Anda di halaman 1dari 6

GAMBARAN KEPEDIHAN KORBAN KEKERASAN SEKSUAL YANG

ADA PADA PUISI “ASTUTI” KARYA LUSTY MALAU: TEORI


FEMINISME

Aulia Sri Handayani Aritonang


aulia.22077@mhs.unesa.ac.id
Abstrak
Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang bentuk penggambaran yang ada
pada puisi “Astuti” karya Lusty Malau yang menceritakan tentang kenyataan pada perempuan
yang selalu mendapatkan perlakuan yang tidak baik di masyarakat sekitar padahal dia adalah
seorang korban yang mengalami kekerasan seksual. Dengan menggunakan pendekatan
feminisme, dapat disimpulkan bahwa perempuan yang digambarkan pengarang ini ternyata
merasa terikat pada budaya masyarakat yang masih tidak bisa menyetarakan gender. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif yang mengkhususkan dan melihat melalui sudut pandang
feminisme. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu
peneliti berusaha mendeskripsikan fakta-fakta (data) yang kemudian disusul dengan analisis
obyek yang diteliti dengan menganalisis gagasan feminisme dalam kumpulan puisi. Sumber data
dalam penelitian ini berupa satuan puisi yang terdapat dalam kumpulan puisi. Teknik dalam
penelitian ini adalah teknik pengumpulan data yang digunakan adalah telaah atau analisis
terhadap teks.
Kata Kunci: Astuti, Feminisme, Kekerasan seksual

PENDAHULUAN
Feminisme adalah sebuah aliran yang menuntut persamaan antara kesetaraan perempuan
dan laki-laki. Dalam hal ini yang dimaksud adalah perempuan merasa tertindas akibat
ketimpangan gender tersebut (Gamble, 2010:5-7). Seperti yang digambarkan oleh penulis dalam
puisi Astuti ini. Di dalam puisi, penulis menyampaikan sebuah suara untuk mendukung faham
feminism ini dari sudut padang seorang perempuan yang menjadi salah satu korban kekerasan
perempuan. Ketika korban membuka suara atas sesuatu yang telah terjadi kepadanya, tak seorang
pun yang mendengarkannya. Hingga ketika ingin membuat sebuah laporan kepada pihak yang
berwenang, kasus nya malah ditimbun dalam tumpukan kasus lainnya. Hanya karena tidak
memiliki sebuah kekayaan untuk melanjutkan proses tindak lanjut atas kasus kekerasan seksual
tersebut.
Dalam puisi Astuti menggambarkan penderitaan seorang perempuan yang sudah
mengalami kekerasan seksual, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan
menggunakan teori Feminisme. Menurut Sumardjo (dalam Ratna, 2004:5), karya sastra
merupakan kreativitas pengarang setelah melalui beberapa tahapan, seperti pengendapan ide dan
transformasi atas manifestasi, harapan, dan pengalaman. Pengalaman yang tertuang dalam karya
sastra adalah pengalamanan atas segala sesuatu yang dialami atau dilihat oleh pengarang.
Kegelisahan korban kekerasan seksual juga menjadi kegelisahan pengarang. Begitu pula
harapan-harapan, penderitaan-penderitaan, aspirasi mereka menjadi bagian dari pengarang.
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah “Perempuan Dengan
Segala Luka Dalam Kumpulan Cerpen Suatu Hari Bukan Hari Minggu” oleh Dessy Wahyuni
(2013). Penelitian tersebut menggunakan pendekatan feminisme. Dalam penelitian ini
menjelaskan hal yang sama dengan peneliti akan lakukan, mengangkat sebuah karya yang
menyuarakan tentang ketidaksetaraan gender. Objek yang diteliti adalah masyarakat yang selalu
menyepelekan ketidaksetaraan gender tersebut.  Hasil Penelitian ini mengungkapkan suara
kehidupan perempuan dengan segala luka dan kekecewaan, serta pilihan hidup yang tidak dapat
terelakkan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada karya sastra
yang berbeda dengan hasil dan pembahasan yang berbeda serta metode yang digunakan. Pada
punya peneliti menggunakan karya sastra puisi yang berjudul Astuti gambarang kepedihan
korban pelecahan seksual. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis yaitu
peneliti berusaha mendeskripsikan fakta-fakta (data) yang kemudian disusul dengan analisis
obyek yang diteliti dengan menganalisis gagasan feminisme dalam kumpulan puisi. Sedangkan
persamaannya adalah menggunakan teori yang sama, yaitu teori Feminisme.
Dasar pemikiran dalam kajian sastra berperspektif feminsime adalah upaya pemahaman
kedudukan dan peran perempuan seperti dalam karya sastra. Feminisme menurut Goefe (dalam
Sugisuhati dan Suharto, 2002:18) adalah teori tentang permasalahan hak antara laki-laki dan
perempuan disegala bidang. Suatu kegiatan yang teratur dalam suatu organisasi untuk
memperjuangkan hak-hak sertaa kepentingan perempuan. Teori ini juga bangkit karena
munculnnya kesadaran masyarakat tentang perempuan juga layak untuk mendapatkan hak-hak
yang sama seperti laki-laki. Feminisme memperjuangkan dua hal yang selama ini tidak
didapatkan oleh perempuan, yaitu persamaan derajat perempuan dengan laki-laki dan hak atas
menentukan apa yang diinginkan olehnya sendiri dalam banyak hal.
Feminisme menurut Goefe (dalam Sugisuhati dan Suharto, 2002:18) adalah teori tentang
permasalahan hak antara laki-laki dan perempuan disegala bidang. Suatu kegiatan yang teratur
dalam suatu organisasi untuk memperjuangkan hak-hak sertaa kepentingan perempuan. Hal ini
disebabkan karena perempuan selalu mengalami ketimpangan gender. Feminisme ini berupaya
untuk mengembalikan identitas perempuan yang tertutup oleh gender di era patriarki ini.
Identitas ini sangat diperlukan sebagai dasar memperjuangkan kesamaan hak dan menghilangkan
budaya yang menindas kaum perempuan. Tujuan feminism tentunya untuk mengakhiri dominasi
laki-laki dengan cara menghilangkan budaya patriarki, segala hukum dan aturan-aturan yang
menempatkan perempuan tidak berharga dan tidak mendapatkan hak yang sama seperti laki-laki.
Dasar pemikiran dalam kajian sastra bersperspektif feminis adalah upaya pemahaman kedudukan dan peran
perempuan seperti dalam karya sastra. Peran dan kedudukan perempuan tersebut akan menjadi sentral pembahasan
kajian sastra. Menurut Suwardi Endraswara (2008:146-147), terdapat enam sasaran penting
dalam analisis feminisme sastra adalah (1) mengungkap karya-karya penulis wanita masa lalu dan masa kini
agar jelas citra wanita yang merasa di tekan oleh tradisi; (2) mengungkap berbagai tekanan pada tokoh wanita dalam
karya yang ditulis oleh pengarang pria; (3) mengungkap ideology pengarang wanita dan pria, bagaimana mereka
memandang diri sendiri dalam kehidupan nyata; (4) kehidupan nyata; (5) mengungkap aspek psikoanalisis feminis,
yaitu mengapa wanita baik tokoh maupun pengarang lebih suka pada hal-hal yang halus, emosional, penuh kasih
sayang dan sebagainya; dan (6) mengkaji dari aspek ginokritik, yakni memahami bagaimana proses kreatif kaum
feminis.

METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu
peneliti berusaha mendeskripsikan fakta-fakta (data) yang kemudian disusul dengan analisis
obyek yang diteliti dengan menganalisis gagasan feminisme dalam puisi. Dengan metode ini,
mula-mula data dideskripsikan, dengan maksud untuk menemukan unsur-unsurnya, lalu
dianalisis. (Ratna, 2008:53). Sumber data yang digunakan adalah puisi dari kumpulan puisi,
Artikel dan jurnal. Data yang diperoleh melalui penulisan diolah serta diuraikan dengan
menggunakan pola penggambaran keadaan atau disebut deskriptif. Hasil uraian tersebut
kemudian dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Penulisan ini dilakukan dengan cara pengumpulan data menggunakan sumber data, yaitu puisi
Astuti karya Lusty Malau. Sebagai sebuah analisis tentang feminisme, kajian ini membatasi satu
dari lima gagasan penting pada pemahaman Endraswara, yaitu mengungkap puisi ini agar jelas
terlihat citra puan yang merasa tertekan oleh tradisi. Sasaran itu adalah mengungkap kumpulan
puisi ini agar terlihat jelas citra wanita yang tidak dianggap dan selalu mendapat perlakuan buruk
di lingkungan masyarakat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Puisi Astuti gamabaran kepedihan korban kekerasan seksual ini merupakan sebuah puisi
yang peneliti ambil dari kumpulan puisi tentang “Kekerasan Terhadap Perempuan”. Dalam
kumpulan puisi tentang Kekerasan Terhadap Perempuan terdapat enam puisi, yaitu “Hentikan
Kekerasan Terhadap Perempuan”, ”Lirik Nestapa Perempuan”, “Stop Kekerasan Terhadap Anak
Dan Perempuan”, “ Hentikan Kekerasan Pada Perempuan”, “Stop Kekerasan Seksual”,
“Gambaran Kepedihan Korban Kekerasal Seksual”. Dalam keenam puisi ini menceritakan tokoh
perempuan yang selalu mendapat kekerasan seksual dan selalu dianggap remeh oleh masyarakat.
Dengan Bahasa yang indah dan puitis, kumpulan puisi ini tidak untuk menentang budaya
patriarkat. Tetapi kumpulan cerpen ini hanya menyuarakan tentang hak perempuan dan jeritan
yang sedang dialami oleh kaum perempuan, kehidupan perempuan yang begitu banyak pahitnya,
kehidupan yang kerap menghadirkan luka yang berkepanjangan, namun harus ia jalani layaknya
orang biasa yang tidak mengalami luka yang dialami.
Dalam puisi Astuti menggambarkan tantang kekerasan yang kerap dirasakan oleh
perempuan, baik anak-anak, remaja, ataupun perempuan yang sudah menikah. Dengan mengacu
pada beberapa sasaran yang diungkapkan Endraswara, yakni mengungkap kumpulan puisi ini
agar jelas terlihat citra puan yang merasa tertekan oleh tradisi.
Puisi Astuti memiliki gambaran yang dialami oleh seorang korbannya langsung. Kondisi
tubuh yang sudah lemah lesu, lebam dan nyeri yang hanya dia rasakan. Ia ingin meceritakan
tentang apa yang dia rasakan, tapi tak seorangpun yang mendengarkannya. Hanya berkalungkan
doa dan harapan ia menjalani hidupnya yang sudah hancur tak tau arah lagi. Nasi dan ikan asin
pun sudah tak mampu untuk membuat dia semangat dalam meniti paginya.
“Astuti, lebam dan nyeri di matamu.
Nanah dan keringat di sekjur tubuhmu.
Biru dan kelabu bengkak bibirmu.
Suaramu rintih dan ngilu.
Menceritakan kejadian yang kau alami di depan mereka.
Sahabatku itu hendak meniti pagi,
Dengan modal tenaga dari sepiring nasi dan ikan asin gembung.
Menelusuri jalan menuju pabrik, berkalung doa dan harapan”
Pada bait selanjutnya, ia menceritakan hal yang menghancurkan kehidupannya saat itu.
Segerombolan orang-orang datang mendekatinya dengan mata yang memelototi Astuti. Ia sudah
berusaha untuk meminta pertolongan, namun sebagai seorang perempuan yang tidak mempunyai
kekuatan yang sebanding dengan laki-laki, dia dipukul keras hingga matanya lebam dan
membungkam Astuti. Setelah dia bercerita itu untuk mencari kebenaran, alangkah jahatnya
budaya masyarakat yang mengakar ini. Kasus yang diadukan tidak ditanggapi oleh aparat yang
dipercayai untuk mengamankan warganya, hanya karena tidak memiliki kekayaan untuk
membayar jasa yang mereka berikan. Kejinya, bukan mencari tau tentang kekerasan seksual
yang dimiliki, mereka malah menghujatnya karena kejadian yang terjadi.
“Segerombolan orang tiba-tiba muncul.
Matanya kejam memelototi astuti.
Tangan mereka kasar mengacak rambut, wajah dan tubuhnya.
Sekuat tenaga melawan, sekuat itu ia ditindih.
Serak suaranya menjerit,
Matanya ditonjok bibirnya dibungkam.
Kini kau mencari adil dan setara,
Daiantara bukti tersisa di tepi telaga.
Kepada mereka kau memohon lapor,
Agar kasusumu tidak tenggelama
Diantara tumpukan kasus orang miskin yang tak di proses.
Mereka menghujatmu, dengan pertanyaan konyol
Bukan menelusuri bukti dan lebam di sekujur tubuh.

SIMPULAN
Secara alamiahnya, perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan adalah kodrat
yang telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Namun, perbedaan gender keduanya bukanlah
kodrat atau ketentuan dari-Nya. Hal ini adalah perbedaan perilaku antar keduanya yang
diciptakan oleh manusia atau yang disebut dengan tradisi. Puisi Astuti ini seuah puisi tentang
gambaran kehidupan perempuan yang mendapatkan perilaku kekerasan yang ia dapatkan dari
seorang atau segerombol laki-laki yang tidak punya hati serta menyuarakan untuk pemberhentian
terhadap kasus kekerasan perempuan yang akan menjadi semakin merajalela jika dibiarkan. Puisi
ini mengajak masyarakat untuk membuka mata agar tidak hanya menyalahkan pihak perempuan.
Karena dalang sesungguhnya adalah laki-laki yang selalu menganggap perempuan adalah tempt
menyalurkan hasrat birahi yang ia punya. Melalui puisi-puisi ini, kaum perempuan melakukan
gerakan perlawanan, tanpa ada seorang pun yang melanggar.

DISKUSI
Dari hasil diskusi peneliti yang menggunakan teori Feminisme ini adalah kurangnya
kepedulian masyarakat terhadap kasus pelecehan ataupun kekerasan yang dihadapi oleh
perempuan. Tak hanya tentang pelecehan, terkadang perempuan juga selalu disudutkan oleh
masyarakat sekitar akan sesuatu yang menurut mereka tidak pantas dilakukan. Tetapi, jika laki-
laki yang melakukan mereka anggap hal biasa. Oleh Karena itu, dengan adanya karya sastra yang
berlandaskan feminism ini mendukung gerakan perempuan yang akan mendapatkan kesetaraan
gender serta bebas mengapresiasikan diri tanpa adanya komentar negatif dari masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Anderline, Ijoel. 2021. Blog Puisi dan Kata Bijak: Kumpulan puisi tentang Kekerasan terhadap
perempuan.
Djajanegara, Soenarjati. 2003. Kritik Sastra Feminisme: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, Dan
Aplikasi. Yogyakarta: Medpress.
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Gamble, Sarah. 2010. Feminisme and Postfeminisme. Yogyakarta: Jalasutra.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Belajar
Wahyuni, Dessy. 2013. ATAVISME, Vol. 16 No.3: 257-257. Riau: Balai Bahasa Provinsi Riau.

Anda mungkin juga menyukai