Anda di halaman 1dari 12

BIAS GENDER PADA MASYARAKAT PATRIARKI DAN MATRIARKI DI

INDONESIA
PROPOSAL PENELITIAN INDIGENOUS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Psikologi Indigenous


Dosen Pengampu: Nurul Hidayah, S.Psi., M.Si., Psikolog

Disusun oleh :

Reskhy Deden Sulhija

1907043027

PASCASARJANA MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI


UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gender merupakan konsep mengenai fungsi laki-laki maupun perempuan dalam

bermasyarakat. Istilah Gender digunakan untuk menjelaskan perbedaan peran

perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan. Gender adalah

pembedaan peran, kedudukan, tanggung jawab, dan pembagian kerja antara laki-laki

dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-

laki yang dianggap pantas menurut norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan

masyarakat.

Gender dipisahkan dengan pengertian kodrat. Kodrat adalah sesuatu yang

ditetapkan oleh Tuhan yang maha esa, sehingga manusia tidak mampu untuk merubah

atau menolak. Sedangkan kodrat bersifat universal, misalnya melahirkan, menstruasi

dan menyusui adalah kodrat bagi perempuan, sementara mempunyai sperma adalah

kodrat bagi laki-laki.

Pada perekmbangannya banyak skelai terjadi permasalahan berkaitan dengan

gender, laki-laki maupun perempuan berada dalam posisi yang sama. Ketidakadilan

gender merupakan kondisi tidak adil akibat dari sistem dan struktur sosial, sehingga

perempuan maupun laki-laki menjadi korban dari pada sistem tersebut. Laki-laki dan

perempuan berbeda hanya karena kodrat antara laki-laki dan perempuan berbeda.
Berdasarkan hal ini hendak dilakukan penelitian mengenai permasalahan gender yang

kemudian disebut dengan bias gender.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Bias Gender pada masyarakat patriarki

dan matriarki di Indonesia ”.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan

manfaat praktis, yaitu:

a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui bias gender pada

masyarakat patriarki dan matriarki di indonesia, sehingga dapat menambah khazanah

ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian-penelitian yang telah ada,

terutama dalam bidang psikologi kritis, sosial dan psikologi indigenous.

b. Manfaat praktis

1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi kepada peneliti, dan

peneliti selanjutnya agar bisa menjadi literatur yang kredibel bagi peneliti

selanjutnya yang ingin meneliti berkaitan dengan bias gender pada masyarakat

patriarki dan matriarki di Indonesia.

2. Bagi masyarakat
Dapat menambah wawasan bagi masyarakat tentang kondisi masyarakat

Indonesia mengenai bias gender pada masyarakat patriarki dan matriarki, agar

masyarakat lebih sadar dan dapat menempatkan diri dengan baik agar tidak ada

bias gender,

D. Tinjauan Pustaka

1. Bias Gender

a. Pengertian Gnder dan Bias Gender

Gender adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi

perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang dipandang dari segi sosial budaya.

Gender dibentuk oleh masyarakat dan bukan bersifat kodrati. Berbeda dengan

seks yang tidak dapat dipertukarkan karena merupakan kodrat Tuhan, sedangkan

gender dapat berubah manakala masyakarat menghendakinya. Secara struktur

biologis, manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan, di mana masing-masing

memiliki alat dan fungsi biologis yang melekat serta tidak dapat dipertukarkan.

Laki-laki memiliki penis, jakun, memproduksi sperma. Perempuan memiliki

organ ovarium, memproduksi sel telur, menyusui, dan melahirkan. Sedangkan

konsep gender, adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

perempuan yang merupakan: pertama, hasil konstruksi sosial maupun kultural,

misalnya perempuan dikenal lemah lembut, cantik, emosional, keibuan.

Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Terdapat

beberapa karakter dari sifat-sifat tersebut yang dapat dipertukarkan, misalnya: ada
laki-laki yang lemah lembut dan emosional, sementara ada juga perempuan yang

kuat dan rasional. Kedua, perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu dan dari

tempat ke tempat lain, misalnya pada jaman dulu di suatu suku terdapat

perempuan lebih kuat dari laki-laki, tapi pada jaman dan tempat yang lain yang

berlaku sebaliknya. Ketiga, adalah dari kelas ke kelas masyarakat yang lain yang

juga berbeda. Pada perempuan kelas bawah di pedesaan pada suku tertentu lebih

kuat dari laki-laki. Semua yang dapat dipertukarkan antara sifat perempuan dan

laki-laki berubah dari waktu ke waktu, serta berbeda dari suatu tempat ke tempat

yang lain, serta dari kelas ke kelas yang lain. Itulah yang disebut konsep gender

(Fakih, 2001) pada pembahasan gender, terdapat pembahsan mengenai suatu

kondisi ketimpangan antar gender yang disebut dengan bias gender.

Bias gender merupakan sebuah pembahasan yang sangat seksi dalam

konteks apapun. Pembahasan mengenai bias gender yang kita temui ditengah

masyarakat di dasarkan pada pandangan bahwa terdapat ketimpangan keadaan dan

kedudukan antara laki-laki dan perempuan dimasyarakat. Perempuan memiliki

kesempatan untuk berkembang lebih kecil dibandingkan dengan laki-laki (ILO).

Rahminawati (2001) mengatakan bahwa, bias gender terjadi apabila salah satu

pihak merasa dirugikan, sehingga mengalami ketidak adilan, yang dimaksud

dengan ketidak adilan adalah apabila salah satu gender lebih baik kedudukannya,

posisi maupun keadaannya dibandingkan dengan gender yang lain. Menurut

wibowo (2011) perempuan dibagi menjadi dua berdasarkan perannya. Pertama

peran tradisi, peran ini didasarkan pada peran perempuan sebagaimana yang telah
berlaku secara umum dimasyarakat yaitu peran perempuan dalam rumah tangga

seperti mengurusi rumah, anak-anak, dan suami. Kedua peran transisi,

dibandingkan dengan peran tradisi peran transisi merupakan peran perempuan

untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi dan termasuk kedalam

masyarakat bekerja. Perempuan melakukan pekerjaan sesuai dengan bidang dan

keterampilan yang dimilikinya. Perempuan ditengah masyarakat berdasarkan pada

penjelasan di atas, masih dipandang sebagai perempuan pada peran tradisi.

Sehingga, ketika perempuan melakukan suatu pekerjaan sebagai bentuk peran

transisinya maka masyarakat akan menilainya sebagai sesuatu yang salah dan

menantang kodratnya.

2. Masyarakat Ptriarki

Menurut Rokhmansyah (2016) patriarki berasal dari kata patriarkat, berarti

struktur yang menempatkan peran laki-laki sebagai penguasa tunggal, sentral, dan

segala-galanya. Pada sistem ini, laki-laki memiliki peran sebagai kontrol utama di

dalam masyarakat, sedangkan perempuan hanya memiliki sedikit pengaruh atau

bisa dikatakan tidak memiliki hak pada wilayah-wilayah umum dalam

masyarakat, baik secara ekonomi, sosial, politik, dan psikologi. Konesp budaya

patriarki meletakkan perempuan pada posisi subordinat.

Menurut Darwin (1999) Ideologi patriarki merupakan salah satu variasi dari

ideologi hegemoni, suatu ideologi yang membenarkan penguasaan satu kelompok

terhadap kelompok lainnya. Dominasi kekuasaan seperti itu dapat terjadi antar
kelompok berdasarkan perbedaan antar jenis kelamin, agama, ras, atau kelas

ekonomi. Ada 3 asumsi penting yang mendasari ideologi ini:

1. Kesepakatan-kesepakatan sosial yang sesungguhnya hanya menguntungkan

kepentingan kelompok yang dominan cenderung dianggap mewakili

kepentingan semua orang

2. Ideologi hegemonis seperti ini merupakan bagian dari pemikiran sehari-hari,

cenderung diterima apa adanya (taken for granted) sebagai sesuatu yang

memang demikianlah semestinya.

3. Dengan mengabaikan kontradiksi yang sangat nyata antara kepentingan

kelompok yang dominan dengan kelompok subordinat, ideologi seperti ini

dianggap sebagai penjamin kohesi dan kerjasama sosial, sebab jika tidak

demikian yang terjadi justru suatu konflik (Pyke, 1996)

3. Masyarakat Matriarki

Matrilineal atau matriarki menurut Keesing (Bustan, 2004) adalah garis

keturunan, yang menelusuri garis keturunan perempuan yaitu anak perempaun

yang dilahirkan oleh ibunya. Pada kajian antropologi ditemukan bahwa umumnya

budaya yang menggunakan sistem kekerabatan matrilineal menggunakan relasi

kekuasaan yang bersifat matriarki dan sifat hubunganya merupakan kebalikan dari

sistem kekerabatan patrilineal (Hefni, 2012). Beberapa sistem matrilineal yang

menerapkan relasi kekuasaan yang bersifat matriarki membuat posisi laki-laki

seolah-olah menjadi lemah dan menjadi sub ordinat dari gender perempuan. Hal
ini karena dalam sistem matriarki pembagian harta benda didominasi oleh

perempuan.

Fatimah (2012) mengungkapkan perempuan pada budaya matriarki, sejak

kecil sudah dipersiapkan untuk hidup dengan keterampilan mengenai berbagai

pekerjaan. Berdasarkan pada pembahasan ini, diketahui bahwa masyarakat

matriarki memenpatkan posisi perempuan sebagi core dan laki-laki sebagai sub

ordinatnya. Kondisi ini memberikan dampak pada kurangnya keikut sertaan laki-

laki dalam urusan-urusan tertentu dalm masyrakat matriarki.

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan indigenous.

Indigenous psychology adalah bagian dari tradisi pendekatan ilmiah dimana aspek yang

penting dalam pendekatan ini adalah usaha untuk untuk menemukan metode yang

sesuai untuk mengungkap fenomena dalam suatu investigasi (Kim, Yang & Hwang,

2010). Indigenous psychology menekankan. Secara garis besar, ada dua model

indigenisasi yang dilakukan dalam mengembangkan psikologi secara global, yaitu

indigenisasi dari jalur luar (indegenization from without) dan indigenisasi dari jalur

dalam (indegenization from within) (Enriquez, 1993). Jenis pendekatan indigenous yang

digunakan dalam penelitian ini adalah indegenization from within yaitu studi tentang isu

dan konsep yang mencerminkan kebutuhan dan realitas dari budaya tertentu dalam hal


ini, tentu akan banyak upaya untuk memodifikasi instrumen guna memasukkan

perspektif indigenus/setempat.

B. Responden Penelitian

Responden pada penelitian ini adalah Masyarakat dengan latar belakang

masyarakat patriarki dan matriarki di Indonesia. Responden pada penelitian ini

berdomisili di Padang untuk masyarakat matriarki dan beberapa wilayah di Indonesia

sebagai perwakilan kelompok masyarakat patriarki. Responden pada penelitian ini akan

berjumlah lebih dari 100 orang masyarakat baik dari masyarakat patriarki maupun

matriarki dengan tujuan melihat variasi dan kekayaan data.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Angket,

wawancara dan observasi sebagai data pelengkap, sedangkan alat bantu pada penelitian

ini menggunakan tape recorder.

Penelitian ini menggunakan instrument penelitian yang dibuat oleh peneliti

sendiri dengan mendasarkan pada pemaparan Mustin dan Marecek (1988) mengenai

gender dan bias gender.

D. Analisis Data
Data yang diperoleh dari pertanyaan terbuka dianalisis dengan menggunakan

studi indigenpous. Analisis data dengan studi indigenous akan memunculkan tema-

tema. Menurut hayes (Tarnoto, 2016) langkah yang digunakan untuk menganalis tema-

tema yang muncul itu adalah sebagai berikut : (a) menyiapkan data yang akan dianalisis,

(b) mengidentifikasi informasi aitem yang spesifik yang nampak relevan dengan topik

yang sedang diteliti. (c) memilah-milahkan data berdasar tema yang muncul, (d)

memeriksa tema-tema yang muncul dan membuat formula definisi, (e) memberi

perhatian pada masing-masing tema secara terpisah dan dengan hati-hati meninjau

kembali masing-masing transkrif dengan material yang relevan dengan tema, (f)

menggunakan seluruh ahan yang berhubungan dengan masing-masing tema untuk

membuat konstruk, yang hasil akhirnya nanti berisi nama kategoti dan definisi dengan

data yang mendukung, dan (g) memilih data yang relevan untuk dijadikan ilustrasi

dalam mendeskripsikan masing-masing tema.

Setelah data terkumpul dilakukan proses analisis data. Secara lebih rinci, proses

analisis data adalah memasukkan data kualitatif, dan melakukan kategorisasi data

kualitatif. Selain analisi kualitatif, juga dilakukan analisis data kuantitatif untuk

menganalisis data yang berasal dari angket yang telah disebarkan.


DAFTAR PUSTAKA

Bustan, R.(2004).Pengaruh system matrilineal terhadap kemandirian laki-laki


Minangkabau. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Darwin, M.(1999). MASKULINITAS: Posisi laki-laki dalam masyarakat patriaskis.
Center for Population and Policy StudiesGadjah Mada University .S.281
Enriquez, V. G. (1993). Develeping a Filipino Psychology. In U.Kim & J.W.Berry
(Eds). Indigenous psychologies: research and experience in cultural (pp.
152-169) NewburyPark, CA: Sage.

Fakih, M.(2001). Analisa Gender dan Transformasi Gender, Pustaka Pelajar,


Yogyakarta
Fatimah, S. (2012). Gender dalam komunitas masyarakat Minangkabau: Teori, praktek
dan ruang lingkung kajian. Jurnal Ilmiah Kajian Gender, 1(2), 1-. 11
Hefni, M. (2012).Perempuan Madura diantara pola residensi matrilokal dan kekuasaan
patriarkat. Jurnal Karsa, 20(2),212-227
Kim, U., Yang, K. S., & Hwang, K. K. (Eds.). (2010). Indigenous and cultural
psychology: Understanding people in context. Springer Science & Business
Media
Mustin, R, T, H, & Marecek, J.(1988).The meaning of Differences: Gender theory,
Postmodernism, and Psychology
Pyke, Karen D. “Class Based Masculinities: The Interdependence of Gender, Class, and
Interpersonal Power,” Gender and Society, Vo. 10, No. 5, October 1996:
527-549
Rokhmansyah, A. (2016). Pengantar gender dan feminisme: Pemahaman awal kritik
sastra feminisme. GarudhaWacana. Yogyakarta

Tarnotoo, N. (2016). Permasalahn-permasalahn yang Dihadapi Sekolah Penyelenggara


Pendidikan Inklusi pada tingkat SD. JURNAL HUMANITAS. 13 (1), 50-61.
Wibowo, E.D. (2011). Peran Ganda Perempuan dan Kesetaraan Gender. Muwazah,
Vol.3, No. 1

Anda mungkin juga menyukai