Anda di halaman 1dari 12

ANTROPOLOGI SASTRA DALAM KUMPULAN CERITA RAKYAT

INDONESIA KARYA SUPRIYANTI

Aulia Sri Handayani Aritonang


aulia.22077@mhs.unesa.ac.id

ABSTRAK
Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang nilai-nilai budaya yang
terkandung dalam Kumpulan Cerita Rakyat Indonesia karya Supriyanti. Dengan
menggunakan pendekatan Antropologi Sastra merupakan suatu pendekatan yang
memadukan antropologi dan sastra dalam satu kajian. Metode yang digunakan adalah
metode deskriptif kualitatif yang membicarakan beberapa kemungkinan untuk
memecahkan masalah yang actual dengan cara mengumpulkan data, menyusun data,
mengklasifikasinya, menganalisisnya dan menginterpretasikannya. Sumber data yang
digunakan adalah kumpulan cerita rakyat Indonesia yang dikarang oleh Supriyanti,
artikel, dan jurnal yang berikatan dengan penelitian ini. Data penelitian yang dapat
diperoleh dari kumpulan cerita rakyat tersebut adalah teks cerita rakyat itu sendiri.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan Teknik analisis data dan
studi pustaka. Adapun Hasil penelitian yang ditemukan adalah 1) Nilai-nilai budaya
yang terkandung dalam kumpulan cerita pendek rakyat Indonesia karya Supriyanti, dan
2) Nilai-nilai budaya dalam cerita pendek rakyat yang dipengaruhi oleh konteks sosial
dan budaya pada masa lalu dan sekarang.

Kata Kunci: Antropologi Sastra, Budaya, Cerita Pendek.

1. PENDAHULUAN
Sadewa (2010) mengatakan bahwa sebuah karya sastra bisa dibahas dan diteliti
melalui berbagai pendekatan yang berkaitan dengan kehidupan manusia dan masyarakat.
Budaya yang terdapat pada aktivitas manusia dan masyarakat ini bisa dijadikan sebagai
salah satu karya sastra, yaitu cerita rakyat. Cerita rakyat merupakan hasil kreatif dari
seorang penulis yang isi ceritanya mengandung tentang cermin kehidupan masyarakat, juga
mengandung identitas suatu daerah tentang budaya, dan symbol perilaku masyarakat. Cerita
rakyat merupakan sebuah bagian penting dari warisan budaya Indonesia. Melalui cerita
rakyat, masyarakat Indonesia dapat memperoleh pemahaman tentang nilai-nilai budaya,
sejarah, serta kearifan lokal yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa.
Cerita rakyat ini juga merupakan kekayaan budaya bangsa, sehingga sangat diperlukan
untuk mempelajarinya lebih dalam tentang kebudayaannya. Dengan mempelajari ini dapat
memberikan informasi tentang nilai kebudayaan yang ada pada ceriat rakyat tersebut
kepada masyarakat. Ilmu yang mempelajari hubungan antara budaya dan manusia, yaitu
ilmu antropologi sastra.

Antropologi sastra (Anthropos) adalah sebuah cabang ilmu sastra yang membahas
tentang karya sastra dengan relevansi manusia. Antropologi ini terbagi menjadi dua bagian,
yaitu antropologi fisik dan antropologi kultural. Antropologi yang berkaitan dengan
antropologi sastra adalah antropologi kultural dengan karya-karya yang dihasilkan manusia,
seperti bahasa, religi, mitos, sejarah, hukum, adat istiadat, dan karya seni, khususnya karya
sastra (Ratna, 2017). Antropologi sastra sendiri berhubungan dengan tradisi, adat istiadat,
mitos, dan peristiwa-peristiwa kebudayaan pada umumnya di masa lampau. Ciri-ciri
antropologis karya sastra dapat ditelusuri melalui keseluruhan aktivitas tersebut, baik yang
terjadi pada masa yang sudah lewat maupun sekarang bahkan juga pada masa yang akan
datang (Ratna, 2011). Antropologi memiliki unsur budaya yang berkaitan dengan manusia,
dan semua itu dipadukan dengan keindahan sastra yang melengkapi kajian ini. Tidak hanya
itu, adanya perbedaan budaya akibat perbedaan etnis juga menambah keindahan budaya
tanah air ini, oleh karena itu penelitian antropologi menjadi pilihan para peneliti.
Adapun penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Eva Ramadhanty (2022) dengan judul “Antropologi Sastra Dalam
Kumpulan Cerita Rakyat Ogan Komering Ilir”. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan
penelitian yang akan dilakukan terdapat pada objek penelitiannya. Pada penelitian
sebelumnya menggunakan karya sastra berupa Kumpulan Cerita Rakyat Ogan Komering
Ilir, sedangkan pada penelitian ini akan menggunakan karya sastra berupa Kumpulan
Cerita Rakyat Indonesia karya Supriyanti. Adapun kesamaannya dengan penelitian yang
akan peneliti lakukan adalah sama-sama menggunakan kajian Antopologi Sastra dengan
menggunakan teori koentjaraningrat. Penelitian terdahulu yang kedua adalah penelitian
yang dilakukan oleh Popy Maharani dengan judul “Kajian Antropologi Sastra Dalam
Kumpulan Cerita Rakyat Sumatera Selatan “Sembesat semebesit””. Perbedaan penelitian
sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat pada objek penelitiannya.
Pada penelitian sebelumnya menggunakan karya sastra berupa kumpulan cerita rakyat
Sumatera Selatan “Sembasat Sembesit”, sedangkan pada penelitian ini akan
menggunakan karya sastra berupa Kumpulan Cerita Rakyat Indonesia karya Supriyanti.
Adapun kesamaannya dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sama-sama
menggunakan kajian Antopologi Sastra.

2. LANDASAN TEORI
Koentjaraningrat merupakan seorang antropolog terkemuka dari Indonesia yang
mempunyai kontribusi besar dalam pengembangan disiplin ilmu antropologi di
Indonesia. Salah satu landasan teori antropologi sastra yang dapat digunakan dalam
penelitian berjudul "Antropologi Sastra dalam Kumpulan Cerita Rakyat Indonesia karya
Supriyanti" adalah konsep kebudayaan.
Menurut Koentjaraningrat (1985), kebudayaan merupakan suatu sistem nilai dan
norma yang dimiliki oleh suatu masyarakat dan diteruskan secara turun-temurun.
Konsep ini dapat digunakan untuk memahami cerita rakyat Indonesia yang dikarang oleh
Supriyanti, karena cerita rakyat merupakan salah satu bentuk warisan kebudayaan yang
diwariskan dari generasi ke generasi. Selain itu, Koentjaraningrat juga memandang
kebudayaan sebagai sesuatu yang dinamis dan terus berubah seiring waktu. Konsep ini
dapat membantu peneliti untuk memahami perubahan dan pengaruh budaya yang ada
dalam cerita rakyat Indonesia yang dikarang oleh Supriyanti. Dengan menggunakan
landasan teori ini, peneliti dapat memahami bagaimana karya sastra mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh budaya, serta bagaimana perubahan budaya dapat tercermin dalam
cerita rakyat Indonesia yang dikarang oleh Supriyanti.

3. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Metode ini merupakan metode yang membicarakan beberapa kemungkinan untuk
memecahkan masalah yang actual dengan cara mengumpulkan data, menyusun data,
mengklasifikasinya, menganalisisnya dan menginterpretasikannya. Dengan demikian yang
dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang menyelidiki kondisi atau hal yang
telah dijelaskan, lalu hasilnya dipaparkan dalam sebuah bentuk laporan penelitian (Siswantoro,
2010). Sumber data yang digunakan adalah kumpulan cerita rakyat Indonesia yang
dikarang oleh Supriyanti, artikel, dan jurnal yang berikatan dengan penelitian ini. Data
penelitian yang dapat diperoleh dari kumpulan cerita rakyat tersebut adalah teks cerita rakyat itu
sendiri. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan Teknik analisis data dan
studi pustaka. Teknik analisis dokumen dapat digunakan untuk memperoleh data tentang cerita
rakyat yang diteliti.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Nilai-Nilai Budaya Yang Terkandung Dalam Kumpulan Cerita Rakyat Indonesia
Karya Supriyanti
4.1.1 Danau Toba dan Pulau Samosir
Cerita rakyat Danau Toba dan Pulau Samosir merupakan cerita yang berasal dari
budaya Batak di Indonesia. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam cerita ini meliputi:
1. Kebersamaan dan solidaritas: Dalam cerita rakyat Danau Toba dan Pulau Samosir,
terdapat nilai kebersamaan yang sangat kuat. Ketika Toba adalah seorang raja yang
besar dan kuat, dia memutuskan untuk memperluas kerajaannya dengan membentuk
pulau di tengah Danau Toba, yang kemudian menjadi Pulau Samosir. Tindakan ini
menunjukkan keinginan Toba untuk memperkuat solidaritas dan persatuan antara
masyarakatnya.
Bukti dari cerita ini adalah bahwa penduduk Pulau Samosir dianggap
sebagai "anak-anak" Danau Toba, menunjukkan ikatan keluarga yang erat. Selain
itu, penduduk di sekitar Danau Toba, baik di daratan maupun di pulau, sering kali
hidup dalam komunitas yang saling bergantung satu sama lain dan memiliki tradisi
gotong royong dalam kegiatan sehari-hari.
2. Harga diri dan keberanian: Dalam cerita rakyat ini, terdapat tokoh-tokoh pahlawan
yang memiliki harga diri yang tinggi dan keberanian dalam menghadapi tantangan.
Salah satu contohnya adalah tokoh Si Raja Batak, yang terlibat dalam pertarungan
melawan Toba untuk melindungi pulau dari serangan.
Bukti dari cerita ini adalah ketika Si Raja Batak menyelamatkan seorang
gadis dari serangan Toba. Dia menunjukkan keberanian dan keberanian untuk
melawan raja yang kuat demi melindungi dan mempertahankan kehormatan dan
harga dirinya sendiri serta masyarakatnya.
3. Kekuatan dan kebijaksanaan alam: Dalam cerita rakyat Danau Toba dan Pulau
Samosir, alam dan lingkungan memiliki peran penting. Danau Toba sendiri
dianggap sebagai tempat suci dan memiliki kekuatan magis yang besar. Alam
digambarkan sebagai entitas yang kuat dan bijaksana, serta memerintah kehidupan
manusia.
Bukti dari cerita ini adalah ketika Toba merasa terancam oleh kedatangan Si
Raja Batak, dia menggunakan kekuatan alam untuk melawan Si Raja Batak.
Misalnya, dia mengeluarkan gunung berapi yang mengeluarkan api dan asap untuk
menghadang Si Raja Batak. Hal ini menunjukkan kepercayaan masyarakat Batak
terhadap kekuatan dan kebijaksanaan alam serta ketergantungan mereka pada alam
sekitar mereka.

Nilai-nilai budaya ini menunjukkan kekayaan dan kearifan budaya Batak yang
menghargai kebersamaan, harga diri, keberanian, dan hubungan yang harmonis dengan alam.
Cerita rakyat Danau Toba dan Pulau Samosir menjadi salah satu cara untuk meneruskan dan
memperkuat nilai-nilai budaya ini dari generasi ke generasi.

4.1.2 Anak Raja dan Batu Amparan Gading


Dalam cerita rakyat "Anak Raja dan Batu Amparan Gading" terdapat beberapa nilai
budaya yang tercermin. Berikut adalah beberapa nilai budaya yang dapat ditemukan dalam
cerita tersebut:
1. Nilai Kesabaran: Dalam cerita tersebut, Anak Raja harus menempuh perjalanan yang
panjang dan berbahaya untuk mencari Batu Amparan Gading yang dapat menyembuhkan
ibunya. Meskipun menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan, Anak Raja tetap bersabar
dan tidak putus asa. Hal ini menunjukkan pentingnya kesabaran dalam menghadapi
tantangan hidup.
Bukti dalam cerita: Anak Raja tidak menyerah ketika menghadapi berbagai
rintangan seperti sungai yang dalam, buaya yang ganas, dan serigala yang
menakutkan. Dia tetap melanjutkan perjalanan dengan tekad yang kuat.
2. Nilai Kepedulian Keluarga: Cerita ini menunjukkan nilai pentingnya kepedulian dan kasih
sayang terhadap anggota keluarga. Anak Raja melakukan perjalanan jauh hanya untuk
mencari obat untuk menyembuhkan ibunya yang sakit parah. Hal ini menggambarkan rasa
tanggung jawab dan kasih sayang yang tinggi terhadap keluarga.
Bukti dalam cerita: Anak Raja meninggalkan kerajaannya dan melakukan perjalanan
yang melelahkan demi mencari Batu Amparan Gading yang dapat menyembuhkan ibunya.
Meskipun dalam bahaya dan kesulitan, ia tidak pernah melupakan tujuan utamanya, yaitu
menyelamatkan ibunya.
3. Nilai Keberanian: Anak Raja dituntut untuk menjadi pribadi yang berani dalam
menghadapi berbagai rintangan yang ditemuinya. Keberanian ini sangat penting
dalam mencapai tujuan dan mengatasi hambatan dalam hidup.
Bukti dalam cerita: Anak Raja menghadapi bahaya dan ketakutan dengan kepala
dingin dan berani. Ia berhadapan dengan buaya yang ganas, serigala yang menakutkan,
dan rintangan lainnya tanpa menunjukkan ketakutan yang berlebihan
4.1.3 Si Umbut Anak Durhaka
Cerita rakyat "Si Umbut Muda Anak Durhaka" mengandung beberapa nilai budaya yang
dapat ditemukan melalui berbagai peristiwa dan karakter dalam cerita tersebut. Berikut adalah
beberapa nilai budaya yang terkandung dalam cerita beserta bukti-buktinya:
1. Nilai Penghormatan Terhadap Orang Tua:
Dalam cerita ini, Si Umbut Muda menunjukkan sikap yang tidak menghormati orang
tuanya dengan tidak memenuhi permintaan dan nasihat mereka. Ini merupakan pelanggaran
terhadap nilai budaya yang menghargai peran orang tua dalam keluarga.
Bukti dari nilai ini dapat dilihat ketika Si Umbut Muda menolak untuk menjalankan tugas
yang diberikan oleh ibunya.
2. Nilai Kehormatan dan Kesetiaan:
Cerita ini menyoroti pentingnya kehormatan dan kesetiaan dalam hubungan sosial.
Ketika Si Umbut Muda akhirnya menyadari kesalahan dan kekurangannya, ia berusaha untuk
memperbaiki perilakunya dan membuktikan kehormatan dan kesetiaannya terhadap orang
tuanya.
Bukti dari nilai ini terlihat ketika Si Umbut Muda kembali ke rumah setelah melihat
betapa sulitnya hidup di luar sana dan meminta maaf kepada orang tuanya.
3. Nilai Kerja Keras dan Ketekunan:
Cerita ini mengajarkan pentingnya kerja keras dan ketekunan dalam mencapai tujuan.n
Meskipun awalnya Si Umbut Muda malas dan enggan bekerja, ia akhirnya menyadari
pentingnya kerja keras dan ketekunan dalam menjalani kehidupan.
Bukti dari nilai ini terlihat ketika Si Umbut Muda bekerja keras untuk mendapatkan hasil
dari usahanya dan membuktikan dirinya sebagai anak yang berubah..
4. Nilai Pengampunan dan Kebaikan Hati:
Cerita ini mengandung pesan tentang pentingnya pengampunan dan kebaikan hati.
Meskipun Si Umbut Muda telah melakukan kesalahan dan tidak menghormati orang
tuanya, ia diberi kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri.
Bukti dari nilai ini dapat dilihat ketika orang tua Si Umbut Muda menerima permintaan
maafnya dengan tulus dan memberikan pengampunan.
5. Nilai Keluarga dan Solidaritas:
Cerita ini menekankan pentingnya keluarga dan solidaritas dalam menghadapi
kesulitan. Ketika Si Umbut Muda berjuang di luar rumah, ia menyadari betapa pentingnya
dukungan dan persatuan keluarga.
Bukti dari nilai ini terlihat ketika Si Umbut Muda menyadari bahwa hidup di luar
rumah sulit tanpa dukungan dan kasih sayang keluarga.

Melalui cerita ini, nilai-nilai budaya yang terkandung dapat mengajarkan pentingnya
penghormatan, kehormatan, kerja keras, pengampunan, serta solidaritas dalam kehidupan sehari-
hari.
4.1.4 Sultan Domas dan Tongkat Sakti
Cerita rakyat "Sultan Domas dan Tongkat Sakti" adalah sebuah cerita yang bisa
menggambarkan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam budaya Indonesia. Berikut ini adalah
beberapa nilai budaya yang dapat ditemukan dalam cerita tersebut, beserta buktinya:

1. Keberanian:
Nilai keberanian tercermin dalam karakter Sultan Domas yang tidak takut menghadapi
berbagai macam tantangan dan bahaya dalam perjalanannya untuk mendapatkan tongkat sakti.
Contohnya, saat Sultan Domas harus melawan monster raksasa yang sangat kuat.
2. Kepemimpinan:
Sultan Domas merupakan sosok pemimpin yang bijaksana dan adil. Dia diperlihatkan
sebagai seorang pemimpin yang peduli pada rakyatnya dan memutuskan berbagai masalah
dengan bijak. Hal ini terlihat ketika Sultan Domas mengambil keputusan yang berpihak kepada
rakyatnya dan mengatasi konflik dengan cara yang damai.
3. Kerja Sama:
Dalam cerita ini, kerja sama menjadi nilai budaya yang penting. Sultan Domas tidak bisa
mengatasi semua rintangan sendirian, dan dia harus bergantung pada bantuan dari orang-orang
di sekitarnya. Contohnya, saat Sultan Domas dibantu oleh sekumpulan pahlawan dan
sahabatnya untuk menghadapi musuh yang kuat.
4. Kejujuran:
Kejujuran juga muncul dalam cerita ini. Sultan Domas selalu berusaha untuk jujur dan
menghormati kata-katanya. Contohnya, saat dia dihadapkan pada godaan untuk menggunakan
tongkat sakti dengan cara yang salah, Sultan Domas tetap teguh pada prinsipnya dan tidak
melanggar aturan.
5. Nilai-Nilai Kebijaksanaan:
Cerita ini juga mengajarkan nilai-nilai kebijaksanaan dalam menghadapi berbagai situasi.
Sultan Domas selalu mencari solusi yang bijaksana dan tidak terburu-buru dalam mengambil
keputusan. Dia juga mempertimbangkan nasihat dari orang-orang terpercaya sebelum
mengambil tindakan.
4.2 Nilai-Nilai Budaya Dalam Cerita Rakyat Dipengaruhi Oleh Konteks Sosial,
Budaya Pada Masa Lalu Dan Sekarang
4.2.1 Danau Toba dan Pulau Samosir
Nilai-nilai budaya dalam cerita rakyat Danau Toba dan Pulau Samosir memang
dipengaruhi oleh konteks sosial, budaya pada masa lalu, dan juga kondisi saat ini. Mari kita bahas
lebih lanjut.
1. Konteks Sosial:
Cerita rakyat Danau Toba dan Pulau Samosir muncul dan berkembang dalam masyarakat
Batak Toba di Sumatera Utara, Indonesia. Konteks sosial masyarakat ini mempengaruhi nilai-
nilai budaya yang tercermin dalam cerita rakyat. Masyarakat Batak Toba memiliki struktur sosial
yang kuat dengan aturan dan tata nilai yang dihormati. Nilai-nilai seperti kebersamaan, gotong-
royong, dan kehormatan terhadap leluhur sangat penting dalam masyarakat ini. Cerita rakyat
menggambarkan nilai-nilai ini dalam bentuk naratif yang mempengaruhi cara hidup dan interaksi
sosial masyarakat.
2. Budaya pada Masa Lalu:
Cerita rakyat Danau Toba dan Pulau Samosir berkembang dalam waktu yang lama dan
terbentuk oleh pengalaman dan tradisi masyarakat Batak Toba pada masa lalu. Nilai-nilai seperti
keberanian, ketahanan, kejujuran, dan kesetiaan seringkali muncul dalam cerita rakyat ini. Masa
lalu yang penuh dengan perjuangan, peperangan, dan tantangan hidup telah membentuk
pemikiran dan sikap yang tercermin dalam cerita rakyat ini.
3. Budaya pada Sekarang:
Meskipun cerita rakyat ini muncul dari masa lalu, nilai-nilai budaya dalam cerita tersebut
tetap relevan dalam konteks budaya saat ini. Meskipun masyarakat Batak Toba telah mengalami
perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi, mereka masih menghormati nilai-nilai yang
terkandung dalam cerita rakyat ini. Nilai-nilai seperti saling menghormati, mempertahankan
persatuan, dan menjunjung tinggi tradisi masih menjadi bagian penting dalam kehidupan
masyarakat saat ini.
Dalam keseluruhan, nilai-nilai budaya dalam cerita rakyat Danau Toba dan Pulau
Samosir dipengaruhi oleh konteks sosial, budaya pada masa lalu, dan kondisi saat ini. Cerita
rakyat ini memainkan peran penting dalam mempertahankan identitas budaya masyarakat Batak
Toba dan memperkuat ikatan sosial dalam komunitas mereka.
4.2.2 Anak Raja dan Batu Amparan Gading
Nilai-nilai budaya dalam cerita rakyat "Anak Raja dan Batu Amparan Gading"
dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya pada masa lalu dan sekarang. Cerita rakyat sering
kali mencerminkan nilai-nilai dan kepercayaan masyarakat di mana cerita tersebut berasal.
Berikut adalah beberapa contoh nilai budaya yang mungkin dipengaruhi oleh konteks sosial dan
budaya pada masa lalu dan sekarang dalam cerita "Anak Raja dan Batu Amparan Gading":

1. Kehormatan dan kepatuhan terhadap otoritas: Dalam banyak cerita rakyat, termasuk "Anak
Raja dan Batu Amparan Gading," nilai-nilai kehormatan dan kepatuhan terhadap otoritas sering
ditekankan. Di masa lalu, masyarakat seringkali sangat memegang teguh hierarki sosial dan raja
sebagai pemimpin tertinggi. Nilai ini dapat dipahami sebagai refleksi dari struktur sosial dan
politik pada masa lalu.
2. Kebijaksanaan dan keadilan: Nilai-nilai kebijaksanaan dan keadilan sering kali menjadi tema
dalam cerita rakyat. Dalam "Anak Raja dan Batu Amparan Gading," kita mungkin menemukan
betapa pentingnya kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan yang adil. Konteks sosial dan
budaya pada masa lalu dan sekarang dapat mempengaruhi cara kita memahami dan mengartikan
kebijaksanaan dan keadilan.
3. Kesetiaan dan persahabatan: Nilai-nilai kesetiaan dan persahabatan sering kali terwakili
dalam cerita rakyat. Dalam "Anak Raja dan Batu Amparan Gading," kesetiaan tokoh-tokoh
cerita terhadap satu sama lain dan raja mereka mungkin menjadi aspek yang penting. Nilai-nilai
ini juga dapat dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya di mana cerita tersebut berasal, serta
nilai-nilai yang masih relevan dalam masyarakat saat ini.
4. Perjuangan dan ketabahan: Cerita rakyat sering kali menekankan nilai-nilai perjuangan dan
ketabahan dalam menghadapi tantangan. Dalam "Anak Raja dan Batu Amparan Gading," tokoh-
tokoh cerita mungkin menghadapi rintangan dan harus menunjukkan ketabahan dan keberanian
untuk mengatasi masalah mereka. Konteks sosial dan budaya masa lalu dan sekarang dapat
memengaruhi cara kita memahami dan mengartikan nilai-nilai ini.

Penting untuk dicatat bahwa nilai-nilai budaya dalam cerita rakyat dapat berubah seiring
waktu, karena masyarakat dan budaya juga berubah. Nilai-nilai yang dipahami dan ditekankan
dalam cerita rakyat pada masa lalu mungkin memiliki interpretasi yang berbeda di masa sekarang,
tergantung pada perubahan konteks sosial dan budaya.

4.2.3 Si Umbut Muda Anak Durhaka


Cerita rakyat "Si Umbut Muda Anak Durhaka" mengandung nilai-nilai budaya yang
dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya pada masa lalu serta saat ini. Berikut ini beberapa
nilai budaya yang dapat ditemukan dalam cerita ini dan bagaimana pengaruh konteks sosial dan
budaya pada masa lalu dan sekarang:

1. Penghormatan kepada orang tua:


Salah satu nilai yang jelas terlihat dalam cerita ini adalah pentingnya menghormati dan
mematuhi orang tua. Si Umbut Muda dalam cerita ini dihukum karena durhaka kepada ibunya.
Nilai ini tercermin dari norma-norma sosial yang kuat pada masa lalu di mana anak-anak
diharapkan untuk tunduk kepada otoritas orang tua mereka. Meskipun konteks sosial dan budaya
saat ini mungkin lebih cenderung pada pemikiran yang lebih individualistik, penghormatan
kepada orang tua masih dianggap penting dalam banyak budaya.
2. Keadilan dan karma:
Cerita ini juga menekankan pentingnya keadilan dan hukuman yang setimpal. Si Umbut
Muda menerima hukuman yang sesuai dengan perbuatannya yang durhaka. Nilai ini tercermin
dari keyakinan bahwa perbuatan buruk akan mendapatkan akibat yang pantas, baik dalam
konteks sosial dan budaya pada masa lalu maupun saat ini.
3. Pertumbuhan pribadi dan pembelajaran:
Cerita ini menggambarkan perjalanan karakter Si Umbut Muda dari seorang anak yang
durhaka menjadi anak yang menyadari kesalahannya. Nilai ini menunjukkan pentingnya
pertumbuhan pribadi, pembelajaran, dan perubahan sikap dalam hidup. Konteks sosial dan
budaya masa lalu mungkin lebih fokus pada pemahaman dan penerimaan norma-norma sosial,
sementara dalam konteks saat ini, pengembangan pribadi dan kemampuan untuk belajar dan
berubah dianggap penting.
4. Keseimbangan antara kebaikan dan kejahatan:
Cerita ini menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan antara kebaikan dan kejahatan
dalam hidup. Karakter Si Umbut Muda mewakili sisi kejahatan dan ia menerima hukuman yang
setimpal. Nilai ini mencerminkan kepercayaan bahwa dunia ini harus seimbang antara kebaikan
dan kejahatan. Pengaruh konteks sosial dan budaya masa lalu dan saat ini mungkin
mempengaruhi pemahaman dan penekanan pada keseimbangan ini.

Adapun pengaruh konteks sosial dan budaya pada masa lalu dan sekarang dapat
memberikan perbedaan dalam interpretasi dan pemahaman terhadap nilai-nilai budaya dalam
cerita rakyat ini. Pada masa lalu, norma-norma sosial yang lebih kaku dan otoriter mungkin
memainkan peran yang lebih besar dalam pemahaman dan penekanan nilai-nilai seperti
penghormatan kepada orang tua. Sementara itu, pada masa sekarang, mungkin terjadi pergeseran
dalam cara pandang yang lebih individualistik dan fleksibel terhadap nilai-nilai tersebut.
Konteks sosial dan budaya saat ini juga dapat mencerminkan perubahan dan perkembangan
nilai-nilai yang dianggap penting dalam masyarakat.

4.2.4 Sultan Domas dan Tongkat Sakti


Cerita rakyat Sultan Domas dan Tongkat Sakti adalah salah satu cerita rakyat yang
mengandung nilai-nilai budaya. Nilai-nilai budaya yang ada dalam cerita ini dipengaruhi oleh
konteks sosial dan budaya pada masa lalu serta sekarang. Berikut adalah beberapa nilai budaya
yang terdapat dalam cerita rakyat tersebut dan pengaruh konteks sosial dan budaya pada masa
lalu dan sekarang:
1. Keadilan:
Nilai keadilan menjadi salah satu nilai budaya yang tercermin dalam cerita rakyat ini.
Sultan Domas adalah seorang penguasa yang adil dan bijaksana. Ia menggunakan kekuasaannya
untuk memerintah dengan keadilan dan menegakkan hukum. Nilai keadilan ini tercermin dari
pengaruh konteks sosial dan budaya pada masa lalu di mana keadilan menjadi salah satu aspek
penting dalam sistem pemerintahan. Namun, nilai keadilan juga relevan dalam konteks sosial
dan budaya saat ini, di mana keadilan masih dianggap sebagai prinsip yang penting dalam sistem
hukum dan pemerintahan.
2. Ketegasan:
Dalam cerita rakyat ini, Sultan Domas menunjukkan ketegasan dalam menghadapi
masalah dan menegakkan keadilan. Ia menggunakan kekuasaannya dengan sikap tegas untuk
melawan kejahatan dan menjaga ketertiban. Nilai ketegasan ini tercermin dari pengaruh konteks
sosial dan budaya pada masa lalu, di mana kepemimpinan yang tegas dianggap penting dalam
mempertahankan stabilitas masyarakat. Nilai ini juga masih relevan dalam konteks sosial dan
budaya saat ini, di mana kepemimpinan yang tegas dihargai dalam berbagai bidang, termasuk
politik dan organisasi.
3. Keberanian:
Dalam cerita rakyat ini, Sultan Domas menunjukkan keberanian dalam menghadapi
berbagai tantangan dan musuh-musuhnya. Nilai keberanian ini tercermin dari pengaruh konteks
sosial dan budaya pada masa lalu, di mana keberanian dan kepahlawanan dianggap sebagai sifat
yang penting dalam melindungi dan mempertahankan masyarakat. Nilai ini juga masih relevan
dalam konteks sosial dan budaya saat ini, di mana keberanian dan ketangguhan masih dihargai
sebagai sifat yang diinginkan dalam menghadapi tantangan hidup.
4. Loyalitas:
Nilai loyalitas juga tergambar dalam cerita ini, terutama dalam hubungan antara Sultan
Domas dan para pengikutnya. Para pengikutnya setia dan setuju untuk mengikuti sultan dalam
pertempuran dan menghadapi bahaya. Nilai loyalitas ini tercermin dari pengaruh konteks sosial
dan budaya pada masa lalu, di mana loyalitas terhadap pemimpin dan kelompok dianggap
sebagai nilai yang penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan. Nilai ini juga masih relevan
dalam konteks sosial dan budaya saat ini, di mana loyalitas dalam hubungan sosial dan
profesional dihargai dan dijunjung tinggi.
5. Bijaksana:
Sultan Domas digambarkan sebagai pemimpin yang bijaksana dan memiliki
kebijaksanaan dalam mengambil keputusan. Ia mempertimbangkan dengan hati-hati dan
memikirkan konsekuensi dari tindakannya. Nilai kebijaksanaan ini tercermin dari pengaruh
konteks sosial dan budaya pada masa lalu, di mana kebijaksanaan dalam kepemimpinan
dianggap sebagai sifat yang penting untuk mengambil keputusan yang tepat. Nilai ini juga masih
relevan dalam konteks sosial dan budaya saat ini, di mana kebijaksanaan tetap dihargai sebagai
sifat yang penting dalam menghadapi tantangan dan mengambil keputusan yang kompleks.
Dalam kesimpulannya, nilai-nilai budaya dalam cerita rakyat Sultan Domas dan Tongkat
Sakti dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya pada masa lalu serta sekarang. Nilai-nilai
seperti keadilan, ketegasan, keberanian, loyalitas, dan kebijaksanaan tercermin dari pengaruh
budaya yang melingkupi cerita ini. Meskipun konteks sosial dan budaya telah berubah seiring
waktu, banyak nilai-nilai ini masih relevan dan dihargai dalam konteks sosial dan budaya saat ini.
5. KESIMPULAN
Dalam kumpulan cerita rakyat Indonesia karya Supriyanti, terdapat banyak nilai-
nilai budaya yang terkandung. Cerita rakyat merupakan bagian penting dari warisan
budaya suatu bangsa dan berfungsi sebagai media untuk menyampaikan dan
mempertahankan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi. Berdasarkan
analisis, dapat disimpulkan bahwa kumpulan cerita rakyat ini menggambarkan beragam
nilai-nilai budaya Indonesia yang meliputi:

1. Ketulusan dan kejujuran: Banyak cerita rakyat dalam kumpulan ini


menekankan pentingnya sikap tulus dan jujur dalam bertindak. Nilai ini mengajarkan
bahwa kejujuran adalah dasar dari hubungan yang baik dan saling percaya antara
manusia.
2. Keadilan dan keberanian: Banyak cerita rakyat mengisahkan pahlawan yang
melawan kejahatan dan menegakkan keadilan. Nilai-nilai ini mengajarkan pentingnya
memperjuangkan keadilan dengan keberanian, serta pentingnya memiliki sikap adil
dalam segala aspek kehidupan.
3. Kerja keras dan keuletan: Banyak cerita rakyat menggambarkan tokoh-tokoh
yang mencapai kesuksesan melalui kerja keras dan ketekunan mereka. Nilai-nilai ini
mengajarkan pentingnya usaha yang sungguh-sungguh dan ketekunan dalam mencapai
tujuan.
4. Rasa saling tolong-menolong: Banyak cerita rakyat mengajarkan tentang
pentingnya bantuan antarmanusia dan solidaritas dalam menghadapi tantangan dan
kesulitan. Nilai-nilai ini menggambarkan semangat gotong royong dan rasa
kebersamaan yang merupakan bagian penting dari budaya Indonesia.
5. Penghormatan terhadap leluhur dan tradisi: Banyak cerita rakyat mengandung
nilai-nilai tentang penghormatan terhadap leluhur, warisan budaya, dan tradisi. Nilai-
nilai ini mengajarkan pentingnya menjaga dan mempertahankan nilai-nilai yang
diwariskan oleh nenek moyang kita.

Kesimpulannya, kumpulan cerita rakyat Indonesia karya Supriyanti mengandung


beragam nilai-nilai budaya yang menggambarkan aspek-aspek penting dari budaya
Indonesia. Nilai-nilai seperti ketulusan, kejujuran, keadilan, keberanian, kerja keras,
keuletan, rasa saling tolong-menolong, dan penghormatan terhadap leluhur dan tradisi
tercermin dalam cerita-cerita tersebut. Cerita rakyat ini menjadi sarana yang efektif
dalam menyampaikan dan memperkuat nilai-nilai budaya kepada generasi muda, serta
sebagai sumber inspirasi dan pengenalan akan kekayaan budaya Indonesia.

DAFTAR RUJUKAN

Abdullah, T. (2012). Antropologi Sastra: Pendekatan Pengkajian Sastra Berperspektif


Budaya. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Endraswara, S. (2013). Metodologi Penelitian Antropologi Sastra. Yogyakarta: Penerbit

Ombak. Indrawati, E. (2016). Analisis Isi dalam Penelitian Bahasa dan Sastra:
Sebuah Pengantar. Jakarta: Prenada Media.

Koentjaraningrat. (1985). Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta:

Gramedia. Maharani, P., Wardarita, R., & Wardiah, D. (2021). Kajian

Antropologi Sastra Dalam Kumpulan Cerita Rakyat Sumatera Selatan “Sembesat

Sembesit”. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(3), 7563-7574.


Rahyono, F. X. (2009). Kearifan Budaya Dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Ramadhanty, E., Effendi, D., & Hetilaniar, H. (2022). Antropologi Sastra Dalam
Kumpulan Cerita Rakyat Ogan Komering Ilir. Jurnal Pembahsi (Pembelajaran
Bahasa Dan Sastra Indonesia), 12(1), 26-38.

Ratna, N. K. (2011). Teori Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Ratna, N. K. (2017). Antropologi Sastra Peranan Unsur-Unsur Kebudayaan dalam Proses


Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Siregar, H.M. (2013). Antropologi Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai