Siti Waqiah
Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Bandar Lampung
Email : sitiwaqiah56@gmail.com
No Hp : 083198224294
Abstract
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data kepustakaan, dan kemudian bertujuan
untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana peran politik perempuan dalam dinamika
perpolitikan Indonesia selama ini. Selanjutnya pembahasaan berawal dari Perempuan yang
sering menjadi sorotan dalam masyarakat, dimana perempuan dipandang sebagai makhluk
kedua dan di ikuti dengan adanya budaya patriarki, sedangkan posisi laki-laki dianggap
kedudukannya lebih mulia dari kedudukan perempuan, Budaya ini lebih jauh akan
mempengaruhi peran perempuan ke ranah yang lebih luas. Oleh karena itu pemberdayaan dan
emansipasi terhadap perempuan menjadi penting. Emansipasi sebenarnya lebih mengarah
pada kemampuan perempuan terjun ke dalam sektor publik. Islam sendiri menghendaki
adanya kesetaraan kedudukan antara laki-laki dan perempuan. Dalam dunia yang patrialis,
perempuan hanyalah objek yang tidak boleh memiliki pendapat dan tidak boleh berpendapat,
sehingga sering kali masih mendapat ketidakadilan, Sistem ini berpengaruh terhadap
pemahaman agama, terlepas apakah laki-laki tersebut mampu dan memenuhi syarat atau
tidak. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagaimana yang diamanatkan dalam pasal 65
ayat 1 Undang- Undang nomor 12 tahun 2003 Mengenai keterwakilan sekurang- kurangnya
30% perempuan dalam politik merupakan bentuk nyata untuk perempuan berperan dalam
ranah politik. Sehingga Perempuan merupakan Salah satu komoditas politik yang dianggap
penting oleh negara pasca reformasi yang mampu untuk tampil mengambil peran dalam era
globalisasi yang menuntut kesiapan skill yang tinggi dan relatif berat karena globalisasi
PENDAHULUAN
Perempuan sebagai mahluk Tuhan maupun para agamawan maupun pemikir sekuler.
sebagai warga negara dan sumber daya Pada abad pertengahan dan era modern
insani yang mempunyai hak dan telah menghasilkan teori yang berbeda di
kewajiban, kedudukan, peran, serta masyarakat tentang eksistensi kaum
kesempatan yang sama dengan laki-laki perempuan. Kehadiran kaum perempuan
untuk berperan di berbagai bidang ditengah-tengah masyarakat memiliki
kehidupan. Kedudukan perempuan dalam fungsi serta peranan yang sangat penting.
keluarga dan masyarakat, peranannya Akan tetapi yang terjadi adalah peran
dalam pembangunan perlu dipelihara serta penting perempuan tidak menjadi
terus ditingkatkan, sehingga perempuan perhatian lebih sehingga masyarakat tidak
sejajar dengan laki-laki yang dapat menyadari pentingnya peran tersebut,
memberikan sumbangan sebesar-besarnya Akibatnya perempuan bisa menjadi kaum
bagi pembangunan seperti memperhatikan yang terpinggirkan dari kehidupan sosial
kodrat, harkat, dan martabat bagi yang ada disebuah masyarakat. 2 Di negara
perempuan (Aida Vitalaya. 2000). Peranan Indonesia budaya patriarki masih tetap
perempuan dalam pembangunan adalah berjalan meskipun sedikit demi sedikit
hak dan kewajiban yang dijalankan oleh budaya tersebut terkikis karena
perempuan pada status atau kedudukan perkembangan zaman yang semakin
tertentu dalam pembangunan, baik modern (modernisasi). Sebaiknya pada
pembangunan bidang politik, ekonomi, Pasca Reformasi akan ada kesempatan
sosial, dan budaya maupun pembangunan lebih terbuka bagi perempuan untuk
di bidang pertahanan dan keamanan baik mengekspresikan pandangan politik dan
di dalam keluarga maupun di dalam menjalankan peran di ruang publik. 3
masyarakat. Peranan dan kedudukan
perempuan dalam masyarakat tidak lepas Menurut Alfian Rokhmansyah(2013) di
dari sistem sosial budaya, dimana bukunya yang berjudul Pengantar Gender
perubahan sistem sosial budaya akan dan Feminisme, patriarki berasal dari kata
mempengaruhi kedudukan dan peranan patriarkat, berarti struktur yang
perempuan (Kartodirjo dan Tukiran. menempatkan peran laki-laki sebagai
2001:135) . 1 penguasa tunggal, sentral, dan segala-
galanya. Sistem patriarki yang
Dalam hal ini akan menemukan banyak mendominasi kebudayaan masyarakat
masalah mengenai Isu-isu seputar menyebabkan adanya kesenjangan dan
perempuan yang tidak akan pernah habis ketidakadilan gender yang mempengaruhi
untuk dibicarakan oleh para pemikir, baik hingga ke berbagai aspek kegiatan
1
(Bhasin K, 1996, Menggugat patriarki Pengantar Tentang Persoalan Dominasi Terhadap Kaum Perempuan, Bentang Budaya,
Yogyakarta).
2
Ann Oakley. Sex, Gender and Society. Baverly Hills: Sage, 1987, dalam Maria Etty. 2004. Perempuan Memutus Mata Rantai Asimetri.
Jakarta: Grasindo
3
Soetjipto, Ani, 2011, Politik Harapan: Perjalanan Politik Perempuan Indonesia Pasca Reformasi, Jakarta: Marjin Kiri.
EVOLUSI BUDAYA PATRIARKI : Perempuan Dalam Politik Pasca Reformasi
4
(Alfian Rokhmansyah, Argumen Kesetaraan Gender, (Jakarta: Paramadina, Cet, 2, 2013), 122)
5
Sastryani, perspektif patriarki bidang sosial, (Jakrta:, Cet, 2, 2007), 65)
6
Muhammad ibn ‘Umar, Al-Nawawi, Terjemah Syarah Uqudullujjayn Etika Berumah Tangga (Jakarta: Pustaka Amani, 2000).
7
(Abdullah, Ideologi Budaya Patriarki, (Bandung : Paramadina, (ed) 2007:84),173).
EVOLUSI BUDAYA PATRIARKI : Perempuan Dalam Politik Pasca Reformasi
9
Mulia, Siti Musdah dan Farida, Anik.2005.Perempuan dan Politik. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
10
Baswir R. 2009, Kepemimpinan Nasional, Demokratisasi, dan Tantangan Globalisasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm 147.
EVOLUSI BUDAYA PATRIARKI : Perempuan Dalam Politik Pasca Reformasi
12
Mulia, Siti Musdah dan Farida, Anik.2005.Perempuan dan Politik. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
13
Al-Qur’an surah al-Syura’; ayat: 38.
14
Al-Qur’an surah al-Imran’; ayat: 159.
15
(2 Haifa A. Jawad, Otentisitas Hak–Hak Perempuan, (Perspektif Islam Atas Kesetaraan Gender). Terj. Ani Hidayatun dkk.( Yogyakarta:
Fajar Pustaka Baru, 2002), hlm. 274)
EVOLUSI BUDAYA PATRIARKI : Perempuan Dalam Politik Pasca Reformasi
16
(2 Haifa A. Jawad, Otentisitas Hak–Hak Perempuan, (Perspektif Islam Atas Kesetaraan Gender). Terj. Ani Hidayatun dkk.( Yogyakarta:
Fajar Pustaka Baru, 2002), hlm. 275)
17
EVOLUSI BUDAYA PATRIARKI : Perempuan Dalam Politik Pasca Reformasi
19
20
21
EVOLUSI BUDAYA PATRIARKI : Perempuan Dalam Politik Pasca Reformasi
Dalam bagian ini dijabarkan contoh- Tangga) karya Al-Nawawi (2000). 22 Kitab
contoh pemahaman agama yang ini ditulis oleh Muhammad ibn ‘Umar al-
dipengaruhi oleh sistem patriarki baik Nawawi (1230-1316H/1813- 1898M).
dalam fiqih atau pun tafsir, walaupun Dalam buku tersebut membahas tentang
dominasi patriarki ini bukan hanya di hak dan kewajiban suami istri, serta
ranah pemahaman agama saja, melainkan anjuran agar para suami berhati lembut
juga di ranah lainnya termasuk sejarah. terhadap istrinya dan menunjukkan
Demikian halnya dalam fiqih, perempuan perilaku yang baik dalam bergaul dengan
lebih dibatasi peran dan geraknya di istrinya. Sayangnya, anjuran ini disertai
wilayah domestik saja. Misalnya, syarat dengan alasan yang merendahkan
untuk salat Jumat, menjadi hakim, wali, perempuan, yaitu bahwa anjuran itu
dan pemimpin semuanya harus laki-laki, diberikan mengingat lemahnya perempuan
seakan dengan berjenis kelamin laki-laki itu sendiri sehingga perempuan dianggap
menjamin bahwa seseorang bisa membutuhkan keluhuran budi suami
melakukan apa pun yang dipercayakan sebagai orang yang mampu menyediakan
kepadanya. Konstruksi gender yang
cenderung mendomestikasi perempuan di
antaranya dapat dilihat dalam kitab fiqih
yang banyak dirujuk di Indonesia, yaitu
Syarh Uqûd al-Lujjayn (Etika Berumah
EVOLUSI BUDAYA PATRIARKI : Perempuan Dalam Politik Pasca Reformasi
22
Muhammad ibn ‘Umar, Al-Nawawi, Terjemah Syarah Uqudullujjayn Etika Berumah Tangga (Jakarta: Pustaka Amani, 2000).
23
Ibid., hlm.19.
24
Ibid., hlm. 18
25
Ibid., hlm. 20.
26
Al-Qur’an surah al-Nisa’[4]: 19.
27
Ibid., hlm. 16
28
Ibid., hlm.11, 37, 98, 103.
EVOLUSI BUDAYA PATRIARKI : Perempuan Dalam Politik Pasca Reformasi
berpoligami serta bahwa anak dinasabkan jika suami yang terlebih dahulu memaki
kepada laki-laki.29 istrinya; (3) saat istri membuka mukanya
pada lelaki yang bukan mahram,
Semua contoh yang diberikan ini berbincang dengan laki-laki lain, berbicara
menunjukkan cara pandang al-Nawawî dengan suami namun dengan keras
yang bias gender. Ini bisa dipahami sehingga didengar orang lain, memberikan
lantaran konsep gender memang belum sesuatu dari rumah suami dengan jumlah
dikenal pada masa hidupnya. Konsep yang tidak wajar serta tidak mandi haid.
gender sangat penting karena dengan Ketiga hal tersebut dianggap nusyûz yang
konsep ini dapat dibedakan mana yang membolehkan suami memukul istrinya.31
bersifat kodrati/pemberian dari Allah
seperti lahir dengan berjenis kelamin Pembahasan tentang nusyûz dalam kitab
lakilaki atau perempuan dan mana yang fiqih pada umumnya selalu difokuskan
nonkodrati, yang sifatnya peran atau pada perempuan sebagai pelanggar,
sesuatu yang bisa dipelajari atau dicapai padahal kecenderungan nusyûz tidak hanya
seperti terampil menunggang kuda atau terjadi pada perempuan, melainkan juga
menjadi ulama. Penekanan ketaatan istri ada pada laki-laki sebagaimana yang
terhadap suami, misalnya, dapat dilihat tercantum dalam Al-Qur’an :
dalam pembahasan tentang wajibnya istri
merasa malu terhadap suami, tidak berani Dan jika seorang perempuan
menentang, menundukkan muka dan pan- khawatir akan nusyûz atau sikap
dangannya di depan suami, taat kepada tidak acuh dari suaminya, maka
perintah suami selain maksiat, diam ketika tidak mengapa bagi keduanya
suami berbicara, menjemput kedatangan mengadakan perdamaian yang
suami ketika keluar rumah, menyenangkan sebenar-benarnya, dan
suami ketika ditempat tidur dan lain perdamaian itu lebih baik (bagi
sebainya.30 mereka) walaupun manusia itu
menurut tabiatnya kikir, dan jika
Penekanan ketaatan istri pada suami juga kamu bergaul dengan isterimu
dapat dilihat dalam pembahasan tiga secara baik dan memelihara
keadaan yang mana suami boleh memukul dirimu (dari nusyûz dan sikap tak
istri, sebagai hukuman atas ketidaktaatan acuh), maka sesungguhnya Allah
istri kepada suaminya yaitu: (1) saat suami Maha Mengetahui apa yang kamu
menghendaki istrinya berhias dan kerjakan.32
bersolek, namun istri mengabaikan kehen-
dak suami dan ketika istri menolak diajak Isi buku Uqûd al-Lujjayn ini juga dinilai
suaminya ke tempat tidur; (2) saat istri bersifat misoginis karena memuat hadis-
keluar rumah tanpa izin suami, memukul hadis lemah yang mendiskreditkan
anaknya menangis, menyobek-nyobek perempuan. Misalnya tentang hadis yang
pakaian suami, atau karena memegang menyebutkan bahwa Rasul dalam
jenggot suami dan mengejeknya sekali pun perjalanannya ke langit melihat para
29
Ibid., hlm. 36, 46-47.
30
31
Ibid., hlm.35
32
Al-Qur’an surah al-Nisa’[4]: 128.
EVOLUSI BUDAYA PATRIARKI : Perempuan Dalam Politik Pasca Reformasi
perempuan disiksa di neraka dan bentuk mendidih,33 seakan hanya perempuan saja
siksaan yang digambarkan tersebut begitu yang melakukan dosa sehingga berada di
sadis seperti perempuan yang digantung neraka.
dengan rambutnya, lidahnya dan otaknya
KESIMPULAN
33
Ibid., hlm. 8