Anda di halaman 1dari 31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.

4.1 Biografi Pengarang

Arafat Nur lahir di Lubuk Pakam, Sumatera Utara. Sejak muda, dia sudah mengakrabi

dunia sastra, terutama puisi dan prosa. Mengawali debutnya sebagai penulis pada tahun 1997.

Pada saat itu, karya-karyanya mulai terpublikkasikan di sejumplah media massa, baik yang

terbit di Sumatera Utara dan Nangroe Aceh Darussalam maupun Jakarta. Produksivitasnya

meningkat ketika dia pindah ke Lhokseumawe (NAD). Latar belakang inilah yang akhirnya

mempengaruhi tema-tema sejumlah karyanya, mengangkat tentang kehidupan masyarakat

Aceh. Selain pernah bekerja sebagai guru honorer, Arafat juga menjalani profesinya sebagai

jurnalis. Di bidang kajian, dia aktif di yayasan Ranub Aceh sebagai ketua Devisi Sastra.

Kemampuannya menghasilkan karya berkualitas, telah mengantarkan Arafat Nur

memenangkan beberapa penghargaan.

Karya yang pernah dihasilkan oleh Arafat Nur sebagai berikut Meutia Lon Sayang

(Novel, Mizan, 2005), Cinta Mahasunyi (Novel, Mizan, 2005), Percikan Darah di Bunga

(Novel, Zikural Hakim, 2005), Antologi Remuk (Cerpen, DKB, 200), Antrologo Keranda-

Keranda (Puisi, DKB, 2000), Aceh Dalam Puisi (Puisi, Assy-syamil, 2005) Mahaduka Aceh

(Puisi, PDS HB. Jassin, 2005), Lagu Kelu (ASA-Japan Aceh Net, 2005), Cinta Bidadari

(Novel, Intermasa 2007), Nyanyian cinta Di Tengah Ladang (Novel intermasa 2007),

Romansa Taman Cinta (Novel, Japanet 2008), Gerimis Senja Ditengah Desa (Kumpulan

Cerpen, Intermasa 2008), Lampuki (Novel, Serambi 2011), Burung Terbang Ditengah Malam

(Novel Bintang 2014), Tempat Paling Sunyi (Gramedia 2015), Tanah Surga Merah (Novel

Gramedia 2017), Keajaiban Paling Hebat di Dunia (kumpulan Puisi, Basabasi 2017),

Percikan Darah di Bunga ( Novel dicetak ulang oleh Basabasi 2017), Bulan Kertas ( Novel,

Gramedia 2017), Bayang Suram Pelangi(Novel, DIVA Press 2018). Peng hargaan yang
pernah didapat oleh Arafat Nur antara lain pengharahan terbaik lomba penilisan cerpen

Taman Budaya Aceh (1999), juara III Nasioanal lomba poenulisan novel Forum Lingkar

Pena (2005), juara III Lomba Cerpen Hari Kartini (2005), juara III Lomba Novel Do Karim

(2008), juara I penulisan Tentang Desa (2008), penghargaan Lencana Emas Dari Pemerintah

Aceh (2016), Novel Lempuki menjadi pemenang sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta(

2010), Novel Lempuki meraih Khatulistiwa Literasy Award (2011), Penghargaan balai

bahasa Provensi Aceh (2011), juara II Lomba Cerpen Femina (2016), Novel Tanah Surga

Merah, sayembara Novel DKJ (2016).

4.2 Sinopsis

Jika kehidupan adalah sebuah perjalanan, Fais adalah seorang petualang yang berjalan

sendirian di antara riuhnya dunia. Di tengah masyarakat yang mengelu-elukan sosok Tuan

Beransyah, Fais memiliki jalannya sendiri, Dia ingin membuktikan bahwa kandidat walikota

yang dikenal alim, dermawan, dan pandai agama itu tidak lain adalah sosok yang amat

munafik. Maka , dimulailah sebuah perjalanan dengan kejutan disetiap tikungan nya. Perjalan

itu tidak saja membuat Fais menemukan kebenaran dibalik poilitik pencoitraan yang

membuakan, tetapi juga kebenaran perasaanya. Fais akhirnya sadar, pertemuan dengan

perempuan-perempuan yang sempat mengetarakan hatoinya justru adalah jalan yamh

membawanya pulang pada cinta sejatinya. Burung terabang dikelam malam mengungkap

kehidupan sosial yang begitu dekat “ tentang sisi gelap politik dan cinta. Hubungan cinta

terlarang, perasaan tidak berdaya, takut kehilang koma dan kesedihan yang begitu kental

berpadu tanpa kehilang rasa humor. Sebuah kisah yang berliku diceritakan dengan sangat

lugas dan mengalir.

Novel yang menyuguhkan cerita dari sudut pandang orang pertama-aku, yang adalah

Fais, seorang wartawan yang tinggal dikota Lamlhok- ini bercerita tentang petualangan

si”aku”, bertolak dari kota Panton, hingga Langsa untuk apa? Tak lain adalah untuk menemui
para “perempuan npeliharaan” tuan Bransyah, kandidat kuat walikota Lamlhokyang di elu-

elukan semua orang. Dibalik citra kelakuan alim dan murah hatinya, Fais tahu bahwa lelaki

tua itu tak lebih dari pada nseorang landok, yang kaya raya dan punya banyak istri, hingga

mencapai belasan. Bahkan, ada desas -desus bahwa kekayaannya diperoleh dari berdagang

ganja, yang memang tumbuh subur ditanah Aceh sebagai seorang wartawan yang tidak

benar-benar bersih, para wartawan lain di Aceh,Fais selalu merasa berdosa ketika dimninta

tuan Bransyah menuliskan hal-hal yang bai tentangnya. Mau tidak mau Fais melalukannya

karena sedang dalam kondosi ekonomi yang gersang. Dibalik tulisanya yang memuja tuan

Bransyah, Fais memulai sebuah proyek penulisan novel yang berdasarkan kisah nyata tentang

perjalannya menemui para isteri Baransyah. Kebanyakan wanita yang dia temui itu

mengungkapkan kekesalanya akan tuan Baransyah, lantaran merasa tidask di perlakuakan

sebagai istri yang selayaknya . lelaki tua itu jarang sekali menemui mereka sekalinya mampir

kerumah hanya untuk memuaskan nafsunya. Anehnya, ada seorang istrinya yang malah

mendukung kelakuan tuan Baransyah. Beragam sifat dan latar belakang wanita di temui Fais,

mulai dari yang cara bicaranya kasar, seorang pelacur, yang masih mudan dan cantik, hinga

yang sudah tua. Selam perjalann itu, Fais tidak luput menuliskan semua pengalamannya pada

sebuah buku catatan, untuk bahan menulis novel nanti awalnya, Fais murni merlakukan

pejalan itu untuk mencari tahu istri-istri tuan Baransyah. Untuk mengungap segala borok pria

itu. Namun petualanganya berubah menjadi petualanan liar yang berakhir di ranjang para

wanita itu. Entah itu mungkin karana para wanita itu terlalu lama ditinggal suaminya. Atau

akrena ketampaan Fais dan sifatnysa yang lekas akrap dengan para perempuan.

Entahlah .... yang jelas, Fais memang serupa” burung terbang” , yang sedang menarai

tempat berpulang. “tidak seberapa lama, tiba-tiba saja wajahnya menjembul lewat celah tirai

pintu dengan tatapan mengundang,’ kukira ada baiknya kamu yang masuk kemari, tidak

mungik aku keluar dengan keadaan begini....” (hal 98). Petualangan itu benar-benar
membawa bencana ketika akhirnya membuat Safira gadis yang sedang dekat dengannya,

marah dan menjauhinya. Tepat disaat Fais akhirnya menyadrai siapa yang sebenarnya

dicintainya. Diantara para wanita itu.... ketika hatinya sedang hancur, dan dirinya remuk tak

berbentuk lagi, bahaya malah mengintainya, mengancam nyawanya.

4.3 Tangapan Sastrawan Lain

“Arafat Nur mengajak kita untuk menguak persoalan-persoalankemanusiaan, agama, sosial

dan politik yang ditemui di negeri ini. Ditengah jalan kisah cinta yang bermuatan kriti

sosial, sarat konflik, dan ketengang, kita dapat melihat kemunafikan dan kebusukan

manusia yang brtbalut kefanatiakan buta. Kisah ini mmengandung satireribgan, jenaka dan

juga tajam-sesuatu yang memang telah menjadi salah satu kekuatan dari gaya cerita ini

-Joko Pinurbo, penyair.

“sebuah sisi kelam dan janji politikus untuk menyejahterakan rakyat, sungguh jauh pangang

dari api. Justru yang muncul adalah persoalan pelik, yaitu nafsu berkuasa atas jabatan dan

perempuan yang begitu lugus didedah dann dibeberkan dalam novel ini. Persoalan

perempuann diceritakan begitu menohok dan berani. Di tengah minimnya prestasi dan

setumpuk masalah pedmerintah, Arafat Nur justru terampil begitu garang menyuarakan

penentangan terhadap ketimpanggan melalui mata batinya. Melalui sastra, dia berteriak

lantang kepada dunia: seperti inlah Aceh sekarang!”

-Bamby Chayadi, cerpenis.

“Arafat Nur masih tetap setia dengan kelugasan dan kelurusan bercerita. Dibuku ini, kita

akan merasakan seperti dibawa masuk kesebuah reportase yang jujur dan apa adanya. Bagi

yang menyukai Lempuki, novel Burung Terbang di Kelam Malam sungguh tak akan

mengecewakan.”
-Avianti Armand, arsitek, penyair, dan cerpenis.

“ Novel ini sungguh menghibur sekaligus membuata saya terkagum terharu, dan

pada akhirnya termenung. Arafat Nur mampu meramu adegan-adegan lucu, lugu, kisah

romansa, kritik sosial, ketegangan, dan konflik yang diambil sang tokoh ‘aku’ dengan

sangat memikat. Alur cerita runut dengan bahasa yang renyah, berusaha menhungkapkan

kebusukan dan kemunafikan manusia-manusia yang berkedok dogma-dogma agama. Meski

novel ini berlatar situasi Aceh pasca perang, kisahnya bisa menjadi cerminan bagi

persoalan-persoalan kemanusiaan, agama, sosial, dan politik yang banyak ditemui di negri

ini.”

-Wayan Jengki Sunarti, sastrawan dan budayawan.

“Membaca karya Arafat Nur ini, kita kita dibuatnya tercekat. Melalui kandungan muatan

lokal yang luar biasa padat, segar kita dapat memahami Aceh dengan begitu baik. Bahkan,

pembaca yang bukan orang Aceh sekalipun bisa betul-betul merasakan gejolak dan gelit

yang pernah terjadi di bumi itu.”

-Oka Rusmini, novelis, tinggal di Bali.

“Burung Terbang di Kelam Malam adalah karya anak dari cinta segi lima yang penuh

gairah politik , humor, romansa, serta citra bahasa yang terjaga kuat dan rapi.

-Benny Arnas, cerpenis.

“Sebuah novel yang mengungkapkan realita sosial-politik suatu masyarakat dari kurun yang

rawan, menandakan bahwa pandangan penulis telah menjelma menjadi, sebuah sikap nyata,

semacam upaya aktif untuk penyelamtan kenangan yang terancam punah oleh senjata
rekayasa naratif kaum penguasa yang hendak memonopoli kebenaran, rekayasa naratif

tanah air baru bagi kebenaran. Arafat Nur, melalui Burung Terbang di Kelam Malam, telah

menciptakan tanah air baru bagi kebenaran diluar sejarah yang terancam mati, memberikan

mereka kemerdekaan untuk bsngkit berkali-kali.”

-Sitok Srengeng, penyair, penulis prosa dan esai.

“Ada tiga alasan sebuah novel menjadi kuat, pertama latar kehidupan si penmgarang, kedua,

kekuatan berbahasa dan teknik bercerita, ketiga, visi pengarang yang jelas menyoal

kehidupan ini. Arafat Nur, dalam novel Burung Terbang di Kelam Malam, memperlihatkan

kekuatan atas ketiga alasan itu. Sebagaimana Lampuki, dia tetap tidak bergeser pada

konsistensi mengusung kisah tokoh-tokoh dengan perjuangan hidup yang rawan, getir dan

juga penuh harapan. Dia menjadi wakil dari narasi lokal yang ada di Nusantara,

berkesaksian tentang Aceh, sesuai perjuangan, reformasi ,tragedi, dan sesuai tsunami.”

-Sihar Ramses Simantupang, jurnalis sastra, penyair, penulis prosa dan esai.

“Sebuah novel menarik berbalut intrik politik dan kisah cerita yang unik.”

-Anton Kurnia, penulis cerita dan editor buku sastra.

“Novel yang renyah sekaligus bernas. Begitu masuk ke ceritanya, kau tidak `bakal bisa

berhenti lagi. Burung Terbang di Kelam Malam memperbincangkan perihal penting

mengenai politik, korupsi, keagamaan, dan feminisme dengan cara yang jenaka. Membuat

kita menertawakan kepahitan dan kegetiran hidup yang tidak menguntungkan ini.”

-Ni Komang Ariani,penulisan buku Lidah, Senjakala, dan Bukan Permaisuri.

“Disadari atau tidak, aceh telah begitu menjadi Tanah Air yang istimewa tidak hanya secara

geofgrafis atau politis. Beberapa dari kita berhasil merasakan seolah wilayah itu terlalu

istimewa, terutama dengan perda-perda gendernya. Maka, membaca Burung Terbang


diKelam Malam , niscaya membuat pembaca teerbentur pada realitas yang amat

mencengangkan. Arafat Nur secara lembut mengeksplorasi pemahamanterhadap tanah

lahirnya, mengupas setiap lapisan menuju bagian akhir yang sungguh sulitr untuk bisa

dipercaya.”

-Sanie B.Kuncoro, cerpenis, novelis.

“Arafat Nur berhasil mengungkapkan sisi remang-remang manusia humanis sekaligus

egois, idealis sekaligus pramatis, dan realigius sekaligus munafik dalam jejaring cerita

asmara yang ganjil di tengah cengkrama politik yang licik.”

-Ragdi F. Daye, penulis buku perempuan dan lelaki kayu.

“Berani, genit dan terus menggoda hingga titik akhir cerita. Novel ini seperti menelanjangi

sisi-sisi gelap manusia yang tersembunyi, bahkan mengguncang jiwa. Yang pasti sangat

bertolak belakang dengan bayangan Aceh yang sebelumnya ada dalam pikiran kita semua.”

-Dimas Ariska Mihardja,penyair dan dosen pendidikan Bahasa dan Sasttra Indonesia.

“Novel ini berkisah gejolak cinta di tengah keteganggan tragis dan komik dari para manusia

korban perang yang meletihkan,. Dikemas dengan kepiawaian gaya tutur eksotis.

Karikatural yang begitu segar dan memikat. Arafat Nur menyuguhkan kepada kita sejumlah

snapshot yang akan terus berdiam dalam ingatan. Gugatan pada moralitas manusia dalam

Burung Terbang di Kelam Malam mampu menerabas lokalitas yang dikandungnya, dan

menjadi bacaan yang sangat mengasyikan bagi siapa saja.”

-Nezar Patria, sarjana filsafat, jurnalis, dan pengembar sastra .

“Menghadirkan situasi tidak menentu dan penuh kebimbangan di tengah situasi konflik

politik, sosial, dan keserakahan manusia. Arafat Nur secara piawai mengorek borok tanah

lahirnya, bertutur tajam dan kadang dengan amat jenaka. Dia menusuk begitu dalam
sekaligus menghanyutkan. Malah di tengah-tengah kasburnya makan kemerdekaan, dia

justru berhasil membebaskan diri dari segala rintangan belenggu seraya mencatat setiapa

jengkal sejarah yang dilaluinya. Novel ini adalah sebuah potret dan sebingkis cerita yang

memantul-mantulkan bayangkan isyarat inilah Aceh hari ini.”

-Isbedy Stiawan ZS, sastrawan, tinggal di lampung .

“ Novel yang luar biasa membius tidak hanya menggugah, tetapi juga mempu merekam

every detail of sequel Aceh pascakonflik dan tsunami. Menggambarkan dengan sangat baik

dan jelas perihal masa transisi Aceh ke demikrasi yang secara cerdik direbut oleh orang-

orang hipokrit, kejam, dan bodoh. Burung Terbang di Kelam Malam adalah sebuah auto-

etnografi yang menusuk tajam mengenai dunia wartawan, politik, dan orang-orang biasa

yang di adirkan secara realis dengan romantisme lucu, satire, dan sinis. Semua peneliti dan

pemerhati Aceh harus membaca novel ini untuk lebih memahami ‘zeitgeist’ Aceh masa

kini.”

-Al Chaidar, dosen ilmu politik, pengamat teoris nasional, dan salah seorang penulis buku

Aceh Bersimbah Darah.

“Cerita yang disajikan Arafat Nur merupakan kisah yang dengan mudah dapat diikuti

karena layar realis yang jelas tegas mengantar pembaca. Namun dari segi cerita semacam

ini, karakter dan gejolak relung jiwa para tokoh menjadi megnet yang membuat halaman

demi halaman berlalu tanpa terasa dengan penuh tanda tanya.”

-Wahyu Arya, pengamat dan esais sastra, tinggal di Tangerang.

“tema kemanusiaan dalam sebuah novel akan mampu bertahan lebih lama dalam memori

pembaca. Sejatinya, sembarang penulis bisa mengangkat tema ini. Namun jika “bercerita

secra baik” dijadikan persyaratan untuk mengukur keberhasilan seperti menyuguhkan


imajinasi pengarang sedekat mungkin dengan imajinasi pembaca itulah yang mungkin sulit

dilakukan. Untuk urusan ini karanya Arafat Nur bisa dikatakan cukup mahir.”

-Kiai Mohammad Faizi, penyair dan pemimpin pondok pesanteren Annuqayah Sumenep,

Jawa Timur.

“Pada dasarnya aku tidak suka novel, tetapi begitu membaca Burung Terbang di

KelamMalam, aku tidak bisa melepaskan, timbul rasa penasaran, membangkitkan emosi:

sedih, haru, dan lucu. Aku suka sekalu novel ini dan tidak bisa berpaling sampai cerita ini

berakhir dengan sangat mengejutkan. Bagitu indah dan ramantis dibandingkan novel yang

pernah aku baca. Tidak ada kesan menumggangi peristiwa, betul-betul tampak nyata, tidak

terduga, dan membuatku berkali-kali terpaksa menahan napas.”

-Lan Chin, warga turunan Tionghoa, karyawan swasta di Tangerang.

“Sebuah kesadaran utuh pengamat yang sangat cemat terhadap situasi sosial dan politik

pascakonflik, kesederhanaan yang luar biasa mengagumkan dalam cerita dia

mengungkapkan masalah besar melalui pernak pernik percikan peristiwa kecil yang banyak

bertebaran. Arafat Nur adalah penulis muda Aceh yang cukup penting serta pantas

diperhitungkan. Di punya kefasuhan bercerita yang tidak terlalu lazim, kerap membuat kita

tersentak dan tercengang. Selain sastra, dia tahu betul ilmu sosial, sejarah, dan sedikit

politik. Dan yang tak kalah penting, dia adalah aktivis kemanusiaan dalam dbidangnya,

memperjuangkan hak dan kepentingan rakyat ertindas dengan caranya sendiri.”

-Asnawi Ali, aktivis sipil dan demokrasi Aceh di Swedia dan pencita sastra.

“Kalau orang tahu betapa asyiknya novrl ini, pasti mereka tidak bakal melewatkan begitu

saja untuk membacanya. Tak kalah luar biasa dari Lampuki, bahkan novel ini lebih ringan,

sangat cocok dengan selera semua kalangan, remajadan dewasa, terbasuk bagi mereka yang

tidak suka sastra. Tak perlu bimbang, Arafat Nur adalah penulis cerdas yang mampu
mengumpulkan suatu maslah dengan tepat dan dengan cara yang amat jenaka. Saya selalu

menunggu-nunggu novel terbarunya dengan hati berdebar.

-Nanda Feriana, mahasiswi pengamat sastra di Lhokseumaw.

“Saya harap Burung Terbang di Kelam Malam akan memenangkan banyak penghargaan.

Saya juga berharap suatu saat pembaca Malaysia berkesempatan membaca novel ini karena

sangat penting bagi kedua negara untuk saling mengenal karya sastranya. Bahkan, kisahnya

perlu juga diterjemahkan dalam bahsa lain agar pembaca di seluruh dunia bisa

menikmatinya.”

-Sharon Bakar, pengajar penulis kreatif , editor dan dosen senior The University College of

St Mark and St John, Kuala Lumpur.

“Ada tawaran-tawaran yang berbeda begaimana memandang Aceh dari novel Burung

Terbang di Kelam Malam. Tokoh Fais yang berfropesi sebagai seorang wartawan

membeberkan dengan lugas dan terbuka tentatng perilaku manusia-manusia hipokrit dan

amoral yang sebelumnya tidak terbaynagkan bisa terjadi di negri dengan hukum syariat

yang (konon) ketat. Namun, ada yang lebih penting dari pada semua itu, lewat perjalanan

ambisiusnya membokar sisi kelam Tuan Calon Walikota yang kemudian

mempertemukannya dengan banyak perempuan tokoh ‘aku’ sesungguhnya tengah mencari

dirinya sendiri, juga cinta.”

-Yetti A.KA, penulis buku kumpulan cerita Kinolli.


4.4 Analisis Struktural

Berikut akan disajikan analisis struktural yang dibatasi pada unsur tema, tokoh dan

penokohan, alur, latar, amanat, sudut pandang, dan bahasa, dalam novel Burung Terbang di

Kelam Malam.

1. Tema

Tema merupakan makna yang terkandung dilalam cerita. Tema adalah pokok

pembicaraan dalm sebuah cerita. Cerita bukan hany sekedar bagan, tetapi susuanan bagan

itu sendiri harus mempunyai maksud tertentu (djokop sumarjo 1984 hal 57). Setelah melalui

beberapa tahap penelusuran beberapa fakta-rfatadalam mempelajari novel, kadangkalakita

merasa bahwa pengalaman yang didapatkan secar keseluruhan akan memperjelas masalh

yang kita coba untuk temukan. Fakta dalam cerita terlihat berperan sebangai model tentang

masalah-masalah umum yamg beersifat universal yang dihadapi oleh manusia. Bahkan hasil

analisis fakta sersebut dapat memberikan saran untuk memecakan masalah yng ada.

(Rahmanto 1988:75).

Tema yang digunakan dalam novel Burung Terbang di Kelam Malam adalah tentang

politik yang bernuansa romansa cinta yang terjadi antara si tokoh utama pria yaitu Faiz dan

tokoh utama wanita yaitu Safira. Arafat Nur selaku pengarang dalam novel ini dengan jelas

menunjukkan bagaimana kondisi politik pada saat sebelum Pemilihan Walikota di Kota

Lamholk yang penuh dengan intrik Kampanye dan konflik dibalik citra baik salah satu

calon Walikota yaitu Tuan Beransyah.

Dalam novel Burung Terbang di Kelam Malam menceritakan tentang seorang

wartawan bernama Fais yang tinggal dikota Lamhokyang melakukan perjalanan keberbagai

kota di tanah Aceh dengan satu tujuan yaitu menemui para “perempun peliharan” tuan

Baransyah, kandidat kuat walikota Lamhok yang dieluh -eluhkan dan dipuji semua orang.
Pada kenyataannya semua perlakuan alim dan murah hatinya , Fais tau bahwa lelaki tua itu

tak lain dari seorang landok yang raya dan punya banyak istri dalam jumlah yang

Baransyah. Bahkan ada desa desus bahwa kekayaannya diperoleh datiin berdagang ganja

ditanah Aceh .

Kebanyakan wanita yang ditemuinya mengungkapkan rasa kesal mereka terhadap

tuan Bransyah, karena merasa diperlakukan sebagai istri yang tidak selayaknya. Lelaki tua

itu jaring sekali menumi mereka, sekalinya mapir hanya untuk memuaskan nafsunya. Tetapi

ada pula seorang istrinya yang justru mendukung kelakuan tuan Bransyah. Fais selaku

tokoh dengan sudut pandang “aku” , bertemu dengan beragam sifat dan latar belakang

wanita yang berbeda dimulai dari wanita yang bicarnya kasar , seornag pelacur, wanita yang

masih muda dan cantik, hingga yang sudah tua. Dalam perjalannya Fais selalu menuliskan

semaua pengalamnya pada sebuah buku catatan untuk bahan menulis novel nanti.

Awalnya perjalanitu dilakukan murni untuk mencari tau tentang keberadaan istri-istri

tuan Baransyah. Demi mengungap segala kebusukan pria itu, petualangn yang dilakuakn

Fais berubah menjadi petualangan liar yang berakhir diranjang para wanita itu.. mungkin

karena para wanita itu telah terlaku lama ditinggal suaminya. Atua karena ketampanan Fais

dan sifat yang lekas akrap dengan para perempuan. Akan tetapi petualan itu mebawa bencan

ketika akhirnya Safira, gadis yang sedang dekat denganya, marah dan menjauhinya. Hal itu

terjadi tapt disaat Fais akhirnya menyadari siapa yang sebenarnya dicintainya, diantara para

wanita itu. Disaat bersaman bahaya yang lebih besar justru mengintai dan mengamcam

nywa nya. (Arafat Nur 2017)


2. Tokoh dan Penokohan

Tokoh yang ditampilkan dalam cerita bertujuan untuk megetahui karakter apa yang

dimiliki sitokoh dan menghidupkan cerita. Tema ”karakter” biasanya dipakai dalam dua

konteks. Konten pertama merujuk pada individu yang muncul dalam cerita, sedangakan

konterks deku merujuk pada pencampuran berbagai kepentingan, keinginan emois dan

perinsip moral dari setiap individu.

Dibawah ini adalah tokoh berseta keterenya masing-masing:

2.1 Fais (aku)

Fais adalah tokoh yangkritis pada saat memberiknan pendapat dan menyikapi

pergolakan politik dalam pemilihan walikota dikota Lamhlok. Akan tetapi Fais juaga

sedikit ceroboh dan nekat pada saat memutuskan untuk menyelidiki lebih dalam demi

menyikapi kemunafikan tuan Baransyah, salah satu kandat walikota dikota Lamhlok selai

itu dengan kemolekan dan ketampanan yang dimilikinya, Fais mudah sekali akrab dengan

para perempuan. Salah satu karakternya dapat dilihat dari kutiapan “tapi, sekarng aku

sudah agak berumur. Setidaknya, sepuluh tahun kebih tua dari pada mu., mungkin begitu

lah. Apakah aku tampak berusia tiga puluh delapan tahun?” .

“aku memperhatiaknnya srbentar . “tampak lebih muda empat atu lima


tahun dari usia kakak sebenarnya.” Ucap ku. “benarakah”. “tentu saja” .
coba lah bercermin.” (Arafat Nur: 5).

2.2 Safira (Fira)

Safira adalah tokoh wanita yang dekat dengan Fais jauh sebelum Fais melakukan

perjalanan menemui “perempuan peliharaan” Tuan Beransyah. Dia adalah seorang wanita

yang memiliki paras cantik , baik harti, ceria, dan sedikit misrerius. Safira sebenarnya

menyukai Fais dan tarang terangan menunjukannya pada Fais. Akn tetapi Safira memiliki
rahasia yang tidak diketahui Fais tentang orang tuanya . karater Safita dapat diliah pada

salah satu kutipan.

“aduh, Fais kenapa kamu bertanya begitu sih ? tentu saja karena aku
memikitrkan mu! Apakah kamu tidak memikirkanku?”
“aku juga memikirkan mu,” balas ku menutupi kesalahnku. “makanya, hari
ini aku berusaha setengah mati untuk menemuimu.” “betulah begitu?”
tanyanya dengan mata agak dibelalakkan.

“tentu saja. Apakah kamu tidak melihat peluh yang membasahi wajah dan
punggungku?’ “aduh aku senang sekali mendengarnya. Sini biar kuusap
keringatmu.” Ucapnya dengan senyum menggoda. Lantas mengelap
wajahku dengann sejenak membuaiku, tercium wangi lembut dan asing
yang sejenak membuatku teringat akan tubuhnya.

2.3 Aida (Istri Simpanan Tuan Beransyah)

Aida dideskripsikan serbagai tokoh yang suak meludah dan setiapa kali dia

mengumpat atau memaki tuan Baransyah dia juag terkesan cuek dan tidak perduli

dengan sekitarnya. Aida pada masa gadisnya dia adalah seorang gadis jelita yang di

gilai banyak pria dengan tubuhnya tampak utuh, kulitnya masih kencang dan padat,

dan seulah senyum tipis yang sedikit mengoda. Bahkan pada usia nya tiga puluh

depan tahun penampilanya tidak memperlihatkan usia nya, dia terlihat lebih muda

dari usia ya. Akan tetapi Aida suka berbicara kasar ketika mengungk kan isi hatinya.

“karakter ini dapat terlihat dari kutir berikut.

...”baginya , aku ini hanyalah umpan terlurnya. Tapi bagiku landok tua itu
tidak lebih dari pada telur busuk. Cuih! Ucapnya berang menatap tajam ke
raut wajahku”
...”aku sudah mengatakn tadi, bahwa bagiku tuan baransyah utu adalah telur
busuk! Apakah kamu masih memgingatnya? Ya, dia itu telur busuk cuih!”
...”waktu pulang dia selalu membawa serta segudang alasan yang maut
takmau haru aku terima . lalu aku bisa melupakan semua kesalahnya.
Kesalahnya yang sam dan kesalah salam ipula yang kenudian diulangi lgai .
ketiak dia pergi baru akyu sadar bahwa aku sudah kena tipu maka aku
menumpatinya sepanjang hari, cuih!”.
2.4 Zalikha (Istri Sah Tuan Beransyah)

Zalikha adalah tokoh yang berperan istri tuan Bransyah yang senang tiasa berada

disisnya kususnya mendampingi tuan Bransyah pada saat kampanye. Zalikah menikahi

tuan Bransyah disebabkan karena keterpaksaan orang tuanya yang terlilit banyak hutang

kepada tuan Barnsyah . Namun ada pula yang megatakan bahwa tuan Bransyah sengaja

menjebak orang tuanya dengan jeratan hutang agar dia bisa menaptakan anaknya. Dalam

cerita ini zalikh tidak jauh berbeda dari istri pejabat lainya yang berdandan ala ibu-ibu

pejabat dan terlihat ramah diluar. Karakter tersebut dapat dilihat dalam pengambaran

tokoh zalikah yang dilakukan oleh tokoh lai sebagai berikut.

...”dia menyilah kan aku minum lantas meningglkanku di situ untuk beberapa
lama. Dia masuk keruang sebelah mungkia temapt kejanya, untuk
mengambilkan sesuatu. Aku langsung menyesap es buah aromanya berbeda
dari yang biasa kuminum di pasar berawal dari mulut sampai ke perit, rasa
dingin itu menjalar begitu minum itu kuteguk. Tidak saja aromanya yang
wangi, tapi rasanya juga lebih baik enak. Ternyata benar makanan dan
minuman di rumah orang kaya rasanya enak-enak. Kapan ya, aku bisa
menjadi orang kaya? Begitu aku menghayal.

...”tak berapa lama, dia muncul dengan seberkas keras berikut sejumlah foto.
Aku mengamati lembaran demi lembaran berkas dan foto dirinya dengan
pikiran melayang. Aku tidak bisa memusatkan perhatian sepenuhnya pada
sejumlah benda itu oleh aroma lembutnya yang membangkitkan khalayak
liar. seperti aroma parfum pembangkitan bihari, barangkali begitulah
angkatan dibawa melambung! Aku tidak tahu apakah tadi aku mencium
wangi yang demikian atau dia baru saja menyemprotkan ke tubuhnya sewaktu
mengambil sejumlah bekas ini, dan apa pula tujuan nya dia berbuat begitu.”

2.5 Haliza (Istri Simpanan Tuan Beransyah)

Haliza adalah salah satui istri simpanan Bransyah. Dia juga seorang pemilik sebuah

toko pakaian di dekat terminal bus didaerah digli. Dia masih muda dan cantik sehinga

tidak akan pernah disangka bahwa dia salah satu gundik silelaki hidung belang itu . Haliza

memiliki karakter perempuan kota yang maju dan terbuka, tapi bukan dalam artian binal.

Dari semua istri impan tuan Bransyah,Haliza yang mnyukai novel. Dia juga sama seperti

Aida, istri tuna Barsayh Lainnya, suak berbicara kasar dan blak-blakan. Akan tetapi Haliza
yakin landok itu memiliki belasan wanita simpanan salah satu karakter yang dimiliki

Haliza dapat dilihat pada kutipan berikut; “kalau memang kamu tidak salah orang,

sebaiknya kamu masuk. Kebentuk sekali aku sedang punya banyak waktu” Ucapanya

kemudian tanpa berusaha menyelidikiku lebih dulu. “oh, ya, kamu tidak perlu

memanggilku dengan sebutan puan segala. Panggil saja aku Halizah apakah aku kelihatan

tua?”

...”oh, ya apakah kamu punya nama?” “Fais- itu namaku.” “wah, cocok sekali
dengan tampangmu” dia berserupa pen. “ kenapa?” tak tahu bahwa kamu itu
tampan juga.?” Belum ada orang yang bilang begitu,” aku berbohong dan
memang aku kelihatan seperti orang sombong. “kalua begitu akulah orang
yang paling beruntung, kukira hihihi...”

2.6 Laila (Istri Simpanan Tuan Beransyah)

Laila dalam ceritanini laila digambarkan sebagai salah satu isti simpanan tuan

bransyah, namun laila adalh seorang eanita ynag baik hati, tidak terlalu mentut, berusaha

mengerti kweadaan dan sabar. Sama hal dengan istir sempannlainya,dia jug jarang

dikunjungi suaminya, tuan Bransyah. Laila juga termasuk wanita yang cerdas dan teman

yang baik. Karakter terssebut dapt dilihat dal kutipan berikut: “meskipun tidak mengerti

apa yang sedang kamu tulis itu, aku bisa memahaminya. Kalau mau, kamu juga bisa

menulis tentangku. Kamu tahu, aku punya banyak cerita mengenai kegagalan cinta.

Mungkin kalau orang sepertimu mengalaminya bakalan mejadi kisah yang sangat

menarik.”

...” hei fais apakah dunia ini miskin sekali cerita sehingga kamu mau
bersusah payah bepergiasn ke sana sini hanya untuk menuliskan serbuah
kisah? Apakah kamu tidak bisa menghubung-hubungkan intim da
percumbuan? Kamu tahu, banyak sekali gadis yang tak lagi perawan pada
usia lima belasan. Mereka melakukannya secara diam-diam bahkan
dirumhnya sendiri tanpa diketahui orangtua apakah kamu pernah berpikir
kesana?”
2.7 Rahmah (Istri Simpanan Tuan Beransyah)

Rahmah adalah perempuan baik hati dan taat agama, dia selalu hadir setiap

pengajian. Rahma memilikki karakter wanita muslimah yang dalam bartian manut suami

manut agama, dia ikhlas menerima ketika mengetahui suaminya memiliki banya istri.

Secar fisik rahma berpendampiln tmbun, bepipi tembang dan berwajah agak dunggu. Dia

megenakan gamis besar yang terlihst masih saja sempit ditubuh gempanya. Didalam

rumah pun dia tetap mengenkan tutup kepala. Rahma adalah tipe wanita yang

menjunjungtingi anjuran agama sebagai bentuk kehormatan kepada gamanya bagi rahma

adalah suatu hal wajar ketiak suaminya memiliki banyak kekayaan maka banyak istri.

Tidak masalah selahi suaminya tetap mengirimkan uang yang cukup untuk nafkah dan

biaya sekolah anak-anak. Karakterristik tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut:

...”kak Rahmah adalah permpuan yang baik hati dan taat agama”, begitu
penjelasa singkat gadis berkaca mata. “tapi dua bulan belakangan dia tak
hadir lagi ke pengajian. Aku tak tahu penyebabnya,”
...”sedikit pun tak terbayang kalua perempuan itu tambun, berpipi
tembam dan berwajah agak dungu. Dia mengebakan gamis besar yngterlihat
masih juga sempit di tubuh gempalny. Di dalam rumah pun dia tetap
mengenakan tutup kepala. Mungkin tidak ada seorangpun laki yang tahan
memandangnya lebih lama apalagi pemuda semacam kamu, meskupun
demikian agaknya dia tetap punya pertimbangan dengan siapapu berhadapan
haruslah menjaga kehormatan sebagaimana ajuan agam.
....”Dari bincang –bincang ksami terhadap dia tahu bahwa tuan
beransyah telah megawini banyak perempuan, aneh nya bagi dia hai iti
wajar saj karena suaminya memilii banyak uang yang cukup untuk
menafkahi selagi dia tetap mengirimi uang yang cukup untuk nafkahi dan
biaya sekolah anak-anaknya.

2.8 Nana (Istri Simpanan Tuan Beransyah)

Nana adalah permpuan cantik ,muda dan terkesan masih remaja sehingga tidak akan

ada yang menbgira dia adalh istri simpann tuab bransyah. Sekali melihat penampilanya

mudah untuk menduha bahwa dia adalah perempuan binal yang suka tidur dengan banyak

lelaki sebagian besr orang menyebutnya pelacur. Sesuai dengan pekerjaanya, sikap dan
tutur katanya pun kasar dan menyebalkan. Karaktertersebut dapta dilihat dalam kutipan

berikut:

... “pastikamu berpikir akan melakukan nya denganku, bukan/” “melakukan


apa/”/ “ jangan pura-pura” lama-lama perempuan ini mengesalkan juga,
pikirku, dia sengaja memancing dan aku tiudak ingin dia mengendalikan
diriku. Maka aku tidak bissa teri-menerus mengakah segera mengubah
sikap, menunjukan bahwa aku juga bisa nakal.
“ya, kalu kamu tidak keberataan sambungku menatapmatanya lekat-
lekat dan besar-besar menataponya. Anrhya kemudian wajahnya menunduk.

3. Latar

Latar adalah situasi yang tergambar dalam cerita yang mencakup tempat, suasana

lingkungan atau suasana hati toko dan waktu terjadinya peristiwa. Didalam sebuah novel

tentunya terdapat latar yang sangat kompleks. Kota Aceh tepatnya di Kota Lamlhok

merupakan salah satu latar secara umum yang melatarbelakangi peristiwa yang terjadi

tepatnya di sebuah kota madya yang sedang menghadapi gencar-gencarnya Kampanye

Pemilihan Walikota di Kota Lamlhok yang baru, yang mana pada kota tersebut adalah kota

pasca perang dan perjanjian damai.. Disamping itu dengan mengetahui latar pembaca

mempuanyai persepsi tentang peristiwa. Berdasarkand ari cerita sudah jelas pengarang

menuliskan latar dimana para tokoh pelaku yang diceritakan. Pengarang menyebutkan latar

dimana cerita terjadi dan pembaca tida perlu untuk bertanya-tanya dimana kota-kota yang

disebutkan oleh pengarang, karena pada setiap kesempatand alam nocel tersebut, Arafat Nur,

selaku pengarang Novel Burung Terbang di Kelam Malam, secara langsung menyebutkan

letak kota-kota tersebut di Kota Serambi Mekkah, Aceh.

Sedangkan latar suasana dideskripsikan oleh pengarang dengan sangat apik. Hal ini

dapat dilihat melalui penggambaran suasana lingkungan setiap kali tokoh utama bepergian ke

suatu kota ke kota lainnya. Dalam cerita, pengarang sangat jelas menggambarkan situasi

seperti pasar, terminal bahkan salah satu kota yang merupakan puing-puing perang yang
sebelumnya dengan ungkapan “layaknya kota mati..”. bahkan pengarang menggambarkan

suasana dimana para pedagang yang menata jualannnya sebaik mungkin seperti kenytaannya

yang sering dijumpai di pasar atau tempat jualan baju atau ruko-ruko. Selain itu juga,

pengarang mampu memparkan dan memperlihatkan dengan jelas suasana pada saat tokoh-

tokoh tersebut selesai beraktivitas, seperti mandi atau pun makan dan minum.

Latar waktu yang ditampilkan pengarang juga dapat dengan mudah diresapi dan

diketahui, karena pengarang dengan secara jelas menceritakan waktu terjadinya setiap cerita

yang di setiap part novel. Dalam Novel Burung Terbang di Kelam Malam, kita dapat

mengetahui dari penggalan cerita bahwa pada waktu itu, kota tersebut adalah kota pasca

perang dan dalam perjanjian damai dimana sedang dalam masa pemilihan Walikota yang

baru. Sehingga pemilihan tersebut menimulkan banyak gejolak di masyarakat sekitar kota

tersebut.

4. Alur

Plot atau alur adalah konstruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan

peristiwa, mempunyai kaitan erat antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain. Alur

merupakan bagian dari unsur instrinsik suatu karya sastra, alur merupakan pola

pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat. Secara struktural alur

sangat erat kaitannya dengan penokohan dalam menonjolkan tema cerita.

Alur Burung Terbang di Kelam Malam tersusun sangat rapi dan maju ke depan,

walaupun terkadang ada beberapa bagian dimana tokoh-tokoh mengingat masa lalu mereka

sesaat dan setelahnya kembali ke alur masa depan. Tiap peristiwa mempunyai makna dan

fungsinya untuk menjelaskan konflik-konflik anatar pengarang dan lingkungannya. Alur

cerita dalam Novel Burung Terbang di KelamMalam dapat dilihat pada kutipan berikut:
Keesokkan harinya, tanpa pikir panjang, akupun bertolak kesigli dengan bus yang

bpertama muncul pagi itu. Selam perjalann yang hampir mecapai empat jam penuh aku lebih

banyak termenung menung Menatap keluar jendela. Dilurasanya masih tampk jelas jalan

gambaran suram maslulu yang terus membayangi smpai sekarang, yang entah berakhir

sampai kapan. Terlihat puing-puing sebuah bangunan yangrusak dan dibakar semas perang

dulu. Beberapa bangkasi mobil puisi dan truk tentara yang tidak lagu utuh menyeluruh

keparit pingir jalan menjadi benda rongsokan yang bagiannya yang sudah banyak di lepas

oleh para pencuru untuk dijual kilan kepada pedangang barang bekas. Kendaran-kendaran itu

rusak parah akibat kena hantak pronta roket pemberontak yan dulu kerap menhadang

pasukan-pasukan kecil pererintah di jaln-jaln sepi dieaktu perang tengah cenvar-gencarnya

melanda. (Arafat Nur :46)

5. Amanat

Amanat dalah pesan yang disampaikan pengarang terhadp pembaca melalui tulisan-

tulisanya agar pembaca bisa menarik kesimpulan dsari apa yang telah dibacanya. Karya satra

yang baik adalh karya yang memberikan sumbangsih dan pesan nilai, etika, dan moral seperti

yang disampaikan oleh salah satu tokoh dalam novel burung terbang di kelam malam yang

dapat dilihat dalam kutipan berikut: “andaisaja itu menjangkut denganku –bukan dengan fira-

aku akan memaafkanmu, tanpa ingin tahu lebih banyak lagi kesalahn yang telah kamu

lakukan. Kelangsungan sebuah hubungan itu tidak dinilai dari amsalau, tapi kesungungan

sekarnglah yang paling menentukan. Maslalu itu harus ditutup rapatrapat, harus

dimusnakan!” (arat nur hal 352)

“rasanya memang tidak ada masalh lagi dengn dunia ini . aku betul-betul dapt
menjadi orang dan keadaan ku jadi lebih baik. Sekiranya aku bunuh diri karena
putus asa, tentun ya aku menyesal sekali. Serumit apapun masalh akhirnya pastin
berallu- sudah hukumnya begitu. Orang-orang yang bunuh diri ituterlalu cepat
mengambil keputusan ysng merugikan dirinya sendiri. (arar nur 266)
Dari kutipan diatas terlihat bahwa kata-kata terserbut seakan memberiakn semangat

atau menghidupkan kembali semangat hidup orang-orng deprsei yang ingin mencabut

sendiri hidupnya.

6. Sudut Pandang,

Sudut pandang yang digunakan dalam novel burung terbang di kelam malam yaitu

menggunakan sudut pandang orang pertama atau pencerita aku karena novel ini ditulis oel

pengarang dan secar tidak langsung pengarang terlibat didalamnya. “setelah tiga hari

bertahan dirumah, aku pun mulai bekerja eperti biasa: meliput peristiwa, wawancara, masuk

kantor, menuliskan laporan, dan mengirimkannya. Selain dari itu, aku juga berkumpul dengn

sejumlah teman bercakap-cakao mengnai apasaja, lantas melupakannya. Tidak ad yang

terlalu istimewa. Selain mejalankan hidup ini yang bagikan pura-pura, teras semakin tak nya.

(219)

7. Gaya Bahasa,

Novel burung terbang dikelam malam mnegunakan bahasa indonesia namu8n

dipadu dengan istilah melayu. Gaya bahsa penulis jauh dari “ ngepop” tapi juga tidak dibilng

“melayu banget” atau “melayu yang penuh metafora indah dan selipan istilah-istilah sulit

seperti milik Andera hirata. Dengan kata lain gay bahsa yang digunakan arafat nur disebut

dengan gay bahasa has dia sendiriyang meskipun tidak bisa dikatan ringan tapi tidak bisa juga

dikatakan sulit untuk diserap atau dipahami. Jika di perhatikan engan benar dan baik bahsa

yang digunakan mengalir dan penuh mumot mengigit, seputar dunia polotik yang suram,

dunia perss yang munafik, dan jug tentang perempuan. Semua itu ditunjukan melalui pikiran-

pikiran tokoh fais yang tidak setuju dengan kelakuan para pegawai kantoran yang tidak

brtanggung jawab, yang kerhjaannya hanya teken dafras preensi lalu dpat gaji atau tentang
kemunafikan pejabat, segelintir pemuka agam, kelompok fanatik yang berasaskan agama atau

masyarakat yang terkesan ramah namun tidak perduli. Hal itu dapat terlihat pada kutipan

melalui pemikiran tokoh fais beirkut: “sebelumnya, aturan semacam itu tidak belaku diaceh

sealinnyan sebatas seruan segelintir pemuka agam. Saat perang tengh berlangsung, sejumlah

kelompok fanatik butapendukung pemberontak muncul memask para perempua menutup

kepala sampai-sampai pelacurpu ikut0ikuran mengenakn kerudung. Aturan itu kemudian

dijadikan undang-undang daera yang mendapatkan sambuta meriah dari golongn orang-

porang yang berlagak peduli agama, sekalipu b=mereka tidak sembahyang.

4.5 Hasil analisis karakteristik tokoh dalam novel Burung Terbang di Kelam Malam

Adapu karakteristik yang ditampilakn dalm setiap tokoh yang ada didalam novel

Burung Terbang di Kelam Malam memiliki persan penting dalam menunjukkan dan

mengajarkan untuk memiliki mental dan iman yang kuat untuk menghadapi kehidupan yang

sebenarnya. Analisis yang dilakukan terhadap tokoh di novel Burung Terbang di Kelam

Malam Karya Arafat Nur tentang karkateristik tokoh masing-masing dilakukan berdasarkan

teori yang dijelaskan oleh Kosasih (2003:228) yang mana untuk mengambarkan karakter

seorang tokoh, maka pengarang dapat mengunakan teknik berikut ini:

(1) teknik analitik karakter tokoh diceritakan langsung oleh pengrang,

(2) teknik dramatik, karakter tokoh dikemukakan melalui: (a) penggambaran fisik

dan prilaku tokoh, (b) penggambaran lingkungan tokoh, (c) penggambaran tata

kebahasaan tokoh, (d) pengungkapan jalan pikiran tokoh, dan (e) penggambaran

oleh tokoh lain.

Dan menurut Tarigan (2011:133) untuk dapat melukiskan tokoh atau karakter

seorang tokoh, sebagai berikut.


(a) Physical description (melukiskan bentuk lahir dari pelakon), (b) Portrayal of

thought stream or of concious thought (melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa

yang terlintas dalam pikirannya), (c) Reaction to events (melukiskan bagaimana

reaksi pelaku itu terhadap kejadian-kejadian), (d) Direct author

analysis(pengarang dengan langsung menganalisis waktu pelakon), (e)

Discussion of environment (pengarang melukiskan keadakan sekitar pelakon.

Misalnya dengan melukiskan keadakan dalam kamar pelakon agar pembaca

mendapatkan kesan apakah pel

(b) akon itu orang jorok, bersih, rajin, malas, dan sebagainya), (f) Reaction of others

about to character (pengarang melukiskan bagai mana pandangan-pandangan

pelakon lain dalam suatu cerita terhadap pelakon utama itu), (g) Conversation of

other about character (pelako-pelakon lainnya dalam suatu cerita

memperbincangkan suatu keadakan pelakon utama, dengan demikian maka

secara tidak langsung pembaca dapat kesan tentang segala sesuatu yang mengenai

pelakon utama itu.

Maka dari itu, dalam pembahasan hasil penelitian, peneliti fokus pada pemecahan

rumusan masalah penelitian yaitu berdasrkan karakter tokoh yang ditinjau melalui pemikiran

tokoh, karakteristik tokoh melalui reasi tokoh dalm suatu peristiwa dan karakteristik tokoh

yang dilihat melalui pengambaran tata bahasa tokoh dalm novel Burung Terbang di Kelam

Malam karya Arafat Nur.

Analisis karakteritik tokoh dilihat berdasarkan pemikiran tokoh tersebut seperti

Fais, Safira, Aida, Laila, Harmah, Nana, Khaliza. Analisis karakter tokoh tersebut

dikategirikan berdasarkan penyampaian pendapat atau keluh kesah mereka tentang suatu

peristiwa. berikut ini kutipan kutipan penokohan dalam novel Burung Terbang di Kelam

Malam karya Arafat Nur yang mengmbarkan karakteristik setiap tokoh .


4.5.1 Kritis

Fais adalah seorang wartawan yang memliki kemampuan cukup kritis dalam

menyikapi gejolak politik dikotanya, sehingga dia memutuskan untuk menyelidiki lebih

dalam tentang salah satu kandidat calon Walikota yang senantiasa dipuji dan dibanggakan

masyarakat akan kebijakan dan kealimannya. Namun pada kenyataanya si pejabat justru

melakukan hal kebalikanya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:

”Tuan Berasyah, lelaki enam puluhan, aku melihatnya di ruang utama bersama
sejumnlah tokoh: pemimpin partai, pandai agama, pemuka dan orang-orang yang
pandai menjilat. disisi lain,sebuah ruang terbuka yang menyambung keruang
utama,disana berkumpulah sejumlah kaum hawa yang tengah bercakap-cakap, tentu
membahas hal yang ku pikir tidak penting. Salah seorang diantaranya yang paling
menonjol adalah zalikha, perempuan yang cantik yang merupakan istri tuan
beransyah. Ia sedang sibuk bercengkrama dan beramah tamah dengan sejumlah
operempuan yang merupakan istri pejabat dan tokoh panutan tadi,berbaur dengan
perempuan aneh lain yang berasal dari sebuah perkumpulan yang membenci kaum
lelaki (Arafat Nur,2013: 35-36)

Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui bahwa dalam pemikiran Si Tokoh Fais, seorang

Tuan Beransyah sama saja dengan pejabat pada umumnya yang terlihat dengan citra yang

baik, bijaksana, calon pemimpin yang arif dan alim, ramah tamah karena mampu bergaul baik

dengan berbagai kalangan. Akan tetapi, dalam pemikiran Fais, Si Tokoh Utama, semua

tindakan ramah-tamah dan kebaikkan yang ditunjukkan Sang Calon Pejabat hanyalah kesan

dan penampilan luar saja, setelah dipilih atau terpilih hasilnya akan sama saja dengan pejabat

yang sudah-sudah.

Dalm hal ini Arafat Nur, selaku pengarang, berhasil memperlihatkan Fais, Si Tokoh Utama,

berpikir kritis dengan tidak “main hakim sendiri” dalam memberikan pendapat tentang Sang

Calon Walikota secara terang-terangan, melainkan dengan melakukan penyelidikan terlebih

dahulu melalui “istri-istri simpanan” Sang Calon Pejabat.


4.5.2 Sabar, Ikhlas, Religius.

Rahma adalah salah satu istri simpanan tuan beransyah yang sangat sabar jika

dibandingkan dengan istri-istri simpanan yang lainnya. Meskipun dia menyadari dan

mengetahui kalau suaminya memiliki banyak istri, baginya suaminya adalah lelaki yang

bertanggung jawab sebagai mna amanah agama.

Kesabaran rahma dapat dilihat dalam kutipam berikut:

“bagaimanapun, merski dia gemar kawin, sisi baiknya ytidaklah boleh dilupakan.
Dia lelaki bertanggung jawab,sebagai mana amanah agama. Walaupun dia kurang
adil terhadapn istri-istrinya, itu memang sangat wajar. Lagi pula, apakah ada
manusia didunia ini yang sanggup berrlaku adfil terhadap semua orang? Terhadap
didinya sendiri pun kita belum tentu bisa berlaku adil!”

“aku manusia yang masih punya perasaan,” jawabnya mengarahkan perhatiannya


kepada ku, lantas mengalihkan pandangan pada gelas minuman.” Dulu aku
cemburu,tapi semua itu akhirnya tidak ada guna sama sekali. Yang ada Cuma
melelahkan.ku pikir,dengan keadaan ku sejarang ini, untuk apa aku cemburu? Tak
ada faedah nya mencemburui lelaki macam itu. Kalaupum dicemburui dia tetap
sajakawin . memang sudah begitu wataknya, sudah begutu jalan hidupnya, mau apa
lagi? Aku melihat sisi baiknya saja dan mencoba mengambil hikmah dibalik semua
ini , ternyata keadaan ku lebih baik sekarang.

Dari kutipan diatas, yang memperlihatkan dengan jelas bentuk kesabaran seorang istri yang

dipoligami oleh suaminya dengan tidak melakukan tindakan penolakan berupa permintaan

cerai atau pun melakukan hal frontal lainnya, melainkan Tokoh Rahmah, memilih untuk

menerima kenyataan di hidupnya yang masih menganggap bahwa suaminya, Sang Calon

Walikota, masih bertanggung jawab sesuai amanah agama yang diyakininya. Tokoh Rahmah

menunjukkan bahwa mengerti dan menerima kondisinya saat ini merupakan bentuk

kesabaran dan pengabdian dirinya sebagai istri kepada suaminya yang sesuai dan pernah

diajarkan dalam agama yang diyakini dengan tidak memberontak ataupun menolak keputusan

suaminya.
4.5.3 Kasar

Aida dan nana memiliki beberapa sifat yang hampir sama diantaranya mereka akn

mengatakn kata-kat yang kasar pad asaat memali tau mengupati seseorang, tetapi aida tidak

menjajakan tubuhnya kepad semua lelai seperti yang dilakukan oleh nana.

Karteristik tersebut dapt dilihat poad kutipan berikut:

“...waktu pulang, dia selalu memaba segudang alasan yang mau tidak mau
ahue aku terima lalu, aku bisa melupakan kesalahnya yang sama, dan
kesalahan sama itu pula yang kemudian diulangi lagi. Ketika dia pergi, baru
aku sadar bahwa aku sudah kena tipu. Maka, aku mengumpatinya sepanjang
hari. Cuuuih!”

Berdasarkan kutipan dari dua tokoh lainnya dalam Novel Burung Terbang di Kelam

Malam tersebut diatas, terlihat bahwa Tokoh tersebut mengungkapkan kekesalannya kepada

sang suami, Sang Calon Walikota, dengan mengucapkan kata-kata kasar bahkan meludah.

Tindakan tersebut juga menunjukkan bahwa Tokoh Aida sangat membenci sang suami

namun dia tidak memiliki pilihan lain selain menunggu dan mengalami hal sama berulang

kali serta melupakan kesalahan yang sama tersebut.

4.5.4 Penuh kasih sayang

Diana adalah salah satu tokoh pendukung dalm novel berung terbang dikelam

malam yang sangat penuh kasih sayang. Diana selalu memperlakukan fais layaknyan kakak

kandung sendiri. Ketika fais mendapatkan maslah karena kesalh pahaman, diana menjadi

orng prtama yang sangat memperdulikan dan memperhatikan keadaan fais bahkan

terkadang hal kecil seperti memberikan makann pada fais seringkali dilakukan diana.

Hal ini dapt dilihat dari kutipan berikut:

“sebaiknyan , abang makan dulu” pinta diana halus, dengan raut wajau
cemas aku membuka rantang, nasi lauk ikan gembung. Aku memunggut
sepotong meletakkanya keatas rantang lain yang berisikan nasi, lantas
melahapnya tanpa peduli dengan pandangan diana yang menbayangiku.
Entah katena terlalu lapar, beberapa menit kemudin,nasi itu sudah habis
aku lahap semua. Ini membuat ku terheran-heran.

Kutipan diatas memperlihatkan dengan jelas bahwa tokoh Diana memiliki perhatian

khusus kepada Tokoh Utama, Fais, bahkan akan hal kecil sekali pun. mungkin saja dalam

pemikiran Diana terdapat rasa kasihan akan kondisi Fais yang terlihat lemas dan tidak

berdaya. Dalam kutipan diatas terlihat bahwa Diana menatap lurus pada Fais dan hal

tersebut menunjukkan bahwa Diana berpikir Fais benar-benar dalam kondisi yang sulit dan

rumit pada saat itu.

4.5.5 Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

Tokoh Zalikha dan Tuan Beransyah dalam nobel burung terbang dikelam malam

sangt mencerminkan sikap pejabat pada umumnya yang senang menebar kekuasaan dan

membuka jalan bagi para penjialt untuk melancarkan aksinya.

Kedua tokoh ini juga mengetahui dengan benar bagaiman menempatkan posisi

sebagai pejabat yang berkuasa dengan mengiming-imingui “amplop coklat” kepada tokoh

agama, para aktivis, para guru ngaji, juru warta, pemimpin dayah dan tengku. Kartajetiti

tersebut ditunhujkan dngan jelas pada kutipan berikut:...

“selsei wawancara singkat itu, dia menyelipkan sebuah amplop kesaku bujuku dan
dadaku bedesir hebat. Aku berharap didalamnya dad terselip sejarik surat cinta, mudah-
mudhan saja. Waktu aku kembali keruang utama, tuan bransyah tengah membagi-bagikan
bungkusan kepad sejumlaqh anak yatim dan orang miskin. Sementara, sejumlah juru foto
begitu sibuk mengambil gambaar, seakan akn bisa rugi besar kalau mereka sampai terlewat
untuk mengbadikan saat yang penting itu. Tak lupa juga paket lain yanmg diberikan tuan
bransyah secara khusus kepada sejumlah tengku, para guru ngaji, dan pemimpin dayah. Juru
warta yang hadirpun, termasuk aku mendaptkan amplop lagi. “sewaktu pemilihan nanti
tuan-tuan, puan-puan jangan salah pilih. Ini bukan kampanye tentu saja ini bukan saatnya
kampanye dan sangatlah dilarang-,sekedar mengingatka saja kepada atuan-tuan dan puan-
puan sekalian.” Ucapmya yang disambut serai tawa didirin ( arafat nur, 2013:41-42).

Dari kutipan diatas terlihat dengan sangat jelas bahwa tindakan yang dilakukan oleh

Tuan Beransyah dan Istrinya, Zalikha, menunjukkan adanya tindakkan kolusi dan
nepotisme yang mana mereka memberikan sejumlah amplop kepada tamu undangan dalam

acara yang diselenggarakan di rumah mereka. meskipun jelas pula, Tuan Beransyah

mengatakan bahwa amplop tersebut bukan ditujukan untuk “Black Campange” atau pun

“Money Politic” melainkan hanya sebagai bentuk ucapan terima kasih atas kedatangan para

tamu. Akan tetapi, jika diperhatikan lebih jelas, dalam pemikirannya terlihat bahwa

memang “amplolp” tersbeut ditujukan untuk hal tersebut namun tidak secara terang-

terangan dan meminta untuk memilihnya dalam pemilihan nantinya.

4.5.6 Bertanggung jawab

Karakter tokoh utama tidak hanya keritis dan cerdas serta nekat tetapi dia juga

menyadari kesalahnnya kepada salah satu tokoh wanigta dalm novel tersebut dan

berkeinginan intuk meminta maaf atas kesalahnnya. Kesadaran diri tersebut menunjukan

bahwa tokoh utama , faiis , memiliki rasa tanggug jawab akan kesalah yang di perbuatnya.

Hal ini dapt dilihat dengan baik pada kmutipan berikut:

“aku mengaku bersalah dan aku minta maaf tolong katakan, bagaimankah caranya
untuka aku menebus kesalahnya ?”
... langkah ku tehenti dan tubuh kaku. “ aku salah.aku benarbenar hilaf. Maafkan lah
aku sekali ini saj!”aku memohon.(araft nut 2013 304-305)

Berdasarkan kutipan diatas tersebut, permintaan maaf yang diucapkan tokoh Fais berulang

kali kepada Safira menunjukkan bahwa Fais menyadari kesalahan yang dilakukannya sangat

fatal sehingga dalam kutipan tersebut pun Fais harus memohon sebuah maaf dari Safira.

Keinginan Fais untuk menebus kesalahannya menunjukkan bahwa dia, jelas dalam

pemikirannya, menyadari kesalahan yang dilakukannya dan benar-benar ingin memperbaiki

situasi dan kondisi saat itu.


Dari hasil analisis seluruh karakteristik yang ada pada novel Burung Terbang di Kelam

Malam tersebut menunjukkan bahwa tindakan atau pun perbuatan yang dilakukan seluruh

tokoh menunjukkan pula pemikiran tokoh tersebut baik itu mengenai situasi dan kondisi saat

itu ataupun akan suatu peristiwa atau konflik yang terjadi di dalam novel tersebut. Dalam

penokohanya pun terlihat bahwa karakter setiap tokoh digambarkan dengan tepat baik secara

fisik ataupun ucapan yang dikeluarkan dalam setiap pembicaraan tokoh yang satu dengan

tokoh yang lainnya.


BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasrkan penjelasan hasil analisis pada bab sebelumnya tentang karakteristik tokoh

dlam novel burung terbang dikelam malm karya araft nur dtap disimpylkan bahewa

karkteristi tokoh dlam novel tersebut berdasrkan pemikiran, reaksi tokoh dalam perisatiwa

twrtentu dan tata bahsa sebagai bverikut: 1. Karakteristik yang dimiliki setiap tokoh terlihat

jelas dalam pengambaran yang diberikan oelh pengarang di setiap ucapan atau keluhan serta

hardikan yang dikeluarkan dan diekspresikan oleh tokoh-tokoh , seperti aida yang suka

meludah setiap kali dia berucap kasar . namun ada pula tokoh dengan karakteristik penyabar,

ikhlas dan religiud yang senangtiasa mengikhlaskan dan menerima apa yang telah terjadi

dikehidupannya seperti tokoh rahmah. 2. Adpun nilai-nilai yang senang tiasa terdapt dalm

novel burung terbf dikem malm seperti sabar, keritis, ikhlas dan religius, serta bertanggung

jawab. 3. Dalm novel burung terbang dikerlam malam pengarang tidak hnaya mengmbarkan

nilai niali nlurur budi pekerti, tetapi juga pengarng menunjukkan sisi negatif dari dunia

politik dan jurnalistik yaitu tidakan suap dannepotisme dalam proses kampanye.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis menyampaikan saran sesui dengan p-

esan dan nilai yang terdapat dalam “analisi karakteris tokoh novel burung terbang dikemal

malm” katen nobel burung bterbang dikelam malam berumakan salh satu novel yang

memberikan inspirasi bagi sseluruh masyrakat pembaca tentang positif dan negatof nya dunia

pilitik yang mana selalu berhelimang harta, kekuasaan dan perempuan.


Adapun saran yang dapat disampaikan sebagai berikut.

1. Untuk pra pengarng karya sastra lainnya akan lebih baik lagi jika lebih berani dalam

membuat dan Indonesia karya sasrtra yang bertemakan realitas kehidupan masyarakat

di indonesia tidak hanya dikalangan miskin ataupun rakyat jelata tetapi juga kalangan

orang kaya atu bangsawan atau pejabat sekalipun.

2. Untuk para pembaca, dewaslah dan cerdas serta berani bersikap kritis dalm menyikapi

situasi atau kondisi apapun yang ada dalm kehidupan bermasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai