Anda di halaman 1dari 4

HUBUNGAN POLA KONSUMSI LEMAK PADA DMG

( DIABETES MELLITUS GESTASIONAL) TERHADAP


SENSITIFITAS INSULIN DAN BERAT BADAN LAHIR BAYI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gizi daur Kehidupan


Dosen Pengampu Mata Kuliah:
Afiono Agung Prasetyo, dr, Ph.D

Oleh:
Enik Guntiyastutik
S531808016

PROGRAM STUDI PASCASARJANA ILMU GIZI


PEMINATAN CLINICAL NUTRITION
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
LATAR BELAKANG

Diabetes mellitus gestational (DMG) adalah intoleransi glukosa pada saat


kehamilan yang terjadi pada wanita normal atau dengan gangguan toleransi glukosa
(World Health Organization, 2013). Ibu hamil dengan riwayat DMG mempunyai risiko
menjadi DM type 2 (Bao et al., 2016). Prevalensi diabetes melitus meningkat di seluruh
penjuru dunia. Tahun 2000 terdapat 8,4 juta orang Indonesia dengan Diabetes Melitus
dan WHO mempredikasi pada tahun 2030 akan meningkat menjadi 21,3 (Kemenkes RI,
2014).
Perubahan budaya, status sosial ekonomi, dan pendidikan berdampak pada gaya
hidup masyarakat. Perubahan ini berpengaruh pada pola makan sehari-hari. Rendahnya
tingkat konsumsi sayur dan buah serta meningkatnya konsumsi makanan sumber lemak
dan karbohidrat sederhana yang merupakan gambaran sebagian besar pola konsumsi
masyarakat Indonesia saat ini (Kemenkes RI, 2016).
Tingkat risiko munculnya DM tipe 2 pada DMG yang mengurangi karbohidrat,
dan menggunakan sumber protein dan lemak yang berasal dari hewani lebih tinggi
dibandingkan dengan DMG yang mengurangi karbohidrat dan menggunakan sumber
protein dan lemak yang berasal dari nabati. Asupan makanan tinggi lemak yang berasal
dari hewani dapat mengakibatkan terjadinya gangguan toleransi glukosa (Bao et al.,
2016).
DMG memiliki risiko untuk melahirkan anak yang memiliki berat badan lahir lebih
di banding usianya. Adanya peningkatan konsumsi lemak akan meningkatkan trigliserida
dan asam lemak dalam darah. Hal ini akan menyebabkan nutritional shunt yang akan
berdampak pada janin (Hernandez et al., 2016).
Adanya resistensi dari hormon insulin menyebabkan glukosa tidak dapat
digunakan sebagai bahan pembentuk ATP secara optimal sebagai sumber energi bagi
tubuh. Akibatnya, tubuh akan merespon bahwa sedang dalam keadaan kekurangan energi,
sehingga akan memicu proses lipolisis yang berlebihan. Lipolisis yang terjadi di sel- sel
adiposit, akan membuat kondisi profil lemak tubuh meningkat, ditandai juga dengan
adanya peningkatan lipoprotein pengangkut seperti ApoA dan ApoB, juga Low Density
Lipoprotein (LDL) dan High Density Lipoprotein (HDL), yang juga bisa digunakan
sebagai indikator penting profil darah (Hernandez et al., 2016; Schoenaker, et al., 2016).
Kondisi ini akan menyebabkan aliran nutrisi menuju fetus atau janin akan didominasi
glukosa dan lemak, yang menyebabkan janin akan menerima glukosa maupun lemak
dalam jumlah yang banyak. Secara klinis, setelah bayi dilahirkan, bayi cenderung akan
mengalami steatosis hepar, mengidap sindroma metabolik, dan memiliki berat badan
yang lebih dibanding usianya (Schoenaker et al., 2016). Perbaikan sensitifitas insulin
dalam Penelitian Wei Bao et al. tahun 2016 ditunjukkan pada pola makan dengan
mengurangi karbohidrat, dan menggunakan sumber protein dan lemak dari nabati.
Komposisi lemak dalam diet DMG sebaiknya 20-25% dengan komposisi lemak
jenuh <7 %, lemak tidak jenuh ganda <10 %, sisanya lemak tidak jenuh tunggal dan
konsumsi kolesterol <200 mg/hari (Melorose et al., 2011), diharapkan dengan penelitian
ini, peneliti dapat mengetahui korelasi antara komposisi jenis lemak yang dikonsumsi
ibu DMG terhadap sensitifitas insulin, dengan harapan dapat menurunkan risiko bayi lahir
dengan berat badan lebih.
DAFTAR PUSTAKA

Bao, W., Li, S., Chavarro, J. E., Tobias, D. K., Zhu, Y., Hu, F. B., & Zhang, C. (2016).
Low Carbohydrate-Diet Scores and Long-term Risk of Type 2 Diabetes
AmongWomen with a History of Gestational Diabetes Mellitus: A Prospective
Cohort Study. Diabetes Care, 39(1), 43–49. https://doi.org/10.2337/dc15-1642

Hernandez, T. L., Pelt, R. V. E., Anderson, M. A., Reece, M. S., Reynolds, R. M., De La
Houssaye, B. A., Barbour, L. A. (2016). WomenWith Gestational Diabetes Mellitus
Randomized to a Higher-Complex Carbohydrate/Low-Fat Diet Manifest Lower
Adipose Tissue Insulin Resistance, Inf lammation, Glucose, and Free Fatty Acids:
A Pilot Study. Diabetes Care, 39(1), 39–42. https://doi.org/10.2337/dc15-0515

Kemenkes RI. (2014). Situasi dan Analisis Diabetes. Pusat Data Dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI. https://doi.org/24427659

Kemenkes RI. (2016). Situasi Gizi di Indonesia. Info Datin, 1.


https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Melorose, J., Perroy, R., & Careas, S. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Statewide Agricultural Land Use Baseline
2015, 1, 3–7. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Schoenaker, D. A. J. M., Mishra, G. D., Callaway, L. K., & Soedamah-Muthu, S. S.


(2016). The Role of Energy, Nutrients, Foods, and Dietary Patterns in the
Development of Gestational Diabetes Mellitus: A Systematic Review of
Observational Studies. Diabetes Care, 39(1), 16–23. https://doi.org/10.2337/dc15-
0540

World Health Organization. (2013). Diagnostic Criteria and Classification of


Hyperglycaemia First Detected in Pregnancy. World Health Organization, 1–63.
https://doi.org/10.1016/j.diabres.2013.10.012

Anda mungkin juga menyukai