (Dharma, 2011). Uji Validitas pada penelitian ini

yaitu uji validitas alat microtoise yang akan di ujikan di UPT

pelayanan Metrologi Kabupaten Sleman dan etika penelitian lembar

Observasional yang akan di ujikan di Komisi etik Fakultas

Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta.

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi :

a. Editing

Dilakukan untuk meneliti kelengkapan data dan dilakukan

ditempat pengumpulan data, sehingga jika ada data yang kurang

dapat segera dilengkapi. Dalam penelitian ini untuk meneliti dan

Universitas Respati Yogyakarta


55

mengecek kelengkapan kuesionerperkembangan bahasa, personal

sosial dan kognitif.

b. Coding

Coding yaitu memberikan kode berupa angka pada setiap

jawaban yang telah diberikan responden, supaya dapat

memudahkan dalam menganalisis data, antara lain :

1) Jenis Kelamin :

Laki-laki : Kode 1

Perempuan : Kode 2

2) Stunting

Stunting : Kode 1

Tidak stunting : Kode 2

3) Perkembangan Bahasa

Sesuai, apabila nilai yang diperoleh < 51% : Kode 1

Tidak sesuai, apabila nilai yang diperoleh ≥ 51 % : Kode 2

4) Perkembangan Personal Sosial

Sesuai, apabila nilai yang diperoleh < 51% : Kode 1

Tidak sesuai, apabila nilai yang diperoleh ≥ 51 % : Kode 2

5) Perkembangan Kognitif

Sesuai, apabila nilai yang diperoleh < 51% : Kode 1

Tidak sesuai, apabila nilai yang diperoleh ≥ 51 % : Kode 2

Universitas Respati Yogyakarta


56

c. Collecting Data

Peneliti melakukan pengumpulan data dari Puskemas untuk

variable independen, dilanjutkan pengambilan data.

d. Pengolahan Data (Data Entry)

Merupakan tahap dimana memasukan data yang telah ada

kedalam program komputer untuk dilakukan analisis lebih lanjut.

Program komputer yang digunakan pada penelitian ini yaitu SPSS.

e. Tabulating

Merupakan data yang telah dianalisis disusun dalam bentuk

tabel untuk dapat dibaca dengan mudah.

2. Teknik Analisis Data

Analisis statistik dengan menggunakan program komputer untuk

mengolah data yang diperoleh, lalu akan dilakukan analisis univariat

dan bivariat.

a. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik

yang meliputi Perkembangan Bahasa, Personal sosial dan

Kognitif dalam bentuk presentase masing-masing variabel

dengan rumus :

Universitas Respati Yogyakarta


57

Keterangan :

P: Presentase

n: Jumlah Responden

f: Frekuensi

b. Analisis Bivariat

Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji

Chi-square. Jika p value <0,05 sehingga Ho ditolak H1

iterima yang berarti ada hubungan yang bermakna secara

statistik. Analisis data dilakukan dengan menggunakan

program SPSS 16. Analisis bivariat digunakan untuk

mengetahui hubungan Perkembangan Bahasa, Personal

Sosial dan Kognitif dengan kejadian balita stunting di

Puskesmas Kalasan dengan menggunakan tabel 2x2.

Tabel 3.3 Dummy Chi Square Perkembangan Bahasa

Perkembangan Bahasa OR (CI)

Variabel Bebas Total P value


Sesuai Tidak sesuai
n %
n % n %

Stunting
Tidak stunting

Universitas Respati Yogyakarta


58

Tabel 3.3 Dummy Chi Square Perkembangan Personal Sosial


Perkembangan Personal
OR (CI)
Sosial

Variabel Bebas Total P value


Sesuai Tidak sesuai
n %
n % n %

Stunting
Tidak Stunting

Tabel 3.3 Dummy Chi Square Perkembangan Kognitif

Perkembangan Kognitif OR (CI)

Total
Variabel Bebas P value
Sesuai Tidak sesuai n %
n % n %

Stunting
Tidak Stunting

H. Renacana Jalannya Penelitian

1. Jalannya Penelitian

a. Tahap Awal

1) Mengajukan judul proposal.

2) Persetujuan judul oleh pembimbing I dan pembimbing II.

3) Setelah judul disetujui oleh pembimbing I dan pembimbing II,

maka peneliti melakukan penyusunan proposal.

4) Selanjutnya peneliti melakukan seminar proposal.

Universitas Respati Yogyakarta


59

b. Tahap Pelaksanaan

1) Peneliti datang ke Puskesmas Kalasan untuk mendapatkan data

register pantauan gizi anak. Lalu peneliti melakukan

penyaringan populasi untuk mendapatkan sampel penelitian

dengan cara Consecutive Sampling.

2) Setelah mendapatkan sampel, peneliti mengurus izin penelitian

di Balai Desa untuk mendapatkan surat izin melakukan

penelitian sesuai dengan sebaran sampel penelitian. Penelitian

ini dilakukan di seluruh desa wilayah kerja Puskesmas Kalasan

Kabupaten Sleman, yaitu Desa Tirtomartani, Desa

Tamanmartani, Desa Purwomartani, dan Desa Selomartani.

3) Setelah mendapatkan surat izin dari setiap Balai Desa, peneliti

melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan

secara tim terdiri dari 5 orang.

4) Enumerator penelitian diambil dari Prodi Gizi Universitas

Respati Yogyakarta yaitu berjumlah 5 orang yang bertugas

untuk membantu dalam pengambilan data.

5) Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan apersepsi

dengan enumerator yang bertujuan untuk menyamakan apersepsi

yang disampaikan dengan tujuan peneliti.

6) Pengambilan data akan dilakukan pada saat siang dengan

berkunjung tiap rumah, lalu dilakukan pengukuran terlebih

dahulu menggunakan microtoise dan lembar observasional.

Universitas Respati Yogyakarta


60

7) Pada awal pengambilan data, peneliti akan memberikan

informed consent untuk menjadi responden dan mengisi

kuesioner yang telah disediakan secara bersamaan selama 15 –

20 menit.

8) Selanjutnya, satu persatu dari responden akan dilakukan

pengukuran tinggi badan dan wawancara dengan mengisi lembar

observasional.

9) Setelah itu, peneliti akan melakukan pengecekan apakah data

yang didapat sudah lengkap.

10) Selanjutnya peneliti melakukan analisis dan pengolahan data

menggunakan program komputer yaitu SPSS.

c. Tahap Akhir

a. Setelah melakukan tahap analisis data, peneliti menyimpulkan

hasil penelitian.

b. Selanjutnya peneliti akan membuat hasil penelitian dan

pembahasan untuk menyusun skripsi.

I. Etika Penelitian

Penelitian ini melibatkan objek manusia maka tidak boleh

bertentangan dengan etika agar responden dapat terlindungi, untuk itu

perlu adanya ijin penelitian atau eticle clearance. Eticle Clearanec

penelitian ini, akan di ujikan di Komisi Etik Universitas Respati

Yogyakarta. Setelah mendapatkan persetujuan penelitian maka

mengajukan kebagian TU dan Kepala Prodi S-1 Ilmu Gizi Universitas

Universitas Respati Yogyakarta


61

Respati Yogyakarta dan dilakukan dengan menggunakan etika

penelitian (Hidayat, 2010) adalah sebagai berikut :

1. Lembar Informed Consent

Diberikan kepada responden sebelum penelitian, agar dapat

memenuhi maksud dari penelitian. Serta mengtahui bersedia

atau tidaknya responden untuk diteliti.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Pada lembar pengumpulan data, nama responden tidak

dicantumkan hanya diberikan kode.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari

responden dimana dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Hal ini

dilakukan dengan membakar data penelitian setelah penelitian

selesai dalam melakukan penelitian

4. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (respect for human

dignity)

Dimana peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek

penelitian atau responden. Peneliti perluy juga harus

Universitas Respati Yogyakarta


62

memberikan kebebasan kepada subjek penelitian untuk

memberikan informasi atau tidak memberikan informasi.

5. Keadilan dan Keterbukaan (Respect for justice an inclusiveness)

Dalam penelitian ini, semua responden diperlakukan sama

saat melakukan pengambilan data dan tidak ada perbedaan

antara responden satu dengan yang lain.

6. Reward

Souvenir balita terdiri dari tempat makan dan botol minum.

Universitas Respati Yogyakarta


63

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta :
Salemba Medika.

Ahmad, S. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana Prenada.


Media Group.

Aryastami, N.K., & Tarigan, I. 2017. Kajian Kebijakan dan Penanggulangan


Masalah Gizi Stunting di Indonesia, Buletin Penelitian Kesehatan, 45 (4) :
233-240.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Balitbangkes Kemenkes RI;
2015.

Beatty, et al. 2017. Stunting Prevalence and Correlates among children in


Indonesia. Mathematica Policy Research, 1-5.

Chang SM, et al. 2002. Early Childhood stunting and later behaviour and school
achievement. Journal of Child Psychology and Phychiatry, 43:775-783.

Crookston, et al. 2011. Impact of Early and Concurrent Stunting on Cognition.


Journal of Maternal and Child Nutrition.

Fatoni. 2014. Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Tingkat Perkembangan Personal
Sosial pada Anak Usia Prasekolah di TK PDHI Banguntapan.

Darma, K. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan Melaksanakan


dan Menerapkan Hasil Penelitian, Jakkarta, Trans Infomedia.

Dasman, H. 2019. Empat Dampak Stunting bagi Anak dan Negara Indonesia.
Article Hari Gizi Nasional. Healthcare Police and Ethics : Universitas
Andalas.

Departemen Kesehatan RI. 2010. Prinsip Pengelolaan Program KIA. Jakarta :


Departemen Kesehatan RI.

Dimyanti. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan & Aplikasinya pada


Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta : Kencana Prenadamedia
Group.

Dinkes Kabupaten Sleman. 2018. Profil Kesehatan Kabupaten Sleman Tahun


2017. Sleman : Dinas Kabupaten Sleman.

Universitas Respati Yogyakarta


64

Dinkes Kabupaten Yogyakarta. 2018. Profil Kesehatan Kabupaten Yogyakarta


Tahun 2017. Yogyakarta : Dinas Kabupaten Kota Yogyakarta.

Doll. 2010. The Measurement of social competence. New jersey : Vineland

Fauziddi, M. 2016. Peningkatan Kemampuan Kerja Sama melalui Kerja


Kelompok pada Anak Kelompok A TK Kartika Solo Kabupaten Kampar .
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2 (1).

Fitri, L. 2018. Hubungan BBLR dan ASI eksklusif dengan Kejadian Stunting di
Puskesmas Lima Puluh Pekanbaru. Jurnal Endurance, 3 (1), 131-137.

Global Nutrition Report. 2014. Action and Accountabillity to Accelerate the


World’s on Nutrition.

Hanani, R. 2016. Perbedaan Perkembangan Motorik Ksar, Motorik Halus,


Bahasa, dan Personal Sosial pada Anak Stunting dan Non Stunting.
Jurnal of Nutrition College, Vol. 5, No. 4 .

Hartanto, et al. 2011. Pengaruh Perkembangan Bahasa terhadap Perkembangan


Kognitif Anak Usia 1-3 tahun. Sari Pediart.

Hassan. 2013. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta : Diva Press.

Hatfield. 2008. Pediatric Nursing. New Mexico. Lippinocott Williams & Wikins.

Ijarotimi & Ijadunola. 2017. Nutritional status and intelligence quotient of


primary schoolchildren in Akure community of Ondo State, Nigeria.
Tnzania Health Research Bulletin.

Kemenkes, RI. Riset Kesehatan dasar (Riskesdas). 2017. Jakarta : Balai


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;2017 (Laporan Nasional).

Kementrian Kesehatan RI. 2015.Infodatin Pusat Data dan Informasi Kesehatan


RI Situasi Kesehatan Balita.

Kuther. 2013. Physical and Cognitive Development in Early Childhood.

Lameshow, S. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Gajah Mada


University. Yogyakarta.

LIPI. 2018. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi XI tahun 2018.

Manshur. 2015. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Bandung

Universitas Respati Yogyakarta


65

Muhoozi, et al. 2016. Nutritional and Developmental status among 6-to 8 month-
old children in southwestren Ugada : a cross sectional study. Food &
Nutrition research.

Mursid. 2015. Pengembangan Pembelajaran PAUD. Bandung : Remaja


Rosdakarya.

Oktarina, et al. 2013. Faktor Risiko Stunting pada Balita (24-59 Bulan) di
Sumatera. Jurnal Gizi dan Pangan, November 2013, 8(3) :175-180.

Pantaleon Maria G. 2015. Stunting berhubungan dengan Perkembangan Motorik


Anak di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Jurnal Gizi dan Dietetik
Indonesia.

Papalia DE, et al. 2008. Perkembangan Manusia. [Terjemahan dari Human


Development oleh Brian MJ]. Jakarta : Salemba Humanika.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137


tahun 2014. Tentang Standar Nasional Anak Usia Dini : Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan . 2014. Tentang Pemantauan, Pertumbuhan, dan


Gangguan Tumbuh Kembang Anak Nomor 66 tahun 2014. Jakarta.

Picualy, I & Toy S.M. 2013. Analisis Determinan dan Pengaruh Stunting
terhadap Prestasi Belajar Anak Sekolah di Kupang dan Sumba
Timur, NTT. Jurnal Gizi dan Pangan.

Prado E, Dewey K. Nutrition and Brain Development in Early Life, Alive &
Trive 2012.

Pramitha, P. 2018. Hubungan Kejadian Stunting dengan Perkembangan


Emosional Anak Prasekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Kalasan,
Kabupaten Sleman. Poltekkes : Yogyakarta.

Probosiwi, H. 2017. Stunting dengan Perkembangan pada Anak Usia 12-60


bulan di Kalasan. Departement Gizi Kesehatan : UGM. Berita
Kedokteran Masyarakat (BKM Journal of Comunity Medicine and
Public Health ) Volume 33 nomor 11 hal 559-564.

Routray S, et al. 2015. Growth and Developmental among Children Living in


Orphanages of Odisha, an Eastern Indian State. Journal of Dental and
Medical Sciences (IORS).

Sally GM, et al. 2007. Developmental Potential in The First 5 Years for Children
in Developing Countries. Lancet,;369(9555):60-70.

Universitas Respati Yogyakarta


66

Sugiyono.2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :


PT. Alfabet.

Sumarmi, S. 2017 .Tinjauan Kritis Intervensi Multi Mikronutrien pada 1000


Hari Pertama Kehidupan. Penelitian Gizi dan Makanan. 40(1),
pp.17-28. doi: 10.22435/pgm.v40il.6374.
Supariasa et al. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit EGC.
Supratikya, A. 2012. Penelitian Hasil Belajar dengan Teknik Notes. Yogyakarta :
Universitas Sanata Darma

Soetjiningsih. (2008). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Trisnawati, E. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sulit Makan pada Usia


Prasekolah di TK Islam Nurul Hikmah Bantar Gebang Bekasi. Jurnal
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia.

UNICEF.2018. Undernutrition contributes to nearly haft of all death in children


under 5 and is widespread in Asia and Africa. New York : United Nations
Childre’s Fund.

Wiyani, N. 2016. Bina Karakter Anak Usia Dini. Yogyakarta. PT. Ar-ruzz Media.

WHO. 2013. Monitoring Health for the SDGs (Sustainable Development Goals)
WHO Press : Geneva.

Zulela. 2017. Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar.


Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Universitas Respati Yogyakarta


67

LAMPIRAN

Universitas Respati Yogyakarta


68

Lampiran 1
PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Dengan Hormat,
Dengan ini saya,
Nama : Devi Novitasari
Pendidikan : S1 Ilmu Gizi Universitas Respati Yogyakarta

Akan mengadakan suatu penelitian untuk menyusun skripsi dengan


judul “Hubungan Kejadian Stunting dengan Perkembangan Bahasa,
Personal Sosial dan Kognitif pada Balita Usia 12-59 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Kalasan Sleman” sebagai persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan S1 Ilmu Gizi.
Untuk itu peneliti berharap dengan hormat kepada para responden
untuk meluangkan waktunya untuk mengisi lembar observasional dibawah
ini dengan ikhlas.
Lembar Observasional yang diberikan hanya semata-mata untuk
kepentingan ilmu pengetahuan tanpa maksud lain. Oleh karena itu sangat
besar artinya untuk menjawab dengan kesungguhan hati demi
perkembangan ilmu pengetahuan umumnya dan ilmu gizi khususnya.
Dengan informasi penelitian ini saya buat, atas kesediaan dan waktu
yang telah diberikan, saya ucapkan terimakasih.

Yogyakarta, Juni 2020


Hormat Saya

Devi Novitasari

Universitas Respati Yogyakarta


69

SURAT PERYATAAN SEBAGAI RESPONDEN


(informed concent)
Setalah saya mendapatkan informasi penjelasan dan memahami mengenai
penelitian dengan judul “Hubungan Kejadian Stunting dengan Perkembangan
Bahasa, Personal Sosial dan Kognitif Balita Usia 12-59 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kalasan” yang dilakukan oleh mahasiswa S1 Ilmu Gizi Universitas
Respati Yogyakarta, maka dengan ini saya:
Nama :
Umur :
Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian ini dengan tidak


ada paksaan dan ancaman dari pihak manapun. Saya tahu bahwa saya
berhak menolak atau mengundurkan diri sebagai responden
Selanjutnya saya tahu bahwa jawaban yang saya berikan bersifat
rahasia. Apapun jawaban saya tidak akan mempengaruhi pelayanan yang
akan saya terima dari tempat pelayanan kesehatan yang saya jumpai.

Yogyakarta, Mei 2020

Responden

( )

Universitas Respati Yogyakarta


70

Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASIONAL PERKEMBANGAN BAHASA

HUBUNGAN KEJADIAN STUNTING DENGAN PERKEMBANGAN

BAHASA PADA ANAK USIA 12-59 bulan

Petunjuk pengisian :

Beri tanda (√) pada kolom yang tersedia :

Tingkat pencapaian perkembangan anak usia 12-24 bulan

No. Pencapaian Aspek perkembangan BB BM( BSH BSB


perkembangan (1) 2) (3) (4)

1. Menunjukkan bagian Anak mampu menunjuk mata dan


tubuh yang ditanyakan hidung ketika ditanya

“Mata adek yang mana”

“hidung adek yang mana”

2. Memahami tema cerita Anak mampu menjawab


yang diengar pertanyaan ketika ibu memberi
pertanyaan tentang cerita yang
baru saja di ceritakan.

Siapa yang mencuri timun tadi?

“kancil”

3. Merespon pertanyaan Anak mampu merespon jawaban


dengan jawaban” Ya” “ya” atau “ tidak”
atau “ Tidak”
“ adek mau makan? …. tidak “

“ adek mau minum susu ?

Ya”

Universitas Respati Yogyakarta


71

No. Pencapaian Aspek perkembangan BB BM BSH BSB

perkembangan (1) (2) (3) (4)

4. Mengucapkan kalimat Anak mampu mengucapkan dua


yang terdiri dari dua kalimat
kata
“ susu nana”

“ ibu ani”

5. Menaruh perhatian Anak mampu menunjukkan


pada gambar-gambar kekaguman pada gambar dibuku
dalam buku
“ gambarnya sangat bagus “

6. Memahami katakata Anak mampu memahami kata


sederhana dari ucapan kata sederhana yang didengar
yang didengar
“ ayah kerja untuk beli susu”

7. Menjawab pertanyaan Anak mampu menjawab


dengan kalimat pendek pertanyaan dari ibu atau keluarga
disekitarnya

“ adek ita anak siapa “

..ibu, ayah.

8. Menyanyikan lagu Anak mampu menyanyikan lagu


sederhana satu-satu

“satu-satu aku sayang ibu,..

9. Menyatakan keinginan Anak mampu menyatakan


dengan kalimat pendek keinginan dengan kalimat pendek

“ ikut ayah, minum susu.

Universitas Respati Yogyakarta


72

Tingkat pencapaian perkembangan anak usia 24-36 tahun bulan

No. Pencapaian Aspek perkembangan BB BM( BSH BSB(


perkembangan (1) 2) (3) 4)

1. Memainkan kata / Anak mampu memanikan suara


suara yang didengar yang didengar disekitarnya.
dan diucapkan
berulang-ulang “kukuruyukk petok,petok,

2. Hafal beberapa lagu Anak mampu menghafal lagu


anak sederhan sederhana

“ pok ame ame belalang kupu-


kuu…”

“ cicak cicak di dindin…”

3. Memahami cerita Anak mampu menyebutkan tokoh


dongeng sederhana tokoh dalam dongeng

“siapa yang suka berkokok setiap


pagi “

..si jago merah..

4. Memahami perintah Anak mampu membereskan


sederhana mainan nya sendiri, seperti
meletakkan maianan diatas meja
atau memasukkan dalam kotak
mainan

“ adek ayo mainan nya di


bereskan”

5. Pura-pura membaca Anak mampu mnceritakan


cerita bergambar dalam gambar dengan katakat sendiri
buku dengan katakata
sendiri “ adek naik pesawat terbang
keliling dunia”

6. Mulai memahami dua Anak mampu melaksanakan dua


perintah yang diberikan perintah sekaligus
bersamaan
“ayo adek bersikan mainanya “

No. Pencapaian Aspek perkembangan BB BM BSH BSB

Universitas Respati Yogyakarta


73

perkembangan (1) (2) (3) (4)

7. Mulai menyatakan Anak mampu menyatakan


keinginan dengan keinginan dengn mengucapkan
mengucapkan kalimat kalimat sederhana
sederhana (6 kata)
“ adek tata jalan-jalan naik
delman”

8. Mulai menceritakan Anak mampu menceritakan


pengalaman yang pengalaman yang dialami
dialami dengan cerita
sederhana “ adek rara jalanjalan ketaman
melihat gajah yang besar banget,
badanya besar”

9. Menyimak perkatan Anak mampu menyimak


orang lain (bahasa ibu perkataan ibunya
atau orang sekitarnya
“ sudah malam adek cepat tidur
ya”

Universitas Respati Yogyakarta


74

Tingkat pencapaian perkembangan anak usia 36-48bulan

No. Pencapaian Aspek perkembangan BB BM( BSH BSB(


perkembangan (1) 2) (3) 4)

1. Mengerti dua perintah Anak mampu mengerti dua


yang diberikan perintah yang diberikan secara
bersamaan bersamaan

“ selesai bermain adek beresin ya


mainan nya “
2. Memahami cerita yang Anak mampu menyebutkan tokoh
dibacakan tokoh dalam cerita

“Siapa yang suka membantu ibu


didapur”

.. riri dana tita..

3. Mengungkapkan Anak mampu mengungkapkkan


perasaan dengan kata perasaan dengan kata sifat
sifat (baik, senang,
nakal, pelit, baik hati, “ kucing hitam itu nakal karena
berani, baik, jelek dsb mengambil ayam goreng nia”

4. Menyebutlan kata-kata Anak mampu mengucapkan kata


yang dikenal kata yang dikenal

“ bapak, ibu, simbah uti, kakak,


adek, kucing, ayam”

5. Menyatkan alasan Anak mampu menyatakan alasan


terhadap sesuatu yang terhadap sesuatu
diinginkan atau
ketidaksetujuan “ adek mau makan nasi sama
telur”

6. Menceritakan kembali Anak mampu menceritakan


cerita / dongeng yang kembali cerita yang didengar
pernah didengar
“ kancil makan timun, lalu
dimarahin pak tani.....”

7. Memperkaya Anak mampu menggunakan kata


perbendaraan kata ganti kepunyaan secara konsisten
: “kepunyaanku,” “ kepunyaan
mereka,”.

“ baju ini punyaku”, “buku ini


milik ani, ana dan dinda”

Universitas Respati Yogyakarta


75

9 Berpartisipasi dalam Anak mampu berpartisipasi


percakapan dalam percakapan

“ ibu bercakap cakap dengan ayah


tentang pesawat”

“ adek kalau besar nanti mau


jalanjalan naik pesawat...”

Universitas Respati Yogyakarta


76

Tingkat pencapaian perkembangan anak usia 48-59bulan

No. Pencapaian Aspek perkembangan BB BM( BSH BSB(


perkembangan (1) 2) (3) 4)

1. Menjawab pertanyaan Anak mampu menjawab dengan


yang lebih kompleks tepat bila diberi pertanyaan apa
yang dilakukannya ketika dia
lelah, kedinginan atau lapar.

2. Mendengar dan Anak mampu membedakan


membedakan bunyi- bunyi-bunyian
bunyi dalam bahasa
indonesia “ bunyi suara ayam berbeda
dengan suara kucing”

3. Memahami aturan Anak mampu memahami aturan


dalam suatu permainan permainan ketika bermain dengan
teman-teman nya

“ main petak umpet, dio yang


jaga adi yang ngumpet “

4. Mengulang kalimat Anak mampu mengucapkan


yang kompleks struktur yang lebih kompleks : “
kucing itu berlari sebelum aku
melihat warnanya.”

5. Berkomunikasi secara Anak mampu menggunakan kata


lisan, memiliki “bolehkah saya’ dengan tepat.
perbendaraan kata
“ bolehkah saya meminjam
boneknya?”, “ bolehkan saya
minta permenya”

6. Mengenal simbol- Anak mampu mem bedakan


simbol untuk persiapan simbol-simbol untuk persiapan
membaca, menulis dan membaca, menulis maupun
berhitung berhitung

Dipersiapkan buku, pensil warna,


pensil

“anak mampu membuat gambar


atau mencoret-coret gambar”

7. Melanjutkan sebagian Anak mampu melanjutkan cerita


cerita / dongeng yang yang diceritakan ibunya
diperdengarkan
“ kirakira apa yang dilakukan si
beruang “

.. si beruang menanam wortel

Universitas Respati Yogyakarta


77

dikebun...”

8. Memiliki lebih banyak Anak mampu mengekspresikan


katakata untuk ide
mengekspresikan ide
kepada orang lain “ bunga ini warna merah, bajunya
warna biru “

9. Menyusun kalimat Anak mampu menyusun kalimat


sederhana dalam sederhana
struktur lengkap
(pokok kalimat - “ ayah membaca koran di
predikat - keterangan) halaman”

“ ibu sedang memasak di dapur

Universitas Respati Yogyakarta


78

LEMBAR OBSERVASIONAL PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL

HUBUNGAN KEJADIAN STUNTING DENGAN PERKEMBANGAN


PERSONAL SOSIAL PADA ANAK USIA 12-59 bulan

Petunjuk pengisian :

Beri tanda (√) pada kolom yang tersedia :

Tingkat pencapaian perkembangan anak usia 12-24 bulan

No. Pencapaian Aspek perkembangan BB BM( BSH BSB(


perkembangan (1) 2) (3) 4)

1. Menunjukkan reaksi Anak menunjukkan reaksi marah


marah apabila merasa apabila terganggu
terganggu
“mainanya diambil”
2. Menunjukkan reaksi Anak menunjukkan reaksi yang
yang berbeda terhadap berbeda terhadap orang yang baru
orang yag baru dikenal dikenal

“ suka takut kalau ada orang


baru”

3. Bermain bersama Anak menunjukkan sikap


teman tetapi sibuk menyendiri ketika bermain
dengan mainan nya dengan teman teman nya
sendiri
“ teman-teman sibuk main puzlle,
anak lebih suka mainan kertas”
4. Memperhatikan / Anak mmemperhatikan teman
mengamati teman- teman nya beraktivitas
temannya beraktivitas
“ melihat teman nya main pasir
atau main dokter-dokteran”

5. Mengekspresikan Anak mengekspresikan reaksi


berbagai reaksi emosi emosi
(senang, sedih, nangis,
marah, takut, kecewa) “ senang ketika mendapat mainan
baru”

No. Pencapaian Aspek perkembangan BB BM BSH BSB

Universitas Respati Yogyakarta


79

perkembangan (1) (2) (3) (4)

6. Menunjukkan reaksi Anak menunjukkan reaksi


menerima atau menerima atau menolak
menolak kehadiran kehadiran oranglain
orang lain
“ kakaknya datang membawa
mainan, sang anak lalu mau
diajak bermain”
7. Makan dan minum Anak mulai mandiri
sendiri
“anak makan sendiri”

“minum menggunakan gelas


sendiri”

8. Meniru perilaku orang Anak meniru perilakuorang


dewasa dewasa

“ kakanya menggambar, adek ikut


ikutan mencoret-coret buku”

9. Beramain bersama Anak mulai bermain dengan


teman teman dengan teman-teman nya dengan mainan
mainan yang sama sam

“ main masak -masakan atau


mobil-mobilan

Universitas Respati Yogyakarta


80

Tingkat pencapaian perkembangan anak usia 24-36bulan

No. Pencapaian Aspek perkembangan BB BM( BSH BSB


perkembangan (1) 2) (3) (4)

1. Mulai bisa Anak mampu mengungkapkan


mengungkapkan keinginan nya
keinginan nya
“ ketika anak ingin buang air
kecil, buang air besar”

2. Mulai memahami hak Anak mampu memahami hak


orang lain (harus antri, orang lain
menunggu giliran)
“ ketika berbelanja atau membeli
jajanan ketika membayar harus
antri dulu”

3. Mulai menunjukkan Anak mampu menunjukkan sikap


sikap berbagi, berbagi dan bekerja sama
membantu dan bekerja
sama “ketika adek mempunyai 2
permen dibagi satu dengan
kakak”

4. Bermain secara Anak mampu bermain secara


kooperatif dalam kooperatif dalam kelompok
kelompok
“ anak bekerja sama membuat
istana pasir bersamasama dengan
teman nya”

5. Peduli terhadap orang Anak menunjukkan sikap


lain kepedulianya

“ tersenyum ketika diajak


senyum”

“menanggapi ketika diajak


berbicara”

6. Mengucapkan salam Anak mampu mengucapkan


setiap mau pergi salam ketika mau pergi

“ assalamualaikum ayah”

“ selamat siang nenek”

Anak menunjukkan reaksi


terhadap hal-hal yang tidak benar

“ adek marah bila ada yang

Universitas Respati Yogyakarta


81

mengganggunya”
7. Bereaksi terhadap hal-
hal yang tidak benar

8. Membagi pengalaman Anak mulai berbagi pengalaman


yang benar dan salah yang benar dan salah pada orang
pada orang lain lain

“ anak bercerita belajar


menggambar ditembok, lalu ibu
memberi pengertian tidak boleh
lagi menggambar ditembok nanti
kotor “

9. Bermain bermain peran Anak mampu bermain peran


dalam suatu permainan dalam permainan

“ kakak jadi dokter”, adek jadi


pasien nya”

Universitas Respati Yogyakarta


82

Tingkat pencapaian perkembangan anak usia 36-48 bulan

No. Pencapaian Aspek perkembangan BB BM( BSH BSB


perkembangan (1) 2) (3) (4)

1. Meminjam dan Anak mampu meminjamkan


meminjamkanya barang miliknya dengan teman
barang nya

“ adek memiliki 2 bola, bola yang


satu dipinjamkan dito”
2. Mulai bisa buang air Anak mampu buang air kencil
kecil tanpa bantuan sendiri tanpa ditemani

3. Mulai menunjukkan Anak menunjukkan reaksi


reaksi menyesal ketika menyesal ketika melakukan
melakukan kesalahan kesalahan

“ketika ibu memberikan


pengertian kepada adek tidak
boleh menggambar ditembok
lagi, adek menunjukkan ekspresi
menunduk dan mengatakan tidak
akan mengulangi lagi”

4. Bersabar menunggu Anak menunjukkan sikap sabar


giliran bila menunngu giliran

“ ketika jajan diwarung, adek


antri dan sabar menunggu teman
didepanya yang sedang
membayar”
5. Memahami adanya Anak mampu memahami
perbedaan perbedaan peraaan teman nya
perasaan(teman takut,
saya tidak) “ ketika bermain ayunan, teman
menangis dan harus ditunggu
ibunya karena takut, adek tidak
takut bermain sendiri”

6. Mengikuti aktivitas Anak mampu mengikuti aktivitas


dalam suatu kegiatan suatu kegiatan

“ ikut posyandu, piknik,


pengajian …)

7. Mulai menunjukkan Anak mampu menunjukkan sikap


sikap toleran sehingga toleransi
dapat bekerja dalam

Universitas Respati Yogyakarta


83

berkelompok
“ anak mau bergantian memakai
mainan dengan teman nya”

8. Meniru apa yang Anak mulai meniru apa yang


dilakukan orang dilakukan orang dewasa
dewasa
“ ketika ibu memasak, adek
ikutikutan membantu memasak”

“kakak menyapu halaman, adek


ikut-ikutan menyapu”

9. Membangun kerja Anak mampu membangun kerja


sama sama

“ menyusun puzlle bersama


teman “

Universitas Respati Yogyakarta


84

Tingkat pencapaian perkembangan anak usia 48-59bulan

No. Pencapaian Aspek perkembangan BB BM( BSH BSB(


perkembangan (1) 2) (3) 4)

1. Memiliki sikap gigih Anak menunjukkan sikap gigih


tidak menyerah dan tidak menyerah

“ adek bermain mengurutkan


balok dari besar ke yang keci
kalau tidak sesuai berusaha
sampai bisa sesuai”

2. Bangga terhadap karya Anak menunjukkan rasa bangga


sendiri atas dirinya sendiri

“ anak bisa menyelesaikan


menyusun puzzle”

3. Menaati peraturan Anak mampu menaati permainan


dalam permaianan
“ main petak umpet, adek yang
jaga teman-teman yang
mengumpet”

4. Menunjukkan sikap Anak mampu menunjukkan sikap


mandiri dalam memilih mandiri
kegiatan
“ ketika posyandu adek berani
ditimbang dan tidak menangis “

5. Bermain dengan teman Anak mampu bermain dengan


sebaya teman sebaya

“ ketika ibu sedang memasak, zizi


bermain dengan aska dan rara”
6. Menghargai Anak mampu menghargai
keunggulan orang lain keunggulan orang lain

“ anang bisa menyusun balok


dengan cepat”

“ kakak pintar mewarnai”

7. Mau berbagi, Anak menunjukkan berbagi dan


menolong dan menolong kepada teman nya
membantu teman
“ ketika bermain bola dwi
terjantuh, lalu dani menolongnya”

8. Menunjukkan rasa Anak menunjukkan rasa empati

Universitas Respati Yogyakarta


85

empati
“ ketika ana menangis di tinggal
ibunya kerja, andi berusaha
menenangkan dengan mengajak
bermain”
9. Menunjukkan Anak mampu menunjukkan
antusiasme dalam antusiasme dalam melakukan
melakukan permainan permainan
kompetitif secara
positif “ mengikuti lomba permainan”

Universitas Respati Yogyakarta


86

LEMBAR OBSERVASIONAL PERKEMBANGAN KOGNITIF

HUBUNGAN KEJADIAN STUNTING DENGAN PERKEMBANGAN KOGNITIF


PADA ANAK USIA 12-59 bulan

Petunjuk pengisian :

Beri tanda (√) pada kolom yang tersedia :

Tingkat pencapaian perkembangan anak usia 12-24 bulan


No. Pencapaian Aspek perkembangan BB BM( BSH BSB
perkembangan (1) 2) (3) (4)

1. Menyebutkan beberapa Anak mampu meyebutkan


nama benda, jenis beberapa benda dan makanan
makanan
“ ini topi”

“ ini botol susu”

“ini roti”
2. Menanyakan nama Anak mampu menanyakan benda
benda yang belum yang belum dikanal
dikenal
“ mama ini apa”

“itu sapu lidi adek, untuk


menyapu halaman rumah”

3. Mengenal beberapa Anak mampu menyebutkan


warna dasar (merah, beberapa warna dasar
kuning, hijau, biru)
“ baju adek warna biru”

“ baju mama warna merah”

4. Menyebutkan nama Anak mampu menyebutkan nama


sendiri dan orang orang nya sendiri dan nama teman nya
yang dikenal
“ nama adek dina”

“ teman adek namanya fatma”

5. Membedakan ukuran Anak mampu membedakan


benda (besar dan kecil ukuran

6. Mempergunakan alat Anak mampu memainkan alat


permainan dengan cara permaian seperti
memainkannya tidak
beraturan Balok dipukul pukul

Universitas Respati Yogyakarta


87

7. Merangkai puzzle Anak mampu merangkai puzzle


secara sederhan

8. Menyusun balok dari Anak mampu menyusun balok


besar ke kecil
Balok besar ke kecil

9. Memahami gambar Anak mampu menyebutkan siapa


wajah orang anggota keluarganya

“ini ibu”, “ini ayah”, ini simbah


uti”, ini kakak”

Universitas Respati Yogyakarta


88

Tingkat pencapaian perkembangan anak usia 24-36bulan

No. Pencapaian Aspek perkembangan BB BM( BSH BSB(


perkembangan (1) 2) (3) 4)

1. Menyebut bagian- Anak mampu meyebutkan


bagian suatu gambar gambar bagian tumbuhnya atau
gambar gambar bintang disekitar
rumah

“ini mata, ini kaki, ini tangan”

“ ini gambar ayam, ini gambar


kucing, gambar burung”

2. Mengenal bagian- Anak menunjuk bagian bagian


bagian tubuh (lima tubuh
bagian)
“ Dua mata saya, hidung saya
satu, dua kaki saya pakai sepatu
baru, dua teling saya yang kiri
dan kanan, satu mulut saya tidak
berhenti makan”

3. Memahami konsep Anak mampu menyebutkan


ukuran (besar, kecil, konsep ukuran
panjang-pendek)
“ baju adek pendek”

“ biskuit adek kecil-kecil”

4. Mengenal tiga macam Anak mampu menyebutkan


bentuk macam bentuk

, , “ bola berbentuk bulat”

Buku berbentuk kotak

5. Mulai mengenal pola Anak mampu mengenal pola


dengan cara

“ menebalkan gambar”

6. Memahami simbol Anak mampu menyebutkan angka


angka dan maknanya
“ angka 1,2,3,4,5,6”

No. Pencapaian Aspek perkembangan BB BM BSH BSB

perkembangan (1) (2) (3) (4)

Universitas Respati Yogyakarta


89

7. Melihat dan menyentuh Anak mampu menyentuh benda


benda yang yang ditunjukkan orang lain
ditunjukkan oleh orang
lain
8. Konsentrasi dalam Anak mampu berkonsentrasi
mengerjakan sesuatu dalam mengerjakan sesuatu tanpa
tanpa bantuan orangtua bantuan orangtua

“ anak belajar menyusun puzzle)

9. Mengikuti kebiasaan Anak mampu mengikuti


sehari-hari kebiasaan sehari-hari
(mandi,makan,dl)

Universitas Respati Yogyakarta


90

Tingkat pencapaian perkembangan anak usia 36-48 bulan

No. Pencapaian Aspek perkembangan BB BM( BSH BSB(


perkembangan (1) 2) (3) 4)

1. Paham bila ada bagian Anak mampu menunjuk bagian


yang hilang dari suatu gambar yang hilang
pola gambar
“ gambar wajah orang ini
matanya tidak ada satu”

“ gambar mobil ini ban nya


copot”

2. Menyebutkan berbagai Anak mampu menjyebutkan


nama masakan dan nama masakan dan rasanya
rasanya (asin,manis,
pedas) “ ini ayam kecap rasanya manis”

3. Menyebutkan berbagai Anak mampu menyebutkan


macam kegunaan dari berbagai macam benda
benda
“ ini botol minum adek untuk
minum susu”

“ ini piring adek untuk makan”

4. Memahami persamaan Anak mampu memahami


antara dua benda persamaan dua benda

“ botol minum dan gelas


samasam untuk minum”

5. Memahami perbedaan Anak mampu memahami


antar dua hal dari jenis perbedaan antar dua hal jenis
yang sama yang sama

“membedakan buah rambutan dan


pisang”

“membedakan ayam dan kucing”

6. Berekspresimen Anak mampu bereksperimen


dengan bahan denngan cara baru
menggunakan cara baru
“ membuat permainan bentuk
menggunakan plastisin”

No. Pencapaian Aspek perkembangan BB BM BSH BSB

Universitas Respati Yogyakarta


91

perkembangan (1) (2) (3) (4)

7. Mengerjakan tugas Anak mampu mengerjakan tugas


sampai selesai sampai selesai

“ anak membereskan maianan


setelah selesai bermain”

8. Menyebutkan peran Anak mampu menyebutkan peran


dan tugasnya dan tugasnya

“ koki tugasnya memasak”

“ dokter tugasnya bekerja


dirumah sakit”

9. Melakukan aktivitas Anak mampu melakukan aktivitas


bersama teman- bersama temanteman nya
temannya dengan
terencana “ bermain dokter dokteran”

“ bermain masak-masaka/ mobil-


mobilan)

Universitas Respati Yogyakarta


92

Tingkat pencapaian perkembangan anak usia 48-59bulan

No. Pencapaian Aspek perkembangan BB BM( BSH BSB(


perkembangan (1) 2) (3) 4)

1. Mengenal benda Anak mampu menyebutkan benda


berdasarkan fungsinya berdasarkan fungsinya

“ pisau untuk memotong”

“pensil untuk menulis”

2. Menggunakan benda- Anak mampu menggunakan


benda sebagai benda disekitarnya untuk
permaianan simbolik permainan

“kursi sebagai mobil”

3. Mengenal pola Anak mampu mengenal pola


huruf

“ AB, AB”

“ABC, ABC”

4. Mengenal konsep Anak mampu mengenal konsep


sederhana dalam sederhana kehidupan sehari-hari
kehidupan sehari-
harigerimis, hujan, “ langit gelap tandanya hujan”
gelap, terang)

5. Mengenal pola Anak mampu menyadari


kegiatan dan menyadari pentingnya waktu
pentingnya waktu
“ sudah malam waktunya tidur
jangan bermain lagi”
6. Menunjukkan aktivitas Anak mampu menunjukkan
yang bersifat aktivitas yang bersifat eksploratif
eksploratif
“ apa yang terjadi ketika air
ditumpahkan”

7. Mengenal perbedaan Anak mampu mengenal


berdasarkan ukuran perbedaan ukuran
“lebih dari”, “kurang
dari”, dan paling/ter” “ biskuit dita lebih banyak dari
novi”

“ jeruk lili paling banyak dari


sita”

Universitas Respati Yogyakarta


93

8. Mengenal sebab-akibat Anak mampu mengenal sebab-


tentang lingkungannya akibat tentang keadaan sekitar

“air bertiup menyebabkan daun


bergerak “

“air dapat menyebabkan sesuatu


yang basah”
9. Mengklasifikasikan Anak mampu mengklasifikasikan
benda disekitarnya
benda berdasarkan
warna, bentu, dan “ ini bola warnya merah bentuk
ukuran (3 variasi nya bulat ukuranya kecil”

Universitas Respati Yogyakarta


94

Lampiran 3

RENCANA ANGGARAN BIAYA

No. Kegiatan Bahan dan Alat Biaya (Rp)


1. Penyusunan proposal Kertas, tinta 50.000
2. Seminar Pengetikan , jilid, 200.000

3. Perbaikan proposal Pengetikan , 100.000


penggandaan

4. Perizinan proposal Penggandan, perizinan 100.000


penjilidan
5. Persiapan penelitian Kuesioner (kertas, 200.000

6. Pelaksanaan penelitian Transport , akomodasi 200.00


tinta)
7. Pengolahan data Data entri, 200.000

8. Laporan skripsi Pengetikan , penjilidan 100.000


pembersihan data
9. Sidang Pengetikan, jilid, 200.000

10. Perbaikan laporan Pengetikan, penjilidan 100.000


penggandaan
11. Reward Tempat Makan dan 700.000

Botol Minum
12. Biaya tak terduga Lain – lain 200.000
Jumlah 2.260.000

Universitas Respati Yogyakarta


95

Lampiran 4

No Kegiatan Sep 2019 Okt 2019 Nov 2019 Des 2019 Jan 2020 Feb 2020 Mar 2020 Apr 2020 Mei 2020 Jun 2020 Jul 2020

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengumpulan
judul/tema
2 Pengumuman
seleksi judul
dan
pembimbing
3 Penyusunan
proposal
Pengumpulan
persyaratan
seminar
proposal
5 Seminar
proposal
6 Revisi Proposal
7 Pengumpulan
proposal
8 Pengambilan
Data
9 Penyusunan
Skripsi
RENCANA JADWAL KEGIATAN PENELITI

95 Universitas Respati Yogyakarta


96

96 Universitas Respati Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai