“ Patriarki ”
DOSEN PEMBIMBING
Endah Wijayanti,M.Keb
Mitha Aulia
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena berkat rahmat dan
perkenannya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berisikan tentang “Patriarki”. Makalah ini disusun dengan maksud
memenuhi tugas mata kuliah Askeb Keluarga. Adapun isi makalah ini disusun secara sistematis
dan merupakan referensi dari beberapa sumber yang menjadi acuan dalam penyusuan tugas.
Kami selaku penyusun tugas makalah ini sangat sadar bahwa masih jauh dari
kesempurnaan . oleh karena itu , kritik dan saran dari teman teman , dosen yang sangat kami
harapkan agar tugas berikutnya dapat lebih baik lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Asal Usul Budaya Patriarki
2.2 Pengertian Patriarki
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Gender sebagai suatu keyakinan dan konstruksi sosial sosial yang berkembang di dalam
masyarakat diinternalisasi melalui proses sosialisasi secara turun temurun. Dalam
perkembangannya, konstruksi gender ini menghasilkan ketidakadilan gender yang dialami oleh
perempuan. Ideologi gender menjadi rancu dan merusak relasi perempuan dan laki-laki ketika
dicampuradukkan dengan pengertian seks (jenis kelamin). Karena masyarakat tidak dapat dapat
membedaan perbedaan seks dan gender dengan benar, maka muncullah masalah gender yang
berwujud pada ketidakadilan gender yang dialami oleh kaum perempuan. Salah satu
ketidakadilan gender yang dialami perempuan adalah subordinasi yang disebabkan oleh budaya
patriakhi yang masih mengakar kuat pada masyarakat.
Budaya patrakhi merupakan budaya yang tidak mengakomodasikan kesetaraan dan
keseimbangan sehingga perempuan menjadi tidak penting untuk diperhitungkan. Budaya
patriakhi begitu kuat, menonjol dan dominan seolah begitu adanya dan tidak terelakkan dalam
kehidupan masyarakat. Patriarki merembes ke semua aspek-aspek masyarakat dan sistem sosial.
Anggapan sosial yang menempatkan kaum perempuan emosional, tidak rasional dalam berpikir,
dan tidak dapat tampil sebagai pemimpin telah menempatkan perempuan pada posisi subordinat.
Hal ini berpengaruh pada posisi sosial perempuan dalam berbagai aspek kehidupan seperti
politik, pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya.
Dan aspek yang sangat kentara mengalami subordinasi adalah aspek politik dan
pendidikan. Walaupun kebebasan berpolitik dan kebebasan mengenyam pendidikan setinggi-
tingginya telah dijamin oleh negara, namun pada pelaksanaannya masih banyak ketimpangan-
ketimpangan yang disebabkan oleh pandangan yang sempit dan nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat. Kuota 30 persen perempuan dalam parlemen dan program wajib belajar 9 (sembilan)
tahun serta berbagai program lainnya belum mampu menunjukkan kesetaraan gender antara laki-
laki dan perempuan, masih terdapat kebijakan-kebijakan yang bias gender yang disebabkan oleh
nilai-nilai dasar yang dianut dan pandangan tertentu terhadap perempuan. Berangkat dari hal
tersebut, saya tertarik untuk mengkaji pengaruh atau hubungan budaya patriakhi terhadap
subordinasi yang dialami perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah terbentuknya budaya patriaki?
2. Apa yang dimaksud dengan subordinasi ?
3. Bagaimana hubungan budaya patriakhi dengan subordinasi yang terjadi pada kaum
perempuan?
PEMBAHASAN
Patriarki merembes ke semua aspek-aspek masyarakat dan sistem sosial, dan kini kita akan
menelaah sebagian aspek dan sistem ini serta melihat bagaimana strukturnya yang memberi hak- hak
istimewa kepada laki-laki dengan mengorbankan perempuan, menjunjung tinggi perbedaan gender.
Secara umum budaya patriarki didefinisikan sebagai suatu sistem yang bercirikan laki-laki atau
dominasi laki-laki terhadap perempuan. Pada sistem ini laki-laki yang memiliki kekuasaan untuk
menentukan, kondisi ini dianggap wajar karena dikaitkan dengan pembagian kerja berdasarkan seks.
Keberadaan budaya ini telah memberikan keistimewaan pada jenis kelamin laki-laki. Patriarki adalah
suatu sistem dimana adanya relasi yang timpang antara yang mendominasi dan yang didominasi, dimana
yang mendominasi mengontrol yang didominasi. Biasanya ini berkenaan terhadap ekspresi gender
dimana yang mendominasi adalah kaum-kaum maskulin (superior) sedangkan yang didominasi adalah
kaum-kaum feminim (inferior).
Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan
utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial dan penguasaan
properti. Dalam domain keluarga, sosok yang disebut ayah memiliki otoritas terhadap perempuan, anak-
anak dan harta benda. Beberapa masyarakat patriarkal juga patrilineal, yang berarti bahwa properti dan
gelar diwariskan kepada keturunan laki-laki. Secara tersirat sistem ini melembagakan pemerintahan dan
hak istimewa laki-laki serta menempatkan posisi perempuan di bawah laki-laki. Patriarki berasal dari kata
patriarkat yang berarti struktur yang menempatkan peran laki-laki sebagai penguasa tunggal, sentral, dan
segala-galanya. (Wikipedia)
Patriarki berasal dari kata patriarkat, berarti struktur yang menempatkan peran laki-laki sebagai
penguasa tunggal, sentral, dan segala-galanya. Sistem patriarki yang mendominasi kebudayaan
masyarakat menyebabkan adanya kesenjangan dan ketidakadilan gender yang mempengaruhi hingga ke
berbagai aspek kegiatan manusia. Laki-laki memiliki peran sebagai kontrol utama di dalam masyarakat,
sedangkan perempuan hanya memiliki sedikit pengaruh atau bisa dikatakan tidak memiliki hak pada
wilayah-wilayah umum dalam masyarakat, baik secara ekonomi, sosial, politik, dan psikologi, bahkan
termasuk di dalamnya institusi pernikahan. (Menurut Alfian Rokhmansyah 2013 di bukunya yang
berjudul “Pengantar Gender dan Feminisme”)
Subordinasi merupakan istilah atau konsep yang mengacu kepada peran dan posisi perempuan
yang lebih rendah dibandingkan peran dan posisi laki-laki. Subordinasi perempuan berawal dari
pembagian kerja berdasarkan gender dan dihubungkan dengan fungsi perempuan sebagai ibu.
Kemampuan perempuan ini digunakan sebagai alasan untuk membatasi perannya hanya pada peran
domestik dan pemeliharaan anak, jenis pekerjaan yang tidak mendatangkan penghasilan yang secara
berangsur menggiring perempuan sebagai tenaga kerja yang tidak produktif dan tidak menyumbang
kepada proses pembangunan.
Anggapan sosial yang menempatkan kaum perempuan emosional, tidak rasional dalam berpikir,
dan tidak dapat tampil sebagai pemimpin telah menempatkan perempuan pada posisi subordinat. Peran
perempuan pada posisi subordinat artinya posisi perempuan sebagai pelengkap terhadap posisi laki-laki
sebagai pemegang posisi ordinat. Posisi subordinat perempuan dapat dilihat pada :
Pengambilan keputusan dalam keluarga dimana laki-laki (suami) sebagai pengambil keputusan.
Dalam tatanan sosial budaya masyarakat ada kecenderungan lebih mengutamakan laki-laki (prinsip
patriakhi).
Pada wilayah hukum dan politik subordinasi perempuan terjadi pada akses dan partisipasi hukum dan
politik. Banyak peraturan yang bersifat diskriminatif gender.
https://www.bonarsitumorang.com/2018/08/makalah-hubungan-budaya-patriarki.html
https://mediaindonesia.com/opini/312499/menaklukkan-patriarki-lewat-pendidikan