Anda di halaman 1dari 6

PEREMPUAN DAN ANAK DALAM PERSPEKTIF PEREMPUAN BERKEMAJUAN

(Diskriminasi Terhadap Perempuan)

Siti Nur Annisa Alam


Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Sorong

Abstrak
Gender dapat didefinisikan sebagai pembedaan peran, atribut, sikap tindak
atau perilaku, yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat atau yang dianggap
masyarakat pantas untuk laki-laki dan perempuan. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kepustakaan dengan mengambil referensi dari beberapa buku dan
jurnal. Diskriminasi gender adalah sebuah ketidakadilan dengan pembedaan sikap dan
perlakuan terhadap sesama manusia berdasarkan jenis kelamin. Diskriminasi terhadap
perempuan berarti setiap pembedaan, pengucilan atau pembatasan yang dibuat atas
dasar jenis kelamin, yang mempunyai pengaruh atau tujuan untuk mengurangi atau
menghapuskan pengakuan, penikmatan atau pengurangan hak-hak asasi manusia dan
kebebasan-kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil atau
apapun lainnya oleh kaum wanita terlepas dari status perkawinan mereka, atas dasar
persamaan antara laki-laki dan perempuan. Diskriminasi terhadap kaum perempuan
sampai saat ini masih menjadi momok yang sangat menarik untuk dibahas. Walaupun
di era yang terbilang sangat maju, namun pemikiran-pemikiran yang tumbuh di
masyarakat mengenai peran perempuan masih sangat tertinggal jauh. Diskriminasi
terhadap kaum perempuan sampai saat ini masih menjadi momok yang sangat
menarik untuk dibahas. Walaupun di era yang terbilang sangat maju, namun
pemikiran-pemikiran yang tumbuh di masyarakat mengenai peran perempuan masih
sangat tertinggal jauh.
Kata kunci: Gender, Diskriminasi Gender, Diskriminasi Perempuan

Abstract
Gender can be defined as the differentiation of roles, attributes, attitudes,
actions or behaviors that grow and develop in society or that society considers
appropriate for men and women. This study uses library research methods by taking
references from several books and journals. Gender discrimination is an injustice
with different attitudes and treatment towards fellow human beings based on gender.
Discrimination against women means any distinction, exclusion or restriction made
on the basis of sex, which has the effect or purpose of reducing or eliminating the
recognition, enjoyment or reduction of human rights and fundamental freedoms in the
political, economic, social, cultural fields. , civil or otherwise by women irrespective
of their marital status, on the basis of equality between men and women.
Discrimination against women is still a very interesting specter to be discussed.
Although in an era that is considered very advanced, the ideas that grow in society
regarding the role of women are still very far behind. Discrimination against women
is still a very interesting specter to be discussed. Although in an era that is considered
very advanced, the ideas that grow in society regarding the role of women are still
very far behind.
Keywords: Gender, Gender Discrimination, Women's Discrimination

Pendahuluan
Secara umum konsep gender prinsipnya mengacu pada peran dan tanggung
jawab sebagai perempuan dan sebagai laki-laki yang diciptakan dan terinternalisasi
dalam kebiasaan dan kehidupan keluarga, dalam budaya-masyarakat dimana kita
hidup; termasuk harapan-harapan yang diinginkan bagaimana harusnya menjadi
perempuan dan bagaimana menjadi seorang laki-laki, baik harapan atas sifat-sifatnya,
sikap maupun perilakunya.
Gender dapat didefinisikan sebagai pembedaan peran, atribut, sikap tindak
atau perilaku, yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat atau yang dianggap
masyarakat pantas untuk laki-laki dan perempuan. Sebagai contoh, di dalam sebuah
masyarakat peran laki-laki digambarkan sebagai kepala keluarga, peran perempuan
sebagai ibu rumahtangga. Sifat perempuan biasanya digambarkan sebagai feminine,
seperti misalnya lemah-lembut, emosional, penurut, dst. Sifat laki-laki digambarkan
maskulin, seperti misalnya kuat, tegas, rasional, dst. Padahal dalam kenyataan tidak
selalu demikian halnya, karena ada perempuan yang perkasa, rasional, tegas;
demikian halnya ada laki-laki yang gemulai, emosional, penurut. Itulah yang disebut
pelabelan menurut jenis kelamin (stereotip gender). Peran, tanggung-jawab, relasi
sosial antara perempuan dan laki-laki serta semua harapan dipelajari dan disosialisasi
sejak dini. Karena didapat dari cara belajar, dari budaya atau tradisi yang dianut
secara turun temurun (culturally learned behavior), perilaku itu disahkan oleh
masyarakat sebagai budaya setempat (culturally assigned behavior).
Konstruksi sosial seperti itu dapat merugikan kedudukan perempuan atau laki-
laki baik dalam membangun keluarga yang sehat dan sejahtera atau partisipasinya
dalam pembangunan dan kegiatan masyarakat. Karena gender adalah produk budaya,
maka gender dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi masyarakat
serta bernegara; dapat berbeda diantara budaya bahkan di dalam budaya yang sama
(perbedaan karena sosial-status; urban-rural, generasi).
Gender kadang-kadang dianggap sebagai sesuatu kodrati. Misalnya peran laki-
laki sebagai kepala keluarga atau peran perempuan sebagai ibu rumahtangga, yang
menempatkan perempuan dalam kerja domestik dan laki-laki dalam kerja publik.
Dampak adanya pandangan seperti ini menimbulkan bahkan menumbuhkan asumsi
yang bias gender dan/atau diskriminatif, misalnya, bahwa perempuan (terutama di
pedesaan) tidak perlu mendapat pendidikan yang tinggi atau bahkan jika perempuan
sudah memiliki pendidikan tinggi pun, tetap dinilai lebih baik kalau lebih
berkonsentrasi pada kerja yang bersifat domestik, ketimbang memanfaatkan keahlian
dari hasil pendidikan tingginya.
Di sisi lain, ternyata dalam praktik kehidupan sehari-hari kita menjumpai
banyak kepala keluarga yang disandang perempuan berperan dan harus bertanggung
jawab atas kebutuhan dan kesejahteraan keluarganya. Misalnya, perempuan yang
karena bercerai atau ditinggal mati suaminya, atau perempuan yang tidak menikah
tetapi mempunyai banyak anak asuh, baik dari keluarga maupun karena mengasuh
anak orang lain. Perempuan yang harus mengambil alih tanggung jawab ekonomi
keluarga ketika suaminya, misalnya, terkena PHK atau mengalami musibah sakit atau
cacad tetap. Peran dan tanggung jawab ekonomi keluarga bahkan dilakukan
perempuan hanya dengan menggunakan kepandaian yang dimilikinya secara alamiah
dan dilekatkan sejak kecil sebagai peran perempuan, yaitu kerja-kerja domestik
sebagai pekerja rumah tangga. Demikian halnya dengan asumsi bahwa sifat laki-laki
lebih rasional sedangkan perempuan lebih emosional, semua itu seringkali pula
dianggap sebagai sesuatu yang kodrati. Padahal, kenyataan juga menunjukkan bahwa
terdapat banyak laki-laki yang bersifat emosional, sebaliknya ada pula perempuan
yang bersifat lebih rasional rasional. Hal ini membuktikan bahwa gender adalah: 1)
bukan sesuatu yang kodrati; 2) dapat berubah dan diubah; 3) bersifat tidak permanen;
dan 4) bisa dipertukarkan, dan 5) bersifat umum.
Adapun sesuatu yang kodrati adalah hal yang sifatnya sudah given dari Yang
Maha Kuasa, dalam hal ini bahwa setiap orang yang terlahir ke dunia dalam kondisi
biologis berjenis kelamin laki-laki atau berjenis kelamin perempuan adalah mutlak
kekuasaan-Nya, dan kedua jenis kelamin tersebut tidak dapat dipertukarkan.
Perempuan, dimana dan kapan pun berada bahwa dengan anatomi tubuhnya yang
sudah tercipta tersebut memiliki sel telur (ovum) dan ovarium sehingga dapat
mengalami menstruasi, jika tidak terjadi pembuahan oleh sel sperma, memiliki rahim
untuk fungsi kehamilan, dan memiliki kelenjar mamal untuk menyusui, merupakan
kodratnya. Sementara laki-laki dimana dan kapan pun berada tidak akan pernah
mengalami seperti halnya perempuan, tetapi laki-laki mempunyai sperma dan hormon
testosteron. Sehingga dapat dibedakan secara jelas antara pemahaman ‘gender’ dan
‘jenis kelamin’ bahwa berjenis kelamin laki-laki atau perempuan adalah: 1) mutlak
merupakan ketentuan dan anugerah Tuhan, YME; 2) bersifat kodrati/sebagai kodrat;
3) bersifat tetap dan tidak dapat diubah; 3) serta tidak dapat dipertukarkan, dan 4)
bersifat umum (universal).

Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan. Penelitian
kepustakaan merupakan suatu jenis penelitian yang digunakan dalam pengumpulan
informasi dan data secara mendalam melalui berbagai literatur, buku, catatan,
majalah, referensi lainnya, serta hasil penelitian sebelumnya yang relevan, untuk
mendapatkan jawaban dan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti.
Sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi sumber primer dan
sumber sekunder;
 Sumber primer adalah sumber data pokok yang langsung dikumpulkan
peneliti dari objek penelitian, yaitu: buku/ artikel yang menjadi objek
dalam penelitian ini;
 Sumber sekunder adalah sumber data tambahan yang menurut peneliti
menunjang data pokok, yaitu: buku/ artikel berperan sebagai
pendukung buku/ artikel primer untuk menguatkan konsep yang ada di
dalam buku/ artikel primer.
Pembahasan
1) Diskriminasi terhadap Perempuan.
Diskriminasi adalah suatu bentuk sikap dan perilaku yang melanggar
hak asasi manusia (Ihromi, 2007:7). Diskriminasi juga dapat diartikan sebagai
perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan didasari faktor ras, agama,
gender. Setiap pelecehan, pembatasan, atau pengucilan terhadap ras, agama,
ataupun gender termasuk tindakan yang diskriminatif.
Diskriminasi terhadap perempuan adalah melanggar hak asasi
perempuan. Rekomendasi No.19 sidang ke 11 Komite 1992, tentang kekerasan
terhadap wanita yang terdapat pada Undangundang menyatakan bahwa
diskriminasi meliputi kekerasan berdasarkan jenis kelamin yaitu kekerasan
yang ditujukan kepada wanita karena dia adalah seorang wanita atau
mempunyai pengaruh secara tidak sepadan pada wanita (Ihromi, 2007:54).
Adapun diskriminasi gender adalah sebuah ketidakadilan dengan pembedaan
sikap dan perlakuan terhadap sesama manusia berdasarkan jenis kelamin.
Pasal 1 dari Convention on the Elimination of all Forms of
Discrimination Against Woman (CEDAW) menyatakan bahwa diskriminasi
terhadap perempuan berarti setiap pembedaan, pengucilan atau pembatasan
yang dibuat atas dasar jenis kelamin, yang mempunyai pengaruh atau tujuan
untuk mengurangi atau menghapuskan pengakuan, penikmatan atau
pengurangan hak-hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok di
bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil atau apapun lainnya oleh kaum
wanita terlepas dari status perkawinan mereka, atas dasar persamaan antara
laki-laki dan perempuan. Penjelasan tambahan definisi diskriminasi terhadap
perempuan ini termasuk juga kekerasan berbasis gender, yaitu kekerasan yang
langsung ditujukan terhadap sosok perempuan, karena dia adalah perempuan
secara proporsional. Hal tersebut termasuk tindakan-tindakan yang
mengakibatkan kerugian fisik, mental dan seksual atau penderitaan, atau
ancaman atas tindakan tersebut atau kekerasan/paksaan dan perampasan
kebebasan. (Kalibonso, 2006:20)
2) Bentuk-bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan di Indonesia.
 Diskriminasi Budaya.
Perempuan di Indonesia masih terjebak dalam pernyataan masyarakat
bahwa “urusan perempuan sebatas urusan dapur dan rumah tangga”.
Selain itu, stereotip bahwa perempuan lemah, tidak mandiri, dan tidak
pantas dijadikan pemimpin juga masih kuat.
 Diskriminasi Politik.
Tingkat keterwakilan perempuan dalam kursi politik baik parlemen
atau tingkat daerah masih minim. Jumlah anggota DPR RI perempuan
untuk periode 2019-2024 baru sebanyak 20,52% dari kuota 30%. Suara
yang mendukung kebijakan yang memperhatikan hak perempuan juga
masih minim. Selain itu, perempuan masih punya stigma negatif
seperti tidak dapat mengambil keputusan dan tidak kompeten
dibanding laki-laki.
 Diskriminasi Pendidikan.
Perempuan dianggap tidak perlu berpendidikan tinggi karena nantinya
hanya bertugas mengurus rumah dan anak. Padahal, mendidik anak
membutuhkan kecerdasan IQ dan EQ. Stigma bahwa perempuan
berpendidikan tinggi akan sulit mendapat pasangan hidup juga masih
berkembang.
 Diskriminasi Sosial.
Mirip seperti diskriminasi budaya, beberapa contoh diskriminasi ini
misalnya anggapan buruk tentang perempuan yang mencat rambutnya,
memakai pakaian yang dianggap terbuka, hingga perempuan yang
lebih banyak bergaul dengan lawan jenis.
 Diskriminasi di Dunia Kerja.
Masih terdapat beberapa perusahaan yang lebih memprioritaskan laki-
laki dalam mengemban suatu tugas. Bahkan beberapa lowongan hanya
membuka diri untuk kandidat laki-laki sebagai syarat awal mendaftar.
Selain itu, kasus pelecehan verbal maupun fisik di tempat kerja juga
masih terjadi.
 Diskriminasi Fisik.
Diskriminasi seperti bentuk tubuh, warna kulit, jenis rambut, serta
bagian tubuh lainnya masih terus menghantui kaum perempuan.
Bahkan, kadang kaum perempuan pun turut melakukan diskriminasi
ini terhadap perempuan lainnya, baik disadari maupun tidak.

Kesimpulan
Diskriminasi terhadap kaum perempuan sampai saat ini masih menjadi
momok yang sangat menarik untuk dibahas. Walaupun di era yang terbilang sangat
maju, namun pemikiran-pemikiran yang tumbuh di masyarakat mengenai peran
perempuan masih sangat tertinggal jauh.
Akibat nyata dari diskriminasi terhadap perempuan diantaranya sulit tercipta
hubungan kekeluargaan yang harmonis, timbulnya gangguan pada psikis, dan masih
banyak lagi dimana akibat-akibat ini sangat berpengaruh pada kehidupan perempuan
sendiri.

Saran
Harapan penulis kurang lebih meminta kepada instansi-instansi terkait seperti
komnas perlindungan perempuan untuk lebih aktif lagi menjalankan perannya dalam
‘memerdekakan’ kaum perempuan sesuai dengan zaman modern ini.
Kemudian kepada organisasi-organisasi keperempuanan yang ada untuk
memberikan sosialisasi-sosialisasi agar para perempuan sadar akan berharganya diri
mereka.
Daftar Pustaka

Evas Sara M., Deirdre Hogans.2020.Pembebasan Perempuan:pustaka osiris.

Amin Saidul.2015.Filsafat Feminisme.Pekanbaru:Asa Riau.

Palulungan lusia,dkk.2020.Perempuan, Masyarakat Patriarki, dan Kesetaraan


Gender.Makassar:Yayasan BAKTI.

Khotimah, K. (2009). Diskriminasi gender terhadap perempuan dalam sektor


pekerjaan. Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender dan Anak, 4(1), 158-180.

Luhulima, A. S. (2007). Bahan Ajar tentang Hak Perempuan: UU No. 7 Tahun 1984
Pengesahan Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap
Wanita. Yayasan Obor Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai