Anda di halaman 1dari 6

1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran Ibu Rumah Tangga Dalam Menopang Ekonomi Keluarga


Tuntutan kehidupan masyarakat modern saat ini semakin meningkat
terutama bidang sosial dan ekonomi. Hal ini berdampak pada status wanita tidak lagi
sebagai ibu rumah tangga saja, melainkan dituntut peranannya dalam berbagai
kehidupan sosial kemasyarakatan, seperti turut bekerja membantu suami, bahkan
untuk menopang ekonomi keluarga. Kaum wanita saat ini tidak saja berperan
tunggal, tetapi juga berperan ganda. Banyak ibu-ibu rumah tangga yang bekerja di
sektor publik, seperti: berdagang keliling, warung, pembantu rumah tangga, salon,
pegawai, penjaga toko, buruh pabrik, dan sebagainya. Pengertian peran ganda
perempuan /ibu rumah tangga adalah peranan perempuan dalam dua bentuk, yaitu
perempuan yang berperan di bidang domestik dan perempuan karier, yang dimaksud
dengan tugas domestik adalah perempuan yang hanya bekerja di rumah saja sebagai
ibu rumah tangga. sedangkan yang dimaksud dengan perempuan karier adalah
apabila ia bekerja di luar, maupun bekerja secara profesional karena ilmu yang
didapat atau karena keterampilannya (Sarbini and Hidayati, 2008).
Sebagai dampak kebutuhan hidup manusia yang semakin kompleks,untuk saat
ini banyak keluarga yang kekurangan jika hanya mengandalkan penghasilan dari kepala
keluarga saja. Untuk mendapat tambahan penghasilan keluarga kebanyakan para ibu
rumah tangga harus bekerja.Kehidupan sehari-hari wanita berada dalam suatu konteks
beban ganda. Beban untuk melaksanakan pekerjaan rumah-tangga, serta beban untuk
memberikan kelangsungan hidup perekonomian dengan cara bekerja. Sehingga
menuntut wanita menyesuikan perannya sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pencari
nafkah.Tingkat pendidikan yang rendah dan keterampilan yang minim selalu menjadi
kendala utama seorang wanita yang mencari lapangan pekerjaan.Sebagian besar ibu-ibu
rumah tangga bekerja sebagai buruh pada industri yang ada disekitar tempat
tinggalnya(Salaa, 2015).

B.Pemenuhan Kebutuhan Gizi Pekerja


Pemenuhan kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah satu
bentuk penerapan syarat keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya
2

meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Gizi merupakan salah satu aspek kesehatan
kerja yang memiliki peran penting dalam peningkatan produktivitas kerja. Penilaian
status gizi pekerja perlu dilakukan, karena dengan mengetahui status gizi pekerja
dapat ditentukan kebutuhan gizi yang sesuai serta pemberian intervensi gizi bila
diperlukan. Penilaian status gizi dilakukan melalui beberapa cara antara lain :
pemeriksaan biokimia, pemeriksaan klinis, pemeriksaan biofisik dan antropometri
(Ratnawati,Ika,2011).
Penentuan kebutuhan gizi terutama dipengaruhi oleh : Usia, Ukuran tubuh,
dan Jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu: Jenis pekerjaan atau
aktivitas yang dilakukan sehari-hari, Keadaan fisiologis, Keadaan khusus; seperti
pada pemulihan kesehatan ,hamil ,menyusui ,anemia, Keadaan lingkungan
kerja. Faktor-faktor tersebut di atas harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya
energi, komposisi zat gizi dan menu untuk konsumsi pekerja. Pengelompokan
aktivitas atau beban kerja (ringan, sedang dan berat) berdasarkan proporsi waktu
kerja dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Pengelompokan aktivitas berdasarkan proporsi waktu kerja

(Sumber : Prosiding WNPG VIII, 2004)


3

Tabel 2. Kebutuhan Gizi Per Hari bagi Pekerja Menurut Umur, Jenis Kelamin dan
Aktivitas

(Sumber : berdasarkan AKG 2004)


Setelah mengetahui kebutuhan energi (kalori), perlu dipikirkan cara
memenuhi kebutuhan tersebut dalam menu pekerja sehari-hari. Karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral, serta zat-zat lain dalam tubuh perlu diperhatikan
proporsinya agar seimbang,yaitu : Karbohidrat 50-65% dari total energi, Protein 10-
20% dari total energi, Lemak 20-30% dari total energi .

C.Gizi Seimbang untuk Ibu Menyusui

Gizi Seimbang untuk Ibu Menyusui mengindikasikan bahwa konsumsi


makanan ibu menyusui harus memenuhi kebutuhan untuk dirinya dan untuk
pertumbuhan serta perkembangan bayinya. Oleh karena itu ibu menyusui
membutuhkan zat gizi yang lebih banyak tetapi konsumsi pangannya tetap
beranekaragam dan seimbang dalam jumlah dan proporsinya. Selama menyusui
seorang ibu harus menambah jumlah dan jenis makanan yang dimakan untuk
mencukupi kebutuhan ibu serta untuk memproduksi ASI. Menu seimbang
4

dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi bayi maupun untuk mengganti zat
gizi ibu yang dikeluarkan melalui ASI. Tidak semua zat gizi yang diperlukan bayi
dapat dipenuhi dari simpanan zat gizi ibu, seperti vitamin C dan vitamin B,oleh
karena itu harus didapat dari konsumsi pangan ibu setiap hari. Jika ibu berhasil
memenuhi gizi seimbang saat menyusui, maka pertumbuhan bayi juga akan
berhasil dan tubuh ibu bisa menjadi sehat dan kuat serta kualitas dan kuantitas
produksi ASI menjadi baik (kementrian kesehatan RI, 2014).

Gizi Seimbang pada ibu menyusui mencakup beberapa hal sebagai berikut :

1. Kebutuhan gizi ibu menyusui meningkat dibandingkan dengan tidak menyusui


dan masa kehamilan (Kemenkes RI,2004)
2. Ibu dalam 6 bulan pertama menyusui membutuhkan tambahan energi
sebesar 500 kalori/hariuntuk menghasilkan jumlah susu normal.Sehingga total
kebutuhan energi selama menyusui akan meningkat menjadi 2400 kkal
per hari yang akan digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu itu
sendiri yang dalam pelaksanaannya dapat dibagi menjadi 6 kali makan (3x makan
utama dan 3x makan selingan) sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang yang
dianjukan (Dewi,A.B.F.K,et all,2013)
3. Ibu menyusui membutuhkan lebih banyak vitamin & mineral dari ibu
hamil. Kadar vitamin dalam ASI sangat dipengaruhi oleh vitamin yang dimakan
ibu, jadi suplementasi vitamin pada ibu akan menaikkan kadar vitamin ASI
(Simanjutak,D.H,2005) .
4. Vitamin yang penting dalam masa menyusui adalah vitamin B1, B6, B2, B12,
vitamin A, yodium & selenium. Jumlah kebutuhan vitamin & mineral
adalah senilai 3 porsi sehari dari sayuran dan buah-buahan
(Simanjutak,D.H,2005).
5. Ibu menyusui sangat membutuhkan cairan agar dapat menghasilkan air susu
dengan cepat. Dianjurkan minum 2-3 liter air per hari atau lebih dari 8 gelas air
sehari (12-13 gelas sehari). Terutama saat udara panas, banyak berkeringat dan
demam sangat dianjurkan untuk minum >8 gelas sehari.Waktu minum yang
paling baik adalah pada saat bayi sedang menyusui atau sebelumnya, sehingga
cairan yang diminum bayi dapat diganti.10 Kebutuhan cairan dapat diperoleh
5

dari air putih, susu, jus buah-buahan dan air yang tersedia di dalam makanan
(kemenkes RI,2011)

D. Produktifitas Kerja

Produktivitas merupakan salah satu cerminan kualitas sumberdaya manusia.


Produktivitas secara umum mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang
dicapai dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan atau secara sederhana,
merupakan perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input).
Produktivitas kerja merupakan hasil yang berkesinambungan antara individu tenaga
kerja dengan lingkungan di luar pekerjaan, termasuk lingkungan fisik, lingkungan
sosial budaya dan lingkungan psikologi(Ariati, 2013).
Pekerjaan yang mengandalkan fisik memerlukan kerja atau aktivitas fisik
yang lebih berat dibanding pekerjaan yang mengandalkan keahlian, semakin berat
aktivitas yang dilakukan, semakin banyak energi yangdiperlukan untuk melakukan
aktivitas tersebut. Sehingga pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik akan
membutuhkan energi yang lebih besar dibanding pekerjaan yang tidak mengandalkan
kekuatan fisik.
Energi yang diperlukan tubuh dapat diperoleh dari makanan yang dikonsumsi.
Kebutuhan energi sebaiknya diimbangi oleh asupan energi dengan jumlah yang
sama. Pergizi Pangan (1999) menyatakan, kebutuhan energi yang tidak terpenuhi
akan mengakibatkan manusia tidak dapat bekerja secara optimal yang pada akhirnya
dapat menurunkan produktivitas. Tiap orang memiliki aktivitas atau kegiatan di luar
pekerjaan yang dilakukan setiap hari. Kegiatan wajib tersebut meliputi kegiatan
domestik rumah tangga, bersosialisasi, rekreasi dan lainnya. Aktivitas fisik di luar
pekerjaan yang terlalu berat serta tidak diimbangi dengan istirahat yang cukup dapat
menimbulkan rasa penat. Kepenatan atau tingkat ketegangan mempengaruhi
produktivitas kerja. Semakin tinggi tingkat kepenatan seseorang maka produktivitas
kerja semakin rendah(Eka, Noni. Roosita, 2008).
6

DAFTAR PUSTAKA

Ariati, N. N. (2013) ‘Gizi Dan Produktifitas Kerja Ni Nengah Ariati 1’, Jurnal Skala
Husada, 10(2), pp. 214–218.

Dewi, A.B.F.K., Pujiastuti, N., Fajar, I. 2013. Ilmu Gizi untuk Praktisi Kesehatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu

Eka, Noni. Roosita, kartin (2008) ‘Aktifitas Fisik , Asupan Energi , dan Produktivitas
kerja pria dewasa’, Jurnal Gizi dan Pangan, 3(2), pp. 71–78.

kementrian kesehatan RI 2014 (pedoman gizi seimbang) (2014) ‘kementrian kesehatan


RI 2014 (pedoman gizi seimbang)’.

Kemenkes RI. 2011. Makanan Sehat Ibu Menyusui. Kementrian Kesehatan RI: Direktorat
Bina Gizi.

Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Kementrian Kesehatan RI: Direktorat
Bina Gizi

Salaa, J. (2015) ‘Peran Ganda Ibu Rumah Tangga Dalam Meningkatkan Ekonomi
Keluarga Di Desa Tarohan Kecamatan Beo Kabupaten Kepulauan Talaud’,
Holistik, VIII.

Sarbini, D. and Hidayati, L. (2008) ‘Hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dan
pendidikan ibu dengan pemberian asi eksklusif di kecamatan jebres kotamadya
surakarta’, Jurnal Kesehatan, 1(2), pp. 115–122.

Simanjutak, D.H dan Sudaryati, E. 2005. Gizi pada Ibu Hamil dan Menyusui. Hasil
Penelitian. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai