Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI

DIMENSI SOSIAL WANITA DAN PERMASALANNYA

OLEH :

CICI FILPIANI
FIRA JUWITA
LESTARI TRIANGGINA
ONNA PUSPITA SARI
RIKA SUMALIA
YURIZA ASTARI
YULIANA KENITA SARI

PRODI DII KEBIDANAN STIKes PAYUNG NEGERI


PEKANBARU
T.A 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru,07 april 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
BAB II PEMBAHASAN
A. Status Sosial Wanita
B. Nilai Wanita
C. Permasalahan Kesehatan Wanita dan Upaya Mengatasinya
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara biologis wanita dan pria memang tidak sama, akan tetapi
sebagai makhluk jasmani dan rohani yang dilengkapi dengan akal budi,
kedua macam insan itu mempunyai persamaan yang hakiki. Keduanya
adalah pribadi yang mempunyai hak sama untuk berkembang.
Dalam masa transisi menuju kemasyarakat industrial terdapat
perubahan sistem nilai. Hal ini erat hubungannya dengan pembangunan
yang mendatangkan teknologi barat bersama dengan nasihat-nasihatnya.
Dari teknologi barat ini manfaat yang diambil cukup besar, tetapi
disamping itu terdapat pula dampaknya, berupa benturan-benturan antara
kebudayaan tradisional dan barat.
Pertemuan antara kebudayaan secara mendadak itu menimbulkan
permasalahan sosial yang erat hubungannya dengan moralitas. Partisipasi
wanita dalam menangani masalah ini sangat diharapkan karena hal ini
sesuai dengan ketentuan tentang peranan wanita dalam GBHN 1988.
Ketentuan itu menerangkan bahwa peran wanita adalah mewujudkan dan
mengembangkan keluarga sehat, sejahterah dan bahagia, termasuk
pengembangan generasi muda, terutama anak dan remaja dalam rangka
pembangunan wanita seutuhnya.
Di era westernisasi seperti sekarang ini, perempuan sering dijadikan
komoditas bahkan dilecehkan dan menjadi korban dalam berbagai masalah
kehidupan. Hal tersebut yang mendasari bahwa wanita adalah rendah,
lemah dan paling sering mengalami permasalahan yang berkaitan dengan
status kehidupannya dalam dimensi sosial di masyarakat.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan Bagaimana dimensi
social wanita dan permasalahannya?
C. Tujuan

4
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui dimensi social wanita dan permasalahannya.
b. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui status sosial wanita.
2. Untuk mengetahui nilai wanita.
3. Untuk mengetahui permasalahan kesehatan wanita dalam dimensi
sosial.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Status Sosial Wanita


Menurut kamus besar bahasa indonesia (2001), status adalah keadaan atau
kedudukan orang/badan dan sebagainya dalam hubungannya dengan
masyarakat dan sekitarnya. Sosial berarti berkenaan masyarakat. Status sosial
wanita berarti kedudukan wanita dalam masyarakat. Dimensi adalah
pengukuran/parameter yang dibutuhkan untuk menggambarkan posisi  dan
sifat-sifat objek dalam suatu ruang. Dimensi sosial-lingkungan yaitu askpek
pengetahuan tentang pengaruh kondisi sosial budaya serta kondisi lingkungan
kehidupan terhadap derajat kesehatan manusia.
Menurut Soejono (1990) status sosial atau kedudukan sosial adalah tempat
seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan ortang lain
dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta
kewajibannya.
Status wanita mencakup 2 aspek yaitu:
1. Aspek onotomi wanita
Aspek ini mendeskripsikan sejauh mana wanita dapat mengontrol
ekonomi atas dirinya dibanding dengan pria.
2. Aspek kekuasaan sosial
Aspek ini menggambarkan seberapa berpengaruhnya wanita terhadap
orang lain di luar rumah tangganya.

Status wanita meliputi:


1. Status reproduksi, yaitu wanita sebagai pelestari keturunan. Hal ini
mengisyaratkan bila seorang wanita tidak mampu melahirkan anak,
maka status sosialnya dianggap rendah dibanding wanita yang bisa
mempunyai anak.
2.  Status produksi, yaitu sebagai pencari nafkah dan bekerja di luar.
Santrock (2002) mengatakan bahwa wanita yang bekerja akan

6
meningkatkan harga diri. Wanita yang bekerja mempunyai status
yang lebih tinggi dibanding dengan wanita yang tidak bekerja.

Namun dewasa ini status wanita masih dipandang lebih rendah dari
pada status laki-laki. Apabila pasangan suami istri mengalami infertil,
kebanyakan masyarakat menganggap wanita yang mandul. Begitu pula
bila anak-anaknya nakal maka yang dipersalahkan adalah ibunya.
Walaupun wanita banyak yang telah bekerja menghasilkan nafkah,
namun dipandang masih belum mempunyai status sosial yang sama
dengan laki-laki. Laki-laki dipandang lebih mampu, lebih cakap atau
lebih kuat untuk bekerja.

Hal tersebut yang mendasari bahwa wanita adalah rendah, lemah dan
paling sering mengalami permasalahan yang berkaitan dengan status
kehidupannya dalam dimensi sosial di masyarakat.

Usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki status sosial diantaranya:

1. Memperbaiki derajat kesehatan.


2. Bicarakan dengan pasangan hidup atau keluarga.
3. Berusaha untuk memajukan kesehatan dan masa depan anak-anak.
4. Berbagi informasi.

B. Nilai Wanita
Nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian
oleh seseorang sesuai dengan tuntutan hati nuraninya. Nilai bersifat pribadi,
membentuk dasar perilaku seseorang, diperlihatkan melalui pola perilaku
yang konsisten, komponen intelektual dan emosional.
Nilai dan kedudukan wanita saat ini yaitu wanita mempunyai kedudukan
khusus didunia yang dapat sejajar dengan laki-laki karena sebenarnya dimata
Tuhan tidak ada perbedaan antara wanita dengan laki-laki karena posisinya
seorang wanita dapat menjadi penyebab keberhasilan atau kegagalan dalam

7
mencapai tujuan. Ungkapan dalam masyarakat bahwa “orang hilang
kehormatan karena wanita, awal dari permusuhan adalah wanita.”
Kedudukan dan nilai wanita dalam “Agama” yaitu Islam membolehkan
poligami yang bukan berarti Islam melecehkan hak dan martabat wanita,
karena poligami yang diperbolehkan jika laki-laki itu mampu berbuat adil.
Islam mengharamkan perzinahan karena merupakan perilaku pelecehan
terhadap wanita dan perilaku yang tidak bertanggung jawab. Pernikahan
dianggap oleh masyarakat dan orang tua sebagai puncak kesuksesan sebagai
orang tua dan puncak kebahagiaan bagi anak perempuan. Jika anak gadis
sampai usia tertentu belum menikah dianggap suatu aib bagi keluarga dan
orang tua dianggap gagal dalam mengurus dan membesarkan anak.
Tata nilai sosial:
1. Norma kemurnian dan kesucian.
2. Norma kesucian pikiran.
3. Budaya perkawinan.
4. Budaya reproduksi.
5. Homoseksualitas.

C. Permasalahan Kesehatan Wanita dan Upaya Mengatasinya


1. Kekerasan
a. Pengertian kekerasan
1) Pasal 89 KUHP : Melakukan kekerasan adalah mempergunakan
tenaga atau kekuatan jasmani tidak kecil secara yang tidak sah
misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala macam
senjata, menepak, menendang dan sebagainya.
2) KDRT menurut UU No 23 Tahun 2004 adalah setiap perbuatan
terhadap seorang perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan
atau penelantaran rumah tangga, termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan
secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

8
b. Bentuk-bentuk kekerasan:
1. Kekerasan psikis. Misalnya: mencemooh, mencerca, menghina,
memaki, mengancam, melarang berhubungan dengan keluarga atau
kawan dekat/masyarakat, intimidasi, isolasi,melarang istri bekerja.
2. Kekerasan fisik. Misalnya: memukul, membakar, menendang,
melempar sesuatu, menarik rambut, mencekik, dan lain-lain.
3. Kekerasan ekonomi. Misalnya: tidak memberi nafkah, memaksa
pasangan untuk prostitusi, memaksa anak untuk mengemis,
mengetatkan istri dalam keuangan rumah tangga, dan lain-lain.
4. Kekerasan seksual. Misalnya: perkosaan, pencabulan, pemaksaan
kehendak atau melakukan penyerangan seksual, berhubungan
seksual dengan istri tetapi istri tidak menginginkannya.
c. Penyebab terjadi kekerasan :
1.  Perselisihan tentaing ekonomi.
2. Cemburu pada pasangan.
3. Pasangan mempunyai selingkuhan.
4. Adanya problema seksual (misalnya: impotensi, frigid, hiperceks).
5. Pengaruh kebiasaan minum alkohol, drugs abused.
6. Permasalahan dengan anak.
7. Kehilangan pekerjaan/PHK/menganggur/belum mempunyai
pekerjaan.
8. Istri ingin melanj utkan studi/ingin bekerja.
9. Kehamilan tidak diinginkan atau infertilitas.
d. Alasan Tindak Kekerasan Oleh Pria
1. Tindakan kekerasan dapat mencapai suatu tujuan.
 Bila terjadi konflik, tanpa harus musyawarah kekerasan merupakan
cara cepat penyelesaian masalah. 
 Dengan melakukan perbuatan kekerasan, pria merasa hidup lebih
berarti karena dengan berkelahi maka pria merasa menjadi lebih
dikdaya.

9
 Pada saat melakukan kekerasan pria merasa memperoleh
`kemenangan' dan mendapatkan apa yang dia harapkan, maka
korban akan menghindari pada konflik berikutnya karena untuk
menghindari rasa sakit.
2. Pria merasa berkuasa atas wanita. Bila pria merasa mempunyai istri
‘kuat' maka dia berusaha untuk melemahkan wanita agar merasa
tergantung padanya atau membutuhkannya.
3. Ketidaktahuan pria. Bila latar belakang pria dari keluarga yang
selalu mengandalkan kekerasan sebagai satu-satunya jalan
menyelesaikan masalah dan tidak mengerti cara lain maka
kekerasan merupakan jalan pertama dan utama baginya sebagai
cara yang jitu setiap ada kesulitan atau tertekan karena memang dia
tidak pernah belajar cara lain untuk bersikap.
e. Akibat Kekerasan
1. Kurang bersemangat atau kurang percaya diri.
2. Gangguan psikologis sampai timbul gangguan sistem dalam tubuh (
psikosomatik), seperti: cemas,tertekan, stress, anoreksia ( kurang
nafsu makan), insomnia ( susah tidur, sering mimpi buruk, jantung
terasa berdebar-debar, keringat dingin, mual, gastritis,nyeri
perut,pusing, nyeri kepala).
3. Cidera ringan sampai berat, seperti: lecet, memar, luka terkena
benda tajam, patah tulang, luka bakar.
4. Masalah seksual, ketakutan hubungan seksual, nyeri saat hubungan
seksual, tidak ada hasrat seksual, frigid.
5. Bila perempuan korban kekerasan sedang hamil dapat terjadi
abortus/keguguran.
f. Pencegahan kekerasan
a. Keluarga wajib mengamalkan  ajaran agama. Bapak harus menjadi
imam bagi istri,  anak-anak serta keluarga,  dan Ibu imam bagi
anak-anak dan dalam mengatur  urusan rumah tangga.

10
b. Harus dikembangkan komunikasi timbal balik antara suami, istri
dan anak-anak.
c. Istri wajib  mendidik anak sejak kecil, kalau marah jangan
memukul dan berkata kasar.
d. Kalau ada masalah harus diselesaikan dengan dialog.
e. Jika terjadi pertengkaran serius, salah satu atau kedua-duanya harus
meminta kepada orang yang dituakan untuk memediasi.
g. Penanganan kekerasan
a. Istri dan suami lakukan dialog. Keduanya harus cari solusi atas
masalah yang dihadapi untuk memecahkan masalah yang menjadi
penyebab terjadinya KDRT.  Jika anak-anak sudah mulai besar,
ajak mereka supaya berbicara kepada bapak, kalau KDRT
dilakukan bapak (suami).
b. Selesaikan masalah KDRT dengan kepala dingin. Cari waktu yang
tepat untuk sampaikan bahwa KDRT bertentangan hukum negara,
hukum agama, budaya dan adat-istiadat  masyarakat.
c. Laporkan kepada keluarga yang dianggap berpengaruh yang  bisa
memberi jalan keluar terhadap  penyelesaian masalah KDRT
supaya tidak terus terulang.
d. Kalau sudah parah KDRT seperti korban sudah luka-luka, maka
dilakukan visum.
e. Laporkan kepada yang berwajib telah terjadi KDRT.  Melapor ke
polisi merupakan  tindakan paling  terakhir karena bisa berujung
kepada perceraian.
h. Perkosaan
a. Pengertian Perkosaan
1. Perkosaan adalah setiap tindakan laki-laki memasukkan penis,
jari atau alat lain ke dalam vagina/alat tubuh seorang perempuan
tanpa persetujuannya.
2. Dikatakan suatu tindakan perkosaan tidak hanya bila seorang
perempuan disiksa, dipukuli sampai pingsan, atau ketika

11
perempuan meronta, melawan, berupaya melarikan diri, akan
tetapi meski korban tidak melawan, apapun yang dilakukan
perempuan, bila perbuatan tersebut bukan pilihan/keinginan
perempuan berarti termasuk tindak perkosaan, bukan kesalahan
wanita.
b. Macam-macam perkosaan
1. Pemerkosaan oleh orang yang dikenal:
a) Pemerkosaan oleh suami atau bekas suami
b) Perkosaan oleh pacarnya
c) Perkosaan oleh teman kerja/atasan
d) Pelecehan seksual pada anak-anak
1) Anak perempuan diperkosa ayahnya
2) Anak perempuan diperkosa paman
3) Anak perempuan diperkosa kakek
2. Pemerkosaan oleh orang yang tidak dikenal
a) Perkosaan oleh sekelompok pelaku (diperkosa lebih dari 1
orang)
b) Perkosaan dipenjara (diperkosa oleh polisi atau sipir/ penjaga
penjara)
c) Pemerkosaan saat perang (tentara atau gerilyawan sering
menggunakan perkosaan untuk menakut-nakuti wanita.
c. Penyebab terjadi perkosaan
1. Pria ingin menunjukkan kekuasaan yang bertujuan untuk
menguasai korban dengan cara mengancam (dengan senjata
secara, fisik menyakiti perempuan, verbal dengan
mengertak) dan dengan penetrasi sebagai simbol
kemenangan.
2. Luapan perilaku sadis, pelaku merasa puas telah membuat
penderitaan bagi orang lain.
d. Dampak perkosaan

12
1. Dampak perkosaan bagi korban perkosaan biasanya pada
wanita dan keluarganya, dimana peristiwa diperkosa
merupakan tragedi yang sangat menyakitkan dan sulit
dilupakan sepanjang hidup mereka. Bahkan, sering kali
menyebabkan trauma yang berkepanjangan. Peristiwa ini
melahirkan rasa malu dan aib selama hidup yang akhirnya
menimbulkan rasa rendah diri, terutama pada saat harus
menjalani kehidupan sosial mereka selanjutnya.
2. Biasanya perkosaan pada perempuan juga melibatkan
kekerasan fisik, sehingga mungkin saja terjadi luka dan rasa
sakit di beberapa bagian tubuh, seperti di daerah genital.
3. Perkosaan mengalami gangguan emosi dan psikologis.
Beberapa juga dapat mengalami trauma, meskipun diawal
mereka mencoba untuk mengelak bahwa meraka telah
diperkosa dan mencoba melanjutkan hidup seperti biasa
seolah tidak terjadi apa-apa. Setelah perkosaan umumnya
yang timbul adalah kemarahan, ketakutan, perasaan tidak
aman, depresi, insomnia (sulit tidur), sering mimpi buruk,
menghindari kontak seksual dan sebagainya.
e. Penyebab perempuan rentan menjadi korban perkosaan
1. Kekurangan fisik dan mental, adanya suatu penyakit atau
permasalahan yang berkaitan dengan fisik sehingga
perempuan duduk diatas kursi roda, bisu, tuli, buta atau
keterbelakangan mental. Mereka tidak mampu mengadakan
perlawanan.
2. Pengungsi, imigran, tidak mempunyai rumah, anak
jalanan/gelandangan, di daerah peperangan.
3. Korban tindak kekerasan suami/pacar.
f. Pencegahan perkosaan
1. Berpakaian santun, berprilaku, bersolek tidak mengundang
perhatian pria

13
2. Melakukan aktifitas secara bersamaan dalam kelompok
dengan banyak teman, tidak berduaan dengan lawan jenis
3. Di tempat kerja bersama teman / kelompok, tidak berduaan
sesama pegawai/atasan (pria)
4. Tidak menerima tamu laki-laki ke rumah, bila di rumah
seorang diri.
5. Bila merasa diikuti orang, ambil jalan ke arah yang
berlainan atau berbalik dan bertanya ke orang tersebut
dengan nada yang tegas apa maksudnya
6. Membawa alat yang bersuara keras seperti peluit, atau alat
bela diri seperti parfum spray, bubuk cabe/yang bisa
ditiupkan ke mata
7. Berteriak sekencang-kencangnya bila diserang
8. Jangan ragu mencegah dengan mengatakan tidak walaupun
pada atasan yang punya kekuasaan atau pada pacar yang
sanagt dicintai.
9. Tidak menginap, bila orang tersebut merayu tegaskan
bahwa perkataan dan sentuhannya membuat anda merasa
risih, tidak nyaman, dan cepatlah meninggalkannya.
10. Jangan abaikan kata hati. Ketika tidak nyaman dengan suatu
tindakan yang mengarah seperti dipegang, diraba, dicium,
diajak ke tempat sepi.
11. Waspada terhadap berbagai cara pemerkosaan seperti;
hipnotis, obaat-obatan dalm minuman, permen, snack dan
hidangan makanan.
12. Saat ditempat baru, jangan terlihat bingung. Bertanya pada
polisi, dan sejenisnya.
13. Menjaga jarak/space interpersonal dengan lawan jenis.
g. Tindakan saat terjadi perkosaan
1. Hindari menangis atau minta belas kasihan.

14
2. Hindari kepanikan, tetap waspada, bertindak saat pelaku
lengah.
3. Berjuang untuk pernbela diri seperti: menendang, teriak,
menawar, melakukan strategi perlawanan.
4. Amati ciri khusus pelaku.
5. Manfaatkan evaluasi situasi yang terbaik.
i. Penangan perkosaan
Tugas tenaga kesehatan dalam kasus tindak perkosaan:
a. Bersikap dengan baik, penuh perhatian dan empati.
b. Memberikan asuhan untuk menangani gangguan kesehatannya,
misalnya mengobati cidera, pemberian kontrasepsi darurat
c. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan apa yang sebenarnya
terjadi.
d. Memberikan asuhan pemenuhan kebutuhan psikologis
e. Memberikan konseling dalam membuat keputusan.
f. Membantu memberitahukan pada keluarga.

j. Pelecehan Seksual
a) Pengertian pelecehan seksual
Pelecehan seksual adalah segala bentuk perilaku maupun
perkataan bermakna seksual yang berefek merendahkan
martabat orang yang menjadi sasaran. Pendapat lain
menyebutkan pelecehan seksual adalah setiap bentuk perilaku
yang memiliki muatan seksual yang dilakukan seseorang atau
sejumlah orang namun tidak disukai dan tidak diharapkan oleh
orang yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan akibat
negatif, seperti rasa malu tersinggung, terhina, marah,
kehilangan harga diri dan kehilangan kesucian.
b) Bentuk-bentuk pelecehan seksual
1. Mengucapkan kata-kata jorok tentang tubuh wanita.

15
2. Main mata, siulan nakal, isyarat jorok, sentuhan, rabaan,
remasan, usapan, elusan, colekan, pelukan, ciuman pada
bagian tubuh wanita.
3. Menggoda, kearah hubungan seksual.
4. Laki-laki memperlihatkan alat kelaminnya atau onani di
depan perempuan.
c) Faktor penyebab pelecehan seksual
1. Penayangan tulisan atau tontonan pada media massa yang
kerap merujuk pada segenap bentuk materi yang terkait
dengan seks.
2. Rusaknya moral dan sistem nilai yang ada di masyarakat.
3. Kurang berperannya agama dalam mencegah terjadinya
pelecehan seksual.
4. Hukuman yang diberikan kepada pelaku pelecehan seksual
yang belum setimpal atau hal-hal lainnya yang
mempengaruhi terjadinya pelecehan terhadap wanita.
5. Sikap toleran terhadap hal-hal kecil. Seorang remaja putri
yang bersenang-senang saja ketika tangannya dipegangi
oleh lelaki yang jadi idolanya, adalah awal dari
kemungkinan seksual. Jika seperti ini perlu diwaspadai.
Tanpa disadari, sikap penerimaan yang tidak sabar itu bisa
saja ditafsirkan sebagai kode pembolehan oleh si pria untuk
melakukan aksi yang lebih jauh.
d) Akibat pelecehan seksual
1. Gangguan psikologis: marah, mengumpat, tersinggung
dipermalukan, terhina, trauma sehingga takut keluar rumah.
2. Kehilangan gairah kerja /belajar, malas.
e) Pencegahan pelecehan seksual
1. Sadarkan keluarga kita terutama anak-anak untuk
mengenali situasi potensial yang dapat menyeret ke jurang
pelecehan.

16
2. Hindari tempat-tempat yang rawan, gelap dan sunyi serta
jauh dari keramaian, kalaupun terpaksa harus melewati jalur
itu, lakukan secara berombongan. Kalau anak-anak pulang
malam, usahakan dijemput.
3. Hindari penggunaan busana minimalis. Penampilan yang
seronok dapat membuat penafsiran menyimpang bagi orang
lain. Selalu berpenampilan sopan dan tertutup. Selain itu
perkataan dan tutur kata juga harus selalu sopan.
4. Hindari berduaan dengan seseorang yang pernah melakukan
pelecehan seksual pada anda.
5. Hindari peluang berduaan dengan orang yang berkategori
“playboy”, “suka daun muda” atau orang yang berperilaku
“aneh-aneh”.
f) Penanganan pelecehan seksual
1. Mempertahankan Imej Profesional
Berusaha untuk mempertahankan imej atau citra
profesional. Kenakanlah busana yang rapi dan terhormat ke
kantor sehingga tidak mengundang perhatian rekan kerja
yang ‘jahil’, terutama pria.
2. Tegas dan Percaya Diri
Seorang pengganggu dan yang suka melecehkan biasanya
kerap senang menyakiti orang lain. Jadi senjata terbesar
yang dibutuhkan adalah kekuatan. Jika menunjukkan bahwa
diri lemah dan rentan, mereka justru akan memanfaatkan
kelemahan tersebut.
3. Jangan Mengumbar ke Banyak Orang
Jika mengalami pelecehan seksual, cukup ceritakan pada
teman dekat atau atasan yang punya wewenang menegur
dan memberi sanksi terhadap karyawan yang berperilaku
menyimpang karena jika mengumbar ke banyak orang bisa
menjadi bumerang.

17
4. Membuat Catatan Tertulis
Catatlah tanggal dan waktu kejadiannya secara lengkap.
Mencatat identitas pelaku, lokasi kejadian dan perilaku serta
ucapan si pelaku. Hal ini untuk menguatkan laporan ke
bagian personalia, lembaga bantuan hukum atau kepolisian,
jika memang kasus ini perlu dibawa ke jalur hukum.
5. Membina Tim
Ketika upaya secara individu gagal untuk menegaskan
kepada si pelaku untuk tidak melakukan pelecehan,
sebaiknya membina satu tim dengan rekan kerja terpercaya.
Dengan begitu ketika si pelaku mulai ingin melecehkan,
beberapa saksi yang juga bisa membantu keluar dari situasi
tersebut.

k. Single Parent
a) Pengertian single parent
Single parent adalah keluarga yang mana, hanya ada satu orang
tua tunggal, hanya ayah atau ibu saja. Keluarga yang terbentuk
bisa terjadi pada keluarga sah secara hukum maupun keluarga
yang belum sah secara hukum, baik hukum agama maupun
hukum pemerintah.
b) Sebab-sebab terjadinya single parent
1. Perceraian. Adanya, ketidakharmonisan dalam keluarga
yang disebabkan adanya perbedaan persepsi atau
perselisihan yang tidak mungkin ada jalan keluar, masalah
ekonomi/pekerjaan, salah satu pasangan selingkuh,
kematangan emosional yang kurang, perbedaan agama,
aktifitas suami istri yang tinggi di luar rumah sehigga
kurang komunikasi, problem seksual dapat merupakan
faktor timbulnya perceraian.

18
2. Orang tua meninggal. Takdir hidup dan mati manusia di
tangan Tuhan. Manusia hanya bisa berdoa dan berupaya.
Adapun sebab kematian ada berbagai macam. Antara lain
karma kecelakaan, bunuh diri, pembunuhan, musibah
bencana alam, kecelakaan kerja, keracunan, penyakit dan
lain-lain.
3. Orang tua masuk penjara. Sebab masuk penjara antara lain
karena melakukan tindak kriminal seperti perampokan,
pembunuhan, penciarian, pengedar narkoba atau thicial,
perdata seperti hutang, jual beli, atau karma tidak pidana
korupsi sehingga sekian lama tidak berkumpul dengan
keluarga.
4. Study ke pulau lain atau ke negara lain. Tuntutan profesi
orang tua untuk melanjutkan study sebagai peserta tugas
belajar mengakibatkan harus, berpisah dengan keluarga
untuk sementara waktu, atau bisa terjadi seorang anak yang
meneruskan pendidikan di pulau lain atau luar negeri dan
hanya bersama ibu saja sehingga menyebabkan anak untuk
sekian lama tidak didampingi oleh ayahnya yang harus tetap
kerja di negara atau pulau atau kota. kelahiran.
5. Kerja di luar daerah atau luar negeri. Cita-cita untuk
mewujudkan kehidupan yang lebih baik lagi menyebabkan
salah satu orang tua meninggalkan daerah, terkadang ke
luar negeri.
c) Dampak single parent
1. Dampak negatif
a) Perubahan perilaku anak. Bagi seorang anak yang
tidak siap, ditinggalkan orang tuanya bisa menjadi
mengakibatkan perubahan tingkah laku. Menjadi pemarah,
berkata kasar, suka melamun, agresif, suka memukul,
menendang, menyakiti temannya. Anak juga tidak

19
berkesempatan untuk belaiar perilaku yang baik
sebagaimana, perilaku keluarga yang harmonis. Dampak
yang paling berbahaya biia anak mencari pelarian di luar
rumah, seperti menjadi anak jalanan, terpengaruh
penggunaaa narkoba untuk melenyapkan segala
kegelisahan dalam hatinya, terutama anak yang kurang
kasih sayang, kurang perhatian orang tuanya.
b) Perempuan merasa terkucil. Terlebih lagi pada
perempuan yang sebagai janda atau yang tidak dinikahi, di
masyarakat terkadang mendapatkan cemooh dan ejekan.
c) Psikologi anak terganggu. Anak Bering mendapat
ejekan diri Leman sepermainan sehingga anak menjadi
murung, sedih. Hai ini dapat mengakibatkan anak menjadi
kurang percaya diri dan kurang kreatif.
2. Dampak positif
a) Anak terhindar dari komunikasi yang kontradiktif dari
orang tua, tidak akan terjadi komunikasi yang
berlawanan dari orang tua, i-nisaInya ibunya
mengijinkan teLapi ayahnya melarangnya. Nilai yang
diajarkan oleh ibu atau ayah d iterima penuh karena
tidak terjadi pertentangan.
b) Ibu berperan penuh dalam pengambilan keputusan.
c) Anak lebih mandiri dan berkepribadian kuat, karena
terbiasa tidak selalu hal didampingi, terbiasa
menyelesaikan berbagai masalah kehidupan.
d) Upaya pencegahan single parent dan pencegahan dampak
negatif single parent
1. Pencegahan terjadinya kehamilan di luar nikah.
2. Pencegahan perceraian dengan mempersiapkan
perkawinan dengan baik dalam segi psikologis, ke-
aangan, spiritual.

20
3. Menjaga kommikasi dengan berbagai sarana
teknologi informasi.
4. Menciptakan kebersamaan antar anggota keluarga.
5. Peningkatan spiritual dalam keluarga.
e) Penanganan single parent
1) Memberikan kegiatan yang positif. Berbagai macam
kegiatan yang dapat mendukung anak untuk lebih bisa
mengah, ualisasikan diri secara positif antara lain dengan
penyaluran. hobi, kursus sehingga menghindarkan anak
melakukan hal-hal yang negatif.
2) Memberi peluang anak belajar berperilaku baik. Bertandang
pada keluarga, lain yang harmonis memberikan kesempatan
bagi anak untuk meneladani figur orang tua yang tidak
diperoleh dalam lingkungan keluarga sendiri.
3) Dukungan komunitas. Bergabung dalam club sesama
keluarga dengan orang tua tunggal dapat memberikan
dukungan karena anak mempunyai banyak teman yang
bemasib sama sehingga tidak merasa sendirian.
l. Perkawinan Usia Muda dan Usia Tua
Perkawinan adalah ikatan batin antara pria dan wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk  keluarga/ rumah tangga
yang bahagia dan kekal berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa (UU
Perkawinan No 1 Thahun 1974)
a. Perkawinan usia muda
1. Pengertian Perkawinan usia muda
Menurut UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 pasal 7
bahwa perkawinan diij inkan bila laki-laki berumur 19
tahun dan wanita berumur 16 tahun. Namun pemerintah
mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi manusia
yang ditegaskan dalam UU No 10 Tahun 1992 yang
menyebutkan bahwa pemerintah menetapkan kebijakan

21
upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana. Banyaknya
resiko kehamilan kurang dari perkawinan diijinkan bila
laki-laki berumur 21 tahun dan perempuan berumur 19
tahun. Sehingga perkawinan usia muda adalah perkawinan
yang dilakukan bila pria kurang dari 21 tahun dan
perempuan kurang dari 19 tahun.
2. Kelebihan perkawinan usia muda
a) Terhidar dari perilaku seks bebas, karena kebutuhan
seksual terpenuhi.
b) Menginjak usia tua tidak lagi mempunyai anak yang
masih kecil.
3. Kekurangan perkawinan usia muda
a) Meningkatkan angka kelahiran sehingga pertumbuhan
pendudukan semakin meningkat.
b) Ditinjau dari segi kesehatan,perkawinan usia muda
meningkatkan angka kematian bayi dan ibu,risiko
komplikasi kehamilan,persalinan dan nifas.Selain itu
bagi perempuan meningkatkan risiko cerviks karena
hubungan seksual dilakukan pada saat secara anatomi
sel – sel serviks belum matur. Bagi bayi risiko
terjadinya kesakitan dan kematian meningkat.
c) Kematangan psikologis belum tercapai sehingga
keluarga mengalami kesulitan mewujudkan keluarga
yang berkualitas tinggi.
d) Ditinjau dari segi sosial,dengan perkawinan mengurangi
kebebasan pengembangan diri,mengurangi kesempatan
melanjutkan pendidikan jenjang tinggi.
e) Adanya konflik dalam keluarga membuka peluang
untuk mencari pelarian pergaulan di luar rumah
sehingga meningkatkan risiko penggunaan minuman
alkohol,narkoba,dan seks bebas.

22
f) Tingkat peceraian tinggi.Kegagalan kelurga dalam
melewati berbagai macam permasalahan meningkatkan
risiko perceraian
4. Penanganan perkawinan usia muda
a) Pendewasaan usia kehamilan dengan penggunaan
kontrasepsi sehingga kehamilan pada waktu usia
reproduksi sehat.
b) Bimbingan psikologis. Hal ini dimaksudkan untuk
membantu pasangan dalam menghadapi persoalan-
persoalan agar mempunyai cara pandang dengan
pertimbangan kedewasaan, tidak mengedepankan
emosi.
c) Dukungan keluarga. Peran keluarga sangat banyak
mernbantu kell 1,grga muda baik clukungan berupa
material maupun non material untuk kelanggengan
keluarga, sehingga lebih tahan terhadap hambatan-
hambatan yang ada.
d) Peningkatan kesehatan dengan peningkatan
pengetahuan kesehatan, perbaikan gizi bagi istri yang
mengalami kurang gizi.
b. Perkawinan usia tua
1. Pengertian perkawinan usia tua
Adalah perkawinan yang dilakukan bila perempuan
berumur lebih dari 35 tahun.
2. Kelebihan perkawinan usia tua
Kematangan fisik, psikologis, sosial, financial sehingga
harapan membentuk keluarga sejahtera berkualitas
terbentang.
3. Kekurangan pernikahan usia tua

23
a) Meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu dan
bayi. Kemungkinan/risiko tejadi ca mammae
meningkat.
b) Meningkatnya risiko kehamilan dengan anak kelainan
bawaan, misalnya terjadi kromosom non disjunction
yaitu kelainan proses meiosis basil konsepsi (fetus)
sehingga menghasilkan kromosom sejumlah 47.
Aneuploidy, yaitu ketika kromosom basil konsepsi tidak
tepat 23 pasang. Contohnya: trisomi 21 (down
syndrome), trisomi 13 (patau syndrome) dan trisomi 18
(edwards syndrome).
4. Penanganan Perkawinan Usia Tua
a) Pengawasan kesehatan: ANC secara rutin pada tenaga
kesehatan.
b) Peningkatan kesehatan dengan peningkatan
pengetahuan kesehatan, perbaikan gizi bagi istri yang
mengalami kurang gizi.
c. Pencegahan perkawinan muda dan tua:
1. Penyuluhan kesehatan untuk menikah pada usia reproduksi
sehat.
2. Merubah cara pandang budaya atau cara pandang diri yang
tidak mendukung.
3. Meningkatkan kegiatan sosialisasi.

24
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dimensi sosial wanita Adalah suatu fenomena gambaran yang terjadi pada
saat sekarang ini. Kenyataannya adalah diskriminasi/ketidakadilan  seperti :
Marginalisasi, Subordinasi, Pandangan Steriotip, Kekerasan terhadap
perempuan, beban kerja.
Permasalahan yang berkaitan dengan dimensi sosial wanita yaitu
kekerasan, pemerkosaan, pelecehan seksual, single parent, perkawinan usia
muda dan tua, dan lain-lain.

B. Saran
Semoga setiap wanita selalu waspada dalam segala permasalahan
kesehatan dalam dimensi sosialnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Fatonah, Siti. 2013. Permasalahan Kesehatan Perempuan Dalam Dimensi Sosial


dan Upaya Mengatasinya.

http://bidansitifatonah.blogspot.co.id/2013/05/permasalahan-kesehatan
perempuan-dalam_20.html. Visited 29 April 2016.

MSH, Firla R. 2011. Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya (Perkosaan).


http://firlyafhie-msh.blogspot.co.id/2011/06/dimensi-sosial-wanita-
dan.html. visited 29 April 2016

Nurlia, Is Anis. 2015. Makalah Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya


(Lengkap). http://isanisnurlia.blogspot.co.id/2015/04/makalah-dimensi-
sosial-wanita-dan.html. Visited 29 April 2016

Nurianti, Irma. ___. Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya, [pdf].

Sihombing, Berliana. 2013. Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya.


http://riannahasian2.blogspot.co.id/2013/02/dimensi-sosial-wanita-dan.html.
Visited 29 April 2016

Umar, Musni. 2012. Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Dalam Rumah


Tangga (KDRT).

https://musniumar.wordpress.com/2012/07/09/pencegahan-dan-penanganan-
kekerasan-dalam-rumah-tangga-kdrt/. Visited 29 April 2016

Widyatun, Diah. 2012. Dimensi Sosial Wanita dan Permasalahannya.


http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/05/dimensi-sosial-wanita-
dan.html. Visited 29 April 2016

26

Anda mungkin juga menyukai