Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERMASALAHAN DAN UPAYA PENYELESAIAN MASALAH


DALAM KEBERAGAMAN GENDER

Disusun oleh :
1. Bagus Satrio 9D/
2. Faradila Ayu Violita 9D/
3. Lathifatul Husna 9D/
4. Miftah Nur Jannah 9D/
5. Rafai Aripraja Machfunata 9D/
6. Rani Indriana Fatmawati 9D/
7. Salsabila Ramadhani 9D/
8. Sela Putri Herawati 9D/

SMP NEGERI 4 KEPANJEN


Jl. Kawi No. 3 Kabupaten Malang 65163 Jawa Timur
Telp. 0341-395013 FAX.0341-393699
Smpn4.kepanjen@yahoo.co.id Web : smp4kepanjen.sch.id
KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah PPKn tentang
“Permasalahan dan Upaya Penyelesaian Masalah dalam Keberagaman Gender”
dengan tujuan agar siswa dapat mengetahui berbagai masalah dan cara mengatasi
keberagaman gender dalam masyarakat.
Dengan mempelajari makalah ini, diharapkan siswa siswi SMP ataupun para
pembaca lainnya dapat memahami permasalahan serta upaya penyelesaian dalam
keberagamn gender.

Malang, 28 Februari 2020


Penyusun,

Kelompok 4

DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A. LATAR BELAKANG MASALAH 4
B. RUMUSAN MASALAH 5
C. TUJUAN 5
BAB II PEMBAHASAN 6
A. FAKTOR PENYEBAB 6
B. PERMASALAHAN KEBERAGAMAN 7
C. UPAYA PENYELESAIAN 8
BAB III PENUTUP 10
A. KESIMPULAN 10
B. SARAN 10
DAFTAR PUSTAKA 11

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang Masalah
Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana laki-laki dan
perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan oleh
kultur setempat yang berkaitan dengan peran, sifat, kedudukan, dan posisi dalam masyarakat
tersebut. Seks atau jenis kelamin merupakan perbedaan antara laki-laki dengan perempuan
berdasarkan ciri biologisnya. Pembedaan laki-laki dengan perempuan berdasarkan sex atau
jenis kelamin merupakan suatu kodrat atau ketentuan dari Tuhan. Ciri-ciri biologis yang
melekat pada masing-masing jenis kelamin tidak dapat dipertukarkan. Alat-alat yang dimiliki
laki-laki maupun perempuan tidak akan pernah berubah atau bersifat permanen.
Dalam konsep gender, pembedaan antara laki-laki dengan perempuan berdasarkan
konstruksi secara sosial maupun budaya. Perilaku yang menjadi identitas laki-laki maupun
perempuan dibentuk melalui proses sosial dan budaya yang telah diperkenalkan sejak lahir.
Watak sosial budaya selalu mengalami perubahan dalam sejarah, gender juga berubah dari
waktu ke waktu, dari satu tempat ke tempat lain. Sementara jenis kelamin sebagai kodrat
Tuhan tidak mengalami perubahan dengan konsekuensi-konsekuensi logisnya.

Masyarakat menentukan dan membentuk sifat-sifat individu, yang mencakup


penampilan, pakaian, sikap, dan kepribadian. Jika ia seorang laki-laki maka ia harus terlihat
maskulin dan apabila ia perempuan maka ia harus feminim. Maskulinitas seorang laki-laki
ditunjukkan dengan karakter yang gagah berani, kuat, tangguh, pantang menyerah, egois, dan
berpikir rasional. Apabila sifat-sifat tersebut banyak ditinggalkan atau bahkan tidak dimiliki
oleh seorang laki-laki, maka ia akan dianggap sebagai laki-laki yang kebanci-bancian.
Feminimitas seorang perempuan ditunjukkan dengan karakter yang lembut, rendah hati,
anggun, suka mengalah, keibuan, lemah, dan dapat memahami kondisi orang lain. Apabila
sifat-sifat positif ini banyak ditinggalkan oleh seorang wanita, atau bahkan tidak dimilikinya,
maka wanita yang bersangkutan dikatakan sebagai wanita yang tidak menarik.
Sesungguhnya perbedaan gender tidak akan menjadi masalah selama tidak melahirkan
ketidakadilan gender, namun yang menjadi persoalan ternyata perbedaan gender telah
melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan terutama terhadap kaum
perempuan. Ketidaksetaraan gender juga disebabkan oleh adanya sikap bias gender yang
didasarkan pengetahuan-pengetahuan masyarakat yang memiliki kecenderungan bersifat
tidak adil gender. Kultur sosial budaya yang ada menempatkan perempuan pada kelas kedua,
perempuan lebih banyak didominasi oleh kaum laki-laki. Budaya hegemoni patriarkhi
menempatkan laki-laki sebagai pemimpin dalam keluarga, organisasi, maupun politik,
sehingga partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan masih relatif rendah.
Kurangnya kesempatan yang dimiliki perempuan untuk ikut serta dalam pengambilan
keputusan atau bahkan menjadi pemimpin dari suatu organisasi, membuat perempuan lebih
memilih bersikap pasif.

4
Manifestasi ketidakadilan gender masih terjadi dalam setiap pengambilan keputusan,
kepengurusan, maupun kepemimpinan. Pengaruh budaya patriarkhi yang menempatkan
perempuan sebagai pengurus dan penanggung jawab dalam pekerjaan domestik, membuat
perempuan dalam organisasi cenderung ditunjuk sebagai sie konsumsi, bendahara, sekretaris,
dan posisi lain yang mengacu pada sektor domestik. Kebijakan-kebijakan ini tentu dapat
melanggengkan ketidaksetaraan gender dalam masyarakat yang menganut hegemoni
patriarkhi.
Seiring dengan perkembangan masyarakat yang memperjuangkan kesetaraan gender,
beberapa peran yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan telah dipertukarkan. Hal ini
dapat dibuktikan dengan cukup banyaknya kaum perempuan yang berani memasuki area
maskulinitas dan berani tampil di sektor publik. Tidak jarang pula kaum pria yang ikut
mengerjakan tugas perempuan di sektor domestik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam
makalah ini, yaitu :
1. Apa pengertian dan perbedaan gender dengan jenis kelamin ?
2. Apa penyebab ketidakadilan/kesenjangan gender ?
3. Apa saja permasalahan dalam masyarakat yang berhubungan dengan
keberagaman gender ?
4. Bagaimana upaya/cara penyelesaian masalah keberagaman gender ?

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas,maka tujuan ditulisnya makalah
ini adalah sebagai berikut:
 Untuk mengetahui pengertian dan perbedaan gender dan jenis kelamin.
 Untuk mengetahui permasalahan keberagaman gender dalam masyarakat.
 Untuk mengetahui maacam-macam masalah dalam keberagaman gender.
 Untuk mengetahui upaya penyelesaian masalah dalam keberagaman gender.
 Untuk memenuhi tugas Pendidikan Kewarganegaraan.

BAB II
PEMBAHASAN
5
A. Faktor Penyebab
Faktor yang menyebabkan permasalahan gender bisa berasal dari luar maupun dalam. Factor
eksternalnya antara lain:
o Budaya Patrilineal
Indonesia masih menganut sistem budaya patrilineal, yang artinya laki-laki dipandang
memiliki kedududkan yang lebih tinggi daripada wanita. Hal ini menyebabkan wanita
sering tidak diperhatikan hak-hak dan pendapatnya serta berkurangnya peran wanita
di segala aspek kehidupan bermasyarakat.
o Sarana dan Prasarana
Keterbatasan sarana dan prasarana karena pembangunan yang tidak merata
menyebabkan masyarakat cenderung mendahulukan laki-laki dibandingkan
perempuan untuk mendapatkan kesempatan, misal dalam menempuh pendidikan.
o Faktor Ekonomi
Masyarakat yang tingkat ekonominya rendah cenderung memberikan kesempatan
bagi anak laki-lakinya untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi karena
nantinya laki-laki menjadi tulang punggung keluarga.
o Tingkat Pendidikan
Banyak orang tua yang memiliki tingkat pendidikan rendah dan belum bisa menerima
dan mengerti tentang kesetaraan dan cenderung menganggap laki-laki memiliki
kedudukan yang lebih tinggi daripada perempuan.
o Perbedaan Fisik
Perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan yang dipengaruhi oleh system
reproduksi dan hormon, membuat masyarakat cenderung menilai laki-laki memiliki
fisik yang lebih kuat daripada wanita.
o Nilai Sosial dan Budaya
Masyarakat di beberapa daerah tertentu masih menganut nilai-nilai sosial dan budaya
yang membedakan antara laki-laki dan perempuan.
o Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal terutama keluarga membentuk kepribadian dan karakter
seseorang yang memengaruhi faktor-faktor internal seperti rasa percaya diri, perasaan
malu, dan perasaan mudah menyerah.
o Stereotipe
Semua bentuk ketidakadilan gender disebabkan oleh satu sumber kekeliruan yang
sama yaitu stereotype gender laki-laki dan perempuan. Stereotype sendiri berarti
pemberian citra baku atau label cap kepada seseorang yang di dasarkan pada suatu
anggapan yang salah.
B. Macam-macam Masalah dalam Keberagaman Gender
 Diskriminasi gender

6
Gender dipersoalkan karena secara sosial telah melahirkan perbedaan
peran,tanggung jawab,hak dan fungsi serta ruang aktivitas antara laki-laki dan
perempuan dalam masyarakat. Perbedaan tersebut akhirnya membuat masyarakat
cenderung dikriminatif dan pilih-pilih perlakuan akan akses,partisipasi,serta control
dalam hasil pembangunan laki-laki dan perempuan. Permasalahan gender dapat
diklasifikasikan dalam berbagai bidang sebagai berikut:
a. Bidang ekonomi. Beberapa factor ekonomi merupakan konteks situasi wanita yang
perlu diperhatikan dalam pembangunan berwawasan kesetaraan. Dalam kondisi
ekonomi yang sulit,umumnya wanita mempunyai peranan yang besar dalam
mempertahankan kehidupan keluarga. Kondisi ekonomi dipedesaan kebanyakan
masih kurang menguntungkan bagi perkembangan potensi penduduknya.
b. Bidang sosial budaya. Factor sosial sangat penting karena mempengaruhi status dan
peranan wanita. Sosial budaya dapat menjadi factor pendukung maupun
peenghambat terhadap kemajuan wanita. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun
1998 menyebabkan penurunan secara signifikan dalam hal kemampuan orang tua
dalam hal pendidikan terhadap anaknya.
c. Bidang politik. Jarang sekali atau masih sedikit sekali perempuan Indonesia punya
hak memegang jabatan tertinggi untuk menentukan kebijakan dan pengambilan
keputusan yang kurang memperhatikan kepentingan dari perempuan itu,dominannya
masih laki-laki yang memegang jabatan tertinggi. Adapun beberapa factor
penghambat dari emansipasi wanita yaitu: Perempuan hanya dijejali hal-hal yang
berbau rumah tangga dan mereka sulit untuk berkembang, Anak-anak perempuan
tidak mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan atau sama dengan pria karena
berbagai pandangan dan alasan, Perempuan lebih bergantung kepada nafkah yang
diberikan oleh suami sehingga tidak memiliki ketrampilan dan penggalaman yang
sebanding dengan pria.
 Eksploitasi
a. Eksploitasi terhadap kaum perempuan melalui sebuah iklan. “Hidup ini
dikendalikan oleh media massa”. Contohnya pada SPG yang rentan terhadap
eksploitasi fisik dan pelecehan. Potret kesetaraan gender di Indonesia seakan
mundur ke masa lalu. Perjuangan R.A. Kartini dengan gagasan emansipasinya,
seperti tidak pernah tercapai. Perjuangan emansipasi yang seharusnya membebaskan
wanita dari perbudakan justru menjerumuskan pada perbudakan baru. Pada
masyarakat kapitalis seperti saat ini, wanita seaakan menjadi komoditas yang layak
dijual untuk kepentingan industry bahkan human trafficking. Misalnya, iklan-ikalan
yang berkelebat di sela-sela acara media elektronik atau terserak di ruas-ruas media
cetak tak jarang menciptakan perempuan sebagai ikon budaya modern. Kemudian
mucul strategi untuk mengembuskan wacana “kulit putih”, “langsing” yang terus
mencuat, sehingga tanpa disadari masyarkat menganggap tubuh perempuan yang
ideal dan normal sebagaimana wacana media tersebut. Setiap perempuan akan
merasa dirinya tidak cantik apabila belum memakai produk kecantikan terbaru,
7
sehingga kebanyakan mereka memborong produk tersebut meskipun
membahayakan mereka. Padahal sesungguhnya standar kecantikan itu sendiri tidak
memiliki tolak ukur yang jelas.
 Tindak Kekerasan dalam Rumah Tangga
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah tindakan yang dilakukan di dalam
rumah tangga baik oleh suami, istri, maupun anak yang berdampak buruk terhadap
keutuhan fisik, psikis, dan keharmonisan hubungan. Macam-macam KDRT :
a. Kekerasan fisik, seperti menampar, menjambak, mendorong.
b. Kekerasan psikis, seperti tindakan pengendalian, manipulasi, eksploitasi,
perendahan dan penghinaan, penguntitan, kekerasan dan atau ancaman
kekerasan fisik.
c. Kekerasan seksual, seperti pelecehan seksual dengan kontak fisik, pemaksaan
hubungan seksual, tindakan seksual dengan kekerasan fisik.
d. Kekerasan ekonomi, seperti tindakan eksploitasi, merampas harta korban, dan
penelantaran.

C. Upaya Penyelesaian Permasalahan dalam Keberagaman Gender


1) Peningkatan kualitas hidup perempuan melalui aksi afirmasi,terutama dibidang
pendidikan, kesehatan, hukum, ketenagakerjaan,sosial, politik, lingkungan hidup, dan
ekonomi.
2) Peningkatan upaya perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan, eksploitasi,
dan diskriminasi, termasuk upaya pencegahan dan penanggulannya.
3) Pengembangan dan penyempurnaan perangkat hukum dan kebijakan peningkatan
kualitas hidup dan perlindungan perempuan diberbagai bidang pembangunan di daerah.
4) Pelaksanaan komunikasi,informasi,dan edukasi (KIE) untuk peningkatan kualitas hidup
dan perlindungan perempuan di daerah.
5) Penyusunan sistem pencatatan dan pelaporan,sistem penanganan dan penyelesaian kasus
tindak kekerasan,eksploitasi,serta diskriminasi terhadap perempuan.
6) Pembangunan pusat pelayanan terpadu berbasis rumah sakit dan berbasis masyarakat di
tingkat provinsi dan kabupaten/kota sebagai sarana perlindungan perempuan korban
kekerasan,termasuk perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga.
7) Peningkatan peran masyarakat dan media dalam penanggulangan pornografi dan
pornoaksi.
8) Melakukan peningkatan kualitas pemberdayaan kaum perempuan diantaranya yaitu:
o Melalui jalur pendidikan,baik formal maupun informal.
o Terciptanya kemitraan yang baik antara laki-laki dan perempuan,baik diranah public
maupun domestic,dengan memiliki persepsi yang sama tentang dimensi perbedaan
dan persamaan.
o Berupaya memberdyakan diri dengan cara meningkatkan rasa percaya diri.

8
o Memahami tujuan hidup dan dapat membuka diri untuk bermusyawarah. Pesatnya
arus informasi saat ini mengaharuskan perempuan memanfaatkan potensi dirinya
melalui pengembangan karir di luar rumah.
o Pelaksanaan pelatihan atau pendidikan analisis gender,agar dapat meningkatkan
pengetahuan,pemahaman,dan kesadaran tentang gender,serta meningkatkan
kemampuan alam kebijakan program tau perencanaan pembangunan.
o Mengupayakan keterlibatan kaum perempuan dalam setiap proses dan pengambilan
keputusan .

BAB III
PENUTUP

9
1. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, maka kami menyimpulkan bahwa gender tidak hanya dibedakan
berdasarkan jenis kelamin, namun juga menyangkut hubungan sosial yang membedakan
kedudukan, fungsi, dan peran dalam masyarakat. Perbedaan gender sendiri tidak akan
menjadi sebuah masalah jika masyarakat mampu bersifat adil dan menghapus budaya
hegemoni patriarkhi. Emansipasi wanita telah diperjuangkan oleh para pahlawan,
sekarang saatnya para wanita membuktikan bahwa perempuan bisa setara dengan laki-
laki, namun tidak melupakan kodrat para wanita. Namun, faktanya emansipasi saat ini
tidak pernah terwujud karena berbagai factor yang berasal dari dalam masyarakat sendiri.
Pemikiran negative dan kekhawatiran masyarakat menyebabkan kesenjangan gender
terjadi. Perempuan dianggap lemah dan berada di bawah kuasa laki-laki. Hal ini lah yang
menyebabkan berbagai macam masalah, seperti tindak kekerasan dan eksploitasi. Hingga
berbagai upaya dilakukan agar kesenjangan gender tidak terjadi, dan besar harapan kami
ketidakdilan gender dapat teratasi agar perempuan bisa lebih dihargai dan diperlakukan
sepantasnya.
2. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini,tidak hanya perempuan, bahkan tiap orang lebih
menghargai sesama,lebih menghargai kesetaraan gender agar tidak ada lagi diskriminasi
maupun tindak eksploitasi gender.
Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak, dan karena
keterbatasan pengetahuan dan referensi, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi

10

Anda mungkin juga menyukai