OLEH :
KELOMPOK I
KELAS II A KEBIDANAN
UMI ZAKIA
HIKMA RIFANY
SARTIKA PASIANG
ROSNA
UFIK
TAHUN 2021
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kami kemudahan sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan Makalah yang berjudul “Dimensi sosial wanita dan
permasalahannya serta upaya mengatasinya”.
Kami tentu menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk Makalah “Dimensi
sosial wanita dan permasalahannya serta upaya mengatasinya” ini agar nantinya
dapat menjadi Makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini kami memohon maaf sebasar-besarnya. Demikian,
semoga Makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
COVER/ JUDUL MAKALAH......................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG.......................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................... 2
C. TUJUAN............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
A. KESIMPULAN..................................................................................... 32
B. SARAN................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara biologis wanita dan pria memang tidak sama, akan tetapi sebagai
makhluk jasmani dan rohani yang dilengkapi dengan akal budi, kedua macam
insan itu mempunyai persamaan yang hakiki. Keduanya adalah pribadi yang
mempunyai hak sama untuk berkembang.
Dalam masa transisi menuju kemasyarakat industrial terdapat perubahan
system nilai. Hal ini erat hubungannya dengan pembangunan yang mendatangkan
tekhnologi barat bersama dengan nasihat-nasihatnya. Dari tekhnologi barat ini
manfaat yang diambil cukup besar, tetapi disamping itu terdapat pula dampaknya,
berupa benturan-benturan antara kebudayaan tradisional dan barat.
Pertemuan antara kebudayaan secara mendadak itu menimbulkan
permasalahan social yang erat hubungannya dengan moralitas. Partisipasi wanita
dalam menangani masalah ini sangat diharapkan karena hal ini sesuai dengan
ketentuan tentang peranan wanita dalam GBHN 1988. Ketentuan itu menerangkan
bahwa peran wanita adalah mewujudkan dan mengembangkan keluarga sehat,
sejahterah dan bahagia, termasuk pengembangan generasi muda, terutama anak
dan remaja dalam rangka pembangunan wanita seutuhnya.
Di era westernisasi seperti sekarang ini, Perempuan sering dijadikan
komoditas bahkan dilecehkan dan menjadi korban dalam berbagai masalah
kehidupan. Hal tersebut yang mendasari bahwa wanita adalah rendah, lemah dan
paling sering mengalami permasalahan yang berkaitan dengan status
kehidupannya dalam dimensi sosial di masyarakat yang disini fokus pada
pemerkosaan.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dimensi sosial wanita?
2. Apa saja status wanita?
3. Apa saja nilai-nilai Wanita?
4. Apa saja peran wanita?
5. Apa saja permasalahan dalam dimensi sosial wanita?
C. TUJUAN MAKALAH
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dimensi social wanita Adalah suatu fenomena gambaran yang terjadi pada
saat sekarang ini. Kenyataannya adalah diskriminasi/ketidakadilan:
3
meningkatkan harga diri. Wanita yang bekerja mempunyai status yang
lebih tinggi disbanding dengan wanita yang tidak ikut kerja.
b. Nilai wanita
Menurut kamus besar bahasa Indonesia 2001, nilai berarti harga, mutu,
kadar, sifat-sifat yang penting yang berguna bagi kemanusiaan.
Sejak zaman dulu perempuan sering diberlakukan nista diseluruh penjuru
dunia dalam sejarah. Perempuan dianggap sebagai setengah manusia, mahluk
pelengkap, konco wingking dan sejenisnya dimana hak dan kewajiban,
terlebih lagi peradabannya diatur dan ditentukan oleh laki-laki. Pada
peradaban Nasrani Kuno abad ke-5 M, merelka menyatakan bahwa
perempuan tidak memiliki ruh suci. Pada abad ke-6 masehi perempuan
tercipta hanya untuk melayani laki-laki semata-mata.
Di zaman peradaban Zunani Kuna pada kalangan kerajaan, mereka
menempatkan perempuan sebagai mahluk yang terkurung dalam istana.
Kalangan dibawahnya menjadikan perempuan bebas diperdagangkan. Saat
perempuan sudah menikah, suami berhak melakukan apa saja terhadap
istrinya. Pada peradaban Romawi perempuan kedudukannya dibawah
kekuasaan sang ayah, dimana setelah menikah berpihak kepada suami.
