Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GIZI KLINIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET DI

RSUD
Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Studi Kasus Penatalaksanaan Gizi Pada Pasien Post Laparatomy Appendicitis


Perforasi Di Ruang Flamboyan 9 Rsud Dr. Moewardi Surakarta

Program Studi Ilmu Gizi Minat Clinical Nutrition

Oleh :
Enik Guntiyastutik (S531808016)
Husnul Khatimah (S531808020)

PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019

BAB I
PENDAHULUAN

1
A. Latar Belakang
Apendiks vermiformis atau disebut juga dengan usus buntu merupakan bagian
kecil seperti kantong yang menggantung pada bagian depan usus besar yang langsung
berhubungan dengan usus kecil. Organ ini berfungsi sebagai imunologik dan secara aktif
berperan dalam sekresi immunoglobulin yang berisi kelenjar limfoid . Apendiks dapat
mengalami pembengkakan atau peradangan. Timbulnya peradangan pada umumnya
diawali oleh adanya sumbatan. Sumbatan tersebut dapat berupa benda asing dalam
lumen atau patologi di sekitar apendiks yang menekan dan menyebabkan sumbatan pada
saluran. Benda asing tersebut dapat berupa feses yang mengeras, tumor dan lain-lain.
Meskipun persentase kejadian peradangan apendiks akibat benda asing tidak terlalu
tinggi yaitu 4%, tetapi hal tersebut dapat memicu terjadinya peradangan pada apendiks
(Atikasari dkk, 2015). Jika apendiks tersumbat, maka dapat menyebabkan bakteri tumbuh
dalam usus buntu tersebut (American College of Surgeons, 2014). Selain itu, peradangan
pada apendiks juga dapat dipengaruhi oleh kebiasaan makan. Menurut Atikasari dkk
(2015), seseorang yang memiliki kebiasaan makan tidak teratur, konsumsi sayur dan
buah kurang dengan frekuensi konsumsi fast food dan mie instan tinggi lebih berisiko
untuk mengalami peradangan pada apendiks.
Peradangan akut pada apendiks vermiformis disebut dengan apendisitis akut.
Apendisitis akut merupakan kasus bedah emergensi yang paling sering ditemukan pada
anak-anak dan remaja. Menurut WHO (World Health Organization), kejadian apendisitis
akut di Asia adalah 4,8% penduduk dari total populasi.
Penangaanan pada pasien dengan apendisitis akut adalah dapat dilakukan
dengan apendektomi, yaitu proses pembedahan untuk menghilangkan usus buntu yang
mengalami peradangan tersebut (American College of Surgeons, 2014). Laparotomi
eksplorasi yaitu pembedahan insisi dinding perut untuk memperoleh informasi yang tidak
tersedia melalui diagnosis klinis. Laparotomi eksplorasi perlu dilakukan apabila sudah
terjadi peritonitis umum dan penyebabnya masih meragukan. Selain itu juga untuk
memastikan atau memperkuat diagnosis medis yang sudah ditegakkan. Biasanya
pembedahan ini dilakukan pada pasien dengan nyeri akut abdomen, trauma abdomen
dan kegawatan (Kate, 2013).
Pengobatan dari segi gizi untuk pascabedah sangat penting dalam membantu
proses penyembuhan pasien. Luka operasi dan stress metabolik karena pasca operasi
memerlukan energi dan protein untuk sintesis protein dalam proses penyembuhan luka.
Pasien dengan kondisi pascabedah sangat rentan mengalami malnutrisi karena
peningkatan kebutuhan energi dan protein untuk proses penyembuhan luka pascabedah.
Jika tidak diberi diet yang sesuai dengan keadaan pasien maka sangat berpengaruh pada
proses pemulihan kesehatan pasien (Kusumayanti, 2014).

2
B. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil rumusan masalah, yaitu bagaimana
merencanakan dan melakukan manajemen asuhan gizi klinik pada pasien Post
Laparatomy APP perforasi.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pada akhir pelaksanaan studi kasus, mahasiswa memiliki pengetahuan, sikap,
dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan manajemen penatalaksanaan
terapi diet pada pasien Post laparatomy App perforasi

2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengidentifikasi masalah gizi dan menganalisis tingkat risiko gizi.
b. Mampu melakukan Assesment Gizi.
c. Mampu melakukan diagnosa gizi pada pasien
d. Mampu menyusun preskripsi diet
e. Mampu menyusun rencana intervensi
f. Mampu melakukan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi pasien.

3
BAB II
GAMBARAN UMUM PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 30 September 2007 ( 12 tahun 1 bulan)
No. Registrasi : RM. 191102-0015
Tanggal MRS : 2 Nop 2019
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar SMP
Alamat : Kudur,Kuto Kerjo Karang anyar
Diagnosa Medis : Post Laparatomy APP perforasi
Skrening Gizi : Risiko tinggi malnutrisi

Skrining Gizi Anak ( STRONG kids )

1. Apakah pasien tampak kurus ?


a. Tidak (0) V
b. Ya (1)
2. Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang mengakibatkan pasien beresiko mengalami
malnutrisi ?
a. Tidak (0)
b. Ya (1) V
3. Apakah terdapat salah satu dari kondisi berikut?
 Diare ≥ 5 kali/hari dan atau muntah > 3 kali/hari dalam seminggu terakhir
a. Tidak (0)
b. Ya (1) V
 Asupan makanan berkurang selama 1 mingg terakhir sebelum masuk rumah
sakit (tidak termasuk melakukan puasa untuk tindakan bedah)
a. Tidak (0)
b. Ya (1) V
4. Apakah terdapat penurunan BB selama satu bulan terakhir? ( berdasarkan penilaian
obyektif data BB bila ada /penilaian subyektif dari orang tua pasien ATAU bayi< 1 tahun
BB tidak naik selama 3 bulan terakhir)
a. Tidak (0)
b. Ya (1)V
Resiko Malnutrisi : Rendah (total skor 0) Sedang ( total score 1-3) Tinggi total score 4-5)

Pasien beresiko tinggi malnutrisi dirujuk ke Ahli Gizi Tidak ( total skor 0)
Ya ( total skor≥ 4)

4
B. DATA ANTROPOMETRI

Data Indeks Kategori


BB : 39 kg BB/U : p 25-50 Normal (CDC,2000)
TB : 150 cm TB/U : p50 Normal (CDC,2000)
LLA : 19,7 cm LLA/U : 90,5 % Normal (percentil )
BBI : 41 kg % BBI : 92,8 % Gizi Baik (Nutrition
(cdc,2000) Growth –
Development, 2006)
IMT : 17,3 Normal ( WHO 2005)
Z Score IMT/U = Nilai Individu Subyek –Nilai Median BakuRujukan (-2 SD s/d 1 SD )
Nilai Simpang Baku Rujukan

Z Score IMT/U = 17,3 – 17,6


15,9 - 17,6
= 0,2

KESIMPULAN : Status Gizi Baik

5
6
C. DATA LABORATORIUM BIOKIMIA

Data Nilai Hasil


Normal Tgl Ket Tgl Ket Tgl Ket Tgl ket
1/11 2/11 3/11 4/11
Hematologi
: 14-17,5 9,9 ↓ 10,6 ↓ 10,9 ↓ 11,3 ↓
Hemoglobin 33 – 45 28,5 ↓ 32 ↓ 36 N 36 N
Hematokrit 4,5 –14,5 7,13 N 6,9 N 6,5 N 5,4 N
Leukosit 150-450 292 N 247 N 257 N 285 N
Trombosit 3,80-5,8 3.55 N 3,95 N 4,33 N 4,52 N
Eritrosit

Hitung Jns:
Neutrofil 50-70 82,1 ↑ 75,5 ↑
Limfosit 25-40 9,3 ↓ 12,8 ↓
Monosit 3-9 7,3 ↑ 11 ↑
Eosinofil 0,5-5 1,1 N 0,5 N
Basofil 0-1 0,2 N 0,2 N
RDW 11-16 13,1 N
Indeks Erit:
MCV 82-92 80,1 ↓ 81,8 ↓
MCH 28-33 27,7 ↓ 26,9 ↓
MCHC 32-37 34,6 N 32,9 N
Kimia
GDS 70-150 114 N
Kreatinin 0,5-1 0,6 N
Ureum <48 40 N
Hemostasis
PT 10-15 12,5 N
APTT 20-40 28,9 N
INR - 0,95 N
Elektrolit
Na darah 132- 145 133 N
K darah 3,1-5,1 3,6 N
Cl darah 98-106 98 N
HbsAg Non Non N
reaktif Reakt
if
Gol.darah A

Kesimpulan :
Anemia hipokrom Mikrociter (Hb: ↓ Riwayat pemeriksaan indeks eritrosit : MCV ↓:,
MCH : ↓ ).Riwayat infeksi ( neutrofil,monosit meningkat) dan penurunan sistem imun
(limfosit menurun).

7
D. PEMERIKSAAN FISIK/KLINIS

Data Tgl: 2/11 Tgl: 3/11 Tgl: 4/11 Tgl:5/11


Keadaan Umum sedang sedang sedang sedang
Kesadaran Cm (456) Cm (456) Cm (456) Cm(456)
Suhu 37 36 36,5 36
Tekanan darah 100/70 108/70 103/74 130/85
Nadi 89 66 88 70
Respiratory Rate 22 20 20 20
Terpasang NGT + + - -
Mual + + + +
Muntah + + + -
Nafsu makan menurun menurun menurun menurun
Susah menelan - - - -
Sulit Mengunyah - - - -
Bising Usus - + + +
Flatus - + + +
BAB lembek lembek - lembek
BAK normal normal normal normal
Pusing - + - -
Nyeri luka operasi - + + +

Kesimpulan :
Pasien masih merasakan nyeri pada daerah luka operasi( hilang,timbul) mual dan
nafsu makan menurun.

8
E. RIWAYAT GIZI DAHULU

Semi Food Frequency Questionnaire Pasien


Bahan Makanan Harian Mingguan Bulanan Jumlah
Makanan Pokok
Nasi 1-3 kali 2 centong kecil ( 100 gr)
Roti 2 kali 2 iris (80 gram)
Mie 2 kali 1 bungkus ( 65 gr)
Lauk Hewani
Daging 1-2 kali 1 potong ( 30 gr)
Ayam 1-2 kali 1 potong ( 75 gr)
Telur 2-3kali 1 butir (60 gr)
Ikan 1-2 kali 1 ekor (75 gr)
Lauk Nabati
Tahu 1-2kali 1 potong (50 gr)
Tempe 1-2kali 2 potong(25 gr)
Sayur dan Buah
Bayam 2-3 kali ½ mangkok (50 gr)
Kangkung 2-3 kali 3 sendok (50 gr)
Kacang Panjang 2-3 kali ½ mangkok (50 gr)
Nangka muda 2-3 kali ½ mangkok (50 gr)
Pisang 1 -2kali 1 buah (75 gr)
Pepaya 1 -2kali 1iris besar (150 gr)
Semangka 1 -2kali 1 iris sedang (150 gr)
Lain-lain
Tea juice 1-2 kali 1 gelas (200 cc)
Snack pedas + ciki 1-2 kali 1 bungkus (50 gr)
Cilok + saos merah 1-2 kali ½ plastik kecil (50 gr)

Data Riwayat Gizi Terdahulu:


 Tidak ada alergi makanan
 Tidak ada suplemen makanan, vitamin yang dikonsumsi rutin oleh pasien
 Frekuensi makan 1-3 kali sehari
 Makanan pokok dikonsumsi dengan frekuensi sering. Jenis yang sering
dikonsumsi adalah nasi, roti, mie denga perkiraan porsi @ 100 gr

9
 Lauk hewani dikonsumsi dengan frekuensi sering, jenis yang sering
dikonsumsi ayam ,telur, ikan dengan perkiraan porsi @ 75 gr
 Lauk Nabati dikonsumsi dengan fekuensi sering ,jenis yang sering dikonsumsi
tahu, tempe dengan perkiraan porsi @ 50 gr
 Sayuran dikonsumsi dengan frekuensi jarang , jenis sayuran yang sering
dikonsumsi adalah bayam ,wortel dan kacang panjang dengan perkiraan porsi
50 gr.
 Buah dikonsumsi dengan frekuensi jarang ,jenis buah yang sering dikonsumsi
adalah semangka,pepaya,pisang dengan perkiraan porsi @ 75-100 gr
 Konsumsi tea juice (minuman kemasan) 1-2 kali /sehari @ 1 gelas
 Konsumsi snack pedas bungkusan dan ciki-ciki di sekolah 1 -3 kali/ sehari @
1 bungkus, cilok 2 kali/ hari @ ½ plastik kecil
 Pasien suka makan makanan pedas
Kesimpulan:
Pasien tidak punya riwayat alergi makanan, tidak mengkonsumsi
suplemen,pola makan pasien tidak seimbang, pasien tidak suka
mengkonsumsi sayur dan buah ( asupan serat 5,8 gr ( 20 % ), lebih memilih
makanan yang pedas dan pemilihan snack yang tidak sehat (penggunan food
aditive seperti pewarna,perasa dan pemanis buatan).Perkiraan asupan energi,
protein,lemak dan karbohidrat harian cukup ( >80 % ) , dengan rata rata
asupan energi 1904 kalori, 59,9 gr protein, 62,4 gr lemak dan 272 gr
karbohidrat ) .

F. RIWAYAT GIZI SEKARANG


Setelah menjalani Laparatomy APP perforasi pasien mendapat diet makanan cair 5 x 200
ml
Tanggal 2 Nopember 2019 : Puasa ( Operasi )
Tanggal 3 Nopember 2019 : Diet Cair ( HCU Melati )
Tanggal 4 Nopember 2019 : Diet cair ( HCU Melati )
Tanggal 5 Nopember 2019 : Diet Cair ( Flamboyan 905 A)
Pasien sudah mendapat edukasi tentang diet makanan cair

10
Hasil Recaal 24 jam ( tanggal 4 Nopember 2019):
Energi Protein Lemak KH Cairan Serat Vit C Fe Na
Enteral 534 19,4 17,1 76,4 1000 - 33,3 7,2 288,3
Parenteral - - - - 1440 - - - 143
(NaCl
0,9% 15
tpm)
Total 534 19,4 17,1 76,4 2440 - 33,3 7,2 431,3
Kebutuhan 1855 69 61,8 255 1880 30 50 13 1500
Capaian 29 % 28% 28% 30 % 130% 0% 67% 55% 29%

Kesimpulan : Asupan makanan enteral ( zat gizi makro dan mikro ) pasien masih rendah
( > 80 %), Asupan serat sangat kurang, Asupan cairan cukup.

G. RIWAYAT PERSONAL

Riwayat Penyakit 4 hari sebelum masuk Rs pasien mengaku nyeri perut.Nyeri


Sekarang dirasakan tiba tiba dan terus menerus.Awalnya nyeri dirasakan
bagian ulu hati lalu berpindah ke kanan bawah. Pasien merasa
pusing,mual dan muntah.BAK normal.BAB cair. Oleh keluarga
pasien dibawa ke PKM dan dirawat selama 3 hari. Karena tidak
ada perbaikan pasien dibawa ke RSUD Karanganyar.Adanya
keterbatasan sarana pasien di rujuk ke RSDM pada tanggal 2
Nop 2019 dan pada hari itu juga dilakukan tindakan operasi
Laparatomy APP perforasi
Riwayat penyakit Pasien sering menderita sakit ringan batuk pilek sejak
Dahulu kecil.Semenjak pasien suka mengkonsumsi makanan yang
pedas, pasien sering mengeluh nyeri perut.
Riwayat Sosial Pasien adalah anak pertama dari 2 bersaudara ,adik pasien
Ekonomi berusia 5 tahun ,tinggal bersama neneknya dirumah dan ibu
bekerja di luar kota.
Terapi Medis yang Tgl 2 Nop 2019 Operasi laparatomy
Tgl 3 Nop 2019 Transfusi PRC 1 labu
di berikan
Obat obatan Ampicilin : antibiotik yang digunakan untuk
(post Op) mengobati penyakit yang disebabkan oleh
bakteri,ampisilin secara signifikan
menurunkan jumlah vitamin C dalam darah.
Metronidazol : antibiotik yang digunakan
untuk mengobati berbagai infeksi bakteri
dan parasit, seperti

11
amebiasis,trikomoniasis, dan
giardiasis.Metronidazol harus dikomsumsi
bersama makanan untuk menghindari nyeri
perut.
Omeprazol : anggota inhibitor pompa
proton yang menghambat produksi asam
lambung. Omeprazol, menghambat
penyerapan asam folat dan B12 dari
makanan.

12
H. DIAGNOSIS GIZI
1. Analisis Masalah

Peradangan pada
apendiks vermiformis

Neutrofil Komplikasi : Peritonitis


Limfosit Apendisitis Generalisata

Nyeri perut akut

Laparotomi Eksplorasi Apendiktomi

Hb Rendah Pascaoperasi Nyeri luka post


operasi,mual

Asupan Makan
Pemberian Diet Pemulihan Kondisi Pasien Berkurang
bertahap

Makanan Cair
Penyembuhan luka
pascaoperasi
Makanan saring

Kebutuhan Energi dan


Protein meningkat

Diet TKTP

1) Pola maka Pola makan tidak


seimbang Edukasi Diet
2) Pemilihan jenis makanan selingan
tidak tepat

13
2. Daftar Masalah
Intake 1) Pasien mengalami penurunan asupan dan nafsu makan,
karena pasien mengeluh nyeripada luka post operasi dan
mual.
2) Hasil recall 1x24 jam menunjukkan bahwa asupan energi,
protein, lemak, karbohidrat,dan zat gizi mikro tidak
mencukupi kebutuhan
Clinic Nilai laboratorium kadar Hemoglobin rendah
Behavioral 1) Pola makan tidak seimbang
2) Pemilihan jenis snack tidak tepat

3. Diagnosis Gizi

Kekurangan intake nutrisi enteral berkaitan dengan kondisi fisiologis


pasien masuk dalam fase pemulihan post Op laparatomy, yang
NI – 2. 3 disertai dengan nafsu makan menurun,mual dan nyeri perut ditandai
dengan hasil recall energy 533 kkal ( 29%), 19,4 gram protein ( 28
%), lemak 17,1 gram ( 28%), karbohidrat 76,4 gram (30 %).
Peningkatan kebutuhan protein berkaitan dengan adanya infeksi
dan proses penyembuhan luka post op Laparatomy pasien ditandai
NI – 5.1
dengan nilai hb rendah,lneutrofil dan monosit menigkat serta limfosit
rendah.
Kekurangan intake vitamin C berkaitan dengan asupan makanan
NI – 5.9.1 sumber vitamin C yang kurang ditandai dengan recall vitamin C 33,3
mg (67%)
Kekurangan intake Fe berkaitan dengan asupan makanan sumber
NI – 5.10.1
Fe yang kurang ditandai dengan recall Fe 7,2 mg ( 55 %)
Perubahan Nilai Laboratorium, Hemoglobin berkaitan dengan
NC – 2.2
adanya infeksi,tindakan operasi Laparatomy ditandai Hb 11,3 g/dl
Pengetahuan kurang berkaitan dengan belum pernah mendapatkan
edukasi makanan sehat ditandai dengan riwayat gizi terdahulu yaitu
pola makan pasien tidak seimbang, pasien tidak suka makan sayur
NB – 1.1
dan buah ( asupan serat 5,8 gr ( 20 % ), lebih memilih makanan yang
pedas dan pemilihan snack yang tidak sehat (penggunan food
aditive seperti pewarna,perasa dan pemanis buatan)

14
I. RENCANA INTERVENSI
Diagnosis Gizi Diet Edukasi
NI – 2.3 ND – 1.3 E – 1.4
Kekurangan intake nutrisi Modifikasi jadwal Edukasi Gizi yang
enteral pemberian makanan berkaitan dengan penyakit
C - 2.1
Pemberian Motivasi
NI – 5.1 ND – 1.2 E – 1.4
Peningkatan kebutuhan Modifikasi Jenis Edukasi Gizi yang
protein ,Jumlah makanan berkaitan dengan penyakit
sumber protein
NI – 5.9.1 ND – 1.2 E – 1.4
Kekurangan intake vitamin C Modifikasi bentuk,Jenis Edukasi Gizi yang
,Jumlah makanan berkaitan makanan
sumber vitamin C sumber vitamin C
C – 2.1
Pemberian Motivasi
NI – 5.10.1 ND – 1.2 E – 1.4
Kekurangan intake Fe Modifikasi bentuk,Jenis Edukasi Gizi yang
,Jumlah makanan berkaitan dengan
sumber Fe makanan sumber Fe
C – 2.1
Pemberian Motivasi
NC – 2.2 ND – 1.2 E – 1.4
Perubahan Nilai Modifikasi bentuk,Jenis Edukasi Gizi yang
Laboratorium terkait zat gizi ,Jumlah makanan berkaitan dengan penyakit
sumber protein ,Fe dan
vitamin C
NB – 1.1 E – 1.4
Pengetahuan yang kurang Edukasi Gizi yang
dikaitkan dengan makanan berkaitan dengan
dan zat gizi makanan sehat

1. Intervensi Diet
a. Tujuan :
1) Memberikan asupan yang adekuat untuk pasien setelah menjalani operasi
2) Meningkatkan asupan makanan dan minuman oral pasien (energi, protein,
lemak, karbohidrat , Fe, Vitamin B9 (asam folat), vitamin B12 dan vitamin C
3) Meningkatkan pengetahuan terkait makanan dan zat gizi pasien

b. Syarat Diet :
1) Energi : Energi diberikan BEE x FS, dimana BEE untuk berat badan 39 kg
adalah1325 dengan faktor stress 1,4 ( bedah mayor)( Nutrition Growth-
Development,2006)
2) Protein : Protein diberikan 15% dari total kebutuhan energi. Pemenuhan
kebutuhan protein tinggi ini bertujuan agar protein tidak dipecah sebagai

15
energi ,memperbaiki jaringan yang terluka,dan proses pembentukan
hemoglobin. Bahan makanan sumber protein yang kaya Fe dan arginin
seperti daging merah,ikan,kedele dapat di gunakan sebagai alternatif
variasi sumber protein. Arginin berperan imunonutrisi , karena arginin
merupakan substrat esensial untuk sel imun, khususnya limfosi
yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
3) Lemak : Lemak diberikan 30% dari total kebutuhan energi yang digunakan
sebagai alternatif sumber energi serta dapat mencegah penggunaan protein
untuk sintesis energi. Terutama untuk lemak tak jenuh ganda yang
mengandung asam lemak esensial yang dapat berperan sebagai
antioksidan. Asam lemak Ω-3 memiliki sifat anti-inflamasi penting
dalam menekan respon radang dan imunosupresi Sumber lemak
dapat diperoleh dari minyak nabati, kedelai, ikan salmon, dan lain
sebagainya
4) Karbohidrat : Karbohidrat diberikan 55% yang berasal dari energi total
dikurangi dari protein dan lemak sebagai sumber energi dan menghindari
terjadinya pemecahan protein sebagai energi.
5) Cairan diberikan sesuai kebutuhan pasien sebesar 1880 ml untuk
membantu memenuhi kebutuhan cairan sehari.
6) Vitamin C diberikan 50 mg sesuai dengan kebutuhan menurut AKG untuk
anak laki-laki usia 12 tahun. Vitamin C di gunakan dalam proses
pembentukan Hemoglobin ,dapat memulihkan bekas operasi dengan cepat
dan mencegah infeksi pada bekas operasi. Vitamin C bisa diperoleh dari
pisang,jeruk, jambu, brokoli, pepaya, tomat dan buah lainnya.
7) Fe diberikan 13 mg sesuai dengan kebutuhan menurut AKG untuk
membantu proses pembentukan Hemoglobin.
8) Vitamin B9 diberikan 400 mcg,Vitamin B9 bisa di peroleh dari bayam,
buncis,kacang hijau, brokoli.
9) Vitamin B12 diberikan 1,8 mcg,vitamin b 12 bisa diperoleh dari daging
sapi,susu,ayam,telur.
10) Pemberian makanan dilakukan secara bertahap, dimulai dari 50 % dari
kebutuhan sehari, ditingkatkan menjadi 75 % sampai bisa mencapai 100
% dar kebutuhan.
11) Bentuk makanan bertahap dimulai dari makanan cair, lunak sampai
makanan biasa.

16
c. Perhitungan kebutuhan zat gizi
RDA untuk anak
TEE = BEE x Faktor Stress
TEE = 1325 kkal x 1,4
= 1855 kkal
Protein = (15% x 1855 kkal)/4
= 69 gram
Lemak = (30% x 1855 kkal)/9
= 61,8 gram ( 1,7 gram /kg BBI)
Karbohidrat = (55% x 1855 kkal)/4
= 255 gram
Cairan = 1500 ml + (20 ml x 19kg) ( Holiday- sega)
= 1880 ml

d. Preskripsi Diet
Diet Yang Diberikan dari RS Diet Yang Direncanakan
Makanan Cair Tahap 1 ( 50 % dari Kebutuhan)
Pagi : 200 ml Makanan cair TKTP
Snack : 200 ml Pagi : 200 ml
Siang : 200 ml Snack : 200 ml
Snack : 200 ml Siang : 200 ml
Malam : 200 ml Snack : 200 ml
Nilai Gizi Malam : 200 ml
Energi : 913,4 kalori Snack : 1 sachet ( 200 ml)
Protein : 36 gr Nilai Gizi
Lemak : 42 gr Energi : 927,5 kalori
KH : 109,9 gr Protein : 35 gr
Lemak : 31 gr
KH : 128 gr
Tahap 2 ( 75 % dari Kebutuhan)
Diet TKTP ( bubur)
3 kali makanan utama ,2 kali snack
Nilai Gizi
Energi : 1391 kalori
Protein : 51,75 gr
Lemak : 46,35 gr
KH : 191,25 gr
Tahap 3 ( 100 % dari Kebutuhan)
Diet TKTP ( tim/ nasi)
3 kali makanan utama ,2 kali snack
Nilai Gizi
Energi : 1855 kalori
Protein : 69 gr
Lemak : 61,8 gr
KH : 255 gr

17
e. Rencana Konseling Pasien
Masalah Tujuan Strategi Topik Indikator
Kekurangan intake nutrisi Merubah prilaku berkaitan Edukasi Peranan Makanan Asupan makan > 80 %
enteral dengan motivasi diri untuk Motivasi dalam menunjang
meningkatkan intake kesembuhan pasien
makanan.

Peningkatan kebutuhan Meningkatkan pengetahuan Edukasi Makanan Pasca Pasien dan keluarga
protein tentang kebutuhan zat gizi Bedah paham pengaturan
setelah operasi makanan pasca
operasi
Anemia Meningkatkan pengetahuan edukasi Anemia Pasien dan keluarga
tentang peranan makanan paham makanan yang
dalam memperbaiki anemia dapat memperbaiki
anemia
Asupan Vitamin C rendah Meningkatkan pengetahuan edukasi Makanan Sumber Pasien dan keluarga
tentang makanan sumber Vitamin C paham makanan
Vitamin C sumber vitamin C
Asupan Fe rendah Meningkatkan pengetahuan edukasi Makanan sumber Fe Pasien dan keluarga
tentang makanan sumber paham makanan
Fe sumber vitamin Fe
Pola makan tidak seimbang Merubah prilaku berkaitan Edukasi Isi Piringku Asupan sayur dan
dengan motivasi diri untuk Motivasi buah meningkat
dapat menjalankan hidup Pemilihan makanan
sehat melalui makanan sehat selingan yang sehat
dan aman

18
J. RENCANA MONITORING EVALUASI
Diagnosa Gizi Intervensi Gizi Monitoring dan Evaluasi Target
NI – 2.3 ND – 1.2 FH1.2.2 Asupan energi pasien > 80%
Kekurangan intake nutrisi Modifikasi jadwal,jenis,jumlah Asupan Makanan
Nafsu makan
enteral pemberian makanan PD.1.1
E – 1.4 Sistem Pencernaan Mual
Edukasi Gizi yang berkaitan dengan FH – 4.2
penyakit Kesiapan merubah prilaku
C – 2.1 terkait gizi
Pemberian Motivasi
NI – 5.1 ND – 1.2 FH1.5.2 Asupan protein pasien > 80%
Peningkatan kebutuhan protein Modifikasi Jenis ,Jumlah makanan Asupan Protein
sumber protein
E – 1.4 FH – 4.1
Edukasi Gizi yang berkaitan dengan Pengetahuan dan
penyakit ketrampilan tentang gizi dan
makanan
NI – 5.9.1 ND – 1.2 FH1.6.1 Asupan sayur dan buah
Kekurangan intake vitamin C Modifikasi bentuk,Jenis ,Jumlah Asupan Vitamin C
meningkat > 80%
makanan sumber vitamin C FH – 4.1
E – 1.4 Pengetahuan dan
Edukasi Gizi yang berkaitan ketrampilan tentang gizi dan
makanan sumber vitamin C makanan
C – 2.1
Pemberian Motivasi
NI – 5.10.1 ND – 1.2 FH1.6.2 Asupan makanan sumber Fe
Kekurangan intake Fe Modifikasi bentuk,Jenis ,Jumlah Asupan Fe
meningkat
makanan sumber Fe FH – 4.1
E – 1.4 Pengetahuan dan
Edukasi Gizi yang berkaitan dengan ketrampilan tentang gizi dan
makanan sumber Fe makanan
C – 2.1
Pemberian Motivasi

19
NC – 2.2 ND – 1.2 FH1.2.2 Kadar Hb meningkat ke
Perubahan Nilai Laboratorium Modifikasi bentuk,Jenis ,Jumlah Asupan Makanan
ambang batas normal
terkait zat gizi makanan sumber protein ,Fe dan BD – 1.10
vitamin C Profil anemia
E – 1.4 FH – 4.1
Edukasi Gizi yang berkaitan dengan Pengetahuan dan
penyakit ketrampilan tentang gizi dan
makanan
NB – 1.1 E – 1.4 FH – 4.2 Pemilihan makanan selingan
Pengetahuan yang kurang Edukasi Gizi yang berkaitan dengan Kesiapan merubah prilaku
yang sehat dan aman
dikaitkan dengan makanan makanan sehat terkait gizi
dan zat gizi

20
K. MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan Evaluasi Target Pengamatan tanggal 6/11/2019 Rencana Tindak Lanjut
FH1.2.2 > 80% Makanan Cair : Lanjut tahap 2,Diet dirubah
Asupan Makanan Energi : 937,8 kalori ( 101 %) menjadi TKTP (bubur)
Protein : 45,2 gr (107 %) Energi : 1391 kalori
Lemak : 33,5 gr (108 %) Protein : 51,75 gr
KH : 114,2 gr (89 %) Lemak : 46,35 gr
KH : 191,25 gr
PD.1.1 Nafsu makan baik Nafsu makan meningkat Motivasi ulang
Sistem Pencernaan

FH1.5.2 > 80% Protein : 45,2 gr (107%) Diet dirubah menjadi TKTP
Asupan Protein (bubur)
protein : 51,75 gr
FH1.6.1 > 80% Vitamin C ; 65,7 (131%) Diet dirubah menjadi TKTP
Asupan Vitamin C (bubur)
Bentuk Makanan Bubur,
vitamin C 50 mg
FH1.6.2 > 80% Fe : 11,5 mg ( 88,5%) Diet dirubah menjadi TKTP
Asupan Fe (bubur)
Bentuk Makanan Bubur, Fe : 13
mg
BD – 1.10 Hb : 14 – 16 g/dl Tidak ada pemeriksaan
Profil anemia

21
Monitoring dan Evaluasi Target Pengamatan tanggal 7/11/2019 Rencana Tindak Lanjut
FH1.2.2 > 80% Bubur : Diet tetap TKTP (bubur)
Asupan Makanan Energi : 988 kalori ( 71 %) , snack diganti susu
Protein : 44,1gr ( 85,2 %) Energi : 1391 kalori
Lemak : 25,1 gr (54,1 %) Protein : 51,75 gr
KH : 146,7 gr ( 76 %) Lemak : 46,4 gr
KH : 232,5 gr
PD.1.1 Nafsu makan baik Nafsu makan meningkat Motivasi ulang
Sistem Pencernaan

FH1.5.2 > 80% Protein : 44,1 gr (69,45%) Diet tetap TKTP (bubur)
Asupan Protein , snack diganti susu
protein : 51,75 gr
FH1.6.1 > 80% Vitamin C ; 67 (134%) Diet tetap TKTP (bubur)
Asupan Vitamin C , snack diganti susu
vitamin C 50 mg
FH1.6.2 > 80% Fe : 11,3 mg ( 86,9%) Diet tetap TKTP (bubur)
Asupan Fe , snack diganti susu
Fe : 13 mg
BD – 1.10 Hb : 14 – 16 g/dl Tidak ada pemeriksaan
Profil anemia

22
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. ASSESMENT GIZI
1. ANTROPOMETRI
Pemeriksaan antropometri yang dilakukan adalah pengukuran LLA.Data TB
dan BB di peroleh dari rekam medik pasien. Pasien tidak dapat dilakukan
pengukuran BB dan TB, karena terbatasnya aktifitas yang dapat dilakukan oleh
pasien, disamping itu pasien masih mengeluh nyeri pada luka bekas operasi dan
pusing.Berdasar indeks BB/U, IMT/U,LLA/U menunjukan status pasien adalah baik.
Indeks TB/U yang mencerminkan gambaran nutrisi masa lalu juga
mengintepretasikan status gizi anak dalam kategori baik.
2. PEMERIKSAAN LABORATORIUM BIOKIMIA
Hasil assesment data pemeriksaan laboratorium, memberikan gambaran
adanya anemia pada pasien. Meskipun dari tren perkembangan Hb yang
menunjukan adanya peningkatan, terlebih setelah pasien mendapat transfusi darah
PRC sebanyak 1 labu. Adanya riwayat MCV dan MCH yang rendah memberikan
gambaran anemia hipokrom mikrositer, yang memungkinkan indikasi adanya
anemia defisiensi zat besi, namun tidak ada pemeriksaan pendukung lain seperti
transferin.Dalam pemeriksaan hitung jenis juga memberi gambara adanya suatu
infeksi, yang ditandai dengan peningkatan neutrofil, meskipun kadar leukosit masih
dalam batas normal. Limfosit yang menurun juga mencirikan kondisi yang biasa
terjadi pada kasus infeksi, yaitu penurunan dalam mekanisme sistem pertahanan
tubuh.
3. PEMERIKSAAN FISIK
Pasien di pindah ke bangsal flamboyan 9, setelah hari ke 3 post operasi
laparatomy, appendictomy. Pasien masih merasakan nyeri yang hilang timbul pada
luka bekas operasi, dan mual. Kondisi ini mempengaruhi nafsu makan pasien.
4. RIWAYAT NUTRISI
Pola makan pasien memberikan gambaran kebiasaan makan pasien yang
mengkonsumsi makanan tidak seimbang dalam kesehariannya. Pasien tidak suka
makan sayur dan buah ( asupan serat 5,8 gr ( 20 % ), lebih memilih makanan yang
pedas dan pemilihan snack yang tidak sehat (penggunan food aditive seperti
pewarna,perasa dan pemanis buatan).Asupan energi, protein,lemak dan karbohidrat
harian cukup ( >80 % ) , dengan rata rata asupan energi 1904 kalori, 59,9 gr protein,
62,4 gr lemak dan 272 gr karbohidrat ) .

23
Pada saat pasien di pindahkan ke bangsal flamboyan, pasien mendapatkan
diet makanan cair. Diet makanan cair ini diberikan setelah pasien menjalani operasi
laparatomy,appendictomy. Asupan makan( zat gizi makro dan mikro ) pasien masih
rendah ( > 80 % ), Asupan serat sangat kurang, Asupan cairan cukup.
5. RIWAYAT PERSONAL PASIEN
Pasien adalah siswa SMP kelas 1 , yag tinggal sehari hari dengan neneknya.
Ibu pasien bekerja di luar kota, dan pulang setiap 2 bulan sekali. Pasien sering
menderita sakit ringan batuk pilek sejak kecil.Semenjak pasien suka mengkonsumsi
makanan yang pedas ,pasien sering mengeluh nyeri perut. 4 hari sebelum masuk Rs
pasien mengaku nyeri perut.Nyeri dirasakan tiba tiba dan terus menerus.Awalnya
nyeri dirasakan bagian ulu hati lalu berpindah ke kanan bawah. Pasien merasa
pusing,mual dan muntah.BAK normal.BAB cair. Oleh keluarga pasien dibawa ke
PKM dan dirawat selama 3 hari. Karena tidak ada perbaikan pasien dibawa ke RSUD
Karanganyar.Adanya keterbatasan sarana pasien di rujuk ke RSDM.

B. DIAGNOSA GIZI
Berdasarkan masalah gizi yang ditemukan , maka diagnosis gizi yang ditetapkan
pada pasien adalah: kekuranganintake nutrisi enteral,Kekurangan asupan vitamin
C,kekurangan asupan Fe, perubahan nilai laboratorium terkait rendahnya kadar Hb serta
pola makan pasien yang tidak seimbang.

C. INTERVENSI GIZI
Mengacu pada diagnosis gizi yang ditegakkan, maka dilakukan pemberian
intervensi dalam bentuk pengaturan diet dan pemberian edukasi. Pengaturan diet
mengacu pada komposisi dan bentuk makanan yang di berikan. Pasien diberikan energi
sesuai dengan usia yaitu 55 kal /Kg BBI, protein diberikan 15 % dari kebutuhan dengan
mengutamakan memilih dari bahan makanan yang juga kaya akan Fe dan arginin seperti
pada daging merah, ikan, ayam, dan kedele. Lemak di berikan 30 % dari kebutuhan, serta
karbohidrat di berikan 55 % dari kebutuhan. Edukasi di berikan dengan tujuan untuk
memberikan informasi dan merubah prilaku yang berkaitan dengan pedoman gizi yang
harus dijalankan. Informasi yang di berikan meliputi diet makanan cair, makanan lunak,
makanan sumber vitamin C, makanan sumber Fe dan pola menu seimbang. Perubahan
prilaku yang diharapkan adalah adanya kesadaran dari pasien untuk meningkatkan
asupan makanan ,karena makanan merupakan salah satu terapi yang mendukung
proses kesembuhannya. Disamping itu diharapkan adanya perubahan prilaku pasien,
setelah pasien menjalani aktifitas sehari hari, dengan mulai meningkatkan konsumsi buah
dan sayur, serta mengurangi makanan yang pedas.

24
D. MONITORING DAN EVALUASI
Pengamatan asuhan gizi yang diberikan kepada pasien dimulai dari hari pertama
assessment tanggal 5 Nopember 2019 dan dilanjutkan dengan monitoring dan evaluasi
selama 2 hari. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan dimulai dari antropometri sampai
dengan asupan makanan pasien.
1. Antropometri
Hari ketiga pengamatan tidak dilakukan pengukuran ulang LLA, hal ini
disebabkan pengukuran LLA yang menggambarkan tumbuh kembang jaringan
lemak di bawah kulit dan otot ,tidak banyak terpengaruh oleh keadaan cairan
tubuh,sehingga dalam waktu 2 hari tidak dapat menggambarkan adanya perubahan
jaringan lemak dibawah kulit. .
2. Pemeriksaan Biokimia
Selama dilakukan assessment dan pengamatan selama 2 hari, masih belum
didapatkan hasil pemeriksaaan laboratorium yang terbaru. Data laboratorium terakhir
adalah data laboratorium saat pengambilan data dasar asuhan gizi, yang masih
menggambarkan adanya penurunan kadar Hb. Berdasar data pemeriksaan indeks
eritrosit sebelumnya didapatkan data MCV dan MCH yang rendah, sehingga anemia
yang terjadi pada pasien tersebut adalah anemia hipokrom mikrositer. Penurunan Hb
ini bisa disebabkan karena infeksi, perdarahan karena tindakan operasi, dan adanya
asupan yang tidak adekuat dari protein, Vitamin C dan zat besi yang merupakan
nutrien yang dibutuhkan dalam pembentukan Hemoglobin.Setelah menjalani operasi
pasien mendapat transfusi PRC 1 labu, dan ini dapat meningkatkan kadar Hb
menjadi 11,3. Data Hitung Jenis tanggal 1 dan 2 menunjukkan terjadi peningkatan
neutrofil yang merupakan indikasi adanya penyakit infeksi, dan penurunan limfosit
yang dapat digunakan sebagai informasi adanya penurunan mekanisme imune
system.
3. Pemeriksaan Fisik/Klinis
Hasil pengamatan dari data pemeriksaan fisik/klinis yang dilakukan sampai
hari kedua intervensi, rata-rata kondisi fisik/klinis normal dan keadaan nyeri perut
sudah menurun pada saat pengamatan hari ke 2. Seiring denga rasa mual yang
mulai menurun , nafsu makan pasien mulai membaik.
4. Asupan Makan
Pengamatan asupan makan pasien dilakukan mulai hari pertama assessment
yaitu menggunakan 24 Hour Recall dan dilanjutkan 2 hari selama intervensi .Asupan
makan yang diamati berasal dari makanan rumah sakit dan luar rumah sakit. Data
asupan makanan ini diperoleh dengan menggali data recall makan pasien 1 x 24 jam

25
selama 2 hari pengamatan kepada pasien dan keluarga pasien. Hari pertama
pengamatan dilakukan pergantian diet menjadi makanan lunak ( bubur) ,dimulai
ketika makan siang. Hari kedua pengamatan pasien meminta agar selingan diantara
waktu makan di ganti dengan susu.
Selama pasien menjalani terapi diet, pasien dan keluarga pasien diberikan
motivasi berupa edukasi setiap hari. Tujuan dari motivasi diet diberikan agar keluarga
pasien mau meningkatkan konsumsi makanan pasien yang disediakan rumah sakit.
Berdasarkan pengamatan tersebut, diperoleh hasil yang kemudian diolah
menggunakan software nutrisurvey. Kemudian dibandingkan dengan kebutuhan
pasien sesuai tahapan untuk mengetahui tingkat asupan makanan pasien.
Berdasarkan perbandingan tersebut hasilnya disajikan dalam bentuk persentase
pemenuhan kebutuhan dan dikategorikan seperti pada tabel berikut :

6 Nopember 2019 7 Nopember 2019


Total Tahap Tahap
% % % %
(100 1 2 Intake Intake
Ttl T.1 Ttl T2
%) ( 50%) (75%)
Energi 1855 927,5 1391 937 50,5 101 988 53 71
(kkal)
Protein 69 35 51,75 45,2 65 107 44,1 63,9 85,2
(gram)
Lemak 61,8 31 46,35 33,5 54,2 108 25,1 40,6 54,1
(gram)
KH 255 128 191,25 114,2 44,8 89 146,7 57,5 76
(gram)
Vitamin 50 50 50 65,7 131 131 67 134 134
C (mg)
Fe (mg) 13 13 13 11,5 88 88 11,3 86,9 86,9

26
a. Asupan Energi
Asupan energi pasien selama 2 hari pengamatan mengalami kenaikan,
meskipun masih belum mencapai target energy yang dibutuhkan. Peningkatan
konsistensi makanan yang mulai di berikan pada pasien di hari ke 2 pengamatan
mendukung pencapaian kebutuhan energi. Hal ini seiring dengan perbaikan
nafsu makan pasien.

1200
988
937
1000

800
Kalori

600 534
Grafik 1 Asupan Energi
400

200

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
hari
Energi

b. Asupan Protein
Asupan protein pasien selama 2 hari pengamatan menunjukkan tren
peningkatan, meskipun masih belum mencapai target yang dibutuhkan. Pada
hari ke 3 pengamatan terjadi penurunan asupan protein dibanding hari ke 2.
Adanya perubahan konsistensi menurunkan asupan makan pasien dari
makanan sumber protein, dimana sumber utama protein pada makanan cair
adalah susu, sedangkan pada makanan lunak (bubur) adalah lauk hewani dan
nabati, dimana pasien masih belum mampu menghabiskannya. Untuk
memperbaiki intake ini, maka selingan diantara waktu makan di ganti dengan
susu.

Protein
60
50 45.2 44.1

40
gram

30
19.4
20
10
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
hari 27
c. Asupan Lemak
Asupan Lemak pasien selama 2 hari pengamatan menunjukkan tren
peningkatan, meskipun masih belum mencapai target yang dibutuhkan. Pada
hari ke 2 pengamatan terjadi peningkatan asupan lemak dibanding hari ke 1 dan
2 . Hal ini di sebabkan terjadinya peningkatan asupan makanan cair , dimana
susu yang merupakan bahan dasar utama mengandung lemak yang tinggi.
Sedangkan di hari ketiga pengamatan diet sudah berubah menjadi makanan
lunak (bubur).

Lemak
40 33.5
35
30 25.1
25
gram

17.1
20
15
10
5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Hari

d. Asupan Karbohidrat
Asupan Karbohidrat pasien selama 2 hari pengamatan menunjukkan tren
peningkatan, meskipun masih belum mencapai target yang dibutuhkan.
Peningkatan asupan karbohidrat ini seiring dengan meningkatnya nafsu makan
pasien dan adanya perubahan konsistensi diet yang di berikan , dari makanan
cair ke makanan lunak (bubur).

Karbohidrat
200
146.7
150 114.2
gram

100 76.4

50

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Hari

28
e. Asupan Vitamin C
Asupan vitamin C pasien mulai hari ke 2 pengamatan sudah memenuhi
dari standar (AKG) yaitu sebesar 50 mg.dengan semakin meningkatnya asupan
makan pasien maka kebutuhan vitamin C akan terpenuhi. Vitamin C mempunyai
sifat yang larut air, sehingga kelebihan vitamin C akan di buang melalui urin.

Vitamin C
80
65.7 67
70
60
50
33.3
mg

40
30
20
10
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Hari

f. Asupan Vitamin fe
Asupan Fe pasien selama 2 hari pengamatan menunjukkan tren
peningkatan dan sudah mencapai > 80 % dari Standar (AKG). Pada hari ke 2
dan 3 asupan Fe relatif sama.Adanya penurunan asupan protein pada hari ke 3
juga menurunkan asupan Fe, dimana sumber protein yang di berikan pada diet
makanan lunak, juga merupakan sumber Fe.

Fe
14
11.5 11.3
12
10
7.2
8
mg

6
4
2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Hari

29
5. Edukasi Gizi
Pasien sudah mendapatkan edukasi mengenai makanan yang berkaitan
dengan penyakitnya ketika pasien di ruang HCU. Motivasi terus dilakukan baik
kepada pasien maupun keluarga. Pada saat pengamatan pasien sudah
menunjukkan sikap patuh dalam menerapkan diet yang harus dijalankan. Hal ini
terbukti dari hasil recall pasien selama pengamatan ,meskipun pemenuhannya
belum mencapai 100%. Edukasi tentang pola makan seimbang belum diberikan
karena pada tanggal 8 Nopember 2019 pasien sudah diperbolehkan pulang.

30
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Asseesment
Pasien laki laki usia 12 tahun dengan status gizi baik, menjalani operasi laparatomy
App perforasi, hasil pemeriksaan laboratorium post laparatomy menunjukkan kadar
hemoglobin yang masih rendah. Pasien mengeluh nyeri pada luka bekas operasi,
mual dan nafsu makan menurun dan asupan makanan enteral > 80 %. Pasien
mempunyai riwayat pola makan yang tidak seimbang dan pemilihan jenis jajanan
yang tidak sehat.Selama di rawat di Hcu pasien sudah mendapat edukasi tentang
makanan cair.
2. Diagnosis Gizi
a. Intake makanan oral kurang berkaitan dengan kondisi fisiologis pasien masuk
dalam fase pemulihan post Op laparatomy, appendictomy yang disertai dengan
nafsu makan menurun,mual dan nyeri perut ditandai dengan hasil recall energy
533 kkal ( 29%), 19,4 gram protein ( 28 %), lemak 17,1 gram ( 28%), karbohidrat
76,4 gram (30 %).
b. Peningkatan kebutuhan protein berkaitan dengan proses penyembuhan luka
post op Laparatomy, appendictomy pasien ditandai dengan nilai hb
rendah,limfosit rendah.
c. Kekurangan intake vitamin C berkaitan dengan asupan makanan sumber vitamin
C yang kurang ditandai dengan recall vitamin C 33,3 mg (67%)
d. Kekurangan intake Fe berkaitan dengan asupan makanan sumber Fe yang
kurang ditandai dengan recall Fe 7,2 mg ( 55 %)
e. Perubahan Nilai Laboratorium, Hemoglobin berkaitan dengan tindakan operasi
Laparatomy,appendictomy ditandai Hb 11,3 g/dl
f. Pengetahuan kurang berkaitan dengan belum pernah mendapatkan edukasi
makanan sehat ditandai dengan riwayat gizi terdahulu yaitu pola makan pasien
tidak seimbang, pasien tidak suka makan sayur dan buah ( asupan serat 5,8 gr
( 20 % ), lebih memilih makanan yang pedas dan pemilihan snack yang tidak
sehat (penggunan food aditive seperti pewarna,perasa dan pemanis buatan)
3. Intervensi gizi yang di berikan ditujukan untuk memberikan asupan yang adekuat
untuk pasien setelah menjalani operasi,meningkatkan asupan makanan dan
minuman oral pasien (energi, protein, lemak, karbohidrat , Fe dan vitamin), serta
meningkatkan pengetahuan terkait makanan dan zat gizi pasien.

31
4. Asupan makan pasien selama dirawat meningkat seiring dengan meningkatnya
kondisi dan nafsu makan pasien.

B. Saran
1. Untuk meningkatkan asupan makan pasien , terutama dimalam hari dapat di berikan
makanan cair dalam bentuk siap seduh dengan jumlah disesuaikan dengan
kebutuhan pasien.
2. Juice buah dapat di berikan diantara waktu utama makan, untuk meningkatkan
asupan vitamin C.

32
DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeons. Appendictomy, Surgical Patient Education, 2014.

Burke PA, Young LS, and Bistrian BR. Metabolic vs Nutrition Support:A Hypothesis.
(JPEN J Parenter Enteral Nutr. 2010;34:546 -548)

Braga M, Wischmeyer PE, Drover J, and Heyland DK Clinical Evidence for


Pharmaconutrition in Major Elective Surgery. JPEN J Parenter Enteral Nutr.
2013;37:66S-72S

Doenges, Marylinn E. (2000), Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit


Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.

Grimm, H. and Calder, P.C. (2002) Immunonutrition. British Journal of Nutrition, 87,
(Supplement s1), 1-1

Handayani, Dian, dkk., 2015. Nutrition Care Proccess. Graha Ilmu: Jakarta

Henderson, M.A. (1992), Ilmu Bedah Perawat, Yayasan Mesentha Medica, Jakarta.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Tunjangan Nutrisi Pada Anak Sakit Gawat.
Surakarta.Lab/SMF Ilmu Kesehatan FK UNS. 1999.

McCarterMD, et al. Preoperative Oral Supplement With Immunonutrients in Cancer


Patients.JPEN J Parenter Enteral Nutr. 1998;22:206 -211

Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI

Martindale R and Miles J. Is Immunonutrition Ready for Prime Time? Two Points of
View. Nutrition in Clinical Practice 2003; 18:489 –496

Martindale RG et al. Perioperative Nutrition: What Is the Current Landscape? JPEN J


Parenter Enteral Nutr.2013;37:5S -20S)

Price, SA. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC

Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4
. Jakarta. EGC

Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC. Jakarta.

33

Anda mungkin juga menyukai