Anda di halaman 1dari 11

ISLAM DAN GENDER

MAKALAH
Karya ilmiah untuk memenuhi mata kuliah PAI

Oleh:

Niila Khoirunn Naili 22106620011

Andris Anang Saputra 22106620047

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM BALITAR
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang islam dan
gender. Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah PAI dan
memberikan informasi serta pengetahuan tambahan bagi mahasiswa dan bagi para pembaca.

Dengan tersusunnya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap
pihak yang telah membantu baik secara moril atau material dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian data
dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat dan
dapat menambah pengetahuan pembaca.

Demikian makalah ini penulis susun, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan
banyak terdapat kekurangan, mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Blitar, Juli 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Sampul..................................................................................................................1

Kata Pengantar.....................................................................................................................2

Daftar Isi..............................................................................................................................3

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................4

1.3 Tujuan..........................................................................................................................4

BAB II Pembahasan

2.1 Awal munculnya kesetaraan gender............................................................................5

2.2 Perkembangan kesetaraan gender................................................................................6

2.3 Kesetaraan gender dalam islam...................................................................................7

2.4 Kesetaraan hubungan antara perempuan dan laki-laki dalam islam............................8

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................10

Daftar Pustaka....................................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sejak memasuki abad ke-21, perhatian dunia terhadap kesetaraan gender semakin
meningkat. Isu-isu tentang kesenjangan gender menjadi masalah serius yang mesti direspon.
Jika dibiarkan akan menghambat terwujudnya pemerataan keejahteraan sosial sebagai tujuan
pembangunan. Perjalanan untuk memperjuangkan masyarakat setara dan adil gender dapat
diterima oleh masyarakat secara proporsional diwarnai dengan saratnya problematika, baik
secara keagamaan, sosial, maupun politik. Kebanyakan membahas mengenai kedudukan
perempuan yang seringkali dianggap lebih rendah dibandingkan laki-laki.

Inilah yang menjadi perhatian para peneliti untuk mengkaji apa sebenarnya kesetaraan
gender yang seringkali dikaitkan dengan ketidakadilan hingga mengacu pada teks Al-Qur’an.
Dalam makalah ini, kami akan menjelaskan tentang kesetaraan gender dalam islam.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana awal munculnya kesetaraan gender?
b. Bagaimana perkembangan kesetaraan gender?
c. Bagaimana kesetaraan gender dalam islam?
d. Bagaimana kesetaraan hubungan antara perempuan dan laki-laki dalam islam?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui awal munculnya kesetaraan gender
2. Untuk mengetahui perkembangan kesetaraan gender
3. Untuk mengetahui kesetaraan gender dalam islam
4. Untuk mengetahui kesetaraan hubungan antara perempuan dan laki-laki dalam islam

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Awal munculnya kesetaraan gender

Perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan baik bagi kaum laki-laki
dan terutama erhadap kaum perempuan. Baik itu disengaja maupun tidak disengaja yang
akhirnya mempengaruhi sebuah sistem dalam masyarakat tersebut. Beberapa manifestasi
ketidakadilan gender tersebut antara lain:

a. Stereotipe

Stereotipe berati pembelaan terhadap suatu kelompok tertentu. Namun


pelabelan ini sering berdampak negatif terhadap gender terutama bagi kaum
perempuan karena sering berkonotasi negatif. Misalnya, perempuan diangap lemah,
penakut, emosional, cerewet, dan kurang bisa bertanggung jawab. Sementara kaum
laki-laki dipandang kuat, keras, rasional, dan egois sehingga berdampak buruk bagi
kehidupan.

b. Subordinasi

Subordinasi muncul akibat adanya stereotipe sehingga muncul hambatan salah


satu jenis kelamin terutama perempuan untuk ikut berpatisipasi dan mengontrol dalam
hal kemasyarakatan. Misalnya di Jawa dulu ada anggapan bahwa perempuan tidak
perlu sekolah tinggi-tinggi karena pada akhirnya akan kedapur. Sedangkan sekolah
atau pendidikan untuk anak laki-laki menjadi prioritas utama.

c. Marjinalisasi

Proses peminggiran secara sistematik, baik disengaja maupun tidak disengaja


terhadap jenis kelamin tertentu karena adanya stereotipe dan subordinasi sehingga
menyebabkan pemiskinan di salah satu pihak terrutama dialami oleh kaum
perempuan. Misalnya di Jawa alat yang dikenal sebagai ani-ani yang biasanya
digunakan untuk memanen tidak lagi digunakan karena diganti dengan sabit yang
digunakan kaum laki-laki menyebabkan orang perempuan yang biasa bekerja di
sawah dengan alat tersebut harus tersingkir.

d. Beban kerja

Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan


rajin serta tidak cocok menjadi kepala rumah tangga akibatnya dianggap harus
menanggung semua pekerjaan rumah tangga. Karena adanya stereotipe, maka sejak
dini telah disosialisasikan untuk menekuni peran gender. Kaum laki-laki tidak
diwajibkan untuk menekuni berbagai jenis pekerjaan yang terjadi di rumah. Semua
itu telah memperkuat secara kultural dan struktual beban kerja kaum perempuan.

5
e. Kekerasan

Munculnya stereotipe dan subordinasi mengakibatkan terjadinya kekerasan


yang dilakukan oleh jenis kelamin berbeda yang dianggap kuat terhadap jenis kelamin
lain yang dianggap lemah. Tidak adanya kesadaan peran gender pada pihak laki-laki
terhadap perempuan yang saling mengisi dan melengkapi dan merasa lebih berkuasa
sehingga cenderung untuk berperilaku menang sendiri. Hal itu karena perempuan
dicitrakan sebagai mahkluk yang lemah.

2.2 Perkembangan kesetaraan gender

Kesetaraan dan keadilan gender merupakan bagian dari penegakan hak-hak asasi
manusia yang menjadi pembahasan khusus. Perhatian dunia semakin meningkat terhadap
kesetaraan gender sebagai bagian penting dalam mencapai kesejahteraan dan keberhasilan
pembangunan. Pembahasan pemahaman gender menurut sejumlah ulama terdapat tiga
kategori pemikiran tentang konsep kesetaraan dan keadilan gender dalam islam:

a. Kelompok konservatif

Kesetaraan gender dikonsep melalui penggalian nilai-nilai islam tentang


kedudukan, peran laki-laki dan perempuan dalam Al-Qur’an dan hadist. Kesetaraan
gender yang diungkapkan berbenturan dengan prinsip-prinsip dasar universal islam
sebagai induknya, nuansa budaya patriaki masih kental dipertahankan.

b. Kelompok moderat

Gender dimaknai dengan konteks masalah sosial yang menimbulkan


kesenjangan dan diskriminasi gender dan yang dominan mendapatkan perlakukan
tidak adil adalah perempuan. Atas dasar ini, kelompok moderat memisahkan konsep
jenis kelamin dengan konsep gender sebagai konstruksi sosial. Pandangan moderat
berdasarkan pada konsep kemaslahatan umat dan islam sebagai solusi problem
ketidakadilan gender, tetapi implementasi kesetaraan gender tetap beradaptasi dengan
budaya yang tidak bias gender.

c. Kelompok liberal

Kelompok ini mengusung konsep kesetaraan gender yang cenderung berkiblat


ke barat tertutama fenimisme liberal yang memandang bahw kesetaraan gender arus
sama, baik domestik maupun publik.

Kekhawatiran terhadap isu kesetaraan gender karena:

a. Kepentingan mempertahankan status quo sebagai bagian dari manifestasi budaya


patriaki
b. Masih berpegang pada pemahaman tekstual kaena teks dipandang tidak memiliki
problem penafsiran
c. Menolak budaya barat yang dipandang sebagai jahiliyah modern

6
2.3 Kesetaraan gender dalam islam

Sebelum islam datang, posisi perempuan berada pada strata sosial tidak imbang
dibandingkan dengan strata sosial laki-laki. Selama berabad-abad kaum perempuan terus
menerus berada dibawah dominasi kaum laki-laki. Nasib perempuan begitu sengsara dan
memprihatinkan. Perempuan dijadikan boneka istana untuk memuaskan nafsu para raja atau
penguasa, bahkan perempuan juga dijadikan seperti barang yng diperjualbelikan. Dalam
kehidupan rumah tangga, kedudukan perempuan sepenuhnya berada pada kekuasaannya
suaminya. Islam telah memberikan hak-hak kaum perempuan secara adil, sehingga kaum
perempuan tidak perlu meminta apalagi menuntut atau memperjuangkan, sebagaimana dalam
surah al-Ahzab:35

Artinya: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang
mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan
yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-
laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan
perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak
menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang
besar.

Dikalangan bangsa Arab sebelum islam datang kondisi perempuan sangat


memprihatikan. Al-Kurdi menggambarkan kondisi perempuan pada masa jahiliyah seperti
berikut:

1. Perempuan terhalang dari hak mewarisi


2. Suami berhak menceraikan istrinya seenaknya dan dapat merujuknya kembali
kapanpun dia mau
3. Tidak ada batasan dalam jumlah istri
4. Istri merupakan bagian dari harta peninggalan suami
5. Menanam hidup-hidup nak perempuan suda menjadi tradisi yang berkembang di
masyarakat Arab jahiliyah
6. Dalam rangka memperoleh anak yang baik bangsa Arab jahiliyah menghalalkan
perkawinan istibda’ maksudnya seorang suami mengizinkan istrinya yang telah bersih
kandungannya kepada salah seorang pemimpin kabilah yang terkenal keberaniannya,
kekuatannya, kemuliaannya, dan akhlaknya supaya istrinya bisa mengandung dari
orang tersebut dan setelah itu ia kembali pada suaminya lagi

7
7. Adanya kebiasaan perkawinan syighar yang berati pertukaran anak perempuan yaitu
apabila dua orang mempunyai dua anak gadis dewasa yang belum kawin, mereka
biasa mempertukarkan anak-anak perempuan itu sehingga mahar sebagai seorang
anak perempuan dianggap telah terbayar dengan mahar bayi si anak perempuan yang
lain. Jadi, anak perempuan dari seorang ayah berpindah tangan kepada ayah dari anak
perempuan yang lain dan sebaliknya

Islam datang untuk melepaskan perempuan dari belenggu-belenggu kenistaan dan


perbudakan terhadap sesama manusia. Islam memandang perempuan sebagai makhluk yang
mulia dan terhormat, makhluk yang memiliki berbagai hak disamping kewajiban. Islam
mengharamkan perbudakan dan berbuat aniaya terhadap perempuan. Islam memandang sama
antara laki-laki dan perempuan dalam aspek kemanusiaan sebagaimana dalam surah al-
Hujurat:13

Artinya: Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
adalah orang yang paling bertakwa.

2.4 Kesetaraan hubungan antara perempuan dan laki-laki dalam islam

Pada dasarnya hubungan antara perempuan dan laki-laki dalam islam bersifat adil.
Subordinasi terhadap kaum perempuan merupakan suatu keyakinan yang berkembang dalam
masyarakat yang tidak sesuai atau bertentangan dengan semangat keadilan yang diajarkan
islam. Konsep kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki dalam Al-Quran sebagai
berikut:

1. Laki-laki dan perempuan adalah sama-sama sebagai hamba

2. Laki-laki dan perempuan sebagai khalifah dibumi

8
3. Laki-laki dan perempuan menerima perjanjian primordial
4. Laki-laki dan perempuan berpotensi meraih prestasi

Artinya: Dan barangsiapa mengerjakan amal kebajikan, baik laki-laki maupun


perempuan sedang dia beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan
mereka tidak dizalimi sedikit pun.

Ajaran islam tidak secara skematis membedakan faktor-faktor perbedaan laki-laki dan
perempuan tetapi lebih memandang kedua insan tersebut secara utuh. Tinggi rendahnya
kualitas seseorang hanya terletak pada tinggi rendahnya kualitas pengabdian dan ketakwaan
kepada Allah SWT.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pengungkapan masalah perempuan dengan menggunaka gender sering mengalami


perlawanan baik dari kalangan kaum laki-laki ataupun kaum perempuan sendiri. Hal ini bisa
disebabkan karena mempertanyakan status kaum perempuan pada dasarnya adalah
mempersoalkan sistem dan struktur yang telah mapan dan mendiskusikan soal gender berati
membahas hubungan kekuasaan yang sifatnya sangat pribadi yakni menyangkut dan
melibatkan indiidu masing-masing.

Islam memberi hak-hak kepada perempuan sebagaimana yang diberikan kepada kaum
laki-laki dan membebankan kewajiban yang sama kepada keduanya. Ajaran islam tidak
secara skematis membedakan faktor-faktor perbedaan antara laku-laki dan perempuan tetapi
lebih memandang kedua insan tesebut secara utuh.

10
DAFTAR PUSTAKA
Islamulana volume 1 nomor 1 Juni.(2016). Islam dan Gender.

Handayani, Trisakti dan Sugiarti.(2003). Konsep dan Teknik Penelitian.

11

Anda mungkin juga menyukai