Kekuasaan yang dimiliki sangat mutlak, sehingga berhak menjual, mengusir,
menganiaya bahkan sampai membunuh.
Pada abad ke-7 masehi, perempuan sering menjadi barang sesajen bagi
para dewa oleh masyarakat Hindu Kuno. Hak hidup bagi perempuan yang
bersuami tergantung hidup mati suaminya. Jika suaminya meninggal, maka
istri harus dibakar hidup-hidup bersama mayat suaminya dibakar.
Pada zaman sekarang nilai wanita juga masih dianggap rendah, tidak
setinggi nilai laki-laki dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat.
Dalam keluarga anak lebih takut atau lebih patuh pada ayah disbanding pada
ibu. Dikehidupan masyarakat, laki-laki lebih diutamakan daripada perempuan.
4
c. Peran wanita
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2001 peran berarti
tingkah laku yang diharapkan yang dimiliki wanita sehubungan dengan
kedudukan dimasyarakat.
Menurut Soekanto Soerjono, 1990 peranan (role) merupakan dinamis
kehidupan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai
dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan.
Status adalah kedudukan seseorang di dalam keluarga dan masyarakat.
Jadi status social wanita adalah kedudukan seorang wanita yang akan
mempengaruhi bagaimana seseorang wanita diperlakukan, bagaimana dia
dihargai dan kegiatan apa yang boleh dilakukan.
1. Faktor Yang Mempengaruhu Status Sosial Wanita
a) Rendahnya kedudukan wanita dari pria
Walaupun separuh dari penghuni dunia adalah wanita
namun sampai abad yang lalu dunia seni, politik, ekonomi,
perdagangan adalah dunia laki-laki. Karena itu wanita hidupnya
bagaikan mengambang dalam keremangan senja, bergerak hanyut
seperti bayangan dibelakang panggung pria dan tidak berarti.
Hukum manusia dari dulu hingga sekarang adalah hukum
laki-laki, khususnya dibidang politik, pemerintah adalah
pemerintahan pria dan Negara adalah Negara pria. Terutama
dibidang politik, wanita ditolak untuk menduduki posisi
kepemimpinan dan fungsi-fungsi kunci, karena dianggap kurang
mampu dan dilihat sebagai saingan kaum pria.
b) Rendahnya tingkat pendidikan wanita dibanding pria
Ketika orang tua akan memutuskan untuk membiayai
pendidikan anaknya umumnya kaum laki-laki yang mendapat
prioritas utama untuk memperoleh pendidikan yang tinggi untuk
bekal menjadi kepala keluarga dan pencari nafkah yang baik,
sedangkan wanita kurang perlu mendapat pendidikan tinggi karena
5
nantinya juga harus bertugas menjadi ibu rumah tangga, kembali
mengurus keluarga.
Persepsi ini yang merugikan kaum wanita karena dianggap
kurang penting memperoleh pendidikan yang tinggi sehingga
mengakibatkan banyak wanita tetap terpuruk dalam kebodohan
karena tingkat pendidikan yang rendah.
c) Perlindungan hukum, hak dan kewajiban wanita serta peran ganda
wanita sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah
Di masyarakat seorang wanita tidak boleh memiliki /
mewarisi hak milik atau mencari penghasilan. Bila wanita dicerai
maka dia tidak boleh merawat anaknya lagi atau hak miliknya.
Meskipun wanita punya hak secara hukum tetapi tradisi tidak akan
mengijinkan untuk mengkontrol hidupnya sendiri. Selain itu karena ekonomi
keluarga yang kurang baik, meningkatkan wanita untuk berperan ganda sebagai
ibu rumah tangga dan pencari nafkah.
6
mengatur ekonomi keluarga, pemelihara kesehatan keluarga,
menyiapkan makanan bergizi tiap hari, menumbuhkan rasa
memiliki dan bertangggung jawab terhadap sanitasi rumah tangga
juga menciptakan pola hidup sehat jasmani, rohani dan sosial.
7
d) Kekerasan seksual.
Misalnya: perkosaan, pencabulan, pemaksaan kehendak atau
melakukan penyerangan seksual, berhubungan seksual dengan istri
tetapi istri tidak menginginkannya.
8
b) Pria merasa berkuasa atas wanita.
Bila pria merasa mempunyai istri ‘kuat' maka dia berusaha untuk
melemahkan wanita agar merasa tergantung padanya atau
membutuhkannya.
c) Ketidak tahuan priaa.
Bila latar belakang pria dari keluarga yang selalu mengandalakan
kekerasan sebagai satu-satunya jalan menyelesaikan masalah dan tidak
mengerti cara lain maka kekerasan merupakan jalan pertama dan ut-aina
baginya sebagai cara yang jitu setiap ada kesulitan atau tertekan karena
memang dia tidak pernah belajar cara lain untuk bersikap.
2. PERKOSAAN
Perkosaan adalah setiap tindakan laki-laki memasukkan penis, jari atau
alat lain ke dalam vagina/alat tubuh seorang perempuan tanpa persetujuannya.
Dikatakan suatu tindak perkosaan tidak hanya bila seorang, perempuan disiksa,
dipukuli sampai pingsan, atau ketika perempuan meronta, melawan, berupaya
melarikan setiap diri atau korban hendak bunuh diri, akan tetapi meskipun
9
perempuan tidak melawan, apapun yang dilakukan perempuan, bila perbuatan
tersebut bukan pilihan keinginan perempuan berarti termasuk tindak perkosaan.
bukan kesalahan wanita.
Dalam rumah tangga, hubungan seksual yang tidak diinginkan istri
termasuk tindakan kekerasan, merupakan tindakan yang salah.
Motivasi Perkosaan
Jenis-Jenis Perkosaan
10
a) Pengungsi, imigran, tidak mempunyai rumah, anak jalanan/gelandangan,
di daerah peperangan.
b) Korban tindak kekerasan suami/pacar.
Pencegahan Pemerkosaan :
11
Sikap terhadap korban perkosaan:
12
b) Hindari kepanikan, tetap waspada, bertindak saat pelaku lengah.
c) Berjuang untuk pernbela diri seperti: menendang, teriak, menawar,
melakukan strategi perlawanan.
d) Amati ciri khusus pelaku.
e) Manfaatkan evaluasi situasi yang terbaik.
Upaya mengatasinya :
Upaya promotif :
3. PELECEHAN SEKSUAL
13
a) Mengucapkan kata-kata jorok tentang tubuh wanita.
b) Main mata, siulan nakal, isyarat jorok, sentuhan, rabaan, remasan, usapan,
elusan, colekan, pelukan, ciuman pada bagian tubuh wanita.
c) Menggoda, kearah hubungan seksual.
d) Laki-laki memperlihatkan alat kelaminnya atau onani di depan perempuan.
4. SINGLE PARENT
Single parent adalah keluarga yang mana, hanya ada satu orang tua
tunggal, hanya ayah atau ibu saja. Keluarga yang terbentuk bisa tedadi pada
keluarga sah secara hukum maupun keluarga yang belum sah secara hukum, baik
hukum agama maupun hukum pemerintah.
14
c) Orang tua masuk penjara. Sebab masuk penjara antara lain karena
melakukan tindak kriminal seperti perampokan, pembunuhan,
penciarian, pengedar narkoba atau thicial, perdata seperti hutang, jual
beli, atau karma tidak pidana korupsi sehingga sekian lama tidak
berkumpul dengan keluarga.
d) Study ke pulau lain atau ke negara lain. Tuntutan profesi orang tua
untuk melanjutkan study sebagai peserta tugas belajar
mengakibatkan harus, berpisah dengan keluarga untuk sementara
waktu, atau bisa terjadi seorang anak yang meneruskan pendidikan di
pulau lain atau luar negeri dan hanya bersama ibu saja sehingga
menyebabkan anak untuk sekian lama tidak didampingi otch
ayahnya yang hams tetap kerja di negara atau pulau atau kota.
kelahiran.
e) Kerja di luar daerah atau luar negeri. Cita-cita untuk mewujudkan
kehidupan yang lebih baik lagi menyebabkan salah satu orang tua
meninggalkan daerah, terkadang ke luar negeri.
a) Dampak negative
1) Perubahan perilaku anak. Bagi seorang anak yang tidak siap,
ditinggalkan orang tuanya bisa menjadi mengakibatkan perubahan
tingkah laku. Menjadi pemarah, berkata kasar, suka melamun,
agresif, suka memukul, menendang, menyakiti temannya. Anak
juga tidak berkesempatan untuk belaiar perilaku yang baik
sebagaimana, perilaku keluarga yang harmonis. Dampak yang
paling berbahaya biia anak mencari pelarian di luar rumah, seperti
menjadi anak jalanan, terpengaruh penggunaaa narkoba untuk
melenyapkan segala kegelisahan dalam hatinya, terutama anak
yang kurang kasih sayang, kurang perhatian orang tuanya.
15
2) Perempuan merasa terkucil. Terlebih lagi pada perempuan yang
sebagai janda atau yang tidak dinikahi, di masyarakat terkadang
mendapatkan cemooh dan ejekan.
3) Psikologi anak terganggu. Anak Bering mendapat ejekan diri
Leman sepermainan sehingga anak menjadi murung, sedih. Hai ini
dapat mengakibatkan anak menj adi kurang percaya diri dan
kurang kreatif.
b) Dampak positif
1) Anak terhindar dari komunikasi yang kontradiktif dari orang tua,
tidak akan terjadi komunikasi yang berlawanan dari orang tua, i-
nisaInya ibunya mengijinkan teLapi ayahnya melarangnya. Nilai
yang diajarkan oleh ibu atau ayah d iterima penuh karena tidak
terjadi pertentangan.
2) Ibu berperan penuh dalam pengambilan keputusan clan tegar.
3) Anak lebih mandiri dan berkepribadian kuat, karena terbiasa tidak
selalu hal didampingi, terbiasa menyelesaikan berbagai masalah
kehidupan.
16
Upaya pencegahan single parent dan pencegahan dampak negatif single parent
17
Kelebihan perkawinan usia tua: Kematangan fisik, psikologis, sosial, financial
sehingga harapan membentuk keluarga sejahtera berkualitas terbentang.
18
Penanganan Perkawinan Usia Muda :
Pencegahan :
a) Aktualisasi diri.
Wanita yang bekerja akan memperoleh pengakuan dari lingkungan karena
produktifitas dan kreatifitas yang telah dihasilkan.
b) Mata pencaharian.
19
Penghasilan yang diperoleh dalam rangka mencukupi kebutuhan sehari-
hari agar meningkat kualitas hidup keluarga, baik untuk memenuhi
kebutuhan primer seperti pangan, sandang, papan, atau kebutuhan
sekunder seperti perabot rumah tangga, mobil, jaminan kesehatan, dll.
c) Relasi positif dalam keluarga.
Pengetahuan yang luas dan pengalaman rnengambil keputusan saat bekerja
dalam memecahkan suatu masalah ditempat kerja, pola pikir terbuka
memungkinkan jalinan saling mendukung dalam keluarga.
d) Pemenuhan kebutuhan social.
Wanita bekerja akan menjumpai banyak relasi, Leman sehingga dapat
memperkaya wawasan bagi wanita.
e) Peningkaan keterampilan/kompetensi.
Dengan bekerja wanita terns terpacu untuk selalu meningkatkan
keterampilan atau kompetensi sehingga dapat meningkatkan rasa percaya
diri dan prestasi yang lebih sebagai karyawan.
f) Pengaruh lingkungan.
Lingkungan mayoritas wanita banyak yang bekerja akan memberikan
motivasi bagi wanita lain untuk bekerja.
20
keluarga karena pusat perhatiannya pada kesuksesan kanernya, sehingga
bisa menelantarkan peran sebagai istri dan sebagai ibu.
Upaya pencegahan :
Incest dapat terjadi karena saling suka atau saling cinta dan dapat juga
terjadi akibat paksaan tanpa rasa cinta. Incest ada yang diluar perkawinan, namun
ada juga yang sengaja dilakukan dalam ikatan perkawinan. Diluar negri,
perkawinan incest diperbolehkan, sedangkan di Indonesia perkawinan incest tidak
21
dibenarkan menurut hukum. Perkawinan di Indonesia dinyatakan sah dilakukan
menurut agama. Sedangkan pencatatannya, bila agama Islam di Kantor Urusan
Agama (KUA) dan selain agama Islam di Kantor Pencatatan Sipil. Sah tidaknya
perkawinan di Indonesia berdasarkan ajaran agama masing-masing. Semua agama
di Indonesia melarang perkawinan incest. Bila diketahui ada pertalian darah
(muhrim dalam agama islam) sedangkan perkawinan telah dilakukan dan
walaupun sudah mempunyai anak, maka perkawinan harus dibatalkan.
Upaya Mengatasi :
8. HOME LESS
Home less atau tuna wisma atau gelandangan adalah orang yang hidup
dalam keadaan tidak sesuai dengan norma di masyarakat setempat, serta tidak
mempunyai tempat tinggal yang tetap diwilayah tertentu dan hidup ditempat
22
umum. Home less banyak terdapat di kota- kota besar. Kedatangan mereka ke
kota besar tanpa didukung oleh pendidikan dan ketrampilan yang memadai.
Biasanya mereka tinggal di empeeran toko, kolong jembatan, kolong jalan layang,
gerobak tempat barang bekas, sekitar rel kereta api, di taman, di tempat umum
lainnya. Pekerjaan mereka sebagai pengamen, pengemis, pemulung sampah.
a) Kemiskinan
Hal ini merupakan faktor utama. Kemiskinan menyebabkan mereka
tidak mampu memenuhi kebutuhan papan, sehingga mereka bertempat
tinggal di tempat umum. Kemiskinan juga menyebabkan rendahnya
pendidikan sehingga tidak mempunyai ketrampilan dan keahlian untuk
bekerja. Hal ini berefek pada anak-anak mereka. Mereka tidak mampu
membiayai anak-anaknya sekolah sehingga anak-anak mereka juga ikut
jadi gelandangan.
b) Bencana Alam
Bencana alam akhir-akhir ini banyak menimpa negara kita. Mereka
tinggal di pengungsian, kehilangan pekerjaan mereka.
c) Yatim Piatu
Anak yang tidak mempunyai orangtua, saudara tidak mempunyai
tempat tinggal sehingga mereka mencari tempat berteduh di tempat-tempat
umum.
d) Kurang Kasih Sayang
Berbagai penyebab sehingga anak merasa kurang diperhatikan,
kurang kasih sayang orang tuanya, maka ia turun ke jalan untuk mencari
komunitas yang mau menerima dia apa adanya.
e) Tinggal di Daerah Konflik
Penduduk yang tinggal di daerah konflik, dimana mereka merasa
keamanannya kurang terjaga mengakibatkan mereka pindah ke daerah lain
yang mereka anggap lebih aman, apalagi kalau rumah mereka hancur
karena perang. Banyak tindak kekerasan di wilayah konflik, termasuk
23
pelecehan seksual, perkosaan, pembunuhan sehingga mereka memaksa
meninggalkan daerahnya.
24
f) Pelecehan Seksual
Orang dewasa yang tidak bertanggungjawab melakukan sodomi,
pelecehan seksual dengan imbalan uang, atau dibawah ancaman mereka
untuk melampiaskan nafsu mereka.
Penghentian / Peniadaan
Rehabilitasi
25
Upaya rehabilitasi yang dilakukan meliputi :
a) Bimbingan agama.
b) Bimbingan sosial.
c) Latihan keterampilan.
d) Pendidikan kesehatan.
e) Pendidikan dan kesejahteraan pribadi.
Dari segi hukum obat-obat yangs ering disalah gunakan dapat dibagi
dalam dua kelompok, yaitu: narkotika atau obat bius dan bahan psikotropika.
Untuk mencegah penyalahgunaan obat, pemerintah baru-baru ini telah
mengesahkan dua Undang-Undang penting yaitu:
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya adalah opium,
morphine, cocaine, ganja/marihuana, dan sebagainya.
26
Narkotika dibedakan menjadi :
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Bahan psikotropika adalah bahan/obat yang mempengaruhi jiwa atau keadaan
jiwa, yaitu :
27
b) Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
an dapat digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai poensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
c) Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiatpengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan.
d) Psikotropika golongan IV psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan.
28
dari keluarga, sebab mereka berpikir tidak perlu lagi ada beban pikiran
keluarga ketika mereka memakai obat tersebut.
d) Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-
gerik anak didiknya, karena biasanya penyebaran (transaksi) narkoba
sering terjadi disekitar lingkingan sekolah.
e) Pendidikan moral keagamaan harus lebih ditekankan kepada siswa, karena
salah satu penyebab terjerumusnya anak-anak kedalam lingkaran setan ini
adalah kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang mereka serap,
sehingga perbuatan tercela seperti inipun akhirnya mereka jalani.
11. PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subjek
dan objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Pendidikan juga
merupakan proses sadar dan sistematis disekolah, keluarga, dan masyarakat untuk
menyaqmpaikan suatu maksud dari suatu konsep yang sudah diterapkan. Tujuan
29
pendidikan yaitu diharapkan individu mempunyai kemampuan dan ketrampilan
secara mandiri untuk meningkatkan taraf hidup lahir batin dan meningkatkan
perannyasebagai pribadi, pegawai/karyawan, warga masyarakat, warga negara,
dan makhluk Tuhan dalam mengisi pembangunan.
Tingkat kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa pada
hakekatnya ditentukan oleh kualitas pendidikan yang diperoleh. Pendidikan yang
baik dan berkualitas saat melhirkan individu yang baik dan berkualitas pula.
Sebaliknya apabila pendidikan yang diperoleh tidak baik dan tidak berkualitas,
maka hal ini akan berdampak terhadap kualitas SDM yang dibangun. Peningkatan
pendidikan bagi kaum perempuan merupakan keharusan yang tidak dapat
dielakkan demi mencapai kesetaraan dan keadilan gender. Analisis gender dalam
pembangunan pendidikan ditingkat nasional menemukan adanya kesenjangan
gender dalam pelaksanaan pendidikan terutama di tingkat SMK dan perguruan
tinggi, namun lebih seimbang peda tingkat SD, SMP, dan SMU. Kecenderungan
adalah semakin tinggi jenjang pendidikan, maka makin meningkat kesenjangan
gendernya.
Pendidikan yang tinggi dipandang perlu bagi kaum wanita, karena
pendidikan yang tinggi maka mereka dapat meningkatkan taraf hidup, membuat
keputusan yang menyangkut masalah kesehatan mereka sendiri. Seorang wanita
yang lulus dari perguruan tinggi akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan
mampu berperilaku hidupn sehat bila dibandingkan dengan seorang wanita yang
memiliki pendidikan rendah. Semakin tinggi pendidikan seorang wanita maka ia
semakin mampu mandiri dengan sesuatu yang menyangkut diri mereka sendiri.
12. UPAH
Upah adalah upah itu merupakan suatu penerimaan sebagai imbalan dari
pemberi atas balasan pekerjaan yang dilakkukan oleh penerima.
30
Fenomena perempuan bekerja bukanlah barang baru ditengah masyarakat
kita. Sebenarnya tidak ada perempuan yang benar-benar menganggur, biasanya
para perempuan juga memiliki pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangganya entah itu dengan mengelola sawah, membuka warung dirumah,
mengkreditkan pakaian dan lain sebagainya. Mungkin sebagian besar masyarakat
Indonesia masih beranggapan bahwa perempuan dengan pekerjaaan diatas bukan
termasuk kategori perempuan bekerja. Hal ini karena perempuan bekerja identik
dengan wanita karir atau wanita kantoran, padahal dimanapun dan kapanpun
perempuan itu bekerja seharusnya tetap dihargai pekerjaannya.
31
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dimensi sosial wanita Adalah suatu fenomena gambaran yang terjadi pada
saat sekarang ini. Kenyataannya adalah diskriminasi/ketidakadilan seperti :
Marginalisasi, Subordinasi, Pandangan Steriotip, Kekerasan terhadap perempuan,
beban kerja.
Permasalahan yang berkaitan dengan dimensi sosial wanita yaitu
kekerasan, pemerkosaan, pelecehan seksual, single parent, perkawinan usia muda
dan tua, wanita di tempat kerja dan pekerja seks komersial
B. SARAN
Kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca.
32
DAFTAR PUSTAKA
33