ABSTRAK
Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang nilai-nilai budaya yang
terkandung dalam Kumpulan Cerita Rakyat Indonesia karya Supriyanti. Dengan
menggunakan pendekatan Antropologi Sastra merupakan suatu pendekatan yang
memadukan antropologi dan sastra dalam satu kajian. Metode yang digunakan adalah
metode deskriptif kualitatif yang membicarakan beberapa kemungkinan untuk
memecahkan masalah yang actual dengan cara mengumpulkan data, menyusun data,
mengklasifikasinya, menganalisisnya dan menginterpretasikannya. Sumber data yang
digunakan adalah kumpulan cerita rakyat Indonesia yang dikarang oleh Supriyanti,
artikel, dan jurnal yang berikatan dengan penelitian ini. Data penelitian yang dapat
diperoleh dari kumpulan cerita rakyat tersebut adalah teks cerita rakyat itu sendiri.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan Teknik analisis data dan
studi pustaka. Adapun Hasil penelitian yang ditemukan adalah 1) Nilai-nilai budaya
yang terkandung dalam kumpulan cerita pendek rakyat Indonesia karya Supriyanti, dan
2) Nilai-nilai budaya dalam cerita pendek rakyat yang dipengaruhi oleh konteks sosial
dan budaya pada masa lalu dan sekarang.
1. PENDAHULUAN
Sadewa (2010) mengatakan bahwa sebuah karya sastra bisa dibahas dan diteliti
melalui berbagai pendekatan yang berkaitan dengan kehidupan manusia dan masyarakat.
Budaya yang terdapat pada aktivitas manusia dan masyarakat ini bisa dijadikan sebagai
salah satu karya sastra, yaitu cerita rakyat. Cerita rakyat merupakan hasil kreatif dari
seorang penulis yang isi ceritanya mengandung tentang cermin kehidupan masyarakat, juga
mengandung identitas suatu daerah tentang budaya, dan symbol perilaku masyarakat. Cerita
rakyat merupakan sebuah bagian penting dari warisan budaya Indonesia. Melalui cerita
rakyat, masyarakat Indonesia dapat memperoleh pemahaman tentang nilai-nilai budaya,
sejarah, serta kearifan lokal yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa.
Cerita rakyat ini juga merupakan kekayaan budaya bangsa, sehingga sangat diperlukan
untuk mempelajarinya lebih dalam tentang kebudayaannya. Dengan mempelajari ini dapat
memberikan informasi tentang nilai kebudayaan yang ada pada ceriat rakyat tersebut
kepada masyarakat. Ilmu yang mempelajari hubungan antara budaya dan manusia, yaitu
ilmu antropologi sastra.
Antropologi sastra (Anthropos) adalah sebuah cabang ilmu sastra yang membahas
tentang karya sastra dengan relevansi manusia. Antropologi ini terbagi menjadi dua bagian,
yaitu antropologi fisik dan antropologi kultural. Antropologi yang berkaitan dengan
antropologi sastra adalah antropologi kultural dengan karya-karya yang dihasilkan manusia,
seperti bahasa, religi, mitos, sejarah, hukum, adat istiadat, dan karya seni, khususnya karya
sastra (Ratna, 2017). Antropologi sastra sendiri berhubungan dengan tradisi, adat istiadat,
mitos, dan peristiwa-peristiwa kebudayaan pada umumnya di masa lampau. Ciri-ciri
antropologis karya sastra dapat ditelusuri melalui keseluruhan aktivitas tersebut, baik yang
terjadi pada masa yang sudah lewat maupun sekarang bahkan juga pada masa yang akan
datang (Ratna, 2011). Antropologi memiliki unsur budaya yang berkaitan dengan manusia,
dan semua itu dipadukan dengan keindahan sastra yang melengkapi kajian ini. Tidak hanya
itu, adanya perbedaan budaya akibat perbedaan etnis juga menambah keindahan budaya
tanah air ini, oleh karena itu penelitian antropologi menjadi pilihan para peneliti.
Adapun penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Eva Ramadhanty (2022) dengan judul “Antropologi Sastra Dalam
Kumpulan Cerita Rakyat Ogan Komering Ilir”. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan
penelitian yang akan dilakukan terdapat pada objek penelitiannya. Pada penelitian
sebelumnya menggunakan karya sastra berupa Kumpulan Cerita Rakyat Ogan Komering
Ilir, sedangkan pada penelitian ini akan menggunakan karya sastra berupa Kumpulan
Cerita Rakyat Indonesia karya Supriyanti. Adapun kesamaannya dengan penelitian yang
akan peneliti lakukan adalah sama-sama menggunakan kajian Antopologi Sastra dengan
menggunakan teori koentjaraningrat. Penelitian terdahulu yang kedua adalah penelitian
yang dilakukan oleh Popy Maharani dengan judul “Kajian Antropologi Sastra Dalam
Kumpulan Cerita Rakyat Sumatera Selatan “Sembesat semebesit””. Perbedaan penelitian
sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat pada objek penelitiannya.
Pada penelitian sebelumnya menggunakan karya sastra berupa kumpulan cerita rakyat
Sumatera Selatan “Sembasat Sembesit”, sedangkan pada penelitian ini akan
menggunakan karya sastra berupa Kumpulan Cerita Rakyat Indonesia karya Supriyanti.
Adapun kesamaannya dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sama-sama
menggunakan kajian Antopologi Sastra.
2. LANDASAN TEORI
Koentjaraningrat merupakan seorang antropolog terkemuka dari Indonesia yang
mempunyai kontribusi besar dalam pengembangan disiplin ilmu antropologi di
Indonesia. Salah satu landasan teori antropologi sastra yang dapat digunakan dalam
penelitian berjudul "Antropologi Sastra dalam Kumpulan Cerita Rakyat Indonesia karya
Supriyanti" adalah konsep kebudayaan.
Menurut Koentjaraningrat (1985), kebudayaan merupakan suatu sistem nilai dan
norma yang dimiliki oleh suatu masyarakat dan diteruskan secara turun-temurun.
Konsep ini dapat digunakan untuk memahami cerita rakyat Indonesia yang dikarang oleh
Supriyanti, karena cerita rakyat merupakan salah satu bentuk warisan kebudayaan yang
diwariskan dari generasi ke generasi. Selain itu, Koentjaraningrat juga memandang
kebudayaan sebagai sesuatu yang dinamis dan terus berubah seiring waktu. Konsep ini
dapat membantu peneliti untuk memahami perubahan dan pengaruh budaya yang ada
dalam cerita rakyat Indonesia yang dikarang oleh Supriyanti. Dengan menggunakan
landasan teori ini, peneliti dapat memahami bagaimana karya sastra mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh budaya, serta bagaimana perubahan budaya dapat tercermin dalam
cerita rakyat Indonesia yang dikarang oleh Supriyanti.
3. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Metode ini merupakan metode yang membicarakan beberapa kemungkinan untuk
memecahkan masalah yang actual dengan cara mengumpulkan data, menyusun data,
mengklasifikasinya, menganalisisnya dan menginterpretasikannya. Dengan demikian yang
dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang menyelidiki kondisi atau hal yang
telah dijelaskan, lalu hasilnya dipaparkan dalam sebuah bentuk laporan penelitian (Siswantoro,
2010). Sumber data yang digunakan adalah kumpulan cerita rakyat Indonesia yang
dikarang oleh Supriyanti, artikel, dan jurnal yang berikatan dengan penelitian ini. Data
penelitian yang dapat diperoleh dari kumpulan cerita rakyat tersebut adalah teks cerita rakyat itu
sendiri. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan Teknik analisis data dan
studi pustaka. Teknik analisis dokumen dapat digunakan untuk memperoleh data tentang cerita
rakyat yang diteliti.
Nilai-nilai budaya ini menunjukkan kekayaan dan kearifan budaya Batak yang
menghargai kebersamaan, harga diri, keberanian, dan hubungan yang harmonis dengan alam.
Cerita rakyat Danau Toba dan Pulau Samosir menjadi salah satu cara untuk meneruskan dan
memperkuat nilai-nilai budaya ini dari generasi ke generasi.
Melalui cerita ini, nilai-nilai budaya yang terkandung dapat mengajarkan pentingnya
penghormatan, kehormatan, kerja keras, pengampunan, serta solidaritas dalam kehidupan sehari-
hari.
4.1.4 Sultan Domas dan Tongkat Sakti
Cerita rakyat "Sultan Domas dan Tongkat Sakti" adalah sebuah cerita yang bisa
menggambarkan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam budaya Indonesia. Berikut ini adalah
beberapa nilai budaya yang dapat ditemukan dalam cerita tersebut, beserta buktinya:
1. Keberanian:
Nilai keberanian tercermin dalam karakter Sultan Domas yang tidak takut menghadapi
berbagai macam tantangan dan bahaya dalam perjalanannya untuk mendapatkan tongkat sakti.
Contohnya, saat Sultan Domas harus melawan monster raksasa yang sangat kuat.
2. Kepemimpinan:
Sultan Domas merupakan sosok pemimpin yang bijaksana dan adil. Dia diperlihatkan
sebagai seorang pemimpin yang peduli pada rakyatnya dan memutuskan berbagai masalah
dengan bijak. Hal ini terlihat ketika Sultan Domas mengambil keputusan yang berpihak kepada
rakyatnya dan mengatasi konflik dengan cara yang damai.
3. Kerja Sama:
Dalam cerita ini, kerja sama menjadi nilai budaya yang penting. Sultan Domas tidak bisa
mengatasi semua rintangan sendirian, dan dia harus bergantung pada bantuan dari orang-orang
di sekitarnya. Contohnya, saat Sultan Domas dibantu oleh sekumpulan pahlawan dan
sahabatnya untuk menghadapi musuh yang kuat.
4. Kejujuran:
Kejujuran juga muncul dalam cerita ini. Sultan Domas selalu berusaha untuk jujur dan
menghormati kata-katanya. Contohnya, saat dia dihadapkan pada godaan untuk menggunakan
tongkat sakti dengan cara yang salah, Sultan Domas tetap teguh pada prinsipnya dan tidak
melanggar aturan.
5. Nilai-Nilai Kebijaksanaan:
Cerita ini juga mengajarkan nilai-nilai kebijaksanaan dalam menghadapi berbagai situasi.
Sultan Domas selalu mencari solusi yang bijaksana dan tidak terburu-buru dalam mengambil
keputusan. Dia juga mempertimbangkan nasihat dari orang-orang terpercaya sebelum
mengambil tindakan.
4.2 Nilai-Nilai Budaya Dalam Cerita Rakyat Dipengaruhi Oleh Konteks Sosial,
Budaya Pada Masa Lalu Dan Sekarang
4.2.1 Danau Toba dan Pulau Samosir
Nilai-nilai budaya dalam cerita rakyat Danau Toba dan Pulau Samosir memang
dipengaruhi oleh konteks sosial, budaya pada masa lalu, dan juga kondisi saat ini. Mari kita bahas
lebih lanjut.
1. Konteks Sosial:
Cerita rakyat Danau Toba dan Pulau Samosir muncul dan berkembang dalam masyarakat
Batak Toba di Sumatera Utara, Indonesia. Konteks sosial masyarakat ini mempengaruhi nilai-
nilai budaya yang tercermin dalam cerita rakyat. Masyarakat Batak Toba memiliki struktur sosial
yang kuat dengan aturan dan tata nilai yang dihormati. Nilai-nilai seperti kebersamaan, gotong-
royong, dan kehormatan terhadap leluhur sangat penting dalam masyarakat ini. Cerita rakyat
menggambarkan nilai-nilai ini dalam bentuk naratif yang mempengaruhi cara hidup dan interaksi
sosial masyarakat.
2. Budaya pada Masa Lalu:
Cerita rakyat Danau Toba dan Pulau Samosir berkembang dalam waktu yang lama dan
terbentuk oleh pengalaman dan tradisi masyarakat Batak Toba pada masa lalu. Nilai-nilai seperti
keberanian, ketahanan, kejujuran, dan kesetiaan seringkali muncul dalam cerita rakyat ini. Masa
lalu yang penuh dengan perjuangan, peperangan, dan tantangan hidup telah membentuk
pemikiran dan sikap yang tercermin dalam cerita rakyat ini.
3. Budaya pada Sekarang:
Meskipun cerita rakyat ini muncul dari masa lalu, nilai-nilai budaya dalam cerita tersebut
tetap relevan dalam konteks budaya saat ini. Meskipun masyarakat Batak Toba telah mengalami
perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi, mereka masih menghormati nilai-nilai yang
terkandung dalam cerita rakyat ini. Nilai-nilai seperti saling menghormati, mempertahankan
persatuan, dan menjunjung tinggi tradisi masih menjadi bagian penting dalam kehidupan
masyarakat saat ini.
Dalam keseluruhan, nilai-nilai budaya dalam cerita rakyat Danau Toba dan Pulau
Samosir dipengaruhi oleh konteks sosial, budaya pada masa lalu, dan kondisi saat ini. Cerita
rakyat ini memainkan peran penting dalam mempertahankan identitas budaya masyarakat Batak
Toba dan memperkuat ikatan sosial dalam komunitas mereka.
4.2.2 Anak Raja dan Batu Amparan Gading
Nilai-nilai budaya dalam cerita rakyat "Anak Raja dan Batu Amparan Gading"
dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya pada masa lalu dan sekarang. Cerita rakyat sering
kali mencerminkan nilai-nilai dan kepercayaan masyarakat di mana cerita tersebut berasal.
Berikut adalah beberapa contoh nilai budaya yang mungkin dipengaruhi oleh konteks sosial dan
budaya pada masa lalu dan sekarang dalam cerita "Anak Raja dan Batu Amparan Gading":
1. Kehormatan dan kepatuhan terhadap otoritas: Dalam banyak cerita rakyat, termasuk "Anak
Raja dan Batu Amparan Gading," nilai-nilai kehormatan dan kepatuhan terhadap otoritas sering
ditekankan. Di masa lalu, masyarakat seringkali sangat memegang teguh hierarki sosial dan raja
sebagai pemimpin tertinggi. Nilai ini dapat dipahami sebagai refleksi dari struktur sosial dan
politik pada masa lalu.
2. Kebijaksanaan dan keadilan: Nilai-nilai kebijaksanaan dan keadilan sering kali menjadi tema
dalam cerita rakyat. Dalam "Anak Raja dan Batu Amparan Gading," kita mungkin menemukan
betapa pentingnya kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan yang adil. Konteks sosial dan
budaya pada masa lalu dan sekarang dapat mempengaruhi cara kita memahami dan mengartikan
kebijaksanaan dan keadilan.
3. Kesetiaan dan persahabatan: Nilai-nilai kesetiaan dan persahabatan sering kali terwakili
dalam cerita rakyat. Dalam "Anak Raja dan Batu Amparan Gading," kesetiaan tokoh-tokoh
cerita terhadap satu sama lain dan raja mereka mungkin menjadi aspek yang penting. Nilai-nilai
ini juga dapat dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya di mana cerita tersebut berasal, serta
nilai-nilai yang masih relevan dalam masyarakat saat ini.
4. Perjuangan dan ketabahan: Cerita rakyat sering kali menekankan nilai-nilai perjuangan dan
ketabahan dalam menghadapi tantangan. Dalam "Anak Raja dan Batu Amparan Gading," tokoh-
tokoh cerita mungkin menghadapi rintangan dan harus menunjukkan ketabahan dan keberanian
untuk mengatasi masalah mereka. Konteks sosial dan budaya masa lalu dan sekarang dapat
memengaruhi cara kita memahami dan mengartikan nilai-nilai ini.
Penting untuk dicatat bahwa nilai-nilai budaya dalam cerita rakyat dapat berubah seiring
waktu, karena masyarakat dan budaya juga berubah. Nilai-nilai yang dipahami dan ditekankan
dalam cerita rakyat pada masa lalu mungkin memiliki interpretasi yang berbeda di masa sekarang,
tergantung pada perubahan konteks sosial dan budaya.
Adapun pengaruh konteks sosial dan budaya pada masa lalu dan sekarang dapat
memberikan perbedaan dalam interpretasi dan pemahaman terhadap nilai-nilai budaya dalam
cerita rakyat ini. Pada masa lalu, norma-norma sosial yang lebih kaku dan otoriter mungkin
memainkan peran yang lebih besar dalam pemahaman dan penekanan nilai-nilai seperti
penghormatan kepada orang tua. Sementara itu, pada masa sekarang, mungkin terjadi pergeseran
dalam cara pandang yang lebih individualistik dan fleksibel terhadap nilai-nilai tersebut.
Konteks sosial dan budaya saat ini juga dapat mencerminkan perubahan dan perkembangan
nilai-nilai yang dianggap penting dalam masyarakat.
DAFTAR RUJUKAN
Ombak. Indrawati, E. (2016). Analisis Isi dalam Penelitian Bahasa dan Sastra:
Sebuah Pengantar. Jakarta: Prenada Media.
Ramadhanty, E., Effendi, D., & Hetilaniar, H. (2022). Antropologi Sastra Dalam
Kumpulan Cerita Rakyat Ogan Komering Ilir. Jurnal Pembahsi (Pembelajaran
Bahasa Dan Sastra Indonesia), 12(1), 26-38.
Ratna, N. K. (2011). Teori Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Siregar, H.M. (2013). Antropologi Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.