Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA

BUDAYA PATRIARKI DI INDONESIA

Dosen Pengampu : Dr. Warsiman, M.Pd

Oleh :

Salsabila Meisya Hardani 195110200111041

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

MALANG

2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Manusia dan Kebudayaan
Indonesia ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk melengkapi nilai ujian akhir
semester. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis, khususnya pada Budaya Patriarki di Indonesia.

Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Sragen, 20 Desember 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketika kita membicarakan mengenai perempuan dan kebudayaan
di zaman sekarang, maka budaya patriarki tidak luput dari bahasannya.
Budaya patriarki masih mengakar di Indonesia. Stigma masyarakat
mengenai status kedudukan perempuan masih belum berubah. Hal
tersebut masih banyak ditemukan dalam berbagai aspek dan ruang lingkup
di Indonesia, seperti pendidikan, hukum ,ekonomi dan politik.
Budaya patriarki yang masih mengakar ini sangatlah merugikan
perempuan. Mereka tidak bisa bebas melakukan suatu hal. Belenggu akan
patriarki menghambat mereka. Banyak alasan yang menyebabkan masih
mengakarnya budaya patriarki ini. Hal tersebut haruslah diperbaiki agar
perempuan tidak terbelenggu lagi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Budaya Patriarki?
2. Bagaimana Kondisi Budaya Patriarki di Indonesia?
3. Apa penyebab adanya Budaya Patriarki?
4. Bagaimana cara mengatasi Budaya Patriarki?

C. Tujuan
a) Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai Budaya Patriarki yang ada di Indonesia
b) Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian Budaya Patriarki
2. Mengetahui kondisi Budaya Patriarki di Indonesia
3. Mengetahui penyebab adanya Budaya Patriarki
4. Mengetahui cara mengatasi Budaya Patriarki
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BUDAYA PATRIARKI


Menurut KBBI, Patriarki merupakan perilaku mengutamakan laki-
laki daripada perempuan dalam masyarakat atau kelompok sosial tertentu.
Budaya patriarki merupakan budaya dimana laki-laki mempunyai
kedudukan lebih tinggi dari perempuan. Dalam budaya ini, ada perbedaan
yang jelas mengenai tugas dan peranan perempuan dan laki-laki dalam
kehidupan bermasyarakat, khususnya dalam keluarga. Budaya patriarki
secara turun temurun membentuk perbedaan perilaku, status dan otoritas
antara laki-laki dan perempuan di masyarakat yang kemudian menjadi
hirarki gender.Persepsi patriarki merupakan sistem dari pengelompokan
sosial yang sangat mementingkan garis turunan bapak atau dengan kata
lain esensi laki-laki menjadi pertimbangan utama untuk ditempatkan
sebagai obyek pelaku dari sistem sosial (Sastryani, 2007: 65).
Persepsi masyarakat mengenai patriarki yaitu menjadikan laki-laki
berperan penting dalam mengangkat derajat perempuan. Menurut mereka ,
tanpa laki-laki perempuan tidak bisa melakukan apa-apa. Spradley (2007:
34) mengatakan bahwa nilai patriarki tersebut esensi dengan kuadrat
bahwa perempuan ditakdirkan untuk mendampingi laki-laki dalam
menjaga eksistensi, ketokohan, penghargaan, kewibawaan, pelaksanaan
tugasnya, dan pengungkapan kasih sayang dalam rangka menciptakan
tatanan sosial yang lebih harmonis dan berimbang.

B. KONDISI BUDAYA PATRIARKI DI INDONESIA


Praktik budaya patriarki masih berlangsung hingga saat ini. Hal
tersebut terlihat dalam berbagai aspek. Contoh yang paling sering adalah
banyak yang berkata jika perempuan yang sekolah tinggi-tinggi akan
susah diatur jika sudah berkeluarga, atau cibiran perawan tua untuk
perempuan yang belum nikah tapi malah mengejar studi. Padahal,
Perempuan bersekolah tinggi agar dapat mendidik anak-anaknya kelak
dengan baik dan juga membantu suami dalam menangani berbagai
masalah.
Budaya patriarki menempatkan laki-laki memiliki kedudukan lebih
tinggi dibanding perempuan. Hal tersebut menyebabkan perempuan
dianggap remeh dan kasus pelecehan dan kekerasan pada perempuan
banyak terjadi. Ketika terjadi kasus pelecehan , seringkali perempuan yang
disalahkan. Padahal mereka menjadi korban dalam pelecehan. Keadaan
tersebut kemudian diperparah dengan adanya regulasi atau peraturan
perundang-undangan yang mendiskriminasi kaum perempuan dan
menyuburkan budaya patriarki. Wakil ketua Komnas Perempuan
Yuniyanti Chuzaifah mengatakan posisi perempuan secara jelas ditempatkan
secara tidak setara dalam Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.
Pasal 4 UU Perkawinan menyatakan seorang suami diperbolehkan beristri lebih
dari seorang apabila istri tidak dapat menjalankan kewajibannya, mendapat cacat
badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak dapat melahirkan
keturunan. Namun, tidak ada pasal mengatur jika keadaan tersebut justru dialami
oleh pihak suami.

C. PENYEBAB ADANYA BUDAYA PATRIARKI


Alasan masih mengakarnya budaya patriarki di Inonesia antara lain yaitu :
1. Praktik pembagian kerja patriarkis yang sudah berlangsung sejak
manusia belum mengenal tulisan & masih berburu serta meramu
yang menempatkan perempuan berada di zona aman sedangkan
laki-laki tidak
2. Masyarakat terutama orang tua mewajarkan budaya ini
3. Banyak iklan produk yang menggambarkan perempuan hanya
memperdulikan penampilan saja sehingga masyarakat memandang
remeh perempuan
4. Aturan adat yang memposisikan laki-laki memiliki derajat yang
lebih tinggi

D. CARA MENGATASI BUDAYA PATRIARKI


Agar budaya patriarki semakin lama memudar berikut adalah cara-caranya
:
1. Mencoba mengubah pola pemikiran masayarakat mengenai
patriarki dengan mengadakan seminar yang dapat dilihat orang
umum
2. Perempuan berusaha untuk memperoleh prestasi yang banyak agar
dapat membuat orang-orang tidak meremehkan perempuan lagi
3. Menggunakan Media untuk melakukan perombakan dan resistensi
terhadap stereotip mengenai perempuan
4. Membuat Peraturan perundang-undangan yang diikuti dengan
adanya penegakan hukum yang sensitif gender serta
5. Merevitalisasi nilai budaya itu sendiri dan merefleksikan
pengakuan terhadap hak-hak perempuan sehingga dapat dengan
mudah diterima oleh masyarakat pada umumnya.
PENUTUP

Substansi bias gender tidak akan mungkin berubah menjadi adil gender,
apabila secara struktural penyelenggara negara tidak sensitif terhadap gender dan
masalah mengenai perempuan itu sendiri dan masyarakat masih melanggengkan
konstruksi sosial yang tidak adil gender di masyarakatnya. Perjuangan perempuan
dalam mengakhiri sistem yang tidak adil (ketidakadilan gender) bukan hanya
sekadar perjuangan perempuan melawan lakilaki, melainkan perjuangan melawan
sistem dan struktur ketidakadilan masyarakat serta budaya patriarki yang memiliki
stigma negatif. Serta tentunya sebagai pihak profesional, pekerja sosial memiliki
kewenangan dalam membantu mengatasi berbagai hal yang terjadi akibat dari
pengaruh budaya patriarki tersebut melalui cara-cara yang tersistematis dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA

Sakina, Ade Irma. “Menyoroti Budaya Patriarki di Indonesia” dalam Social Work
Jurnal Volume 7, No.1 (Hlm 1-29).

Jalil, Abdul. Gender dalam Perspektif Budaya dan Bahasa. Sekolah Tinggi Agama
Islam (STAI) DDI Pangkep.

Febriyanti. 5 Alasan Budaya Patriarki masih ada di Indonesia. [ONLINE].


Tersedia : https://www.idntimes.com/life/women/vita/alasan-budaya-
patriarki-masih-ada-di-indonesia/5 diakses pada 20 Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai