Anda di halaman 1dari 19

RETHINKING PERAN PEREMPUAN DALAM KELUARGA

Mariatul Qibtiyah Harun AR


Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan
Jl. Raya Panglegur KM. 04 Pamekasan
e-mail: bakri_maria@yahoo.com

Abstrak:
Agenda yang sangat urgen untuk diperbincangkan tentang peran perempuan
adalah mengulas kembali asumsi klasik yang mengukuhkan bahwa perempuan
lebih patut berada di dalam rumah mengurus rumah tangga. Berkaitan dengan
pernyataan tersebut timbul pertanyaan: apakah perempuan yang selalu berada
di rumah merupakan problem gender yang mendiskriminasikan perempuan?
Lalu bagaimana dengan para perempuan yang memang memilih dan merasa
nyaman menjadikan rumah sebagai institusi pilihan yang lebih menyenangkan
dalam kehidupannya daripada harus berkarir secara bebas di ruang publik?
Dengan mempertahankan konstruksi pembagian peran tanpa adanya negosiasi
dan pemikiran kembali tentang peran dan posisi perempuan atau laki-laki di
dalam keluarga, tidak menutup kemungkinan akan menguatkan ketimpangan
gender yang berakibat sangat tidak menguntungkan bagi kedua pihak baik laki-
laki maupun perempuan.

Abstract:
It has been an urgent agenda to rediscuss the women role in regards to classic
assumption proclaimed that women deserve to be in the house and manage
domestic matters. Therefore, the questions would be: will it be a gender problem
and a kind of descrimination if women stay at home at all times? What if the
women prefer staying at home, as convinient and comfortable choice, to having
career freely in public sphere? By keeping up the construction of role sharing
with the absence of negotiation and reconsideration about role and position of
men and women in a family, might facilitate the strength of gender imbalance
that can inflict the both sides.

Kata Kunci:
Gender, keluarga, patriarki, kodrat, domestik, publik.

Pendahuluan Sampai saat ini, diskursus tentangnya


Persoalan yang berhubungan de- masih tetap aktual dan menarik untuk
ngan perempuan bukanlah persoalan ba- didiskusikan, mengingat masih banyak
ru dalam kajian-kajian sosial, politik, persoalan baik dalam bentuk ketimpa-
ekonomi, hukum, keagamaan, kultur, ngan, ketidakadilan, diskriminasi, subor-
maupun dalam perspektif yang lain. dinasi, marginalisasi, eksploitasi, dan

DOI: http://dx.doi.org/10.19105/karsa.v23i1.607
Mariatul Qibtiyah Harun AR

lainnya yang banyak menimpa kaum pun, sehingga bukan merupakan kodrat
perempuan. wanita.4
Secara eksternal permasalahan Konsep perbedaan jenis kelamin
perempuan antara lain disebabkan oleh yang sering dirancukan dengan konsep
realitas sosial politik maupun ekonomi gender5 sebagai konstruksi sosial oleh pe-
global yang masih berpihak pada peles- mahaman masyarakat berimplikasi dan
tarian budaya patriarki,1 dan secara menyebabkan pembedaan peran, fungsi,
internal sebagian besar umat Muslim dan tanggung jawab laki-laki dan perem-
masih belum terlepas dari pemahaman puan dalam konteks sosial baik pada
yang bias gender dalam memahami dok- ranah publik bahkan pada ranah domes-
trin dan ajaran Islam yang terkait dengan tik dalam keluarga. Perbedaan secara bio-
isu-isu feminisme.2 Bahkan menurut Saa- logis antara laki-laki dan perempuan
dawi3 agama paling sering digunakan tidak ada perbedaan pendapat, tetapi
sebagai alat di tangan kekuatan-kekuatan efek perbedaan biologis terhadap perila-
ekonomi dan politik sebagai sebuah lem- ku manusia, khususnya dalam per-
baga yang dimanfaatkan oleh orang- bedaan relasi gender, menimbulkan ba-
orang yang berkuasa untuk menunduk- nyak perdebatan.
kan orang-orang yang dikuasainya Wacana kesetaraan perempuan
Keberadaan perempuan di ruang dan laki-laki masih menimbulkan kontro-
domestik, menjadikan anggapan terha- versi di kalangan para intetektual. Demi-
dapnya sebagai the second human khusus- kian pula dalam fenomena sosio-kultural,
nya dalam kehidupan berumah tangga. laki-laki masih dominan memegang ken-
Hal ini disebabkan oleh anggapan bahwa dali kekuasaan, di mana kekuasaan dan
kemampuan dan penalaran perempuan
kurang sempurna dibanding kaum laki-
laki. Padahal ruang domestik sebenarnya
hanya peran, aktifitas rutin yang bisa
dikerjakan atau digantikan oleh siapa
4 Zaitunah Subhan, Tafsir Kebencian Studi Bias Gen-
GHU GDODP 7DIVLU 4XU·DQ (Yogyakarta: LKiS, 1999),
hlm. 176.
5 Jenis kelamin (sex) memang berbeda sejak lahir

antara laki-laki dan perempuan, menjadi hak pe-


nuh Tuhan dalam menentukan jenis kelamin
1 Patriarki adalah sebuah ideologi yang manusia. Lain halnya dengan pembedaan gender,
memberikan kepada laki-laki legitimasi supe- terjadi melalui sebuah proses panjang yang dila-
rioritas, menguasai, dan mendefinisikan struktur kukan oleh manusia (masyarakat) melalui pencit-
sosial, ekonomi, kebudayaan, dan politik dengan raan, pemberian peran, cara perlakuan dan peng-
perspektif laki-laki. Eti Nurhayati, Psikologi Pe- hargaan terhadap keduanya. Oleh sebab kon-
rempuan dalam Berbagai Perspektif (Yogyakarta: struksi sosial merupakan bentukan masyarakat,
Pustaka Pelajar, 2012), hlm. xvi; Dian Ferricha, maka sifatnya bisa berubah atau diubah sesuai
Sosiologi Hukum & Gender Interaksi Perempuan da- dengan perubahan sosial, perkembangan ilmu
lam Dinamika Norma dan Sosio-Ekonomi (Malang: pengetatahuan dan teknologi, terjadi musibah,
Bayumedia, 2010), hlm. 96. bencana alam, termasuk kebijakan dan pema-
2 Syarif Hidayatullah, Teologi Feminisme Islam haman agama maupun adaptasi dengan budaya
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 1. yang tidak bias gender. Mufidah Ch., Pengarus-
3 Nawal El Saadawi, Perempuan dalam Budaya Pat- utamaan Gender Pada Basis Keagamaan, Pendekatan
riarki, Cet. II, Terj. Zulhimiyasri (Yogyakarta: Islam, Strukturasi, & Konstruksi Sosial (Malang:
Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 7. UIN Malang Press, 2009), hlm. 6.

18 | KARSA, Vol. 23 No.1, Juni 2015


Rethinking Peran Perempuan dalam Keluarga

kebijakan yang diberlakukan hanya ber- Pada umumnya budaya di Indo-


dasarkan strandar laki-laki.6 nesia, perempuan mempunyai peran
ganda. Beberapa peran dalam keluarga
Peran Domestik dalam Keluarga yang sifatnya nonkodrati, hampir selu-
Perbedaan jenis kelamin yang ber- ruhnya dibebankan kepada perempuan.
implikasi pada fungsi dan peran laki-laki Berbeda dengan laki-laki, di balik kodrat
dan perempuan ini pada dasarnya tidak yang diembannya, perempuan tetap tidak
dipermasalahkan jika itu disasarkan pada dapat meninggalkan peran domestiknya.9
pilihan sadar dan bukan unsur keterpak- Sehingga kuatnya peran perempuan de-
saan dan atau diskriminasi. Namun ke- ngan tugas utama dan pertama di sektor
tika dicermati lebih mendalam, perbe- domestik, membuat orang percaya sepe-
daan dua jenis kelamin laki-laki dan nuhnya bahwa semua peran domestik itu
perempuan ini dapat menjadi penyebab memang garis takdir perempuan atau
munculnya diskriminasi gender. Yakni kodrat yang telah diciptakan dan diten-
salah satu jenis kelamin terutama yang tukan Tuhan. Misalnya peran dan kedu-
banyak terjadi pada perempuan tera- dukan perempuan menjadi ibu rumah
baikan hak-hak dasarnya, tertinggal dan tangga dengan semua pekerjaan yang ada
mengalami masalah ketidakadilan, bah- di dalamnya terkesan mutlak semua mi-
kan terjadi diskriminasi peran terhadap lik perempuan, semutlak ia memiliki ra-
perempuan. him atau seabsolut laki-laki memilki
Laki-laki dan perempuan memiliki sperma untuk pembuahan.10
perbedaan secara kodrati7 dan non- Sehubungan dengan perbedaan
kodrati.8 Berbeda dengan perbedaan kod- laki-laki dan perempuan yang memiliki
rati yang dimiliki oleh masing-masing perbedaan kodrati dan nonkodrati, maka
jenis kelamin yang perannya tidak dapat perempuan mempunyai beberapa peran
diubah dan dipertukarkan, maka perbe- dalam hidupnya, terutama dalam ling-
daan nonkodrati sangat mungkin peran kungan keluarga (peran domestik). Pe-
masing-masing laki-laki dan perempuan rempuan adalah sebagai istri (pendam-
dapat berubah, baik disebabkan oleh ping suami), pengelola rumah tangga,
kultur maupun oleh struktur. sebagai ibu (penerus keturunan dan
pendidik anak), pencari nafkah tamba-
han, dan sebagai warga masyarakat.
6Nurhayati, Psikologi Perempuan dalam Berbagai Beberapa peran pada perempuan tersebut
Perspektif, hlm. 1. ada yang tidak bisa digantikan oleh siapa
7Perbedaan yang bersifat mutlak yang diberikan

Tuhan dan mengacu kepada hal-hal yang sifatnya


pun walau oleh suami, seperti hamil,
biologis baik laki-laki maupun perempuan yang melahirkan dan menyusui (kodrati),
tidak dapat dipertukarkan. Secara kodrati perem- sedangkan pengelola rumah tangga,
puan memiliki rahim, payudara, ovarium (indung pencari nafkah tambahan, keberlang-
telor), haid, hamil, melahirkan dan menyusui. sungan pendidikan bagi anak-anak dalam
Laki-laki memiliki penis, zakar (scortum) dan sper-
ma untuk pembuahan. Subhan, Tafsir Kebencian,
hlm. 22. 9 Peran yang berhubungan dengan urusan atau
8Perbedaan nonkodrati dihasilkan oleh inter- pekerjaan rumah tangga. Widodo, et.al., Kamus
pretasi sosial yang sifatnya tidak kekal, sangat Ilmiyah Populer Dilengkapi Ejaan yang Disempur-
mungkin berubah, dan berbeda-beda berdasar- nakan dan Pembentukan Istilah (Yogyakarta: Ab-
kan ruang dan waktu dan dapat dipertukarkan. solut, 2002), hlm. 107.
Ibid, hlm. 23. 10 Subhan, Tafsir Kebencian, hlm. 65.

KARSA, Vol. 23 No. 1, Juni 2015 | 19


Mariatul Qibtiyah Harun AR

rumah tangga, memasak, dan mencuci Kenapa pekerjaan domestik itu


pakaian adalah peran nonkodrati yang hampir seluruhnya milik perempuan,
dapat dilakukan oleh laki-laki atau pe- padahal di sisi lain surah al-1LVk· [4]: 34
rempuan secara bersama, atau bisa jadi menegaskan kokohnya kekuasaan laki-
secara sendirian sebagai single parent, baik laki memimpin dan bertanggungjawab
laki-laki atau perempuan. dalam rumah tangga? Mestinya tanggung
Pada umumnya peran domestik jawab laki-laki meliputi seluruh aktifitas
lebih banyak dipahami dan diposisikan yang terjadi di dalam rumah tangga, yang
sebagai milik perempuan ²yang melekat kenyataannya memang masih terlalu ba-
dan memiliki stereotype beda dengan laki- nyak dilakukan oleh perempuan (baik ia
laki- yang dianggap peran rendah dan sebagai anak, istri atau sebagai ibu) yang
tidak punya nilai. Oleh karena itu, baik pada sisi lain perempuan terlanjur dila-
laki-laki maupun perempuan tidak atau belkan sebagai makhluk yang memiliki
kurang menghargai pekerjaan domestik kondisi lemah secara fisik, tidak berdaya
ini.11 dan tidak dapat diajak berpikir kritis.
Pekerjaan yang ada dalam rumah
tangga atau keluarga begitu banyak ra- Kepemimpinan dalam Keluarga
gamnya, mulai mengatur keuangan; me- Konsep kepemimpinan berdasar-
masak dengan kelincahan; kepiawaian kan pada firman Allah tentang kepemim-
belanja yang kadang-kadang harus me- pinan secara umum, yaitu dalam surah
nyiapkan beberapa menu sesuai dengan al-Baqarah [2]: 30:
masing-masing selera jumlah anggota ´,QJDWODK NHWLND 7XKDQPX EHUILUPDQ
keluarga, merawat dan menjaga keber- kepada para malaikat: "Sesungguhnya
sihan dan keasrian lingkungan rumah; Aku hendak menjadikan seorang
merawat, menjaga dan merawat serta khalifah di muka bumi.µ12
mendidik anak; serta memenuhi keper- Kata khalîfah (pemimpin, peng-
luan keluarga yang lain. Begitu banyak- ganti)13 dalam arti yang menggantikan
nya pekerjaan yang harus ditangani Allah dalam menegakkan kehendak-Nya.
perempuan (ibu/istri), tapi ketika dita- Maka perbuatan manusia yang tidak se-
nyakan kepada laki-laki (suami tentang suai dengan kehendak-Nya adalah pe-
pekerjaan istrinya) atau kepada perem- langgaran terhadap makna dan tugas ke-
puan (istri), hampir pasti jawabannya khalifahannya.14 Di dalam Tafsîr al-Marâ-
adalah bahwa dia tidak bekerja dan ha- ghi,15 yang dimaksud kekhalifahan Adam
nya sebagai ibu rumah tangga. Padahal, as. di bumi adalah kedudukannya seba-
dengan begitu banyak dan berat pekerja- gai khalifah atau wakil Allah SWT untuk
an perempuan dinilai tidak bekerja. melaksanakan perintah-perintahNya, dan

11Pekerjaan domestik berkaitan dengan anggapan 12 Departemen Agama RI, Al-4XU·DQ GDQ
pekerjaan yang harus dikerjakan oleh perempuan, Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
dan laki-laki hanya bersifat membantu saja. Jika Penterjemah/Penafsir al-4XU·DQ )
perempuan bekerja di sektor publik, hanya dilihat 13 Widodo et.al, Kamus Ilmiyah Populer, hlm. 299.

sebagai tambahan saja dan tidak diakui sama 14 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan,

seperti bila hal itu dilakukan oleh laki-laki. Mis- Kesan, dan Keserasian al-4XU·DQ (Jakarta: Lentera
bahul Munir, Produktivitas Perempuan: Studi Hati, 2012), hlm. 173; Hamka, Tafsir al-Azhar
Analisis Produktivitas Perempuan dalam Konsep (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), hlm. 167.
Ekonomi Islam (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), 15 Ahmad Musthafâ al-Marâgh¶, Tafs¶r al-Marâghî,

hlm. 63. Juz I (Beirut: Dâr al-Fikr, tt.), hlm. 80.

20 | KARSA, Vol. 23 No.1, Juni 2015


Rethinking Peran Perempuan dalam Keluarga

memakmurkan bumi serta memanfaat- pertanggungjawaban atas siapa yang


kan segala apa yang ada di bumi. dipimSLQQ\D µ18
Al-Zamakhsyarî16 dalam Hâsyi- Dalam ajaran Islam, ada empat
yah al-Shâwî ¶DOk 7DIVQr al-Jalâlayn berpen- sifat yang harus dimiliki seseorang dalam
dapat bahwa yang dimaksud khalîfah melaksanakan kepemimpinan, yaitu:
bukan hanya berarti Adam as, seperti shidq, amânah, fathânah, dan tablîgh. Selain
yang dikemukakan oleh para mufasir. itu, seorang pemimpin harus memiliki: 1)
Demikian juga pendapat M. Quraish penuh sifat kesabaran dan ketabahan, 2)
Shihab17 dalam Tafsir al-Mishbah bahwa mengantarkan (masyarakatnya) kepada
yang dimaksud makhluk yang diberi tu- tujuan yang sesuai dengan petunjuk
gas adalah Adam as. dan anak cucunya. Allah, 3) membudayakan kebajikan, 4)
Al-4XU·DQ, sebagai pijakan pe- ¶kELGvQ, (orang yang taat beribadah), 5)
nentuDQ ´SHQJDQJNDWDQ PDQXVLD VHEDJDL penuh keyakinan atau optimisme, dan 6)
khalîfahµ, tidak memberi petunjuk bahwa orang yang kuat dan terpercaya, artinya
khalîfah hanya ditujukan kepada kaum la- orang yang kuat secara fisik dan mental
ki-laki. Oleh karena itu, penunjukkan kha- serta keahlian atau profesional.19
lîfah mencakup laki-laki dan perempuan. Memerhatikan beberapa kriteria
Rasulullah menyebutkan dalam tersebut, maka konsep kepemimpinan da-
hadis tentang kepemimpinan bahwa se- lam Islam dapat dilakukan oleh siapa pun
tiap orang laki-laki maupun perempuan baik laki-laki maupun perempuan yang
adalah pemimpin, baik terhadap dirinya memiliki kapasitas dan kapabilitas me-
sendiri maupun terhadap lingkungan se- mimpin, baik di sektor domestik maupun
kitarnya, dan mempunyai pertanggungja- publik yang lebih luas. Tapi, sebagaimana
waban atas kepemimpinan masing-ma- dituturkan Muhammad,20 bahwa kita ti-
sing, sebagaimana dalam hadis: dak dapat menutup mata dalam kurun
Dari 'Abd Allâh bin 'Umar radliya Allah waktu yang sangat panjang dirasakan
'anhumâ bahwa dia mendengar Rasu- benar bahwa kenyataan sosial dan bu-
lullah shallâ Allâh 'alayhi wa sallam daya memperlihatkan hubungan laki-laki
bersabda, "Setiap kalian adalah pemim- dan perempuan yang timpang. Kaum pe-
pin dan akan diminta pertanggungja- rempuan masih diposisikan sebagai ba-
waban atas yang dipimpinnya. Seorang gian dari laki-laki (subordinasi), dimar-
imam (kepala negara) adalah pemimpin
ginalkan bahkan didiskriminasi.
dan akan diminta pertanggungjawaban
atas rakyatnya. Seorang suami dalam
keluarganya adalah pemimpin dan
akan diminta pertanggungjawaban atas
orang yang dipimpinnya. Seorang istri 18 Ahmad ibn ¶$Oî bin Hajar al-¶$VTDOkQî, Fath al-
di dalam rumah tangga suaminya Bârî bi Syarh al-Bukhârî, Juz 11 (Riyad: Dâr Thay-
adalah pemimpin dia akan diminta yibah, 2005), hlm. 559.
19 Waryono Abdul Ghafur, Tafsir Sosial:
Mendialogkan Teks dengan Konteks (Yogyakarta: El-
SAQ Press, 2005), hlm. 125; Agus Purwadi (ed.),
Islam & Problem Gender: Telaah Kepemimpinan Wa-
nita dalam Perspektif Tarjih Muhammadiyah (Yog-
16 Ahmad al-Shâwî al-Mâlikî, Hâsyiyah al-Shâw¶ ¶DOk yakarta: Aditya Media, 2000), hlm. 20.
Tafsîr al-Jalâlayn (Beirut: Dâr al-Fikr, 2012), hlm. 20 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan Refleksi Kiai

71. atas Wacana Agama dan Gender (Yogyakarta: LKiS,


17 Shihab, Tafsir al-Mishbah, hlm. 173 2009), hlm. 23.

KARSA, Vol. 23 No. 1, Juni 2015 | 21


Mariatul Qibtiyah Harun AR

Menurut Shihab,21 harus diakui buah kaum yang mengangkat wanita sebagai
bahwa ada ulama yang menjadikan fir- SHPLPSLQ XUXVDQ PHUHND µ23
man Allah dalam surah al-1LVk· [4]: 34,
laki-laki adalah pemimpin perempuan. Ulama memahami hadis tersebut
Artinya, perempuan berada dalam posisi sebagai ketentuan syariat yang bersifat
yang dipimpin. Penafsiran klasik terha- baku universal, tanpa melihat aspek-
dap ayat Al-4XU·DQ VHULQJ GLMDGLNDQ DU- aspek yang terkait, seperti kapasitas diri
gumen penguatan supremasi laki-laki Nabi tatkala mengucapkan hadis, suasana
atas perempuan. Laki-laki memiliki ke- yang melatarbelakangi munculnya hadis,
kuasaan lebih besar dan status lebih ting- setting sosial yang melingkupi sebuah ha-
gi dari pada perempuan, sehingga pola dis. Padahal segi-segi yang berkaitan
kekuasaan dan status ini berpengaruh dengan diri Nabi dan suasana yang mela-
secara universal dalam menentukan kebi- tarbelakangi atau menyebabkan lahirnya
jakan dan aturan yang berlaku di tengah hadis mempunyai kedudukan penting
kehidupan bermasyarakat.22 dalam pemahaman hadis secara utuh.24
Di samping stereotype yang dikon- Hadis tentang kepemimpinan pe-
struk masyarakat tentang perempuan rempuan di Persia tersebut harus dipa-
yang bias gender, tentang ketidakbolehan hami dari sisi esensinya dan tidak bisa
kepemimpinan perempuan, sebagian ula- digeneralisasi, tapi lebih bersifat spesifik
ma juga berlandaskan kepada hadis Ra- untuk bangsa Persia pada saat itu. Maka
sulullah Saw., yaitu: yang esensial kepemimpinan adalah ke-
Telah menceritakan kepada kami mampuan dan intelektualitas, dua hal
¶8WVPkQ ibn al-Haytsam telah menceritakan yang dapat dimiliki oleh siapa saja, laki-
kepada kami 'Awf dari al-Hasan dari Abû laki dan perempuan.
%DNUDK PHQJDWDNDQ ´'L NDOD EHUODQJVXQJ Di sisi lain, sejumlah pemikir
hari-hari perang Jamal, aku telah mempe- Muslim kontemporer telah berusaha me-
roleh pelajaran dari pesan baginda Nabi, QDIVLUNDQ NHPEDOL NDOLPDW ´al-rijâlµ GDQ
tepatnya ketika beliau shallâ Allâh 'alayhi wa ´qawwâmûnµ ´Al-rijâlµ PHPSXQ\DL SH-
sallam tahu kerajaan Persia mengangkat anak ngertian laki-laki yang menjadi pelin-
perempuan Kisra sebagai raja, beliau lang-
GXQJ DWDX ´SHPLPSLQµ, atau laki-laki
sung bersabda, "Tak akan baik keadaan se-
yang mempunyai keutamaan. Sesuai
dengan asbâb al-nuzûl25 ayat ini, keutama-
an laki-laki adalah tanggung jawabnya

21 M. Quraish Shihab, Membumikan al-4XU·DQ 23 al-¶$VTDOkQL\ Fath al-Bârî, Juz 9, hlm. 580.
Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masya- 24 0XKDPPDG 0DV·XGL ´3UR GDQ .RQWUD WHQWDQJ
rakat (Bandung: Mizan, 1992), hlm. 274. .HSHPLPSLQDQ :DQLWD GDODP .DMLDQ +DGLWKµ
22 Subhan, Tafsir Kebencian, hlm. 177. Pandangan dalam Purwadi, (ed.) Islam & Problem Gende, hlm.
ini senada dengan pandangan tiga mufasir 279.
Indonesia: Hamka, Mahmud Yunus, dan Depar- 25 Asbâb al-nuzûl ayat ini adalah sebagai tanggapan

temen Agama, yang cenderung beranggapan bah- DWDV NDVXV 6D·G LEQ $E€ 5DEv· \DQJ PHPXNXO
wa laki-laki punya nilai lebih dibanding perem- istrinya bernama Habîbah binti Zayd, kemudian
puan. Lihat: Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid V kasus ini diadukan kepada Nabi, lalu Nabi
(Jakarta: Pustaka, 1986), hlm. 45-48; Mahmud Yu- PHQMDZDE ´Qishâsh µ 6HEHOXP qishâsh dilakukan
nus, 7DIVLU 4XU·DQ .DULP (Jakarta: Hidakarya turunlah ayat ini (al-1LVk· GDQ qishâsh tidak
Agung, 1993), hlm. 113; Departemen Agama RI, dilaksanakan. Abû al-)LGk· ¶,VPk·vO ibn Kathîr,
Al-4XU·DQ GDQ 7HUMHPDKQ\D QS. al-1LVk·[4]: 34, Tafsîr Ibn Kathîr, Juz I (Beirut: Dâr al-Fikr, 1986),
hlm. 123. hlm. 492.

22 | KARSA, Vol. 23 No.1, Juni 2015


Rethinking Peran Perempuan dalam Keluarga

sebagai kepala rumah tangga, sebagai Engineer30 mengutip ketegasan


pelindung, dan pengayom isteri dan ke- Mawlana Utsmani, bahwa seandainya Al-
luarganya.26 lah bermaksud menegaskan superioritas
Menurut Sayid Quthb27 kata ´al- laki-laki atas perempuan, Allah akan
ULMkOµ lebih ditekankan kepada aspek gen- meng-JXQDNDQ XQJNDSDQ ´bi mâ fadldla-
der laki-laki, bukan kepada aspek biolo- ODKXP ¶DODLKLQQDµ NDUHQD 'LD $OODK WHODK
gisnya sebagai manusia yang ber-jenis melebihkan laki-laki atas mereka perem-
kelamin laki-laki, karena tidak semua puan) atau bahkan akan menggunakan
yang berjenis kelamin laki-laki mem- NDOLPDW \DQJ OHELK WHJDV ´bi mâ fadldlala
punyai kapasitas yang lebih tinggi dari al-ULMkO ¶DOk DO-nisâ· NDUHQD 'LD $OODK
pada perempuan. telah melebihkan laki-laki atas perem-
6HGDQJNDQ ´qawwâmûnµ PHQurut puan). Karena itu, ayat tersebut tidak bisa
al-Zamakhsyari28 berarti laki-laki bertang- dijadikan dasar untuk menekankan supe-
gung jawab terhadap urusan perempu- rioritas laki-laki atas perempuan. Demi-
an. Menurut Engineer, qawwâmûn tidak kian pula MuhDPPDG ¶$EGXK GDODP al-
boleh dipahami lepas dari konteks sosial Manâr-nya tidak memutlakkan kepemim-
pada waktu ayat ini turun. Ayat tersebut pinan laki-laki terhadap perempuan, ka-
mengungkap keunggulan kaum laki-laki rena surah al-1LVk·[4]: 34 tidak meng-
bukanlah keunggulan jenis kelamin, tapi gunakan kata mâ fadlalahum bi hinna atau
keunggulan fungsional karena laki-laki bi tafdlQOLKLP ¶DODyhinna (oleh karena Allah
mencari nafkah dan membelanjakan har- telah memberikan kelebihan kepada laki-
tanya untuk perempuan. Fungsi sosial laki dari pada perempuan, tapi menggu-
yang diemban oleh kaum laki-laki itu nakan kata bi mâ fadldlDOD $OOkK ED·GODKXP
seimbang dengan tugas sosial yang diem- ¶DOk ED·GO (oleh karena Allah telah membe-
ban perempuan, yaitu melaksanakan rikan kelebihan di antara mereka di atas
tugas-tugas domestik dalam rumah tang- sebagian yang lain).31
ga.29 Menurut Mulia,32 penafsiran ten-
tang kepemimpinan yang didasarkan
26
pada Al-4XU·DQ VXUDK DO-1LVk·[4]: 34,
Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender
dilihat dari asbâb al-nuzûl ayat tersebut
Perspektif al-4XU·DQ (Jakarta: Dian Rakyat, 2010),
hlm. 134. bukan bicara tentang masalah kepemim-
27 Sayid Quthb, Fiqh al-Sunnah, Jilid II, (Mesir: pinan, melainkan mengenai domestic vio-
Maktabah Dâr al-Turâts, t.t.), hlm. 51. Dalam hal lence atau kekerasan dalam rumah tangga
ini, beliau menjelaskan tentang kesaksian laki- yang terjadi dalam masyarakat Arab pada
laki. Tidak semua laki-laki mempunyai kapasitas
waktu itu. Dilihat dari sebab turunnya,
menjadi saksi karena ia sebagai yang berjenis
kelamin laki-laki. Anak laki-laki di bawah umur, konteks ayat tersebut membincangkan
laki-laki hamba, dan laki-laki tidak normal masalah nusyûz atau konflik atau percek-
akalnya tidak termasuk di dalam kualifikasi me- cokan dalam rumah tangga. Oleh karena
menuhi syarat sebagai laki-laki yang menjadi itu, tidak masuk akal melakukan genera-
saksi dalam hukum Islam.
28 Abû al-Qâsim Mahmûd al-Zamakhsyari, Al-

.DV\V\kI ¶DQ HDTk·LT DO-7DQ]vO ZD ¶8\€Q DO-¶$TkZvO Iv 30 Ibid., hlm. 71.


Wujûh al-7D·ZvO, Jilid 1, (Beirut: Dâr al-0D·kULI W W 31 Muhammad Rasyîd Ridlâ, Tafsîr al-Manâr, Juz V
hlm. 532. (Kairo: Dâr al-Manâr, 1367 H), hlm. 68.
29 Asghar Ali Engineer, Hak-hak Perempuan dalam 32 Siti Musdah Mulia, Muslimah Sejati Menempuh

Islam , terj. Farid Wajdi dan Cici Farcha Assegaf Jalan Islami Meraih Ridla Ilahi (Bandung: Marja,
(Jakarta: LSPPA, 1994), hlm. 62. 2011), hlm. 114.

KARSA, Vol. 23 No. 1, Juni 2015 | 23


Mariatul Qibtiyah Harun AR

lisasi terhadap maksud ayat tersebut, adalah lebih bersifat sosiologis. Indikator
yang kemudian dipakai untuk menjusti- ini akan menjadi hal yang nisbi dan tidak
fikasi kapasitas kepemimpinan perem- lagi kodrati apabila dihadapkan pada
puan. Laki-laki sebagai qawwâm perem- proses sosialisasi yang lebih setara dan
puan (yang dalam ayat itu diterje- akses pendidikan yang sepadan antara
PDKNDQ PHQMDGL ´SHPLPSLQµ GDODP WDI- laki-laki dan perempuan.
sir-tafsir agama bias gender) telah dira- Selanjutnya tentang kepemimpi-
sionalisasi sebagai suatu ketergantungan nan, sebagaimana firman Allah dalam su-
perempuan dalam bidang ekonomi dan rah al-Tawbah [9]: 71 sebagai berkut:
keamanan. Sedangkan menurut Subhan,33 ´'DQ RUDQJ-orang yang beriman, lelaki
terdapat tiga kali kata qawwâm di dalam dan perempuan, sebagian mereka
Al-4XU·DQ DO-1LVk· [4]: 34 dan 135, al- (adalah) menjadi penolong bagi seba-
0k·LGDK [5]: 8), yang masing-masing gian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang makruf, mencegah
diterjemahkaQ ´SHPLPSLQ EHUGLUL NDUHQD
dari yang mungkar, mendirikan salat,
$OODK GDQ OXUXV NDUHQD $OODKµ
menunaikan zakat, dan mereka taat
Peran domestik yang dijalani pe- pada Allah dan rasul-Nya. Mereka itu
rempuan seharusnya diberi nilai ter- akan diberi rahmat oleh Allah; Sesung-
sendiri, bukan semata-mata suatu kewa- guhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
jiban, sehingga perlindungan dan nafkah %LMDNVDQD µ34
tidak lagi dapat dijadikan alasan normatif Secara umum ayat ini dipahami
bagi kepentingan laki-laki dalam kehi- sebagai gambaran tentang kewajiban me-
dupan sosial dan politik secara luas. Ka- lakukan kerja sama antara laki-laki dan
rena peran domestik yang dilakukan perempuan dalam berbagai bidang kehi-
perempuan, laki-laki harus mengimbangi dupan. Pengertian kata awOL\k· menurut
dengan melindungi dan memberi nafkah M. Quraish Shihab,35 mencakup kerja
yang oleh Al-4XU·DQ GLVHEXW VHEDJDL qaw- sama, bantuan dan penguasaan. Sedang-
wâm. Oleh karena itu, ayat tentang kepe- kan itu, pengertian DPDU PD·U€I QDKy mun-
mimpinan tersebut bukan pernyataan kar (menyuruh mengerjakan yang makruf
normatif tapi pernyataan kontekstual, da- dan mencegah hal-hal yang mungkar)
lam kategori ekonomis dan sosiologis. dalam ayat yang sama menyangkut
Konteks ayat ini, laki-laki menjadi qaw- segenap upaya kebaikan dan perbaikan
wâm perempuan karena memberi nafkah. kehidupan, termasuk memberikan nasi-
Artinya, bila secara ekonomi isteri bisa hat atau kritik kepada penguasa.
menghidupi atau bisa memberikan peng- Dalam Al-4XU·DQ VXUDK DO-Naml
hasilannya untuk kepentingan keluarga, [27]: 23, Allah Swt. berfirman sebagai be-
maka keunggulan suami menjadi berku- rikut:
rang karena ia tidak memiliki keunggulan
´6HVXQJJXKQ\D DNX PHQMXPSDL VHRUDQJ
di bidang ekonomi. wanita yang memerintah mereka, dan dia
Bila diteliti secara seksama, indi-
kator superioritas seperti dinyatakan bah-
wa umumnya laki-laki memiliki penala-
ran yang lebih kuat, tekad yang bulat,
matang dalam perencanaan, dan lainnya
34 Departemen Agama RI, Al-4XU·DQ GDQ
Terjemahnya, hlm. 291.
33 Subhan, Tafsir Kebencian, hlm. 179. 35 Shihab, Tafsir al-Mishbah, hlm. 650.

24 | KARSA, Vol. 23 No.1, Juni 2015


Rethinking Peran Perempuan dalam Keluarga

dianugerahi segala sesuatu serta mempu- pertama, siapa yang harus bertanggung ja-
nyai singgasana yang besar.µ36 wab kalau amanah kepemimpinan dalam
rumah tangga oleh perempuan tidak ber-
Perempuan atau ratu yang me- kualitas yang disebabkan perempuan
PHULQWDK NDXP 6DED· \DQJ GLVHEXWNDQ masih dalam kecenderungan posisi tersu-
dalam ayat tersebut dikenal dalam seja- bordinatkan. Kedua, qawwâmûn yang me-
UDK GHQJDQ QDPD ´%DOTLVµ 3HPHULQWD- nurut para ahli mempunyai makna me-
hannya semasa dengan pemerintahan Na- lindungi, memimpin, bertanggung jawab,
bi Sulaiman as. Sekali pun Balqis seorang dan yang lainnya. Yang terjadi adalah,
perempuan ia telah sanggup membawa kenapa pekerjaan domestik itu hampir
rak\DW 6DED· NHSDGD NHPDN-muran dan seluruhnya milik perempuan, padahal di
ketenteraman.37 Ayat Al-4XU·DQ WHUVHEXW sisi lain ayat itu (qawwâmûn) digunakan
memberikan gambaran dan pengertian sebagai legitimasi kokohnya kekuasaan
bahwa perempuan juga memiliki kemam- laki-laki memimpin dan bertanggung ja-
puan untuk memimpin dan sukses dalam wab dalam rumah tangga.
kepemimpinannya. Tentang kepemimpinan perem-
Sebenarnya yang harus disadari puan ini, Mulia38 menegaskan pentingnya
bahwa sifat dan kualitas feminim bukan menyosialisasikan pengertian baru ten-
sesuatu yang rendah, justru sebaliknya. tang kekuasaan atau kepemimpinan yang
Tuhan menciptakan potensi kewanitaan selamanya tidak selalu bernuansa mas-
yang mesti dilestarikan dan sekaligus kulin. Sehingga perempuan tidak harus
ditingkatkan kualitasnya. Feminitas harus mengeliminasi unsur-unsur feminitas da-
dimaknai yang positif-aktif, yaitu dengan lam dirinya demi menggapai kekuasaan.
pembentukan kualitas peran yang ditan- Perempuan tidak harus menolak gaya
dai dengan peningkatan pendidikan dan feminin dan berperilaku seperti laki-laki
pengembangan kreatifitas bagi perempu- untuk berkuasa sehingga dianggap seba-
an, sehingga perempuan memiliki kuali- gai pemimpin. Lebih lanjut, menurut Mu-
tas yang dapat diandalkan dalam meme- lia,39 kekuasaan dalam konsep feminim
nuhi dan melakukan perannya baik di adalah kekuasaan yang dilimpahi sikap
ruang mana pun, terutama di lingkung- lemah lembut dan kasih sayang, karena
an keluarga sebagai pencetak generasi dalam kelembutan dan kasih sayang ter-
penerus. pendam kekuatan yang dahsyat.
Perempuan dituntut untuk me- Menurut Hasyim,40 tentang laki-
nyiapkan dan mempersembahkan gene- laki atau perempuan yang menjadi pe-
rasi yang berkualitas. Namun, bagaimana mimpin tidak disebutkan di dalam Al-
kalau perempuan sendiri kualitasnya ma- 4XU·DQ NHFXDOL GDODP NRQWHNV NHOXDUJD
sih diragukan? Sangat tepat apa yang te- bahwa suami adalah pemimpin rumah
lah disabdakan Rasulullah Saw. bahwa tangga, itu pun dengan syarat suami me-
perempuan memiliki hak untuk memim- miliki keunggulan dan memberi nafkah.
pin dalam rumah tangganya, dan akan Apabila keunggulan berada di pihak istri
diminta pertanggungjawaban tentang ke- dan istri juga yang memberikan nafkah
pemimpinannya. Persoalannya adalah:

36 Departemen Agama RI, Al-4XU·DQ GDQ 38 Mulia, Muslimah Sejati, hlm. 262.
Terjemahnya, hlm. 596. 39 Ibid., hlm. 263.
37 Shihab, Tafsir al-Mishbah, hlm. 650. 40 Purwadi, (ed.), Islam & Problem Gender, hlm. 32.

KARSA, Vol. 23 No. 1, Juni 2015 | 25


Mariatul Qibtiyah Harun AR

dalam keluarga, maka apa salahnya jika bahwa kepemimpinan adalah sesuatu
istri menjadi pimimpin rumah tangga. Di yang penuh tanggung jawab dan resiko
sisi lain, kenyataan bahwa saat ini sudah tinggi, sehingga hanya dapat dilakukan
terbuka kesempatan seluas-luasnya bagi oleh orang yang kuat baik fisik dan
laki-laki maupun perempuan untuk me- mentalnya yaitu laki-laki. Maka untuk
ngembangkan potensi masing-masing se- mencapai keadilan, justru tidak adil jika
suai dengan bakat dan kemampuan mere- perempuan harus mengemban sesuatu
ka, sehingga sangat memungkinkan pe- yang ia tidak mampu mengembannya,
rempuan meraih kesuksesan bahkan bisa dan tidak baik apabila memiliki dua
jadi melebihi prestasi yang diraih oleh orang (laki-laki dan perempuan) sebagai
kaum laki-laki. pemimpin dalam waktu yang bersamaan.
Dengan demikian, tidak semua Dari beberapa pernyataan di atas,
laki-laki otomatis memiliki kelebihan atas persoalannya terletak pada apakah kepe-
perempuan. Kelebihan dan keunggulan mimpinan laki-laki dalam rumah tangga
tersebut tidak bersifat absolut, tapi ber- itu merupakan keputusan normatif atau
sifat relatif, sangat tergantung usaha pri- kontekstual? Secara normatif, kepemim-
badi laki-laki maupun perempuan. Supe- pinan laki-laki dalam rumah tangga da-
rioritas laki-laki tidak melekat secara oto- pat dipahami adanya kepastian siapa
matis kepada setiap laki-laki, tapi supe- yang menjadi pemimpin, sehingga ter-
rioritas laki-laki hanya terjadi secara tutup peluang timbulnya perselisihan
fungsional selama yang bersangkutan antara suami istri dalam menentukan
memenuhi kreteria dapat memberi naf- siapa di antara mereka yang menjadi pe-
kah.41 mimpin. Namun permasalahannya ada-
Al-Munawar42 dalam menganali- lah bagaimana ketika secara faktual sua-
sa kepemimpinan perempuan masih mi tidak memenuhi persyaratan untuk
menggunakan dasar ayat Al-4XU·DQ GDQ menjadi pemimpin, baik yang menjadi in-
hadis yang sama, hanya menurutnya, ha- tegritas pribadi maupun kemampuan
rus dipahami secara sosiologis dan kon- finansial yang disyaratkan oleh Al-4XU·-
tekstual. Posisi perempuan yang ditem- an secara eksplisit.
patkan sebagai subordinasi laki-laki se- Kalau kepemimpinan dalam ru-
sungguhnya muncul dan lahir dari se- mah tangga dimaknai secara konteks-
buah bangunan masyarakat atau pera- tual, maka akan memberikan pemahaman
daban yang dikuasai laki-laki. Ayat Al- bahwa kepemimpinan rumah tangga
4XU·DQ VXUDK DO-1LVk· [4]: 34 tidak lain memberi peluang untuk terpilihnya pe-
merupakan bentuk atau petunjuk menge- mimpin yang memenuhi persyaratan,
nai penerapan kemaslahatan pada situasi dan lebih sesuai dengan prinsip kese-
riil yang terjadi pada saat ayat itu ditu- taraan antara laki-laki dan perempuan.
runkan. Dengan demikian nampaknya akan lebih
Agak berbeda dengan beberapa adil antara laki-laki dan perempuan ber-
pendapat di atas, Albar43 berpendapat sama-sama dalam hal kepemimpinan,
khususnya kepemimpinan dalam lingkup
41Nurhayati, Psikologi Perempuan, hlm. 29. rumah tangga. Namun permasalahannya
42Purwadi, (ed.), Islam & Problem Gender, hlm. 14-
17.
43 Muhammad Albar, Wanita Karir dalam Tim- Pelecehan Seksual (Jakarta: Pustaka Azam, 1998),
bangan Islam, Kodrat Kewanitaan, Emansipasi, dan hlm. 51.

26 | KARSA, Vol. 23 No.1, Juni 2015


Rethinking Peran Perempuan dalam Keluarga

adalah bagaimana menentukan siapa dengan sebaik-baiknya sesuai dengan


yang lebih unggul secara fungsional, dan tuntunan agama. Laki-laki tidak boleh
bagaimana kalau secara obyektif keung- menegakkan kepemimpinannya dengan
gulan di antara keduanya sama. otoriter, yaitu dengan mengabaikan ke-
Dengan posisi yang keduanya mauan dan pertimbangan istrinya.
secara fungsional memiliki keunggulan Kesepakatan dalam urusan ke-
yang sama, apakah dengan mengguna- luarga yang diambil melalui musyawa-
kan kepemimpinan kolektif akan lebih rah yang bebas dan jujur inilah landasan
aman dan membawa kedamaian rumah esensial untuk apa yang disebut dengan
tangga? Bagaimana pula antara suami hubungan (relasi) yang berkeadilan. Da-
istri yang masing-masing mempunyai ke- lam relasi yang berkeadilan, pihak yang
unggulan itu memiliki keputusan yang satu tidak akan merendahkan apalagi
berbeda, dan masing-masing memiliki menafikan keberadaan (eksistensi) pihak
alasan yang rasional, maka pada saat itu lain.45
dibutuhkan satu otoritas yang dapat
mengambil keputusan akhir. Pembagian Peran dalam Keluarga
Dengan memperhatikan masing- Unger, sebagaimana dikutip Mas-
masing kepemimpinan fungsional dan dar,46 berpendapat bahwa perbedaan ana-
kepemimpinan kolektif dalam rumah tomi biologis dan komposisi kimia dalam
tangga, dan dengan mempertimbangkan tubuh oleh sejumlah ilmuwan dianggap
kelemahan yang ada, maka kepemimpi- berpengaruh pada perkembangan emo-
nan laki-laki dalam rumah tangga seba- sional dan kapasitas intelektual masing-
gaimana dinyatakan secara eksplisit da- masing laki-laki dan perempuan. Unger
lam surah al-1LVk· [4]: 34 yaitu bersifat sangat detail mengidentifikasi perbedaan
normatif tekstual, bukan kontekstual. emosional dan intelektual antara laki-laki
Andaikata memang Allah menen- dan perempuan sebagai berikut: bagi
tukan laki-laki sebagai pemimpin rumah laki-laki (masculine) sangat agresif, inde-
tangga, tidak berarti laki-laki dapat me- penden, tidak emosional, dapat menyem-
nguasai perempuan dengan seenaknya bunyikan emosi, lebih obyektif, tidak mu-
dalam menentukan dan mengarahkan ke- dah terpengaruh, tidak submitif, sangat
hidupan rumah tangganya. Hanya laki- menyukai pengetahuan eksakta, tidak
laki yang secara fungsional memiliki kri- mudah goyah terhadap krisis, lebih aktif,
teria pemimpin yang akan sukses me- lebih kompetitif, lebih logis, lebih men-
mimpin rumah tangga dengan menga- dunia, lebih terampil berbisnis, lebih
komodasi kepentingan dan kebutuhan terus terang, memahami perkembangan
yang dipimpinnya, yakni kepemimpinan seluk beluk dunia, berperasaan tidak mu-
yang berlandaskan pada keadilan dan dah tersinggung, dan lebih suka ber-
musyawarah mufakat, bukan kepemim- petualang. Sedangkan bagi perempuan
pinan otoriter yang semena-mana.44 Mak- tidak terlalu agresif, tidak terlalu inde-
sudnya, sekali pun laki-laki secara nor- penden, lebih emosional, sulit menyem-
matif diberi hak memimpin istrinya, laki-
laki harus memimpin rumah tangganya
45 0DVGDU ) 0DV·XGL Islam & Hak-Hak Reproduksi

Perempuan: Dialog Fiqh Pemberdayaan (Bandung:


44 Nurhayati, Psikologi Perempuan dalam Berbagai Mizan, 1997), hlm. 182.
Perspektif, hlm. 204. 46 Ibid., hlm. 38.

KARSA, Vol. 23 No. 1, Juni 2015 | 27


Mariatul Qibtiyah Harun AR

bunyikan emosi, lebih subyektif, mudah terutama pada perempuan. Sehingga per-
terpengaruh, lebih submisif, mudah ter- bedaan perempuan dan laki-laki secara
pengaruh, kurang menyenangi ilmu ek- biologis menimbulkan implikasi berbeda,
sakta, mudah goyah menghadapi krisis, baik dalam wacana maupun fenomena di
lebih pasif, kurang kompetitif, kurang lo- masyarakat.
gis, berorientasi ke rumah, kurang teram- Adapun bentuk ketidakadilan
pil berbisnis, kurang berterus terang, yang banyak menimpa perempuan ada-
kurang memahami seluk-beluk perkem- lah meliputi stereotype, marginalisasi,
bangan dunia, berperasaan mudah ter- subordinasi, kekerasan (violence), dan
singgung, tidak suka berpetualang, sulit beban ganda.48 Manifestasi ketidakadilan
mengatasi persoalan, lebih sering mena- gender tidak bisa dipisah-pisahkan, kare-
ngis, tidak umum tampil sebagai pemim- na antara satu dengan yang lain saling
pin, kurang rasa percaya diri, kurang berkaitan dan berhubungan, saling mem-
senang terhadap sikap agresif, kurang pengaruhi secara dialektis.
ambisi, sulit membedakan antara rasa Stereotype adalah adanya labeli-
dan rasio, kurang merdeka, lebih cang- sasi (penandaan, cap, vonis) negatif ter-
gung dalam penampilan, pemikiran ku- hadap perempuan, terutama dalam kon-
rang unggul, dan kurang bebas berbicara. teks hubungan sosialnya dengan laki-laki
Menurut Hanurawan,47 sebenar- sehingga selalu menimbulkan kerugian
nya dalam hubungan sosial persepsi so- pada perempuan. Perempuan dicap seba-
sial dapat dijadikan sebagai kerangka gai makhuk yang lemah, dan cap ini
berpikir untuk mempermudah dan me- membuat perempuan merasa tidak ada
ngatur hubungan seseorang dengan o- gunanya untuk berperan lebih luas atau
rang lain. Namun demikian, selain ber- meningkatkan kualitasnya. Misalnya ang-
manfaat dalam proses interaksi sosial, JDSDQ ´XQWXN DSD VHNRODK WLQJJL toh nan-
persepsi sosial sebagai gambaran penye- ti juga pada akhirnya menjadi pendam-
derhanaan kesimpulan tentang orang SLQJ VXDPL GDQ LEX UXPDK WDQJJDµ 49
lain, terkadang dapat juga menimbulkan Pelabelan negatif seperti ini bisa
masalah-masalah berkenaan dengan ke- jadi tidak saja terjadi terhadap perem-
salahan persepsi sosial. Masalah-masalah puan, tapi bisa juga terhadap seseorang
yang sering dihubungkan dengan kesa- atau kelompok tertentu, atau mungkin
lahan persepsi sosial adalah stereotype dan
dampak gemanya. 48 Umi Sumbulah et.al, Spektrum Gender Kilasan
Menurut pembagian karakter ter- Inklusi Gender di Perguruan Tinggi (Malang: UIN
Malang Press, 2008), hlm. 14; Ratna Batara Munti,
sebut, perempuan memiliki stereotype
et.al, Respon Islam atas Pembakuan Peran Perempuan
yang diasumsikan negatif, sedangkan la- (Yogyakarta: LKiS, 2005), hlm. 5.
ki-laki diposisikan memiliki karakter 49 Dian Ferricha, Sosiologi Hukum & Gender

yang hampir atau bahkan seluruhnya Interaksi Perempuan dalam Dinamika Norma dan
positif. Pelabelan karakteristik terhadap Sosio-Ekonomi (Malang: Bayumedia, 2010), hlm. 97;
Bustanul Arif (ed.), Partisipasi Politik Perempuan
laki-laki dan perempuan semacam ini dalam Proses Pembuatan Kebijakan Publik di Daerah
sebenarnya sangat bias dan menimbulkan Jawa Timur (Surabaya: Yayasan Cakrawala Timur,
ketidakadilan gender baik pada laki-laki t.t.,), hlm. 11; Susilaningsih dan Agus M. Najib,
(ed.), Kesetaraan Jender di Perguruan Tinggi Baseline
and Institutional Analisis for Gender Mainstreaming
47 Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial: Suatu in IAIN Sunan Kalijaga (Yogyakarta: IAIN Sunan
Pengantar (Bandung: Rosdakarya, 2010), hlm. 41. Kalijaga, 2004), hlm. 13.

28 | KARSA, Vol. 23 No.1, Juni 2015


Rethinking Peran Perempuan dalam Keluarga

juga terhadap laki-laki, yang tentu saja sangat otoriter, tidak mau mendengar
sangat merugikan. Misalnya perempuan pendapat anggota keluarga yang lain ka-
yang dianggap lemah fisik dan intelek- rena ia merasa memiliki otoritas penuh
tualnya sehingga dianggap tidak kapabel sebagai pemimpin.
untuk memimpin dan ruang geraknya Menurut Ahmad Djunaidi dan
terbatas di ruang domestik. Karena pe- Thobib al-Asyhar ,50 agresifitas, kekuatan
rempuan suka bersolek, perilaku demi- fisik, dan rasionalitas menjadi standar
kian dianggap memancing perhatian la- kepemimpinan dalam keluarga dan se-
wan jenisnya dan itu sebagai sumber mua standar tersebut dikonstruksi secara
fitnah, dan sumber segala kejadian antara sosial dan budaya sebagai milik laki-laki.
laki-laki dan perempuan dalam melang- Suami yang terlanjur diposisikan sebagai
gar norma-norma hidup dalam agama kepala keluarga akan menanggung beban
dan bermasyarakat. yang tidak ringan. Ternyata tidak sedikit
Stereotype terhadap laki-laki, mi- laki-laki (suami) tidak memiliki kemam-
salnya, sosok laki-laki adalah sebagai pri- puan untuk menghidupi keluarganya, se-
badi yang kuat, jantan, dan kekar, dan hingga yang terjadi adalah pelampiasan
karena itu ia dituntut untuk tampil seba- emosi yang sering ditimpakan kepada
gaimana karakternya. Seorang laki-laki istri dan anak-anak. Jika suami mengang-
yang digambarkan kekar dan kuat harus gur sementara istri yang bekerja, ia me-
bisa mengayomi, melindungi; demikian rasa tidak memiliki harga diri karena
juga ia sebagai penanggung jawab terha- konstruksi sosial budaya sudah terlanjur
dap ekonomi dan semua keperluan hidup meniscayakan beban pekerjaan dan tang-
untuk istri dan seluruh anggota keluarga, gung jawab kepemimpinan kepada laki-
tanpa mempertimbangkan kemampuan laki.
laki-laki dalam mencari nafkah serta ten- Salah satu bentuk marginalisasi
tang bagaimana kondisi fisik maupun perempuan, dalam hal ini, adalah bahwa
psikisnya. Laki-laki digambarkan sebagai laki-laki dianggap superior sedangkan
yang memiliki sikap berbeda dengan perempuan berada di wilayah inferior
perempuan. Laki-laki harus tegas dan (berada dalam posisi pinggiran dan di-
keras, sehingga yang terjadi adalah sosok anggap lebih tidak penting daripada laki-
ayah sebagai sosok yang sangat dan laki). Perbedaan gender menyebab-kan
harus ditakuti oleh anak-anak. Sejak usia ketidakadilan di berbagai segi kehidupan
dini, dalam kehidupan berumah tangga, perempuan, seperti di tempat kerja (per-
kepada anak-anak sudah ditanamkan bedaan upah antara laki-laki dan perem-
agar mempunyai rasa takut dan rasa hor- puan, posisi atau kedudukan yang hanya
mat yang berlebihan kepada ayah diban- bisa ditempati laki-laki), dalam rumah
ding kepada ibunya. Sebagai dampaknya, tangga (diskriminasi antar anggota ke-
antara lain, adalah anak mau berbuat luarga, misalnya antara laki-laki dan pe-
suatu kebaikan bisa jadi karena rasa takut rempuan dalam masalah mendapat akses
kepada ayahnya, sehingga dalam ling- pendidikan) dan bahkan dalam perla-
kungan keluarga kurang ada keterbu-
kaan, keakraban dan keceriaan, keharmo-
nisan antara bapak dan anak. Di sisi lain, 50Achmad Djunaidi & Thobib al-Asyhar, Khadijah
memosisikan laki-laki (suami/bapak) Sosok Perempuan Karier Sukses: Bedah Wacana
Gerakan Feminisme dalam Islam (Jakarta: Mitra
yang demikian ini membuatnya menjadi Abadi Press, 2006), hlm. 83.

KARSA, Vol. 23 No. 1, Juni 2015 | 29


Mariatul Qibtiyah Harun AR

kuan negara (perbedaan perlakuan hu- aspek status, peran dan relasi yang tidak
kum).51 setara. Pandangan subordinat ini didasar-
Marginalisasi merupakan proses kan pada stereotype gender yang dapat
peminggiran secara sistemik yang terjadi menghambat akses partisipasi dan kon-
baik disengaja atau tidak terhadap jenis trol, terutama yang berhubungan dengan
kelamin tertentu terutama pada perem- peran pengambilan keputusan dan pe-
puan dari mendapatkan akses dan man- manfaatan sumber daya.
faat dalam kehidupan, akibat adanya Kekerasan (violence) yaitu keke-
stereotype dan subordinasi sehingga me- rasan yang dilakukan oleh jenis kelamin
ngalami marginalisasi. Terjadi margi- berbeda yang disebabkan pandangan bias
nalisasi dalam keluarga dalam bentuk yang menempatkan salah satu jenis ke-
diskriminasi antara anak laki-laki dan lamin lebih superior dan yang lain di-
perempuan itu antara lain dalam bentuk anggap inferior. Relasi gender yang
untuk mendapatkan akses pendidikan, timpang antara keduanya, menjadikan
yang banyak terjadi adalah lebih mengu- pihak yang merasa kuat berpotensi me-
tamakan anak laki-laki untuk mendapat- nindas pada yang lemah.54 Kekerasan bi-
kan pendidikan lebih tinggi daripada sa jadi merupakan serangan terhadap
anak perempuan. fisik maupun integritas mental psikologis
Subordinasi timbul sebagai akibat seseorang. Terjadinya kekerasan yang be-
pandangan bias gender terhadap kaum rawal dari pola relasi kekuasaan laki-laki
perempuan. Seperti sikap menempatkan dan perempuan yang timpang yang dida-
perempuan pada posisi yang tidak pen- sarkan pada persepsi dominan bahwa pe-
ting muncul dari anggapan bahwa pe- rempuan dicitrakan sebagai makhluk le-
rempuan itu emosional atau irasional mah yang dianggap wajar mendapatkan
sehingga perempuan tidak bisa tampil perlakuan demikian. Kekerasan diguna-
memimpin merupakan bentuk dari sub- kan laki-laki untuk memenangkan, me-
ordinasi.52 Menurut Sumbulah,53 subor- nyatakan, dan menunjukkan dominasi
dinasi merupakan pelabelan negatif pada laki-laki atas perempuan. Kekerasan, mi-
perempuan akan berakibat pada tidak salnya dalam bentuk pemerkosaan, pe-
diakuinya potensi kaum perempuan, se- mukulan, pelacuran, pornografi, sterili-
hingga ia sulit mengakses posisi-posisi sasi dalam Keluarga Berencana, kekera-
strategis dan sentral dalam komunitas- san terselubung dan pelecehan seksual.
nya, terutama yang berkaitan dengan Beban kerja yakni kaum perem-
pengambilan kebijakan dan keputusan. puan menanggung beban ganda (double
Subordinasi dengan penempatan burden), di dalam dan di luar rumah.55
salah satu jenis kelamin (yakni laki-laki) Pembebanan akibat perempuan dianggap
yang dianggap lebih unggul dari jenis memiliki sifat memelihara dan rajin, ma-
kelamin lainnya (yaitu perempuan) dari ka semua pekerjaan domestik rumah

51 Ferricha, Sosiologi Hukum & Gender Interaksi 54 Mufidah Ch., Pengarusutamaan Gender pada Basis
Perempuan, hlm. 96-97; Sumbulah et.al, Spektrum Keagamaan, Pendekatan Islam, Strukturasi, &
Gender, hlm. 14; Riant Nugroho, Gender dan Konstruksi Sosial (Malang: UIN Malang Press,
Strategi Pengarusutamaannya di Indonesia (Yogya- 2009), hlm. 9; Ridlwan, Kekerasan Berbasis Gender
karta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 9-10. (Rekonstruksi Teologis, Yuridis, dan Sosiologis)
52 Nugroho, Gender dan Administras Publik, hlm. 42. (Yogyakarta: Fajar Pustaka, 2006), hlm. 29-30.
53 Sumbulah et.al, Spektrum Gender, hlm. 15. 55 Ferricha, Sosiologi Hukum, hlm. 97.

30 | KARSA, Vol. 23 No.1, Juni 2015


Rethinking Peran Perempuan dalam Keluarga

tangga menjadi tanggung jawab perem- nya,56 hubungan fungsional yang harmo-
puan. nis dan saling mendukung antara laki-
Pekerjaan domestik yang memer- laki dan perempuan dapat dipahami se-
lukan waktu yang relatif lebih lama ini bagai bagian dari tujuan Al-4XU·DQ GDODP
oleh masyarakat dianggap sebagai peker- masyarakat yaitu satu sama lain saling
jaan perempuan yang mempunyai nilai melengkapi.
rendah, tidak produktif, dan tidak berni- Demikian juga persamaan mutlak
lai ekonomis. Bagi perempuan yang me- antara dua jenis yang berbeda sebagai-
milih pekerjaan dalam sektor publik, mana yang dikehendaki sebagian ke-
tidak berarti bisa menghapus peran do- lompok adalah menzalimi kedua belah
mestiknya, justru bagaimana perempuan pihak.57 Oleh karena itu, apakah tugas pe-
dapat mengatur dan mengupayakan ke- rempuan sebagai pencari nafkah mau-
dua peran domestik dan peran publik pun sebagai pelaksana tugas domestik,
secara bersamaan, yaitu perempuan yang mendekatkannya dengan keadaan di ma-
mempunyai beban ganda atau berperan na kualitas adalah menjadi lebih penting
ganda dan dapat melaksanakan kedua dibandingkan kuantitas.58
peran tersebut dengan baik dan mak- Ranah publik merupakan per-
simal. luasan dari ranah domestik. Gejala keter-
libatan perempuan di luar rumah menan-
Membangun Kesetaraan dalam Ke- dakan bahwa perempuan telah berusaha
luarga merekonstruksi sejarah hidupnya de-
Allah Swt. menciptakan manusia ngan membangun identitas baru bagi di-
terdiri dari jenis laki-laki dan perempuan. rinya, tidak hanya sebagai ibu atau istri,
Secara umum, mereka diberikan potensi tapi juga sebagai pekerja dan perempuan
yang sama baik jasmani maupun rohani. karir. Menurut Bourdieu,59 perubahan be-
Secara khusus, mereka memiliki perbe- sar yang terjadi adalah bahwa dominasi
daan yang bertujuan untuk saling mem- maskulin tidak lagi dihadirkan dengan
butuhkan dan saling melengkapi di an- segala fakta yang terjadi dengan sen-
tara kedanya, dan itu merupakan hak dirinya.
prerogratif Allah Swt. yang tidak dapat Makin besarnya kesempatan bagi
di-intervensi oleh siapa pun. perempuan untuk masuk ke dalam pen-
Laki-laki dan perempuan masing- didikan sekunder atau pendidikan supe-
masing memiliki peran dalam kehidupan rior atau masuknya perempuan ke dalam
yang bisa mempertemukan keduanya da- lapangan kerja bergaji tetap, semakin
lam tugas besar dan tidak hanya dalam diperbolehkannya perempuan untuk ti-
lingkup keluarga, tapi membangun se- dak harus bertanggung jawab atas tugas-
buah masyarakat dan memikul beban
56 Amina Wadud, 4XU·DQ 0HQXUXW 3HUHPSXDQ
pembangunan dengan tanpa meremeh-
kan satu jenis atas jenis yang lain. Meluruskan Bias Gender dalam Tradisi Tafsir, terj.
Abdullah Ali, (Jakarta: Serambi, 2001), hlm. 43.
Al-4XU·DQ WLGDN PHQLDGDNDQ SHU- 57 Asyraf Muhammad Dawabah, Muslimah Karier
bedaan antara laki-laki dan perempuan (Sidoarjo: Mashun, 2009), hlm. 6-7.
atau menghapus nilai fungsional dari per- 58Rahmat Hidayat, Ilmu yang Seksis Feminisme dan

bedaan gender yang membantu agar se- Perlawanan terhadap Teori Sosial Maskulin (Yogya-
tiap masyarakat dapat berjalan dengan karta: Jendela, 2004), hlm. 318.
59 Pierre Bourdieu, Dominasi Maskulin (Yog-
lancar dan dapat memenuhi kebutuhan- yakarta: Jalasutra, 2010), hlm. 124.

KARSA, Vol. 23 No. 1, Juni 2015 | 31


Mariatul Qibtiyah Harun AR

tugas rumah tangga maka semakin besar tensi rasa kasih dan sayang, tercermin
pula kesempatan perempuan untuk ma- melalui relasi dan perlakuan sebagai
suk ke ruang publik. suami isteri dalam kehidupan mereka.
Selain itu, globalisasi dengan Andaikata memang Allah Swt.
segala konsekuensinya adalah tantangan menentukan laki-laki sebagai pemimpin
dalam memasuki milenium ketiga yang rumah tangga, tidak berarti laki-laki da-
memerlukan kesiapan dari segenap un- pat menguasai perempuan dengan se-
sur, sedangkan persaingan kemampuan enaknya dalam menentukan dan menga-
yang cukup berat dan ketat adalah suatu rahkan kehidupan rumah tangganya.
hal yang pasti yang harus dihadapi. Hanya laki-laki yang secara fungsional
Menghadapi tantangan dan pe- memiliki kriteria pemimpin yang akan
luang dari proses globalisasi dan pasar sukses memimpin rumah tangga dengan
bebas, perempuan dituntut untuk mela- mengakomodasi kepentingan dan kebu-
kukan upaya strategis dalam rangka me- tuhan yang dipimpinnya, yakni kepe-
manfaatkan positif demokratisasi semak- mimpinan yang berlandaskan pada kea-
simal mungkin untuk meningkatkan ke- dilan dan musyawarah mufakat, bukan
dudukan dan peran perempuan dalam kepemimpinan otoriter yang semena-
mengakses pembangunan dan mengele- mena.61
minasi dampak negatif yang ditimbulkan. Bagi perempuan (istri) yang me-
Relasi laki-laki dan perempuan mang memilih rumah tangga menjadi
dalam membangun sebuah rumah tangga tempat pengabdiannya, ia tentu memiliki
bertujuan sebagaimana diisyaratkan da- banyak waktu untuk berada di rumah
lam Al-4XU·DQ: melaksanakan kewajiban dan mengurus
´'DQ GL DQWDUD WDQGD-tanda kekuasaan- keperluan keluarga. Istri berkewajiban
Nya ialah Dia menciptakan untukmu melaksanakan tugas dalam rumah tangga
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya dengan penuh tanggung jawab bersama
kamu cenderung dan merasa tenteram suami untuk menciptakan suasana yang
kepadanya, dan dijadikan-Nya di anta-
menyenangkan, sehingga rumah meru-
ramu rasa kasih dan sayang. Sesung-
pakan surga bagi seluruh anggota keluar-
guhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kaum ganya.
yang berfikir.µ60 (QS. al-Rûm [30]: 21). Maka yang harus diperhatikan
Ayat tersebut dapat dipahami adalah sekali pun laki-laki secara nor-
bahwa Allah telah menganugerahkan po- matif diberi hak memimpin istrinya, laki-
tensi (rasa kasih sayang) kepada masing- laki harus memimpin rumah tangganya
masing laki-laki dan perempuan untuk dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
menciptakan ketenteraman, kebahagiaan, tuntunan agama. Laki-laki tidak boleh
dan kesejahteraan dalam kehidupan menegakkan kepemimpinannya dengan
berkeluarga. Dengan demikian, permasa- otoriter, yaitu dengan mengabaikan ke-
lahannya adalah bagaimana masing-ma- mauan dan pertimbangan istrinya.
sing laki-laki dan perempuan memahami Di samping itu, dengan berbagai
dan mengapresiasi anugerah berupa po- motivasi misalnya membantu mempero-
leh tambahan pendapatan, memanfaat-
60 Departemen Agama RI, Al-4XU·DQ GDQ
Terjemahnya. 61 Nurhayati, Psikologi Perempuan dalam Berbagai
Perspektif, hlm. 204.

32 | KARSA, Vol. 23 No.1, Juni 2015


Rethinking Peran Perempuan dalam Keluarga

kan ilmu, atau karena alasan yang lain, menjadi lebih berat, dimulai semenjak
terdapat pula perempuan yang memilih terbit matahari sampai terbenamnya mata
aktivitas di ranah publik. Sudah barang suami.
tentu ia tidak mempunyai waktu penuh Maka yang terpenting adalah ke-
mengurus rumah tangga yang menjadi sepakatan dalam urusan keluarga harus
kewajibannya. Ini bukan berarti ia telah diambil melalui musyawarah yang bebas
melalaikan kewajiban dalam rumah tang- dan jujur. Inilah landasan esensial untuk
ga, bisa jadi ia telah mengangkat asisten apa yang disebut dengan hubungan (re-
rumah tangga untuk menggantikan se- lasi) yang setara dan berkeadilan. Dalam
bagian pekerjaan domestik yang bisa di- relasi yang berkeadilan, yang satu tidak
lakukan oleh orang lain. akan merendahkan apalagi menafikan
Kewajiban istri adalah hak suami, keberadaan pihak lain,63 sehingga perem-
sebaliknya kewajiban suami adalah hak puan dapat bekerja dengan profesional
istri. Kalau ada keberperanan perempu- baik di ruang domestik maupun ruang
an dalam pembangunan, atau perem- publik.
puan bekerja di luar rumah membantu
suami menambah income untuk meme- Kesimpulan
nuhi kebutuhan keluarga, artinya seba- Perbedaan jenis kelamin yang
gian suami telah terbantukan oleh istri. berimplikasi pada fungsi dan peran laki-
Lalu bagaimana akan hak suami atas istri, laki dan perempuan pada dasarnya tidak
khususnya yang berhubungan dengan dipermasalahkan kalau memang merupa-
peran domestik yang nonkodrati? kan pilihan yang dilakukan secara sadar
Realitas yang ada bahwa perem- dan tidak ada unsur keterpaksaan dan
puan yang bekerja di luar rumah tidak atau diskriminasi. Namun ketika dicer-
lantas dapat melepaskan belenggu pe- mati lebih mendalam, perbedaan dua je-
rempuan dari mitos-mitos patriarki, ma- nis kelamin laki-laki dan perempuan ini
lah semakin memiliki beban ganda yang dapat menjadi penyebab munculnya dis-
sangat berat. Pertama, ia akan menjadi kriminasi gender. Yakni salah satu jenis
tulang punggung keluarga yang dibebani kelamin terutama yang banyak terjadi
dengan pencarian nafkah keluarga, dan pada perempuan terabaikan hak-hak da-
bukan sekadar partisipasi membantu sua- sarnya, tertinggal dan mengalami masa-
mi menambah pemasukan keluarga. Pa- lah ketidakadilan.
dahal secara ekonomi, menurut Rusli Berkaitan dengan potensi yang
Syarif sebagaimana dikutip Munir,62 jika dianugerahkan kepada laki-laki yang me-
semua aktivitas perempuan dinominasi- rupakan hak bagi laki-laki, maupun po-
kan mulai dari urusan rumah tangga tensi yang dianugerahkan kepada pe-
sampai pada sektor publik akan men- rempuan dan menjadi hak perempuan,
capai nilai produktivitas yang lebih tinggi oleh karena itu di samping hak laki-laki
dibanding aktivitas laki-laki. Kedua, fung- harus dihormati, maka hak-hak perem-
si-fungsi keluarga harus tetap dijalankan puan juga harus diperjuangkan terutama
sebagaimana layaknya seorang perem- oleh para laki-laki. Justru dengan masing-
puan yang memilih tugas domestik. Se- masing potensi yang dianugerahkan Al-
hingga memang benar, tugas perempuan lah Swt. kepada laki-laki maupun perem-

62 Munir, Produktivitas Perempuan, hlm. 8. 63 0DV·XGL Islam & Hak-Hak Reproduksi, hlm. 182.

KARSA, Vol. 23 No. 1, Juni 2015 | 33


Mariatul Qibtiyah Harun AR

puan itu merupakan hak manusia yang Hamidy H. Zainuddin, dkk. Terjemah
harus diperjuangkan untuk mencapai ku- Hadith Shahih Bukhari Jilid III Hadith
alitas maksimal yang diridlai Allah Swt.[] ke-1467. Klang Selangor Malaysia:
Klang Book Centre, 1990
Daftar Pustaka Hamka, Tafsir al-Azhar. Jakarta:Pustaka,
1986.
¶$VTDOkQî, AhPDG LEQ ¶$OL LEQ Hajar. Hanurawan, Fattah. Psikologi Sosial Suatu
Fath al-Bârî bi Syarh al-Bukhârî, Pengantar. Bandung: Rosdakarya,
Riyad: Dâr Thayyibah, 2005. 2010.
Albar, Muhammad. Wanita Karir dalam Harahap, Syahrin. Islam Dinamis Menegak-
Timbangan Islam, Kodrat Kewanitaan, kan Nilai-Nilai Ajaran Al-4XU·DQ GD-
Emansipasi, dan Pelecehan Seksual. Ja- lam Kehidupan Modern di Indonesia;
karta: Pustaka Azzam, 1998. Yogyakarta: Tiara wacana Yogja,
Arif, Bustanul (ed.). Partisipasi Politik Pe- 1997.
rempuan dalam Proses Pembuatan Hidayat, Rahmat. Ilmu yang Seksis Femi-
Kebijakan Publik di Daerah Jawa Ti- nisme dan Perlawanan terhadap Teori
mur, Surabaya: Yayasan Cakrawala Sosial Maskulin. Yogyakarta: Jendela,
Timur, t.t. 2004.
Dahlan. Y. Al-Barry M., L. Lya Sofyan Ya- Hidayatullah, Syarif. Teologi Feminisme
cub, Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri Islam. Yogyakarta: Pustaka Pe-
Intelektual. Surabaya: Target Press, lajar, 2010.
2003. Ismail, Nurjannah. Perempuan dalam Pa-
Dawabah, Asyraf Muhammad. Muslimah sungan Bias Laki-Laki dalam Penafsi-
Karier. Sidoarjo: Mashun, 2009. ran. Yogyakarta:LKiS, 2003.
Departemen Agama RI. Al-4XU·DQ GDQ Kathîr, Abû al-)LGk· ,VPk·vO ,EQ Tafsîr Ibn
Terjemahnya. Jakarta: Yayasan Pe- Kathîr. Beirut: Dâr al-Fikr, 1986.
nyelenggara Penterjemah/Penafsir Mâlikî, Ahmad al-Shâwî. Hâsyiyah al-
al-4XU·DQ 6KkZv ¶DOk 7DIVvU DO-Jalâlayn. Beirut:
Djunaidi, Achmad & Thobib al-Asyhar. Dâr al-Fikr, 2012.
Khadijah Sosok Perempuan Karier Suk- Marâghî, Ahmad Musthafâ. Tafsîr al-
ses: Bedah Wacana Gerakan Feminisme Marâghî, Juz I. Beirut, Dâr al-Fikr, t.t.
dalam Islam. Jakarta: Mitra Abadi 0DV·XGL 0DVGDU ) Islam & Hak-Hak Rep-
Press, 2006. roduksi Perempuan: Dialog Fiqh Pem-
Engineer, Asghar Ali. Hak-hak Perempuan berdayaan. Bandung: Mizan, 1997.
dalam Islam, terj. Farid Wajdi dan Mufidah Ch. Pengarusutamaan Gender
Cici Farcha Assegaf. Jakarta: LSPPA, Pada Basis Keagamaan, Pendekatan
1994. Islam, Strukturasi, & Konstruksi Sosial.
Ferricha, Dian. Sosiologi Hukum & Gender Malang: UIN Malang Press, 2009.
Interaksi Perempuan dalam Dinamika Muhammad, Husein. Fiqh Perempuan: Ref-
Norma dan Sosio-Ekonomi. Malang: leksi Kiai atas Wacana Agama dan
Bayumedia, 2010. Gender. Yogyakarta: LKiS, 2009.
Ghafur, Waryono Abdul. Tafsir Sosial: Mulia, Siti Musdah. Muslimah Sejati
Mendialogkan Teks dengan Konteks. Menempuh Jalan Islami Meraih Ri-
Yogyakarta: El-SAQ Press, 2005. dla Ilahi. Bandung: Marja, 2011.

34 | KARSA, Vol. 23 No.1, Juni 2015


Rethinking Peran Perempuan dalam Keluarga

Munir, Misbahul. Produktivitas Perempuan: Sâbiq, Sayid. Fiqh al-Sunnah. Mesir:


Studi Analisis Produktivitas Perem- Maktabah Dâr al-Turâts, t.t.
puan dalam Konsep Ekonomi Islam. Shihab, M. Quraish. Membumikan al-4XU·-
Malang: UIN-Maliki Press, 2010. an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Munti, Ratna Batara et.al. Respon Islam atas Kehidupan Masyarakat. Ban-dung:
Pembakuan Peran Perempuan. Mizan, 1992.
Yogyakarta: LKiS, 2005. ________. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan

Nugroho, Riant. Gender dan Administras Keserasian al-4XU·DQ. Jakarta: Len-


Publik: Studi tentang Kualitas Kese- tera Hati, 2012.
taraan Gender dalam Administrasi Subhan, Zaitunah. Tafsir Kebencian Studi
Publik Indonesia Pasca Reformasi %LDV *HQGHU GDODP 7DIVLU 4XU·DQ.
1998-2002. Yogyakarta: Pustaka Yogyakarta: LKiS, 1999.
Pelajar, 2008. Sumbulah, Umi Sumbulah et.al. Spektrum
-----. Gender dan Strategi Pengarusutamaan- Gender Kilasan Inklusi Gender di
nya di Indonesia. Yogyakarta: Pus- Perguruan Tinggi. Malang: UIN
taka Pelajar, 2008. Malang Press, 2008.
Nurhayati, Eti. Psikologi Perempuan dalam Susilaningsih, Agus M. Najib (ed.). Keseta-
Berbagai Perspektif. Yogyakarta: raan Jender di Perguruan Tinggi
Pustaka pelajar, 2012. Baseline and Institutional Analisis
Purwadi, Agus (ed.). Islam & Problem Gen- for Gender Mainstreamin in IAIN
der Telaah Kepemimpinan Wanita da- Sunan Kalijaga. Yogyakarta: Kerja-
lam Perspektif Tarjih Muhammadiyah. sama IAIN Sunan Kalijaga, 2004.
Yogyakarta: Aditya Media, 2000. Umar, Nasaruddin. Argumen Kesetaraan
Purwadi, Agus (ed.). Islam & Problem Gender Perspektif Al-4XU·DQ Ja-
Gender: Telaah Kepemimpinan Wanita karta: Dian Rakyat, 2010.
dalam Perspektif Tarjih Muhamma- Wadud, Amina. 4XU·DQ 0HQXUXW 3HUHP-
diyah. Yogyakarta: Aditya Media, puan: Meluruskan Bias Gender da-
2000. lam Tradisi Tafsir. Terj. Abdullah
Ridlâ, Muhammad Rasyîd. Tafsîr al- Ali. Jakarta: Serambi, 2001.
Manâr. Kairo: Dâr al-Manâr, 1367 Widodo et.al. Kamus Ilmiyah Populer Di-
H. lengkapi Ejaan yang Disempurna-
Ridlwan. Kekerasan Berbasis Gender Re- kan dan Pembentukan Istilah. Yog-
konstruksi Teologis, Yuridis, dan yakarta: Absolut, 2002.
Sosiologis. Yogyakarta: Fajar Pus- Yunus, Mahmud. 7DIVLU 4XU·DQ .DULP
taka, 2006. Jakarta: Hidakarya Agung, 1993.
Saadawi, Nawal El. Perempuan dalam Zamakhsyarî, Abû al-Qâsim Mahmûd.
Budaya Patriarki, Cet. II, Terj. Al-.DV\V\kI ¶DQ HDTk·LT DO-Tanzîl
Zulhimiyasri. Yogyakarta: Pusta- ZD ¶8\€Q DO-¶$TkZvO Iv :XM€K D-
ka Pelajar, 2011. 7D·ZvO. Beirut: Dâr al-0D·kULI W W

ÐÐÐ

KARSA, Vol. 23 No. 1, Juni 2015 | 35

Anda mungkin juga menyukai