Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

DIMENSI SOSIAL WANITA & PERMASALAHANNYA

SERTA UPAYA MENGATASINYA

OLEH :

KELOMPOK I

KELAS II A KEBIDANAN

UMI ZAKIA

DINI MELATI PUTRI JAYA

HIKMA RIFANY

SARTIKA PASIANG

ROSNA

UFIK

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU

TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kami kemudahan sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan Makalah yang berjudul “Dimensi sosial wanita dan
permasalahannya serta upaya mengatasinya”.

Kami tentu menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk Makalah “Dimensi
sosial wanita dan permasalahannya serta upaya mengatasinya” ini agar nantinya
dapat menjadi Makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini kami memohon maaf sebasar-besarnya. Demikian,
semoga Makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Palu, 10 Maret 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
COVER/ JUDUL MAKALAH......................................................................... i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG.......................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................... 2
C. TUJUAN............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3

A. DIMENSI SOSIAL WANITA.............................................................. 3


B. PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI
SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA....................................... 7

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 32

A. KESIMPULAN..................................................................................... 32
B. SARAN................................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Secara biologis wanita dan pria memang tidak sama, akan tetapi sebagai
makhluk jasmani dan rohani yang dilengkapi dengan akal budi, kedua macam
insan itu mempunyai persamaan yang hakiki. Keduanya adalah pribadi yang
mempunyai hak sama untuk berkembang.
Dalam masa transisi menuju kemasyarakat industrial terdapat perubahan
system nilai. Hal ini erat hubungannya dengan pembangunan yang mendatangkan
tekhnologi barat bersama dengan nasihat-nasihatnya. Dari tekhnologi barat ini
manfaat yang diambil cukup besar, tetapi disamping itu terdapat pula dampaknya,
berupa benturan-benturan antara kebudayaan tradisional dan barat.
Pertemuan antara kebudayaan secara mendadak itu menimbulkan
permasalahan social yang erat hubungannya dengan moralitas. Partisipasi wanita
dalam menangani masalah ini sangat diharapkan karena hal ini sesuai dengan
ketentuan tentang peranan wanita dalam GBHN 1988. Ketentuan itu menerangkan
bahwa peran wanita adalah mewujudkan dan mengembangkan keluarga sehat,
sejahterah dan bahagia, termasuk pengembangan generasi muda, terutama anak
dan remaja dalam rangka pembangunan wanita seutuhnya.
Di era westernisasi seperti sekarang ini, Perempuan sering dijadikan
komoditas bahkan dilecehkan dan menjadi korban dalam berbagai masalah
kehidupan. Hal tersebut yang mendasari bahwa wanita adalah rendah, lemah dan
paling sering mengalami permasalahan yang berkaitan dengan status
kehidupannya dalam dimensi sosial di masyarakat yang disini fokus pada
pemerkosaan.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dimensi sosial wanita?
2. Apa saja status wanita?
3. Apa saja nilai-nilai Wanita?
4. Apa saja peran wanita?
5. Apa saja permasalahan dalam dimensi sosial wanita?

C. TUJUAN MAKALAH

Tujuan umum penulisan makalah ini untuk mengetahui dimensi sosial


wanita dan permasalahannya dalam kaitannya dengan kesehatan reproduksi.
Adapun tujuan khususnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Dimensi sosial wanita


2. Untuk mengetahui Status Wanita
3. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai wanita.
4. Untuk menetahui apa saja peran wanita
5. Untuk mengetahui apa saja permasalahan permasalahan dalam dimensi
sosial wanita.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DIMENSI SOSIAL WANITA

Dimensi social wanita Adalah suatu fenomena gambaran yang terjadi pada
saat sekarang ini. Kenyataannya adalah diskriminasi/ketidakadilan:

a. Status sosial wanita


Menurut kamus besar bahasa Indonesia, 2001 status adalah keadaan atau
kedudukan orang/badan dan sebagainya dalam hubungannya dengan
masyarakat. Status social wanita berarti kedudukan wanita dalam masyarakat.
Menurut Soekanto Soerjono, 1990 status sosial atau kedudukan sosial
adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan
orang lain dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta
kewajiban-kewajibannya.

Status wanita mencakup dua aspek yaitu :

1. Aspek otonomi wanita.


Aspek ini mendeskripsikan sejauh mana wanita dapat mengontrol
ekonomi atas dirinya disbanding dengan pria.
2. Aspek kekuasaan sosial
Aspek ini menggambarkan seberapa berpengaruhnya wanita
terhadapa orang lain diluar rumah tangganya.

Status wanita meliputi:

1. Status reproduksi, yaitu wanita sebagai pelestarian keturunan. Hal ini


mengisyaratkan bila seorang wanita tidak mampu melahirkan, maka status
sosialnya dianggap rendah disbanding wanita yang bis mempunyai anak.
2. Status produksi, yaitu sebagai pencari nafkah dan bekerja diluar rumah.
Santrock (2002) mengatakan bahwa wanita yang bekerja akan

3
meningkatkan harga diri. Wanita yang bekerja mempunyai status yang
lebih tinggi disbanding dengan wanita yang tidak ikut kerja.

b. Nilai wanita
Menurut kamus besar bahasa Indonesia 2001, nilai berarti harga, mutu,
kadar, sifat-sifat yang penting yang berguna bagi kemanusiaan.
Sejak zaman dulu perempuan sering diberlakukan nista diseluruh penjuru
dunia dalam sejarah. Perempuan dianggap sebagai setengah manusia, mahluk
pelengkap, konco wingking dan sejenisnya dimana hak dan kewajiban,
terlebih lagi peradabannya diatur dan ditentukan oleh laki-laki. Pada
peradaban Nasrani Kuno abad ke-5 M, merelka menyatakan bahwa
perempuan tidak memiliki ruh suci. Pada abad ke-6 masehi perempuan
tercipta hanya untuk melayani laki-laki semata-mata.
Di zaman peradaban Zunani Kuna pada kalangan kerajaan, mereka
menempatkan perempuan sebagai mahluk yang terkurung dalam istana.
Kalangan dibawahnya menjadikan perempuan bebas diperdagangkan. Saat
perempuan sudah menikah, suami berhak melakukan apa saja terhadap
istrinya. Pada peradaban Romawi perempuan kedudukannya dibawah
kekuasaan sang ayah, dimana setelah menikah berpihak kepada suami.
Kekuasaan yang dimiliki sangat mutlak, sehingga berhak menjual, mengusir,
menganiaya bahkan sampai membunuh.
Pada abad ke-7 masehi, perempuan sering menjadi barang sesajen bagi
para dewa oleh masyarakat Hindu Kuno. Hak hidup bagi perempuan yang
bersuami tergantung hidup mati suaminya. Jika suaminya meninggal, maka
istri harus dibakar hidup-hidup bersama mayat suaminya dibakar.
Pada zaman sekarang nilai wanita juga masih dianggap rendah, tidak
setinggi nilai laki-laki dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat.
Dalam keluarga anak lebih takut atau lebih patuh pada ayah disbanding pada
ibu. Dikehidupan masyarakat, laki-laki lebih diutamakan daripada perempuan.

4
c. Peran wanita
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2001 peran berarti
tingkah laku yang diharapkan yang dimiliki wanita sehubungan dengan
kedudukan dimasyarakat.
Menurut Soekanto Soerjono, 1990 peranan (role) merupakan dinamis
kehidupan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai
dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan.
Status adalah kedudukan seseorang di dalam keluarga dan masyarakat.
Jadi status social wanita adalah kedudukan seorang wanita yang akan
mempengaruhi bagaimana seseorang wanita diperlakukan, bagaimana dia
dihargai dan kegiatan apa yang boleh dilakukan.
1. Faktor Yang Mempengaruhu Status Sosial Wanita
a) Rendahnya kedudukan wanita dari pria
Walaupun separuh dari penghuni dunia adalah wanita
namun sampai abad yang lalu dunia seni, politik, ekonomi,
perdagangan adalah dunia laki-laki. Karena itu wanita hidupnya
bagaikan mengambang dalam keremangan senja, bergerak hanyut
seperti bayangan dibelakang panggung pria dan tidak berarti.
Hukum manusia dari dulu hingga sekarang adalah hukum
laki-laki, khususnya dibidang politik, pemerintah adalah
pemerintahan pria dan Negara adalah Negara pria. Terutama
dibidang politik, wanita ditolak untuk menduduki posisi
kepemimpinan dan fungsi-fungsi kunci, karena dianggap kurang
mampu dan dilihat sebagai saingan kaum pria.
b) Rendahnya tingkat pendidikan wanita dibanding pria
Ketika orang tua akan memutuskan untuk membiayai
pendidikan anaknya umumnya kaum laki-laki yang mendapat
prioritas utama untuk memperoleh pendidikan yang tinggi untuk
bekal menjadi kepala keluarga dan pencari nafkah yang baik,
sedangkan wanita kurang perlu mendapat pendidikan tinggi karena

5
nantinya juga harus bertugas menjadi ibu rumah tangga, kembali
mengurus keluarga.
Persepsi ini yang merugikan kaum wanita karena dianggap
kurang penting memperoleh pendidikan yang tinggi sehingga
mengakibatkan banyak wanita tetap terpuruk dalam kebodohan
karena tingkat pendidikan yang rendah.
c) Perlindungan hukum, hak dan kewajiban wanita serta peran ganda
wanita sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah
Di masyarakat seorang wanita tidak boleh memiliki /
mewarisi hak milik atau mencari penghasilan. Bila wanita dicerai
maka dia tidak boleh merawat anaknya lagi atau hak miliknya.

Meskipun wanita punya hak secara hukum tetapi tradisi tidak akan
mengijinkan untuk mengkontrol hidupnya sendiri. Selain itu karena ekonomi
keluarga yang kurang baik, meningkatkan wanita untuk berperan ganda sebagai
ibu rumah tangga dan pencari nafkah.

Menurut Kartono Kartini, 1992 peran wanita sebagai berikut:

a. peran wanita berkaitan dengan kedudukannya dalam keluarga


a) Ibu rumah tangga penerus generasi. Perempuan berperan aktif
dalam peningkatan kualitas generasi penerus sejak dalam
kandungan.
b) Istri dan teman hidup patner sex. Sikap istri mendampingi suami
merupakan relasi dalam hubungan yang setara sehingga dapat
tercapai kasih saying dan kelanggengan perkawinan.
c) Pendidik anak. Anak memperoleh pendidikan sejak dalam
kandungan. Memberikan contoh berperilaku yang baik karena anak
belajar berperilaku dari keluarga. Ibu dapat memberikan
pendidikan akhlak, budi pekerti, pendidikan masalah reproduksi.
d) Pengatur rumah tangga. Perempuan menjaga, memelihara,
mengatur rumah tangga, menciptakan ketenangan keluarga. Istri

6
mengatur ekonomi keluarga, pemelihara kesehatan keluarga,
menyiapkan makanan bergizi tiap hari, menumbuhkan rasa
memiliki dan bertangggung jawab terhadap sanitasi rumah tangga
juga menciptakan pola hidup sehat jasmani, rohani dan sosial.

b. Peran wanita berkaitan dengan kedudukannya dalam masyarakat sebagai


mahluk sosial yang berpartisipasi aktif.
Wanita berpatisipasi aktiv dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Wanita berperan aktiv dalam pembangunan dalam berbagai
bidang seperti dalam pendidikan, kesehatan, politik, ekonomi, sosial,
budaya untuk memajukan bangsa dan Negara.

B. PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL


DAN UPAYA UNTUK MENGATASINYA.
1. KEKERASAN
Pasal 89 KUHP :
Melakukan kekerasan adalah pempergunakan tenaga atau kekuatan
jasmani tidak kecil secara yang tidak sah misalnya memukul dengan tangan
atau dengan segala macam senjata, menepak, menendang dsb.
Bentuk- Bentuk Kekerasan
a) Kekerasan psikis.
Misalnya: mencemooh, mencerca, men&na, memaki, mengancam,
melarang berhubungan dengan keluarga atau kawan dekat /
raasyarakat, intimidasi, isolasi, melarang istri bekerja.
b) Kekerasan fisik.
Misalnya memukul, membakar, menendang, melempar sesuatu,
menarik rambut, mencekik, dll.
c) Kekerasan ekonomi.
Misalnya: Tidak memberi nafkah, memaksa pasangan untuk prostitusi,
memaksa anak untuk mengemis,mengetatkan istri dalam keuangan
rumah tangga, dan lain-lain.

7
d) Kekerasan seksual.
Misalnya: perkosaan, pencabulan, pemaksaan kehendak atau
melakukan penyerangan seksual, berhubungan seksual dengan istri
tetapi istri tidak menginginkannya.

Banyak kasus terjadi kekerasan psikis berupa makian, hinaan (ungkapan


verbal ) Bering berkembang menjadi kekerasan fisik. Pada awalnya mungkin
belum terjadi, tetapi ketidaksengajaan pria kemudian berlanjut pada tindakan
kekerasan fisilk secara nyata.

Penyebab terjadinya kekerasan adalah

a) Perselisihan tentaing ekonomi.


b) cemburu pada pasangan.
c) Pasangan mempunyai selingkuhan.
d) Adanya problema seksual (misalnya: impotensi, frigid, hiperceks).
e) Pengaruh kebiasaan minum alkohol, drugs abused.
f) Permasalahan dengan anak.
g) Kehilangan pekerjaan/PHK/menganggur/belum mempunyai pekerjaan.
h) Istri ingin melanj utkan studi/ingin bekerja.
i) Kehamilan tidak diinginkan atau infertilitas.

Alasan Tindak Kekerasan Oleh Pria

a) Tindakan kekerasan dapat mencapai suatu tujuan.


1) Bila terjadi adi konflik, tanpa harus musyawarah kekerasan
merupakan cara cepat penyelesaian masalah.
2) Deegan melakukan perbuatan kekerasan, prig merasa hidup lebih
berarti karena dengan berkelahi ma ka pria merasa menjadi lebih
digdaya.
3) Pada saat melakukan kekerasan pria merasa memperoleh
`kemenangan' dan mendapatkan apa yang dia harapkan, maka
korban akan menghindari pada konflik berikutnya karena untuk
menghindari rasa sakit.

8
b) Pria merasa berkuasa atas wanita.
Bila pria merasa mempunyai istri ‘kuat' maka dia berusaha untuk
melemahkan wanita agar merasa tergantung padanya atau
membutuhkannya.
c) Ketidak tahuan priaa.
Bila latar belakang pria dari keluarga yang selalu mengandalakan
kekerasan sebagai satu-satunya jalan menyelesaikan masalah dan tidak
mengerti cara lain maka kekerasan merupakan jalan pertama dan ut-aina
baginya sebagai cara yang jitu setiap ada kesulitan atau tertekan karena
memang dia tidak pernah belajar cara lain untuk bersikap.

Akilbat Tindakan Kekerasan

a) Kurang bersemangat atau kurang percaya diri.


b) Gangguan psikologi sampai timbul gagguan system dalam
tubuh(psikosomatik), seperti: cemas, tertekan, anoreksia (kurang nafsu
makan), insomnia (susah tidur, sering mimpi buruk, jantung terasa
berdebar-debar, keringat dingin, rnual, gastritis, nyeri perut, pusing, nyeri
kepala.
c) Cidera ringan sampai berat, seperti: lecet, memar, luka terkena benda
tajam, patah tulang, luka bakar.
d) Masalah seksual, ketakutan hubungan seksual, nyeri saat hubungan
seksual, tidak ada hasrat seksual.
e) Bila perempuan korban kekerasan sedang hamil dapat terjadi abortus/
keguguran.

2. PERKOSAAN
Perkosaan adalah setiap tindakan laki-laki memasukkan penis, jari atau
alat lain ke dalam vagina/alat tubuh seorang perempuan tanpa persetujuannya.
Dikatakan suatu tindak perkosaan tidak hanya bila seorang, perempuan disiksa,
dipukuli sampai pingsan, atau ketika perempuan meronta, melawan, berupaya
melarikan setiap diri atau korban hendak bunuh diri, akan tetapi meskipun

9
perempuan tidak melawan, apapun yang dilakukan perempuan, bila perbuatan
tersebut bukan pilihan keinginan perempuan berarti termasuk tindak perkosaan.
bukan kesalahan wanita.
Dalam rumah tangga, hubungan seksual yang tidak diinginkan istri
termasuk tindakan kekerasan, merupakan tindakan yang salah.

Motivasi Perkosaan

a) Pria ingin menunjukkan kekuasaan yang bertujuan untuk menguasai


korban dengan cara mengancam (dengan senjata secara, fisik
menyakiti perempuan, verbal dengan mengertak) dan dengan penetrasi
sebagai simbol kemenangan.
b) Sebagai cara meluapkan rasa march, penghinaan, balas dendam,
menghancurkan lawan baik masalah individu maupun masalah
kelompok tertentu, sedangkan unsur rasa cinta ataupun kepuasan
seksual tidak penting.
c) Luapan perilaku sadis, pelaku merasa puas telah membuat penderitaan
bagi orang lain.

Jenis-Jenis Perkosaan

a) Perkosaan oleh orang yang dikenal.


1) Perkosaan oleh suami/bekas suwami.
2) Perkosaan oleh pacar/dating rape.
3) Perkosaan oleh teman kerja/atasan.
4) Pelecehan seksual pada anak.
b) Perkosaan oleh orang yang tidak dikenal.

Perempuan Rentan Terhadap Korban Pemerkosaan

a) Kekurangan fisik dan mental, adanya suatu penyakit atau permasalahan


yang berkaitan dengan fisik sehingga perempuan duduk diatas kursi roda,
bisu, tuli, buta atau keterbelakangan mental. Mereka tidak mampu
mengadakan perlawanan.

10
a) Pengungsi, imigran, tidak mempunyai rumah, anak jalanan/gelandangan,
di daerah peperangan.
b) Korban tindak kekerasan suami/pacar.

Pencegahan Pemerkosaan :

a) Berpakaian santun, berperilaku, bersolek tidak mengundang perhatian pria.


b) Melakukan aktifitas secara bersamaan dalam kelompok dengan banyak
teman, tidak berduaan.
c) Di tempat keda bersama teman/berkelompok, tidak berduaan dengan
sesama pegawai atau atasan.
d) Tidak menerima tamu laki-laki ke rumah, bila di rumah seorang diri.
e) Berjalan - jalan bersama banyak teman, terlebih di waktu malam hari.
f) Bila merasa diikuti orang, ambil jalan kearah yang berlainan, atau berbalik
dan bertanya ke orang tersebut dengan nada keras, dan tegas. apa maksud
dia.
g) Membawa alat yang bersuara keras seperti peluit, atau alat bela diri seperti
parfum spray, bubuk cabe/merica yang bisa ditiupkan ke mata
h) Berteriak sekencang mungkin bila diserang.
i) Jangan ragu mencegah dengan mengatakan 'tidak', walaupun pada atasan
yang punya kekuasaan atau pada pacar yang sangat dicintai.
j) Ketika bepergian, hindari sendirian, tidak menginap, bila orang tersebut
merayu tegaskan bahwa perkataan dan sentuhannya membuat anda merasa
risih, tidak nyaman, dan cepatlah meninggalkannva.
k) Jangan abaikan kata hati. Ketika tidak nyaman dengan suatu tindakan yang
mengarah seperti dipegang, diraba, dicium, diajak ke tempat sepi.
l) Waspada terhadap berbagai cara pemerkosaan seperti: hipnotis. obat-
obatan dalarn rninuman, pemen, snack atau hidangan makanan.
m) Saat ditempat baru, jangan terlihat bingung. Bertanya pada polisi. hansip
atau instapsi.
n) Menjaga jarak/space interpersonal derigan. lawan jenis. Di eropa space
interpersonal dengan jarak 1 meter.

11
Sikap terhadap korban perkosaan:

a) Menumbuhkan kepercayaan diri bahwa hal ini terjadi bukan kesalahannya.


b) Menumbuhkan gairah hidup.
c) Menghargai kemauannya untuk menjaga privasi dan keamanannya.
d) Mendampingi untuk periksa atau lapor pada polisi.

Resiko kesehatan pada korban perkosaan:

a) Kehamilan. Dapat dicegah dengan minuet kontrasepsi darurat pada 24 jam


pertama.
b) Tejangkit Infeksi menular seksual.
c) Cidera robek dan sayatan, cekikan, memar bahkan sampai ancaman jiwa.
d) Hubungan seksual dengan suarni mengalami gangguan, memerlukan
waktu terbebas dari trauma ataupun merasa diri telah temoda.
e) Gejala psikologis ringan hingga gangguan psikologi berat. Pada waktu
singkat perempuan korban perkosaan menyaiahkan diri send iri, sebab
merasa dirinya yang menyebabkan perkosaan terjadi, terlebih pandangan
budaya biasanya selalu menyalahkan perempuan. Selain itu juga terjadi
insomma/gangguan tidur, anoreksia/tidak nafsu makan,kecemasan
mendalam, perasaan males untuk bersosialisasi. Gejala psikologi tersebut
dapat berkembang bila penanganan tidak adekuat seiring dengan makin
bertambah, waktu yaitu perasaan tidak punya daya upaya, marah yang
mernbara, merasa diri tidak berharga, timbul gejala psikosomatis seperti:
mual, mutah, sakit kepala, badan sakit. Selain itu dapat timbul ketakutan
yang luar biasa/fobia, mengurung diri. Gejala psikologi ini tiap perempuan
berbeda tergantung dari tipe kepribadian terbuka atau tertut,dukungan dari
keluarga dan lingkungan, persepsi diri dengan apa yang dialami,
pengalaman dalam menghadapi stress, koping mekanisme/telcnik
mengatasi masalah sebelumnya.

Tindakan pada saat serangan seksual:

a) Hindari menangis atau minta belas kasihan.

12
b) Hindari kepanikan, tetap waspada, bertindak saat pelaku lengah.
c) Berjuang untuk pernbela diri seperti: menendang, teriak, menawar,
melakukan strategi perlawanan.
d) Amati ciri khusus pelaku.
e) Manfaatkan evaluasi situasi yang terbaik.

Upaya mengatasinya :

Tugas tenaga kesehatan dalam kasus tindak perkosaan:

a) Bersikap dengan baik, penuh perhatian dan empati.


b) Memberikan asuhan untuk menangani gangguan kesehatannya, misalnya
mengobati cidera, pemberian kontrasepsi darurat
c) Mendokumentasikan basil pemeriksaan dan apa yang sebenarnya terjadi.
d) Memberikan asuhan pemenuhan kebutuhan psikologis
e) Memberikan konseling dalam membuat keputusan.
f) Membantu memberitahukan pada keluarga.

Upaya promotif :

a) Meningkatkan keterarnpilan bagi tenaga kesehatan pada pertolongan


tindak perkosaan untuk mengatasi masalah kesehatan dan dalam memberi
dukungan bila ingin melapor ke polisi.
b) Penguasaan seni atau keterampilan bela diri bagi para wanita.
c) Penyelenggaraan pendidikan seksual untuk remaja.
d) Sosialisasi hukum yang terkait.

3. PELECEHAN SEKSUAL

Pelecehan seksual adalah segala bentuk perilaku maupun perkataan


bermakna seksual yang berefek merendahkan martabat orang yang menjadi
sasaran.

Bentuk-bentuk pelecehan seksual :

13
a) Mengucapkan kata-kata jorok tentang tubuh wanita.
b) Main mata, siulan nakal, isyarat jorok, sentuhan, rabaan, remasan, usapan,
elusan, colekan, pelukan, ciuman pada bagian tubuh wanita.
c) Menggoda, kearah hubungan seksual.
d) Laki-laki memperlihatkan alat kelaminnya atau onani di depan perempuan.

Akibat pelecehan seksual

a) Gangguan psikologis: marah, mengumpat, tersinggung dipermalukan,


terhina, trauma sehingga takut keluar rumah.
b) Kehilangan gairah kerja /belajar, malas.

4. SINGLE PARENT

Single parent adalah keluarga yang mana, hanya ada satu orang tua
tunggal, hanya ayah atau ibu saja. Keluarga yang terbentuk bisa tedadi pada
keluarga sah secara hukum maupun keluarga yang belum sah secara hukum, baik
hukum agama maupun hukum pemerintah.

Sebab-sebab terjadinya single parent

a) Perceraian. Adanya, ketidakharmonisan dalam keluarga yang


disebabkan adanya perbedaan persepsi atau perselisihan yang tidak
mungkin ada jalan keluar, masalah ekonomi/pekerjaan, salah satu
pasangan selingkuh, kematangan emosional yang kurang, perbedaan
agama,aktifita.ssuan-iiistri yang tinggi di luar rumah sehigga kurang
komunikasi, problem seksual dapat merupakan faktor timbulnya
perceraian.
b) Orang tua meninggal. Takdir hidup clan coati manusia di tangan
Tuhan. Manusia hanya bisa berdoa dan berupaya. Adapun sebab
kematian ada berbagai macam. Antara lain karma kecelakaan, bunuh
diri, pembunuhan, musibah bencana alam, kecelakaan kerja,
keracunan, penyakit dan lain-lain.

14
c) Orang tua masuk penjara. Sebab masuk penjara antara lain karena
melakukan tindak kriminal seperti perampokan, pembunuhan,
penciarian, pengedar narkoba atau thicial, perdata seperti hutang, jual
beli, atau karma tidak pidana korupsi sehingga sekian lama tidak
berkumpul dengan keluarga.
d) Study ke pulau lain atau ke negara lain. Tuntutan profesi orang tua
untuk melanjutkan study sebagai peserta tugas belajar
mengakibatkan harus, berpisah dengan keluarga untuk sementara
waktu, atau bisa terjadi seorang anak yang meneruskan pendidikan di
pulau lain atau luar negeri dan hanya bersama ibu saja sehingga
menyebabkan anak untuk sekian lama tidak didampingi otch
ayahnya yang hams tetap kerja di negara atau pulau atau kota.
kelahiran.
e) Kerja di luar daerah atau luar negeri. Cita-cita untuk mewujudkan
kehidupan yang lebih baik lagi menyebabkan salah satu orang tua
meninggalkan daerah, terkadang ke luar negeri.

Dampak single parent :

a) Dampak negative
1) Perubahan perilaku anak. Bagi seorang anak yang tidak siap,
ditinggalkan orang tuanya bisa menjadi mengakibatkan perubahan
tingkah laku. Menjadi pemarah, berkata kasar, suka melamun,
agresif, suka memukul, menendang, menyakiti temannya. Anak
juga tidak berkesempatan untuk belaiar perilaku yang baik
sebagaimana, perilaku keluarga yang harmonis. Dampak yang
paling berbahaya biia anak mencari pelarian di luar rumah, seperti
menjadi anak jalanan, terpengaruh penggunaaa narkoba untuk
melenyapkan segala kegelisahan dalam hatinya, terutama anak
yang kurang kasih sayang, kurang perhatian orang tuanya.

15
2) Perempuan merasa terkucil. Terlebih lagi pada perempuan yang
sebagai janda atau yang tidak dinikahi, di masyarakat terkadang
mendapatkan cemooh dan ejekan.
3) Psikologi anak terganggu. Anak Bering mendapat ejekan diri
Leman sepermainan sehingga anak menjadi murung, sedih. Hai ini
dapat mengakibatkan anak menj adi kurang percaya diri dan
kurang kreatif.
b) Dampak positif
1) Anak terhindar dari komunikasi yang kontradiktif dari orang tua,
tidak akan terjadi komunikasi yang berlawanan dari orang tua, i-
nisaInya ibunya mengijinkan teLapi ayahnya melarangnya. Nilai
yang diajarkan oleh ibu atau ayah d iterima penuh karena tidak
terjadi pertentangan.
2) Ibu berperan penuh dalam pengambilan keputusan clan tegar.
3) Anak lebih mandiri dan berkepribadian kuat, karena terbiasa tidak
selalu hal didampingi, terbiasa menyelesaikan berbagai masalah
kehidupan.

Penanganan single parent :

a) Memberikan kegiatan yang positif. Berbagai macam kegiatan yang


dapat mendukung anak untuk lebih bisa mengah, ualisasikan diri
secara positif antara lain dengan penyaluran. hobi, kursus sehingga
menghindarkan anak melakukan hal-hal yang negatif.
b) Memberi peluang anak belajar berperilaku baik. Bertandang pada
keluarga, lain yang harmonis memberikan kesempatan bagi anak untuk
meneladani figur orang tua yang tidak diperoleh dalam lingkungan
keluarga sendiri.
c) Dukungan komunitas. Bergabung dalam club sesama keluarga dengan
orang tua tunggal dapat memberikan dukungan karena anak
mempunyai banyak teman yang bemasib sama sehingga tidak merasa
sendirian.

16
Upaya pencegahan single parent dan pencegahan dampak negatif single parent

a) Pencegahan terjadinya kehamilan di luar nikah.


b) Pencegahan perceraian dengan mempersiapkan perkawinan dengan
baik dalam segi psikologis, ke-aangan, spiritual.
c) Menjaga kommikasi dengan berbagai sarana teknologi informasi.
d) Menciptakan kebersamaan antar anggota keluarga.
e) Peningkatan spiritual dalam keluarga.

5. PERKAWINAN USIA MUDA DAN TUA


Perkawinan adalah ikatan batin antara pria dan wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga/ rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan No 1 Tahun 1974)
a) Perawinan usia muda
Menurut UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan
diijinkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun.
Namun pemerintah mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi
manusia yang ditegaskan dalam UU No 10 Tahun 1992 yang menyebutkan
bahwa pemerintah menetapkan kebijakan upaya penyelenggaraan
Keluarga Berencana. Banyaknya resiko kehamilan kurang dari perkawinan
diij inkan bila laki-laki berumur 21 tahun dan perempuan berumur 19
tahun. Sehingga perkawinan usia muda adalah perkawinan yang dilakukan
bila pria kurang dari 21 tahun dan perempuan kurang dari 19 tahun.
b) Perkawinan usia tua
Adalah perkawinan yang dilakukan bila perempuan berumur lebih
dari 35 tahun.
Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan perkawinan usia muda

a) Terhidar dari perilaku seks bebas, karena kebutuhan seksual terpenuhi.


b) Menginjak usia tua tidak lagi mempunyai anak yang masih kecil.

17
Kelebihan perkawinan usia tua: Kematangan fisik, psikologis, sosial, financial
sehingga harapan membentuk keluarga sejahtera berkualitas terbentang.

Kekurangan pernikahan usia muda:

a) Meningkatkan angka kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk semakin


meningkat.
b) Ditinjau dari segi kesehatan, perkawinan usia muda meningkatkan angka
kematian bayi dan ibu, risiko komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas.
Selain itu bagi perempuan meningkatkan risiko cacerviks karena hubungan
seksual dilakukan pada saat secara anatorni sel-sel cerviks belum matur.
Bagi bayi risiko terjadinya kesakitan dan kematian meningkat.
c) Kematangan psikologis belum tercapai sehingga keluarga mengalami
kesakitan mewujudkan keluarga yang berkualitas tinggi.
d) Ditinjau dari segi sosial, dengan perkawinan mengurangi kebebasan
pengembangan diri, mengurangi kesempatan melanjutka pendidikan
jenjang tinggi.
e) Adanya konflik dalam keluarga membuka peluang untuk mencari pelarian
pergaulan di luar rumah sehingga meningkatkan risiko penggunaan minum
alkohol, narkoba dan seks bebas.
f) Tingkat peceraian tinggi. Kegagalan kehiarga dalam melewati berbagai
macam permasalahan meningkatkan risiko perceraian.

Kekurangan pernikahan usia tua :

a) Meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Kemu-


igkinan/risiko tejadi ca mammae meningkat.
b) Meningkatnya risiko kehamilan dengan anak kelainan bawaan, misalnya
terjadi kromosom non disjunction yaitu kelainan proses meiosis basil
konsepsi (fetus) sehingga menghasilkan kromosom sejumlah 47.
Aneuploidy, yaitu ketika kromosom basil konsepsi tidak tepat 23 pasang.
Contohnya: trisomi 21 (down syndrome), trisomi 13 (patau syndrome) dan
trisomi 18 (edwards syndrome).

18
Penanganan Perkawinan Usia Muda :

a) Pendewasaan usia kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi sehingga


kehamilan pada waktu usia reproduksi sehat.
b) Bimbingan psikologis. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pasangan
dalam menghadapi persoalan-persoalan agar mempunyai cara pandang
dengan pertimbangan kedewasaan, tidak mengedepankan emosi.
c) Dukungan keluarga. Peran keluarga sangat banyak mernbantu keluarga
muda baik clukungan berupa material maupun non material untuk
kelanggengan keluarga, sehingga lebih tahan terhadap hambatanhambatan
yang ada.
d) Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan,
perbaikan gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi.

Penanganan Perkawinan Usia Tua :

a) Pengawasan kesehatan: ANC secara rutin pada tenaga kesehatan.


b) Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan,
perbaikan gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi.

Pencegahan :

a) Penyuluhan kesehatan untuk menikah pada usia reproduksi sehat.


b) Merubah cara pandang budaya atau cara pandang diri yang tidak
mendukung.
c) Meningkatkan kegiatan sosialisasi.

6. WANITA DI TEMPAT KERJA

Alasan wanita bekerja

a) Aktualisasi diri.
Wanita yang bekerja akan memperoleh pengakuan dari lingkungan karena
produktifitas dan kreatifitas yang telah dihasilkan.
b) Mata pencaharian.

19
Penghasilan yang diperoleh dalam rangka mencukupi kebutuhan sehari-
hari agar meningkat kualitas hidup keluarga, baik untuk memenuhi
kebutuhan primer seperti pangan, sandang, papan, atau kebutuhan
sekunder seperti perabot rumah tangga, mobil, jaminan kesehatan, dll.
c) Relasi positif dalam keluarga.
Pengetahuan yang luas dan pengalaman rnengambil keputusan saat bekerja
dalam memecahkan suatu masalah ditempat kerja, pola pikir terbuka
memungkinkan jalinan saling mendukung dalam keluarga.
d) Pemenuhan kebutuhan social.
Wanita bekerja akan menjumpai banyak relasi, Leman sehingga dapat
memperkaya wawasan bagi wanita.
e) Peningkaan keterampilan/kompetensi.
Dengan bekerja wanita terns terpacu untuk selalu meningkatkan
keterampilan atau kompetensi sehingga dapat meningkatkan rasa percaya
diri dan prestasi yang lebih sebagai karyawan.
f) Pengaruh lingkungan.
Lingkungan mayoritas wanita banyak yang bekerja akan memberikan
motivasi bagi wanita lain untuk bekerja.

Dampak wanita bekerja


a) Terpapar zat-zat kimia yang mempengaruhi kesehatan dan infertilitas.
Asap rokok, bahan radiologi, bahan organik, bahan organo fosfat dan
organo Morin untuk racun hewan perusak.
b) Resiko pelecehan seksual. Pelaku pelecehan seksual bisa Leman sejawat,
supervisor, manager atau atasan. Adaptor wanita terkadang tidak kuasa
menolak karena ketakutan atau ancaman di PHK.
c) Penundaan usia nikah. Wanita yang sibuk mengejar prestasi kariemya
menyebabkan tidak mempunyai banyak waktu Luang untuk
memperhatikan pernikahannya.
d) Keharmonisan rumah tangga terpengaruh. Kesibukan aktifitas yang
berlebilian memungkinkan wanita tidak mempunyai banyak waktu untuk

20
keluarga karena pusat perhatiannya pada kesuksesan kanernya, sehingga
bisa menelantarkan peran sebagai istri dan sebagai ibu.

Upaya pencegahan :

a) Bekerja menggunakan proteksi, seperti masker, sarung Langan, baju


khusus untuk proteksi radiasi.
b) Cek kesehatan secara berkala.
c) Melakukan aktifitas bekerja tidak hanya dengan satu pria misalnya bila
lembur, divas luar.
d) Tidak nebeng kendaraan tanpa ditemani orang lain, sekalipun ditawari
oleh atasan.
e) Jangan ragu mengatakan 'tidak' walaupun pada atasan. Tidak perlu takut
pada ancaman di pecat.
f) Menetapkan target menikah.
g) Menjaga komunikasi dengan keluarga. Mencurahkan perhatian khusus
pada keluarga pada hari libur dengan kualitas yang maksimal,
mengagendakan kegiatan bersarna keluarga, memenuhi hak-hak suami dan
anak, berbagi peran dengan suami dan selalu menghargai suami.
7. INCHESS

Incess adalah hubungan seksual yang terjadi antar anggota keluarga.


Anggota keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang mempunyai
hubungan pertalian darah. Batas pertalian darah paling atas adalah kakek, paling
bawah adalah cucu, batas kesamping adalah keponakan. Keluarga diluar itu bukan
termasuk incest. Pelaku biasanya adalah orang yang lebih dewasa (lebih kuasa)
dan korban lebih banyak adalah anak-anak. Sering terjadi pada anak tiri oleh
bapak tiri, menantu oleh mertua, cucu oleh kakeknya.

Incest dapat terjadi karena saling suka atau saling cinta dan dapat juga
terjadi akibat paksaan tanpa rasa cinta. Incest ada yang diluar perkawinan, namun
ada juga yang sengaja dilakukan dalam ikatan perkawinan. Diluar negri,
perkawinan incest diperbolehkan, sedangkan di Indonesia perkawinan incest tidak

21
dibenarkan menurut hukum. Perkawinan di Indonesia dinyatakan sah dilakukan
menurut agama. Sedangkan pencatatannya, bila agama Islam di Kantor Urusan
Agama (KUA) dan selain agama Islam di Kantor Pencatatan Sipil. Sah tidaknya
perkawinan di Indonesia berdasarkan ajaran agama masing-masing. Semua agama
di Indonesia melarang perkawinan incest. Bila diketahui ada pertalian darah
(muhrim dalam agama islam) sedangkan perkawinan telah dilakukan dan
walaupun sudah mempunyai anak, maka perkawinan harus dibatalkan.

Gambaran incest di luar ikatan perkawinan :

a) Pelaku kebanyakan orang yang kerap berinteraksi dengan korban, tinggal


dalam satu rumah.
b) Korban mayoritas anak-anak sehingga tidak kuasa melakukan perlawanan
diri. Biasanya dibawah tekanan karena ancaman pelakusehingga ketakutan
atau diberi imbalan atau dengan bujuk rayu misalnya diberi uang atau
makanan.
c) Sering berakibat trauma fisik dan psikis.

Upaya Mengatasi :

a) Waspada dalam mengasuh anak. Tidak membiasakan anak dirumah


sendirian dengan anggota keluarga yang berlainan jenis.
b) Tidak mengabaikan kata hati tiap ada gelagat yang menjurus pada
tindakan pelecehan dalam keluarga.
c) Memisahkan tempat tidur anak mulai umur 3 tahun dari ayah atau saudara
baik sesama jenis kelamin maupun berlainan jenis kelamin.
d) Perlu juga melibatkan orang lain diluar lingkungan keluarga.
e) Lapor pada petugas penegak hukum walaupun dibawah ancaman pelaku.

8. HOME LESS

Home less atau tuna wisma atau gelandangan adalah orang yang hidup
dalam keadaan tidak sesuai dengan norma di masyarakat setempat, serta tidak
mempunyai tempat tinggal yang tetap diwilayah tertentu dan hidup ditempat

22
umum. Home less banyak terdapat di kota- kota besar. Kedatangan mereka ke
kota besar tanpa didukung oleh pendidikan dan ketrampilan yang memadai.
Biasanya mereka tinggal di empeeran toko, kolong jembatan, kolong jalan layang,
gerobak tempat barang bekas, sekitar rel kereta api, di taman, di tempat umum
lainnya. Pekerjaan mereka sebagai pengamen, pengemis, pemulung sampah.

Penyebab Home Less

a) Kemiskinan
Hal ini merupakan faktor utama. Kemiskinan menyebabkan mereka
tidak mampu memenuhi kebutuhan papan, sehingga mereka bertempat
tinggal di tempat umum. Kemiskinan juga menyebabkan rendahnya
pendidikan sehingga tidak mempunyai ketrampilan dan keahlian untuk
bekerja. Hal ini berefek pada anak-anak mereka. Mereka tidak mampu
membiayai anak-anaknya sekolah sehingga anak-anak mereka juga ikut
jadi gelandangan.
b) Bencana Alam
Bencana alam akhir-akhir ini banyak menimpa negara kita. Mereka
tinggal di pengungsian, kehilangan pekerjaan mereka.
c) Yatim Piatu
Anak yang tidak mempunyai orangtua, saudara tidak mempunyai
tempat tinggal sehingga mereka mencari tempat berteduh di tempat-tempat
umum.
d) Kurang Kasih Sayang
Berbagai penyebab sehingga anak merasa kurang diperhatikan,
kurang kasih sayang orang tuanya, maka ia turun ke jalan untuk mencari
komunitas yang mau menerima dia apa adanya.
e) Tinggal di Daerah Konflik
Penduduk yang tinggal di daerah konflik, dimana mereka merasa
keamanannya kurang terjaga mengakibatkan mereka pindah ke daerah lain
yang mereka anggap lebih aman, apalagi kalau rumah mereka hancur
karena perang. Banyak tindak kekerasan di wilayah konflik, termasuk

23
pelecehan seksual, perkosaan, pembunuhan sehingga mereka memaksa
meninggalkan daerahnya.

Dampak Home Less :

a) Kebersihan dan Kesehatan


Rumah mereka seadanya, sangat jauh dari kriteria rumah sehat.
Perilaku hidup bersih sehat sangat kurang. Tempat tinggal mereka kotor,
ventilasi, pernerangan kurang, keperluan untuk mandi, cuci dan masak
tidak memenuhi kesehatan, dll sehingga muncul masalah kesehatan.
Mereka tidak memperhatikan hal ini karena untuk makan saja mereka
hampir tidak bisa terpenuhi. Mereka tidak mempunyai cukup dana untuk
pemeliharaan kesehatan dan pengobatan.
b) Pengguna Narkoba
Banyak diantara mereka menggunakan narkoba. Pengaruh lingkungan
mereka sangat berpengaruh. Mereka rawan terkena HIV AIDS dengan
penggunaan jarum suntik secara bergantian.
c) Gizi Kurang
Ketidakmampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan pangan,
akibat rendahnya daya beli makanan, apalagi membeli makanan bergizi
mengakibatkan mereka mengalami gizi buruk, termasuk ibu hamil dan
anak balita. Mereka makan sekedar kenyang.
d) Tindak Kekerasan Sesama Home Less
Perebutan atau persaingan lahan pencari makan menyebabkan
mereka saling terjadi konflik.
e) Dimanfaatkan
Anak-anak kecil banyak dimanfaatkan untuk mengemis dan
menyetorkan sejumlah uang setiap harinya agar terhindar dari tindak
kekerasan oleh pihak lain yang lebih kuat atau oleh orang dewasa yang
tidak bertanggungjawab.

24
f) Pelecehan Seksual
Orang dewasa yang tidak bertanggungjawab melakukan sodomi,
pelecehan seksual dengan imbalan uang, atau dibawah ancaman mereka
untuk melampiaskan nafsu mereka.

Pencegahan dilakukan dengan :

a) Penyuluhan dan konseling.


b) Pendidikan pelatihan keterampilan.
c) Pengawasan serta pembinaan lanjut.

Penghentian / Peniadaan

a) Penertiban oleh aparat pemerintah.


b) Penampungan.
c) Pelimpahan.

Rehabilitasi

a) Pembangunan perumahan sangat sederhana.


b) Pengadaan rumah singgah dan diberikan berbagai pelatihan dan
pendidikan.
c) Transmigrasi.

9. WANITA DI PUSAT REHABILITASI


Pusat rehabilitasi wanita meliputi :
a) Maslah sosial, contohnya PSK.
b) Masalah psikologis, misalnya trauma pada korban kekerasan.
c) Masalah drug abuse.

Rehabilitasi bagi para PSK dilakukan :

a) Di luar panti ditempat lokalisasi.


b) Di dalam panti.

25
Upaya rehabilitasi yang dilakukan meliputi :

a) Bimbingan agama.
b) Bimbingan sosial.
c) Latihan keterampilan.
d) Pendidikan kesehatan.
e) Pendidikan dan kesejahteraan pribadi.

Rehabilitasi wanita korban kekerasan, trauma psikologis, Upaya yang


dilakukan dengan membangkan dan membangkitkan rasa percaya diri. Salah satu
cara dengan therapy psikologis. Mereka membutuhkan pendampingan agar bisa
kembali pada keadaan semula. Upaya rehabilitasi korban kekerasan tercantum
dalam UUPKDRT.

10. DRUG ABUSE

Penyalahgunaan obat dimaksud bila suatu obat digunakan tidak untuk


tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan dengan sengaja untuk mencari
atau mencapai kesadaran tertentu karena pengaruh obat pada jiwa.

Dari segi hukum obat-obat yangs ering disalah gunakan dapat dibagi
dalam dua kelompok, yaitu: narkotika atau obat bius dan bahan psikotropika.
Untuk mencegah penyalahgunaan obat, pemerintah baru-baru ini telah
mengesahkan dua Undang-Undang penting yaitu:

a) Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tanggal 11 Maret


1997 tentang Psikotropika.
b) Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 1997 tanggal 1
September 1997 tentang Narkotika.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya adalah opium,
morphine, cocaine, ganja/marihuana, dan sebagainya.

26
Narkotika dibedakan menjadi :

a) Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan


untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan.
b) Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
c) Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan.

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Bahan psikotropika adalah bahan/obat yang mempengaruhi jiwa atau keadaan
jiwa, yaitu :

a) Keadaan kejiwaan diubah menjadi lebih tenang, ada perasaan nyaman


sampai tidur.
b) Dalam hal inni pemakai menjadi gembira, hilang rasa susah/sedih,
capek/depresi.
c) Bahan memberi halusinasi, yaitu si pemakai melihat/merasakan segala
sesuatu lebih indah dari yang sebenarnya dihadapi.

Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma


ketergantungan digolongkan menjadi :

a) psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan


untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

27
b) Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
an dapat digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai poensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
c) Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiatpengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan.
d) Psikotropika golongan IV psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan.

Cara Pencegahan Tindak Penyalahgunaan Obat Terlarang

Penggunaan obat terlarang tersebut sudah melanggar hukum, agar generasi


muda tidak semakin terjerumus maka perlu adanya pencegahan. Upaya-upaya
yang dapat ditempuh antar lain:

a) Melakukan kerjasama dengan pihak yang berwenang untuk melakukan


penyuluhan tentang bahaya narkoba. Misalnya dengan mengadakan
seminar, maupun temu wicara antara gerakan anti narkobadengan para
pelajar, penyuluhan kepada masyarakat umum maupun sekolah-sekolah
mengnai bahaya narkoba.
b) Mengadakan razia mendadak secara rutin. Razia ini perlu dilakukan agar
para pengedar, pengguna dapat terjaring disaat tanpa mereka ketahui (saat
transaksi jual beli obat terlarang). Razia dapat dilakukan di sekolah,
diskotik, club malam, cafe, maupun tempat-tempat sunyi yang diduga
sebagai tempat transaksi.
c) Pendampingan dari orangtua siswa itu senadiridengan memberikan
perhatian dan kasih sayang. Salah satu penyebab banyaknya remaja
terjerumus dalam pemakaian obat terlarang adalah kurang kasih sayang

28
dari keluarga, sebab mereka berpikir tidak perlu lagi ada beban pikiran
keluarga ketika mereka memakai obat tersebut.
d) Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-
gerik anak didiknya, karena biasanya penyebaran (transaksi) narkoba
sering terjadi disekitar lingkingan sekolah.
e) Pendidikan moral keagamaan harus lebih ditekankan kepada siswa, karena
salah satu penyebab terjerumusnya anak-anak kedalam lingkaran setan ini
adalah kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang mereka serap,
sehingga perbuatan tercela seperti inipun akhirnya mereka jalani.

Solusi atau cara mengatasi tindak penyalahgunaan obat terlarang

a) Membawa anggota keluarga (pemakai) ke panti rehabilitasi untuk


mendapatkan penanganan yang memadai.
b) Pembinaan kehidupan beragama, baik disekolah, keluarga dan lingkungan.
c) Adanya komunikasi yang harmonis antara remaja dan orang tua, guru serta
lingkungannya.
d) Selalu berperilaku positif dengan melakukan aktivitas fisik dalam
penyaluran energi remaja yang tinggi seperti berolahraga.
e) Perlunya pengembangan diri dengan berbagai program/hobi baik di
sekolah maupun dirumah dan lingkungan sekitar.
f) Mengetahui secraa pasti gaya hidup sehat sehingga mampu menangkal
pengaruh atau bujukan memakai obat terlarang.
g) Saling menghargain sesama remaja (peer group) dan anggota keluarga.
h) Penyelaesaian berbagai masalah dikalangan remaja/pelajar serta positif
dan konstruktif.

11. PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subjek
dan objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Pendidikan juga
merupakan proses sadar dan sistematis disekolah, keluarga, dan masyarakat untuk
menyaqmpaikan suatu maksud dari suatu konsep yang sudah diterapkan. Tujuan

29
pendidikan yaitu diharapkan individu mempunyai kemampuan dan ketrampilan
secara mandiri untuk meningkatkan taraf hidup lahir batin dan meningkatkan
perannyasebagai pribadi, pegawai/karyawan, warga masyarakat, warga negara,
dan makhluk Tuhan dalam mengisi pembangunan.
Tingkat kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa pada
hakekatnya ditentukan oleh kualitas pendidikan yang diperoleh. Pendidikan yang
baik dan berkualitas saat melhirkan individu yang baik dan berkualitas pula.
Sebaliknya apabila pendidikan yang diperoleh tidak baik dan tidak berkualitas,
maka hal ini akan berdampak terhadap kualitas SDM yang dibangun. Peningkatan
pendidikan bagi kaum perempuan merupakan keharusan yang tidak dapat
dielakkan demi mencapai kesetaraan dan keadilan gender. Analisis gender dalam
pembangunan pendidikan ditingkat nasional menemukan adanya kesenjangan
gender dalam pelaksanaan pendidikan terutama di tingkat SMK dan perguruan
tinggi, namun lebih seimbang peda tingkat SD, SMP, dan SMU. Kecenderungan
adalah semakin tinggi jenjang pendidikan, maka makin meningkat kesenjangan
gendernya.
Pendidikan yang tinggi dipandang perlu bagi kaum wanita, karena
pendidikan yang tinggi maka mereka dapat meningkatkan taraf hidup, membuat
keputusan yang menyangkut masalah kesehatan mereka sendiri. Seorang wanita
yang lulus dari perguruan tinggi akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan
mampu berperilaku hidupn sehat bila dibandingkan dengan seorang wanita yang
memiliki pendidikan rendah. Semakin tinggi pendidikan seorang wanita maka ia
semakin mampu mandiri dengan sesuatu yang menyangkut diri mereka sendiri.

12. UPAH

Upah adalah upah itu merupakan suatu penerimaan sebagai imbalan dari
pemberi atas balasan pekerjaan yang dilakkukan oleh penerima.

Hubungannya dengan wanita

30
Fenomena perempuan bekerja bukanlah barang baru ditengah masyarakat
kita. Sebenarnya tidak ada perempuan yang benar-benar menganggur, biasanya
para perempuan juga memiliki pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangganya entah itu dengan mengelola sawah, membuka warung dirumah,
mengkreditkan pakaian dan lain sebagainya. Mungkin sebagian besar masyarakat
Indonesia masih beranggapan bahwa perempuan dengan pekerjaaan diatas bukan
termasuk kategori perempuan bekerja. Hal ini karena perempuan bekerja identik
dengan wanita karir atau wanita kantoran, padahal dimanapun dan kapanpun
perempuan itu bekerja seharusnya tetap dihargai pekerjaannya.

31
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dimensi sosial wanita Adalah suatu fenomena gambaran yang terjadi pada
saat sekarang ini. Kenyataannya adalah diskriminasi/ketidakadilan seperti :
Marginalisasi, Subordinasi, Pandangan Steriotip, Kekerasan terhadap perempuan,
beban kerja.
Permasalahan yang berkaitan dengan dimensi sosial wanita yaitu
kekerasan, pemerkosaan, pelecehan seksual, single parent, perkawinan usia muda
dan tua, wanita di tempat kerja dan pekerja seks komersial

B. SARAN
Kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca.

32
DAFTAR PUSTAKA

Isani,nurlia , 2015 Dimensi sosial wanita dan reprosuksi.

Widyastuti, Yani, 2009. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Fitramaya


Pinem, Saroha. 2002. Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info
Media

diah,bidan 2012 Dimensi sosial wanita.

33

Anda mungkin juga menyukai