Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad Imamuddin

Nim : 20107011128
Kelas : A pagi/ semester 4
Mata Kuliah : Hukum Tenaga Kerja
Dosen : Dr. Hetiyasari, S.H., M.Kn.

PERLINDUNGAN DAN HAK PEKERJA DALAM


PERSPEKTIF KESETARAAN GENDER

Muhammad Imamuddin

ABSTRAK

Tulisan ini bermaksud untuk mengetahui maraknya terjadi pelanggaran hak-hak normatif buruh
perempuan, tingginya jumlah buruh perempuan di perusahaan-perusahaan tidak mengakibatkan
peraturan di perusahaan menjadi sensitif gender, sering kali di dalam perusahaan terjadi penyimpangan
yang menjadikan buruh perempuan diperlakukan semena-mena. Contoh, buruh perempuan yang sedang
hamil dan tidak mendapatkan cuti. Perempuan mempunyai atas perlindungan yang khusus sesuai
dengan fungsi reproduksinya sebagaimana diatur dalam pasal 11 ayat 1 CEDAW bahwa hak atas
perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja termasuk usaha perlindungan terhadap fungsi
reproduksi. Para wanita boleh bekerja dalam berbagai bidang, didalam atau pun diluar rumahnya, baik
secara mandiri maupun bersama orang lain. Karena setiap perempuan mempunyai hak asasi manusia
yang diakui dan dilindungi oleh undang-undang. Jadi permasalahan di sini adalah, bagaimana
kesetaraan gender terhadap hak pekerja perempuan di bidang ketenagakerjaan? dan bagaimana upaya
agar wanita hamil dan menyusui mendapatkan perlindungan hukum dalam bidang ketenagakerjaan?
Tulisan ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library researh) dengan menggunakan kajian
pustaka yang mengambil sumber primer dan sekunder dari buku-buku, artikel. Dari tulisan dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya hak-hak pekerja wanita sebagaimana tertera dalam Kovensi ILO
terdiri dari kesetaraan upah, diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan, perlindungan kehamilan dan
pekerja dengan tanggung jawab keluarga. Hak-hak tersebut telah diatur dalam hukum Indonesia yakni
dalam UU no.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Namun pada praktiknya masih banyak beberapa
hak pekerja yang belum terpenuhi diberbagai perusahaan Indonesia. Mengenai ketenagakerjaan dalam
pelaksanaannya diharuskan memenuhi hakhak dan perlindungan bagi tenaga kerja perempuan.

Kata kunci :
kesetaraan gender, hak pekerja perempuan.

PENDAHULUAN Timbulnya perlawanan tersebut disebabkan


Pembahasan tentang perempuan dengan pertama, mempertanyakan status perempuan pada
menggunakan analisis gender sering dasarnya adalah mempersoalkan sistem dan
mendapatkan perlawanan (resistance) baik dari struktur yang telah mapan, bahkan
kaum laki-laki maupun kaum perempuan, bahkan mempertanyakan posisi perempuan, yang dapat
sering ditolak oleh mereka yang melakukan kritik menggoncang struktur dan sistem status quo
terhadap sistem sosial dominan seperti kapitalis. ketidakadilan dalam masyarakat. Kedua, banyak
1
terjadi kesalahpahaman tentang mengapa pada suatu masyarakat yang dilaksanakan pada
masalah perempuan harus dipertanyakan. waktu tertentu.
Kesulitan lain dalam mendiskusikan soal gender, Pengertian lain tentang gender
pada dasarnya, berarti membahas hubungan sebagaimana dirumuskan oleh Mansour Fakih,
kekuasaan yang sifatnya sangat pribadi, yakni gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum
menyangkut dan melibatkan masing-masing laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi
individu serta menggugat privelege yang kita secara sosial dan cultural. Sifat gender yang
miliki dan sedang kita nikmati selama ini. melekat pada perempuan misalnya, perempuan
itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau
METODE PENELITIAN keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat,
Metode penelitian yang digunakan rasional, jantan, perkasa. Ciri dari sifatsifat
dalam penulisan ini adalah metode analisis tersebut merupakansifat yang dapat
normatif kualitatif dengan pendekatan yuridis dipertukarkan antara kaum laki-laki dan
normatif. Teknik pengumpulan data dilakukan perempuan. Artinya, ada laki-laki yang
dengan studi dokumen guna memperoleh data emosional, lemah lembut, keibuan, sementara
sekunder yang didukung dengan wawancara juga ada perempuan yang kuat, rasional,
untuk memperoleh data primer, kemudian perkasa.5 Beberapa definisi diatas, dapat
dianalisis secara kualitatif dan disajikan secara disimpulkan bahwa gender suatu konsep yang
deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan
laki-laki dan perempuan dilihat dari segi
HASIL DAN PEMBAHASAN pengaruh sosial budaya. Gender merupakan
Konsep Gender dan Kesetaraan Gender perbedaan peran laki-laki dan perempuan yang di
Kata gender berasal dari bahasa Inggris, berarti konstruksi (dibangun) oleh masyarakat atau
jenis kelamin. Dalam webster’s new world kelompok masyarakat dengan latar belakang
dictionary, gender diartikan sebagai perbedaan budaya dan struktur sosial yang berbeda-beda
yang tampak antara laki-laki dan perempuan disetiap daerah, suku, negara, dan agama. Oleh
dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Dalam karena itu, perbedaan peran, perilaku dan sifat
women’s studies encyclopedia dijelaskan bahwa laki-laki dan perempuan yang berlaku disuatu
gender adalah suatu konsep kultural yang tempat/budaya belum tentu sama atau berlaku
berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam ditempat yang berbeda. Diskriminasi terhadap
hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik perempuan yang terus terjadi di berbagai belahan
emosional antara laki-laki dan perempuan yang dunia masih menunjukkan bahwa pemahaman
berkembang masyarakat. Sedangkan Hilary M. serta usaha-usaha untuk mewujudkan kesetaraan
Lips mengartikan gender sebagai harapanharapan gender masih banyak menemukan kendala. Masih
budaya terhadap laki-laki dan perempuan kuatnya budaya patriarkhis masih memposisikan
(cultural expectations for women and men). perempuan pada stereotype, peran dan posisi
Pendapat ini sejalan dengan pendapat kaum yang termarginalkan. Padahal relasi yang
feminis, seperti Lindsey yang menganggap semua seimbang (kesetaraan gender) antara laki-laki dan
ketetapan masyarakat perihal penentuan perempuan dalam segala aspek kehidupan dapat
seseorang sebagai laki-laki atau perempuan mendorong percepatan proses pembangunan
adalahtermasuk bidang kajian gender (what a yang dilandasi nilai-nilai kemanusiaan yang
given society defines as masculine or feminin is a tinggi tanpa adanya imperioritas satu jenis
component of gender).3 Gender sendiri kelamin di satu sisi dan superioritas jenis kelamin
sebenarnya memiliki definisi terminologis yang di sisi lainnya. Dengan demikian, suatu
variatif, namun dmikian sesungguhnya ia saling paradigma baru sangat diperlukan untuk
melengkapi. Selain itu pembatasannya juga lebih memberikan kerangka dan menjelaskan
banyak terkait dengan perbedaan antara laki-laki hubungan (relasi) antara perempuan dan laki-laki
dan perempuan. Menurut Heyzer, gender adalah di berbagai lapisan masyarakat, lembaga formal
peranan laki-laki dan perempuan dalam suatu maupun lembaga informal, termasuk institusi
tingkah laku sosial yang terstruktur. Sedangkan keluarga. Strategi-strategi untuk perubahan
Illich berpendapat gender dimaksudkan untuk diperlukan yaitu bagaimana melakukan
membedakan antara laki-laki dan perempuan perubahan hubungan (relasi) antara perempuan
secara sosial, yang mengacu pada unsur dan laki-laki yang responsif gender sehingga
emosional, kejiwaan, dan tingkah laku. Di sisi terwujud kesetaraan dan keadilan gender.
lain Letner mendefinisikan gender sebagai suatu
tingkah laku yang sesuai dengan jenis kelamin
2
Bentuk-bentuk Ketidakadilan Gender terjadinya perkosaan, yang semua itu berangkat
Marginalisasi perempuan dari stereotype pada perempuan secara umum.
Marginalisasi itu merupakan proses pemiskinan Demikian pula, perempuan adalah jenis manusia
perempuan terutama pada masyarakat lapis yang lemah fisik maupun intelektualnya sehingga
bawah sangat memprihatinkan kesejahteraan tidak layak untuk menjadi pemimpin, karena itu
keluarga mereka. Demikian pula, marginalisasi sarat dengan keterbatasan tidak sebagaimana laki-
dalam lingkungan keluarga biasa terjadi ditengah laki. Aktivitas laki-laki lebih leluasa, bebas, lebih
masyarakat, misalnya anak laki-laki memperoleh berkualitas, dan produktif. Keterpurukan itu
fasilittas, kesempatan dan hak-hak yang lebih semaki parah dengan mencari legitimasi agama
daripada anak perempuan. Budaya semacam ini yang disalahtafsirkan.
selalu diperkuat oleh penafsiran agama, adat
istiadat sehingga perempuan selalu menjadi c. Kekerasan (violence) terhadap perempuan
korban ketidakadilan gender akibat marginalisasi Salah satu bentuk ketidakadilan gender adalah
perempuan tersebut. tindak kekerasan terhadap perempuan baik yang
berbentuk kekerasan fisik maupun psikis.
a. Penempatan perempuan pada subordinasi Kekerasan timbul akibat beberapa faktor di atas,
Sebuah pandangan yang tidak adil terh adap termasuk anggapan bahwa laki-laki pemegang
perempuan dengan anggapan dasar bahwa supremasi dan dominasi terhadap berbagai sektor
perempuan itu irasional, emosional, lemah dan kehidupan. Femomena itu oleh masyarakat
lain-lainnya, menyebabkan penempatan dianggap sebagai sesuatu yang wajar jika
perempuan dalam peran-peran yang dianggap perempuan menerima perlakuan tersebut.
kurang penting. Potensi perempuan sering di nilai Kekerasan terhadap perempuan mempunyai
tidak fair oleh sebagian besar masyarakat kita beberapa tingkatan, yaitu pemerkosaan,
mengakibatkan sulitnya mereka menembus pemukulan, penganiayaan dan pembunuhan,
posisi-posisi strategis dalam komunitasnya, prostitusi sebagai bentuk eksploitasi perempuan,
terutama yang berhubungan dengan peran pornografi sebagai bentuk pelecehan, eksploitasi
pengambilan keputusan. Jika perempuan mampu perempuan pada dunia kerja dan hiburan,
meraih posisi tersebut, berarti ia telah berhasil pemaksaan strerilisasi dalam keluarga berencan,
dalam kompetisi yang sangat ketat dan dan pelecehan seksual dengan sentuhan maupun
perjuangan yang cukup panjang, tidak ungkapan yang merendahkan martabat
sebagaimana yang dilakukan oleh laki-laki. perempuan. Seluruh tindakan tersebut dapat
Agama sering juga dipakai sebagai pengukuh dari digolongkan pada pelanggaran hak asasi
pandangan semacam itu sehingga perempuan manusia yang semestinya dihormati oleh siapa
selalu menjadi bagian dari laki-laki. pun tanpa memandang gendernya. Tindakan yang
paling rendah dari tingkat kekerasan terhadap
b. Stereotype perempuan Stereotype adalah perempuan tersebut melahirkan berbagai
pelabelan terhadap kelompok, suku, bangsa ketidakharmonisan sosial yang menghambat
tertentu yang selalu berkonotasi negatif sehingga perkembangan psikis perempuan. Selanjutnya
sering merugikan dan timbul ketidakadilan. akan memupuk subur infesrioritas perempuan
Pelabelan atau penandaan yang dikaitkan dengan dengan sekian banyak ketidakberdayaan.
perbedaan jenis kelamin tertentu (perempuan)
akan menimbulkan kesan negatif yang d. Beban kerja yang tidak proporsional Budaya
merupakan keharusan disandang oleh perempuan. patriarki beranggapan bahwa perempaun tidak
Stereotype itu merupakan salah satu bentuk punya hak untuk menjadi pemimpin rumah
ketidakadilan gender. Misalnya, suatu dugaan tangga. Sebaliknya, ia berhak untuk diatur,
bahwa perempuan itu suka bersolek untuk pekerjaan domestik yang dibebankan kepadanya
menarik perhatian lawan jenis. Jika terjadi kasus menjadi identik dengan dirinya sehingga posisi
perkosan, selalu disimpulkan bahwa kejadian perempuan sarat dengan pekerjaan yang beragam
tersebut berawal dari label perempuan, tanpa macamnya, dalam waktu yang tidak terbatas dan
harus menganalisis sisi-sisi lain yang menjadi dengan beban yang cukup berat, misalnya:
faktor penyebab terjadinya perkosaan itu. Karena memasak, mencuci, seterika, menjaga kebersihan
itu, kasus perkosaan dipandang sebagai kesalahan dan kerapian rumah, membimbing belajar anak-
perempuan, ia dianggap sebagai sumber fitnah anak dan sebagainya. Pekerjaan domestik yang
terjadinya perkosaan itu. Karena itu, kasus berat tersebut dilakukan bersam-sama dengan
perkosaan dipandang sebagai kesalahan fungsi reproduksi, haid, hamil, melahirkan dan
perempuan, ia dianggap sebagai sumber fitnah menyusui. Sementara laki-laki dengan peran
3
publiknya menurut kebiasaan masyarakat keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
(konstruk sosial), tidak bertanggung jawab perkawinan yang sah”. Dengan didasarkan
terhadap beban kerja domestik, karena hanya kepada pasal 10 ayat 1 UU nomor 39 tahun 1999
layak dikerjakan oleh perempuan. Bentuk-bentuk tentang hak asasi manusia, negara Indonesia telah
ketidakadilan gender melalui marginalisasi, menghormati dan melindungi pekerja wanita
penempatan perempuan pada subordinat, terkait dengan hak reproduktif. Sehingga terhadap
stereotype, tindak kekerasan, maupun beban kerja hal tersebut, perusahaanperusahaan yang
yang tidak proporsional dilakukan oleh laki-laki memperkerjakan pekerja harus memberikan
dalam segala komunitas yang ada. Hal itu dapat perlindungan hukum terhadap pekerja wanita
terjadi dalam lingkungan keluarga, ditempat- terkait hak reproduktif. Walaupun sudah diatur
tempat kerja, ditempat-tempat umum, dan dapat dalam beberapa instrumen hukum, namun masih
pula dilakukan oleh siapa saja yang tidak peka banyak pelanggaran yang dilakukan perusahaan
pada persoalan gender dan kemanusiaan. Karena terhadap pekerja wanita.10 Di Amerika seks
itu, wawasan tentang gender tidak ditentukan oleh diskriminasi telah diberlakukan undang-undang
status sosial, tingkat pendidikan maupun profesi tersebut dapat dipahami, kehamilan diskriminasi
seseorang, tetapi lebih dipengaruhi oleh wawasan bertindak agar diberlakukannya dalam
tentang gender tersebut. Untuk mengikis menganggapi keputusan Mahkamah Agung yang
konstruksi sosial budaya yang tidak berkeadilan merupakan untuk perlindungan yang sama dari
gender, tentu saja kita harus memahami dulu hukum.11 Bukan hanya terhadap diskriminasi
konsep kesetaraan. Kesetaraan bukan dalam arti wanita hamil dan menyusui saja tetapi
sama rata dan tidak ada perbedaan. Dalam diskriminasi upah terdapat pada tunjangan
konteks tersebut kesetaraan lebih tepat dimaknai kesejahteraan. Pada umumnya para pekerja laki-
dengan berkeadilan dan berkeseimbangan. laki akan mendapatkan tunjangan kesejahteraan
untuk anak dan istri, namun pada pekerja
Hak Bagi Pekerja Perempuan perempuan tidak mendapatkan tunjangan
Pertanyaan, apakah wanita yang sama seperti kesejahteraan untuk suami dan anak. Hal ini
orang atau yang berbeda dari mereka telah dikarenakan adanya anggapan bahwa wanita
bermain keluar dalam amerika sebagian besar mudah diatur, bahkan anggapan ini juga berimbas
melalui diskusi dan litigasi tentang kehamilan, pada adanya pembatasan persyaratan jabatan
khususnya cuti hamil ketentuan. Hanya beberapa yang memberikan syarat pada jenis kelamin.
negara di AS telah istimewa cuti hamil secara Seperti pada persyaratan lowongan pekerjaan
hukum. Ini telah menantang sebagai yang yang memberikan syarat pada jenis kelamin
melanggar hukum federal dari american anti tertentu, padahal lowongan pekerjaan tersebut
diskriminasi, atas dasar bahwa mereka tidak mempunyai karakter khas yang hanya boleh
memperlakukan wanita hamil lebih baik daripada dikerjakan oleh jenis kelamin tertentu. Kemudian
tanpa hamil pekerja yang tidak dapat bekerja pada jabatan strategis yang kebanyakan hanya
untuk alasan lain. Seperti tantangan yang telah diperuntukkan bagi pria, dimana kebanyakan
didukung oleh “sama perawatan” atau “ketat pekerja wanita selalu diposisikan pada jenis-jenis
pengobatan identik” feminis yang berpendapat jabatan yang tidak memberikan keputusan final,
bahwa “kehamilan dapat atau harus tentu hal ini juga merupakan salah satu
membayangkan sebagai salah satu pengalaman merupakan diskriminasi wanita.12 Wanita yang
manusia yang banyak di contexts, yang paling hamil dan melahirkan atau kondisi medis harus
terutama tempat kerja, menciptakan diperlakukan sama untuk semua pekerjaan.
membutuhkan dan masalah yang mirip dengan Termasuk bukti penerimaan manfaat dibawah
orang-orang yang timbul dari disebabkan lain dari pinggiran mendapatkan keuntungan dari
kehamilan, dan yang bisa ditangani cukup didasar program, dan orang tersebut tidak mempengaruhi
yang sama seperti yang lain kondisi fisik tapi mampu dalam kemampuan mereka.13
karyawan. 9 Pekerja wanita harus mendapatkan Perlindungan hak-hak perempuan pekerja dalam
perlindungan khusus terkait dengan kodrat yang ketentuan perundangundangan merupakan dasar
melekat pada dirinya yaitu ketika masa haid hukum bagi pekerja perempuan didalam
(datang bulan), kehamilan, melahirkan, dan melaksanakan hak-haknya sebagai pekerja dan
menyusui anak. Hamil, melahirkan serta perlindungan terhadap tindakan diskriminasi
menyusui anak merupakan hak asasi manusia yang dilakukan oleh pemberi kerja serta pihak
sebagaimana yang diatur dalam pasal 10 ayat 1 lain ditempat kerja. Hak-hak pekerja perempuan
UU Nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi salah satunya adalah hak maternal. Hak maternal
manusia “setiap orang berhak membentuk suatu pada dasarnya sama dengan hak kesehatan
4
reproduksi. Aspek perlindungan terhadap hak- gender menyebabkan ketidakadilan gender dapat
hak maternal ini, pada dasarnya menjadi dilihat melalui berbagai manifestasi ketidakadilan
ketentuan yang wajib diharmonisasikan ke dalam yang ada. Ketidakadilan gender termanifestasikan
peraturan perundang-undangan bidang dalam pelbagai bentuk ketidakadilan, yakni
ketenagakerjaan di Indonesia. Hak tersebut marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi,
meliputi hak atas perlindungan khusus terhadap subordinasi atau anggapan tidak penting dalam
fungsi melanjutkan keturunan dalam bentuk: pengambilan keputusan, pembentukan stereotype
tidak dipecat atas dasar kehamilan atau dasar atau melalui pelabelan negatif, kekerasan
status perkawinan, pengadaan cuti hamil dengan (violence), beban kerja lebih panjang atau lebih
hayaran, pengadaan pelayanan sosial dalam banyak (burden) serta sosialisasi idiologi nilai
bentuk tempat penitipan anak, pemberian peran gender.17 Upaya perlindungan khusus
pekerjaan yang tidak berbahaya bagi kepada pekerja perempuan diperlukan sebagai
kehamilan.14 Perbedaan gender prinsip dasarnya salah satu bentuk untuk mewujudkan kesetaraan
adalah sesuatu yang wajar dan merupakan gender. Upaya perlindungan ini diberikan sesuai
sunnatullah sebagai sebuah fenomena dengan kekhususan yang dimiliki kaum
kebudayaan. Perbedaan gender tidak menjadi perempuan. "perusahaanperusahaan harus
masalah selama tidak menimbulkan ketidakadilan memperhatikan berbagai keistimewaan yang khas
gender (gender in equalities). Namun yang yang menjadi hak dasar pekerja perempuan.
menjadi persoalan adalah perbedaan gender Mereka memiliki hak khusus seperti hak cuti
ternyata telah melahirkan berbagai ketidakadilan hamil, hak cuti melahirkan, hak cuti tertentu
baik kaum laki-laki terutama kepada kaum sebagai kodrat perempuan," dalam hubungan
perempuan.15 Keadilan gender adalah proses kerja, tidak boleh ada perlakuan diskriminasi
yang adil bagi perempuan dan laki-laki. Untuk terhadap pekerja perempuan terutama dalam
pastikan agar proses itu adil bagi yang dimainkan. pemberian upah, tunjangan keluarga dan jaminan
Keadilan gender mengantarkan perempuan dan sosial, kesempatan mengikuti pelatihan, serta
laki-laki menuju kesetaraan gender. Iklan gender promosi jabatan."Pemenuhan hak tersebut tidak
kesetaraanalah keadaan bagi perempuan dan laki- boleh berlaku diskriminatif". Kesetaraan gender
laki menikmati status dan kondisi yang sama dapat dilihat dari empat indikator diantaranya: (1)
untuk merealisasikan hak asasinya secara penuh faktor akses, perempuan dan laki-laki akses yang
dan sama-sama menyelesaikan dalam sama terhadap sumber-sumber daya
menyumbangkanya dalam pembangunan, dengan pembangunan (2) faktor partisipasi, perempuan
demikian kesetaraan jenis kelamin adalah dan laki-laki sama-sama berpartisipasi dalam
penilaian yang sama oleh masyarakat terhadap program-program pembangunan (3) faktor
persamaan dan perbedaan perempuan dan laki- manfaat, perempuan dan laki-laki harus sama-
laki dalam berbagai peran yang mereka sama menikmati manfaat dari hasil pembangunan
lakukan.16 Ketidakadilan gender merupakan (4) faktor kontrol, memiliki kewenangan penuh
sistem dan struktur dimana baik kaum lakilaki untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan
maupun perempuan menjadi korban dari sistem hasil sumber daya baik laki-laki dan perempuan.
tersebut. Untuk memahami bagaimana perbedaan

SIMPULAN
Kesetaraan gender bukan berarti
mempertimbangkan antara laki-laki dan
perempuan. Akan tetapi lebih dimaknai pada
upaya membangun relasi dan kesempatan yang
sama antara laki-laki dan perempuan. Jadi setara
DAFTAR PUSTAKA
disini adalah laki-laki dan perempuan menikmati
Banjarani , Desia Rakhma. “pelaksanaan dan
status yang setara dan memiliki kondisi yang
perlindungan akses hak pekerja wanita di
sama untuk mewujudkan secara penuh hak-hak
Indonesia: telah UU n0 13 tahun 2003 tentang
asasi dan potensinya bagi pembangunan di segala
ketenagakerjaan atas konvensi”, jurnal HAM vol
bidang kehidupan.
10 nomor 1 juli 2019, dalam
http://www.journalbalitbangham.go.id/index.php
/au diakses pada 19 november 2019 pukul 12.40

5
WIB. Diska, Ni Made Widayani dan Sri Hartati.
“kesetaraan dan keadilan gender dalam
pandangan perempuan bali:studi fenomenologis
terhadap perempuan penulis bali”, jurnal
psikologi Undip Vol.13 No.2 oktober 2014,
dalam
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi
diakses pada 20 november 2019 pukul 09.00
WIB. Graycar, Regina. the hidden gender of law.

Australia: the federation press, 1990. Kaslina,


“kesetaraan gender pegawai dinas pertanian”,
jurnal equilibrium pendidikan sosiologi vol III
no 1 mei 2005, dalam
https://media.neliti.com/media/publications/6077
2-ID-kesetaraan-genderpegawai-dinas-
pertania.pdf diakses pada 20 november 2019
pukul 09.15 WIB. Mufidah. paradigma gender.
Malang: bayumedia publishing, 2003.
Muqoyyidin, Andik Wahyun. “wacana
kesetaraan gender pemikiran Islam kontemporer
tentang gerakan feminisme Islam”, jurnal Al-
Ulum, vol 13 no 2, desember2013, dalam
http://www.journal.iaingorontalo.ac.id/index.php
/au diakses pada 19 november 2019 pukul 12.00
WIB. Nurjannah. “prinsip anti diskriminasi dan
perlindungan hak-hak maternal pekerja
perempuan dalam perspektif keadilan gender”,
jurnal IUS vol 1 nomor 1 april 2003. Dalam
http://jurnalius.ac.id/ojs/index.php/jurnalIUS/arti
cle/ diakses pada 20 november 2019 pukul 09.05
WIB. Ridwan, kekerasan berbasis gender.
Purwokerto: fajar pustaka, 2006. Rahmawaty,
Anita. “harmoni dalam keluarga perempuan
karir: upaya mewujudkan kesetaraan dan
keadilan gender dalam keluarga”, jurnal
palastren, vol 8 no 01 juni 2015, dalam
https://www.ingentaconnect.com/content/doaj/19
796056/2016/00000008/00
000001/art00001/supp-
data;jsessionid=2wppn6nk82jsk.x-ic-live-01
diakses pada 20 november 2019 pukul 09.20
WIB. Suhra, Sarifa. “kesetaraan gender dalam
perspektif AL-Qur’an dan implikasinya terhadap
hukum Islam”, jurnal Al-Ulum, vol 13 no 2,
desember 2013, dalam
http://www.journal.iaingorontalo.ac.id/index.php
/au diakses pada 19 november 2019 pukul 12.00
WIBTokyo Fatique Equipment. (1992).
Fatique Rotating Bending Constant Amplitude
Manuals. Tokyo: Tokyo Fatique Equipment, Ltd.
Wakeham, W. A., Nagashima, A., dan Sengers, J
(Eds.). Measurement of the Transport Properties of
Fluids. Edinburgh: Blackwell Scientific Publications.
6

Anda mungkin juga menyukai