Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

MATA KULIAH GIZI IBU DAN ANAK

GIZI PADA WANITA PEKERJA

Disusun Oleh :

Nama : Mia Afritia

NIM : 25000117183007

Kelas : KIA 2018

Dosen Pengajar : Dr. dr. S. A Nugraheni, MKes

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2018
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Gizi Pekerja adalah gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk melakukan
suatu pekerjaan sesuai dengan jenis pekejaan dan beban kerjanya atau ilmu gizi yang
diterpkan kepada masyarakat tenaga kerja dengan tujuan untuk meningkatkan taraf
kesehatan tenaga kerja sehingga tercapai tingkat produktivitas dan efisiensi kerja yang
setinggi tingginya.
Asupan makan yang kurang dapat menyebabkan tenaga kerja wanita rentan
terhadap masalah gizi (soraya, 2007). Status gizi merupakan salah satu faktor penting
yang mempengaruhi produktivitas kerja. Status gizi dan kondisi kesehatan yang baik
akan mempengaruhi kesegaran fisik dan daya pikir yang baik dalam melakukan
pekerjaan, tenaga kerja yang ditunjang dengan status gizi yang baik akan bekerja
lebih giat, produktif dan teliti dalam bekerja. Sementara tenaga kerja dengan status
gizi kurang atau buruk dan berlebih akan memiliki kemampuan fisik yang kurang,
kurang motivasi dan semangat, juga lamban dan apatis yang akhirnya akan
mengurangi produktivitas kerja (Matulessy dan Rachmat, 1997).
Dari hasil penelitian tentang Gizi Tenaga Kerja tergambar bahwa salah satu
masalah gizi kerja yang ada di Indonesia adalah banyaknya tenaga kerja yang
mengalami kekurangan kalori dan protein dalam makanan sehari-hari (Bedong, 1977).
Anemia akibat kekurangan zat besi adalah masalah gizi yang paling banyak
ditemukan di kalangan pekerja WUS. WHO menegaskan bahwa anemia merupakan
masalah gizi yang sukar ditanggulangi. Pekerja kelas menengah kebawah umumnya
menderita kurang gizi seperti Kurang Energi Protein (KEP), anemia serta sering
menderita penyakit infeksi. Sedangkan pada pekerja kelas menengah keatas,
umumnya terjadi kegemukan atau obesitas. 
Prevalensi anemia pada ibu hamil menurut SKRT 1992 adalah 63,5%, pada
wanita dewasa dan pekerja berpenghasilan rendah adalah 30–40%, pada wanita
pekerja di pabrik dan perkebunan teh adalah 26– 50%. Beberapa penelitian terakhir di
daerah sekitar Jakarta menemukan anemia 30–60% (Sayogo, 1995). Pada tahun 2007,
anemia pada WUS di Indonesia secara nasional masih tinggi yakni mencapai 19,7 %.
Angka ini lebih tinggi dibandingkan angka anemia di negara Nepal pada tahun yang
sama hanya 12% .
Penyebab terbesar anemia gizi adalah berkurangnya masukan zat gizi yang
berhubungan dengan pola makan yang tidak baik akibat ketidaktahuan dan
ketidakmampuan. Masalah gizi pada pekerja sebagai akibat langsung yakni
kurangnya asupan makanan yang tidak sesuai dengan beban kerja atau jenis
pekerjaannya.
Menurut hasil penelitian Mahdin Anwar Husaini, dkk (1989), menyatakan
bahwa pekerja dan buruh di Indonesia 30-40% menderita anemia yang berarti 3-4 di
antara 10 pekerja tidak mampu bekerja keras dan berproduktivitas optimal. penelitian
yang dilakukan oleh Novitasari (2005) menunjukkan sebesar 80,9% pekerja
wanitanya kurang produktif. Hal ini sejalan dengan teori Sugeng Budiono (2003:154)
tentang hubungan status gizi dengan produktivitas kerja yang erat bertalian, karena
gizi merupakan suatu segi bagi kesehatan, seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi
yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik.

2. Rumusan permasalahan
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa gizi merupakan sesuatu yang
penting dalam kehidupan pekerja wanita maka penulis tertarik untuk membahas
mengenai gizi pada wanita pekerja.

3. Tujuan
- Untuk mengetahui gizi pada wanita pekerja
- Agar dapat menjelaskan dan menganalisis kondisi permasalahan yang terjadi pada
pekerja wanita
- Agar dapat mencari solusi dan memberikan inovasi untuk mengatasi masalah
BAB II
Tinjauan Pustaka

A. Definisi
1. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat (UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja perempuan adalah Seorang
perempuan yang mampu melakukan kegiatan/pekerjaan baik di dalam maupun di
luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun kebutuhan masyarakat.
2. Gizi Kerja adalah gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk melakukan suatu
pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerjanya atau ilmu gizi yang
diterapkan kepada masyarakat tenaga kerja dengan tujuan untuk meningkatkan taraf
kesehatan tenaga kerja sehingga tercapai tingkat produktivitas dan efisiensi kerja
yang setinggi-tingginya.
3. Penyakit Gizi Kerja merupakan penyakit gizi sebagai akibat kerja ataupun ada
hubungan dengan kerja.
4. Pengelolaan makan bagi tenaga kerja adalah suatu rangkaian kegiatan penyediaan
makan bagi tenaga kerja di perusahaan yang dimulai dari rencana perencanaan menu
hingga peyajiannya dengan memperhatikan kecukupan kalori dan zat gizi, pemilihan
jenis dan bahan makanan, santasi tempat pengolahan dan tempat penyajian, waktu
dan teknis penyajian bagi tenaga kerja.
5. Produktivitas merupakan sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa
mutu kehidupan hari esok harus lebih baik dari hari ini atau perbandingan antara
output (keluaran / jumlah yang dihasilkan) dengan input (masukan / setiap sumber
daya yang digunakan).

B. KARAKTERISTIK WANITA
• FISIK
- Ukuran tubuh, kekuatan otot relatif < daripada pria
• BIOLOGIS
- Haid
- Hamil
- Menyusui
- Menopause
• Fungsi Tenaga Kerja Wanita di Indonesia :
- Produksi
- Reproduksi
- Sosial

PENTINGNYA GIZI PADA TENAGA KERJA

Derajat kesh
Gizi kerja baik
meningkat

Produktivitas Produktivitas
nasional perusahaan
meningkat meningkat

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEADAAN GIZI TENAGA KERJA


1. Jenis kegiatan (ringan, sedang dan berat) yang merupakan suatu beban kerja.
2. Faktor tenaga kerja, yang meliputi ketidaktahuan, jenis kelamin, umur, hamil,
menyusui, kebiasaan makan yang kurang baik, tingkat kesehatan karena tingginya
penyakit parasit dan infeksi oleh bakteri pada alat pencernaan, kesejahteraan tinggi
tanpa perhatian gizi, mengakibatkan terjadinya salah gizi biasanya dalam bentuk over
nutrisi, disiplin, motivasi dan dedikasi.
3. Faktor lingkungan kerja sebagai beban tambahan, yang meliputi fisik, kimia, biologi,
fisiologi (ergonomi) dan psikologi.

D. FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEBUTUHAN GIZI


1. Ukuran tubuh (tinggi dan berat badan)
2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Kegiatan sehari-hari
5. Kondisi tubuh tertentu (hamil dan menyusui)
6. Lingkungan kerja

E. PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEBUTUHAN GIZI


1. Suhu dingin : kebutuhan energi sama atau lebih, asupan lemak sedang atau lebih,
makanan/minuman hangat.
2. Suhu panas : ada kehilangan cairan, perlu tambahan cairan. Pekerja berat 2,8 l,
pekerja ringan 1,9 l. Kebutuhan cairan 4-5 l. Kebutuhan energi + 0,5 % setiap
kenaikan suhu 10C diatas 300C.
3. Ketinggian : sukar bernafas (acute mountain sickness), asupan makanan < 25% pada
waktu acute. Asupan tinggi KH, akan meningkatkan metabolisme glukosa,
meningkatkan difusi paru-paru dan penampilan kerja.
4. Keracunan zat kimia/polusi/radiasi
Pemberian susu untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan produkivitas.
BAB III
PEMBAHASAN

Pekerja perempuan merupakan kelompok yang rentan terhadap anemia gizi


utamanya karena kekurangan zat besi. Untuk itu diperlukan pelayanan kesehatan dan
perhatian yang khusus, baik sebelum hamil maupun saat hamil agar kondisinya prima
dan siap menjadi calon ibu. Di Indonesia terdapat hampir 40 juta pekerja perempuan
dan 25 juta diantaranya dalam usia reproduksi (BPS, 2012). Oleh karena itu,
perlindungan terhadap kesehatan reproduksi dan gizi para pekerja perempuan ini perlu
ditingkatkan. Berdasarkan penelitian oleh Balai Besar Kesehatan Masyarakat Bogor
di beberapa Industri Menengah dan besar di Kabupaten Bogor, menunjukan 40%
pekerja perempuan anemia. Rendahnya status kesehatan dan gizi pekerja perempuan
juga disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan mereka. Hal ini sesuai dengan
data BPS tahun 2010 yang menunjukkan 50,37% pekerja perempuan berpendidikan
SD ke bawah.

Penilaian status gizi pekerja perlu dilakukan, karena dengan mengetahui status
gizi pekerja dapat ditentukan kebutuhan gizi yang sesuai serta pemberian intervensi
gizi bila diperlukan.  Penilaian status gizi dilakukan melalui beberapa cara antara
lain : pemeriksaan biokimia, pemeriksaan klinis, pemeriksaan biofisik dan
antropometri. Antropometri merupakan metode yang paling sering digunakan dalam
penilaian status gizi.  Metode ini menggunakan parameter berat badan (BB) dan tinggi
badan (TB).  Melalui kedua parameter tersebut, dapat dilakukan penghitungan Indeks
Masa Tubuh (IMT) dengan  rumus sebagai berikut : 
 

(Sumber: PUGS, 2005) Kebutuhan gizi terutama energi dipengaruhi oleh : Usia,
Ukuran tubuh, dan Jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu: Jenis
pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari, Keadaan fisiologis, Keadaan
khusus; seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia, Keadaan lingkungan kerja.

Kecukupan energi dan protein pekerja wanita

pekerja Energi (kkal) Protein (g)


perempuan 54
kg/156 cm
Ringan 2050 50
Sedang 2250 50
berat 2600 50

Kecukupan Gizi menurut Kondisi Khusus Pekerja


Skema Kondisi Khusus Pekerja
Kondisi fisiologis 
Selama Kehamilan : untuk perkembangan janin, pekerja perempuan yang hamil
membutuhkan tambahan energi dan zat gizi lainnya seperti zat besi dan asam folat. 
Perempuan yang berstatus gizi baik dengan tingkat aktivitas ringan-sedang
membutuhkan kalori ekstra 180 kkal/hari pada   trimester 1, sedangkan pada trimester
2 dan 3 dibutuhkan tambahan 300 kkal/ hari. 
Selama Menyusui: untuk produksi ASI, pekerja perempuan yg hamil membutuhkan
tambahan energi dan zat gizi lainnya.  Selama enam bulan pertama, seorang ibu
menyusui membutuhkan energi tambahan 500 kkal/ hari dan 550 kkal/hari pada 6
bulan berikutnya. 

Kondisi tertentu 
Anemia Besi: untuk pekerja anemia gizi besi diberikan suplemen tablet besi dengan
dosis 60 mg 2 kali seminggu sampai anemia teratasi.  Selain itu, pekerja dianjurkan
mengkonsumsi makanan bergizi seimbang yang kaya zat besi seperti hati, daging,
ikan, ayam, telur dan sayuran hijau.  Khusus bagi pekerja perempuan, untuk
mencegah anemia dianjurkan pemberian tablet besi dengan dosis 60 mg per minggu
selama 16 minggu setiap tahun. Selama masa haid diberikan 60 mg zat besi tiap hari. 
Kelebihan Berat Badan: perlu melakukan perencanaan makan atau diet rendah
kalori seimbang.  Pengaturan pola makan sehat dilakukan dengan mengurangi asupan
lemak dan mencukupi komposisi bahan makanan dengan metode gizi seimbang, yaitu
cukup sumber karbohidrat, protein dan lemak serta cukup vitamin dan mineral. Porsi
kalori terbesar diusahakan dikonsumsi pagi dan siang hari.  Konsumsi sayuran dan
buah perlu diperbanyak karena buah banyak mengandung serat dan vitamin, namun
sedikit kandungan kalorinya.  Makanan selingan sebaiknya diberikan berupa buah-
buahan. Susu yang dikonsumsi sebaiknya  adalah susu rendah lemak. Olahraga secara
teratur dan rutin perlu dilakukan. Olah raga apapun baik namun jenis yang disarankan
adalah olahraga aerobik karena dapat membakar kalori lebih banyak. Sebaiknya
olahraga dilakukan 4-5 kali seminggu selama 20-30 menit karena dengan durasi
tersebut pembakaran kalori baru dapat terjadi.

Kondisi di tempat kerja 


Lembur dan Shift Kerja : Bagi pekerja yang lembur selama 3 (tiga) jam atau lebih
diberikan makanan dan minuman tambahan, berupa makanan selingan yang padat
gizi.  Hal ini juga berlaku bagi mereka yang menjalani shift kerja malam, termasuk
pekerja perempuan yang bekerja antara pukul 23.00-07.00.
Risiko Lingkungan Kerja Beberapa faktor risiko lingkungan kerja yang
menunjukkan pengaruh terhadap gizi kerja adalah:
1. Suhu: tempat kerja dengan suhu tinggi akan terjadi penguapan yang tinggi sehingga
pekerja mengeluarkan banyak keringat.  Karenanya perlu diperhatikan kebutuhan air
dan mineral sebagai pengganti cairan yang keluar dari tubuh. Untuk mencegah
dehidrasi disarankan untuk minum air, konsumsi sayur dan buah.
2. Pengaruh bahan kimia: Bahan-bahan kimia tertentu dapat menyebabkan keracunan
kronis, akibatnya: menurunnya nafsu makan, terganggunya metabolisme tubuh dan
gangguan fungsi alat pencernaan sehingga menurunkan berat badan. Oleh karena itu
dibutuhkan tambahan zat gizi. Hal ini juga terjadi pada para pekerja yang mengalami
gangguan psikologis.
3. Bahan radiasi mengganggu metabolisme sel sehingga diperlukan tambahan protein
dan antioksidan untuk regenerasi sel.
4. Parasit dan mikroorganisme: Pekerja di daerah pertanian dan pertambangan sering
terserang kecacingan yang dapat mengganggu fungsi alat pencernaan dan kehilangan
zat-zat gizi sehingga dibutuhkan tambahan zat gizi
Rendahnya produktivitas kerja dianggap akibat kurangnya motivasi kerja, tanpa
menyadari faktor lainnya seperti gizi pekerja. Perbaikan dan peningkatan gizi
mempunyai makna yang sangat penting dalam upaya mencegah morbiditas,
menurunkan angka absensi serta meningkatkan produktivitas kerja. Berat ringannya
beban kerja seseorang ditentukan oleh lamanya waktu melakukan pekerjaan dan jenis
pekerjaan itu sendiri. Semakin berat beban kerja, sebaiknya semakin pendek waktu
kerjanya agar terhindar dari kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau
sebaliknya
Masalah gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya :
1. Anemia gizi
2. Konsumsi makanan kurang (asupan energi, protein, Calcium, Fe, Vit. A, Vit. B1)
3. Konsumsi makanan kurang karena >25% tidak sarapan dan 30 % tidak makan
siang.
4. Lingkungan tempat kerja, penyakit infeksi (tidak tersedia WC yang memadai) &
stress (panas, polusi)
5. Status kesehatan rendah karena infestasi parasit mengganggu penyerapan makanan
6. Kurang waktu istirahat

C. Solusi untuk menangani permasalahan


- Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif (GP2SP) adalah Program yang
diarahkan pada pemenuhan kecukupan gizi pekerja perempuan, pemeriksaan
kesehatan pekerja perempuan, pelayanan kesehatan reproduksi pekerja
perempuan, peningkatan pemberian ASI selama waktu kerja di tempat kerja dan
penanggulangan penyakit menular (PM) dan tidak menular (PTM).
- Penyediaan fasilitas yang memadai untuk istirahat dan makanan yang bergizi serta
makanan tambahan bagi pekerja berat.
- Melakukan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Tidak dipungkiri bahwa wanita telah ikut mengambil bagian dalam dunia kerja.
Hampir 40 juta pekerja perempuan dan 25 juta diantaranya dalam usia reproduksi
Namun Gizi pada wanita yang bekerja sangat perlu diperhatikan mengingat pekerja
wanita dituntut untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas kerja secara maksimal,
tanpa mengabaikan kodratnya sebagai wanita sehingga diperlukan upaya lebih lanjut
untuk menjaga kesehatan wanita pekerja.

B. SARAN
- Pekerja wanita
Agar dapat memeriksakan kesehatannya secara berkala dan mengetahui status gizi
dirinya agar dapat mencegah kejadian-kejadian yang tidak diinginkan seperti
Anemia ataupun malnutrisi lainnya.
- Instansi terkait
Agar dapat lebih memperhatikan mengenai fasilitas yang ada baik dari segi ruang
isitrahat yang memadai, kantin sehat yang mengetahui mengenai gizi yang
diperlukan wanita pekerja maupun melakukan pemeriksaan kesehatan secara
berkala khususnya terhadap pekerja wanita.
- Keluarga
Beri dukungan dengan memberi kesempatan istirahat dan berbagi dalam
melakukan pekerjaan rumah tangga.
- Struktur Desa
Agar dapat memperhatikan kesehatan para pekerja wanita dan juga memantau
perusahaan atau lembaga yang mempunyai pekerja wanita
- Institusi Pendidikan
Agar dapat menambah informasi mengenai gizi wanita pekerja

DAFTAR PUSTAKA
http://www.kesmas.kemkes.go.id/portal/konten/~rilis-berita/021411-pemenuhan-kecukupan-
gizi-bagi-pekerja, diakses pada tanggal 31 maret 2018
http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=15111000001, diakses pada tanggal 31 maret 2018
Utami, sri rahayu, STATUS GIZI, KEBUGARAN JASMANI DAN PRODUKTIVITAS
KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA, Jurnal Kesehatan Masyarakat Unnes,
KEMAS 8 (1) (2012) 74-80
Purnamasari, Dyah Umiyarni Ulfah, Nur, Pengaruh Konsumsi Energi dan Protein Terhadap
Kelelahan pada Pekerja Wanita di Industri Bulu Mata Palsu PT Hyup Sung
Purbalingga, prosiding Seminar Nasional Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat
FKIK UNSOED, 2012
Mahardikawati, Venny Agustiani Roosita, Katrin, AKTIVITAS FISIK , ASUPAN ENERGI
DAN STATUS GIZI WANITA PEMETIK TEH DI PTPN VIII BANDUNG , JAWA
BARAT, Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2008 3(2): 79 – 85
Adityana, Febry Candra, HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN MOTIVASI KERJA
DENGAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA WANITA BAGIAN GILING
ROKOK DI PT NOJORONO KUDUS, Unnes Journal of Public Health, 2014
Utami, Sri Rahayu, HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN TINGKAT
KEBUGARAN JASMANI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA TENAGA
KERJA WANITA UNIT SPINNING 1 BAGIAN WINDING PT. APAC INTI
CORPORA BAWEN, Unnes Journal of Public Health, 2014
Suyardi, M Arifin, Andriani, Ance, Priyatna, Benny L, Gambaran anemia gizi dan kaitannya
dengan asupan serta pola makan pada tenaga kerja wanita di Tangerang , Banteng,
JURNAL KEDOKTERAN YARSI, 2009
Mulyatiningsih, Endang, Gaya hidup wanita tinjauan dari status gizi dan pekerjaan, jurnal
penelitian dan evaluasi, no. 2 tahun 2000
Mulyatiningsih, Endang, pengendalian stress pada wanita (tinjauan dari pekerjaan dan status
gizi), Jurnal Iptek dan Humaniora, no. 2 tahun 2000
Ellyke, Hubungan tingkat kecukupan energi dan protein dengan status gizi pekerja wanita di
Sentra Industri sandal , Siduarjo, Jurnal Ikesma Volume 3 No. 1, 2007
Indriani, Yaktiworo, dkk, Pengaruh pemberian zat besi dan Asam folat dibandingkan dengan
multivitamin dan mineral pada pekerja wanita usia subur di Agroindustri Nanas,
Makara seri kesehatan, 2013

Anda mungkin juga menyukai