Anda di halaman 1dari 9

LEGENDA DAM BAGONG DESA NGANTRU TRENGGALEK

JAWA TIMUR: TELAAH KAJIAN FOLKLOR

Arlynda Prisma Mahardini1


Djoko Saryono2
Indra Suherjanto3
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang
E-mail: arlyndapriesma@yahoo.com

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) unsur intrinsik Cerita


Legenda Dam Bagong, (2) fungsi Cerita Legenda Dam Bagong, dan (3) nilai
dari Cerita Legenda Dam Bagong. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Jenis penelitian ini adalah etnografi. Data dalam penelitian ini adalah
teks lisan dan tertulis dari naskah, cerita, informasi, maupun transkrip teks dari
informan mengenai cerita Legenda Dam Bagong. Berdasarkan hasil analisis,
diperoleh tiga temuan, (1) unsur intrinsik Cerita Legenda Dam Bagong, (2)
fungsi Cerita Legenda Dam Bagong, dan (3) nilai dalam Legenda Dam Bagong.
Nilai tersebut terdiri atas nilai moral dan nilai estetis.

Kata kunci: unsur intrinsik legenda, fungsi legenda, nilai legenda

ABSTRACT: This research aims to describe (1) the intrinsic elements of Cerita
Legenda Dam Bagong (The Legend of Dam Bagong) (2) the fuctions of The
Legend of Dam Bagong, and (3) the values of The Legend of Dam Bagong. This
research uses qualitative. This is an ethnographic research. The data of the script
both spoken and written, story, information, and also transcript which comes
from an informan who tells The Legend of Dam Bagong. As the data analysis
shows, there are three findings which are found by the researcher. The first is the
intrinsic element of The Legend of Dam Bagong. Secondly, there are two
functions of this story. Thirdly, the values of The Legend of Dam Bagong.

Keywords: the intrinsic element of legend, the functions of legend, the values of
legend

Karya sastra lisan di nusantara ini sebenarnya sangat banyak, hanya saja
belum diketahui oleh khalayak banyak karena persebarannya yang sangat minim.
Semua itu terjadi mungkin karena belum ada yang meneliti ataupun belum
terdokumentasikan secara rapi. Apabila lebih dicermati dan dipahami, karya sastra
lisan yang berada tidak jauh dari kehidupan masyarakatnya itu mempunyai suatu
manfaat tanpa mereka sadari. Dalam sebuah karya sastra tersimpan sebuah
gagasan yang merupakan ungkapan pemikiran, cita-cita, dan bahkan berupa
renungan manusia pada masa tertentu. Dengan demikian, sebuah karya sastra lisan
dapat dikatakan sebagai warisan kebudayaan dalam masa tertentu.
Sastra lisan merupakan karya sastra yang ada dalam masyarakat, yang
beredar dan diwariskan turun-temurun secara lisan. Dalam hal ini, sastra lisan
merupakan folklor. Menurut Dundes (dalam Danandjaja, 2002:1) bahwa folk
1
Arlynda Prisma Mahardini adalah mahasiswi Universitas Negeri Malang. Artikel ini diangkat
dari Skripsi Sarjana, Program Sarjana. Universitas Negeri Malang. 2013.
2
Djoko Saryono adalah Dosen Fakultas Sastra.
3
Indra Suherjanto adalah Dosen Fakultas Sastra. 1
merupakan suatu masyarakat yang memiliki ciri-ciri yang sama dan budaya yang
sama yang tinggal dalam daerah tertentu, sedangkan lore merupakan sebagian dari
kebudayaan yang disampaikan secara turun-temurun dari mulut ke mulut. Adapun
folklor di Indonesia memiliki beberapa bentuk dan salah satunya yaitu legenda
yang termasuk dalam cerita prosa rakyat.
Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh empunya cerita
sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi (Danandjaja,
2002:66). Masyarakat yakin bahwa legenda-legenda pernah terjadi pada masa-
masa yang lama. Legenda memiliki kandungan nilai-nilai luhur yang bermanfaat
bagi kehidupan masyarakat. Mengingat begitu besar makna legenda bagi
masyarakat pendukungnya, maka perlu diadakan suatu kajian mengenai legenda-
legenda yang masih dikenal dan hidup pada masyarakat tertentu.
Legenda Dam Bagong merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang
sampai sekarang masih hidup dan berkembang di Desa Ngantru, Kecamatan
Trenggalek, Kabupaten Trenggalek. Legenda tersebut merupakan cerita yang
berhubungan dengan suatu tempat. Hal ini terbukti dengan adanya dam
(bendungan) yang berada di Desa Ngantru, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten
Trenggalek. Ceritanya yang belum tersebar luas di kalangan masyarakat
Trengggalek membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam bagaimana
sebenarnya asal-usul Legenda Dam Bagong tersebut. Menurut peneliti, hal ini
sangat perlu karena disamping sebagai wawasan baru bagi masyarakat
Trenggalek, juga berguna bagi pendidik maupun peserta didik yang dapat diambil
dari nilai serta fungsi dari legenda tersebut. Sebagai bagian dari kebudayaan, nilai
yang terkandung dalam Legenda Dam Bagong tersebut yaitu nilai estetis dan nilai
moral yang dapat dijadikan pijakan para pendidik dalam menyisipkan pendidikan
karakter di dalam proses belajar mengajar. Selain itu, fungsi dari Legenda Dam
Bagong ini berkedudukan di tengah-tengah masyarakat penuturnya yang dapat
dijadikan sebagai fungsi religi dan fungsi kependidikan.
Dalam kajian ini, Legenda Dam Bagong adalah sebuah cerita masyarakat
Jawa pada zaman Majapahit. Gambaran perilaku, kehidupan sosial, serta nilai-
nilai yang terdapat dalam cerita legenda tersebut akan memberikan manfaat yang
cukup besar bagi pembacanya. Dalam hal ini, karya sastra berkaitan dengan dulce
dan utile (Wellek dan Warren, 1990:24). Menurutnya, sebuah karya sastra yang
baik adalah karya sastra yang berguna dan menghibur para penikmat karya sastra.
Masyarakat merupakan pembaca karya sastra. Melalui legenda tersebut,
masyarakat diharapkan mampu memperoleh manfaat yang bermuatan nilai-nilai
dan fungsi-fungsi yang berasal dari budaya mereka sendiri.
Selain mengetahui ceritanya, dalam legenda tersebut terkandung nilai-nilai
dan fungsi-fungsi yang dapat digali melalui legenda tersebut yaitu nilai moral dan
nilai estetis. Bertens (2004:139) menyebutkan bahwa nilai selalu mempunyai
konotasi positif. Dalam artian bahwa nilai merupakan sesuatu yang menarik bagi
kita, sesuatu yang kita cari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan

2
diinginkan. Estetika disebut dengan istilah keindahan (Ratna, 2007:2). Adapun
untuk fungsi yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu fungsi dari legenda
tersebut. Selain itu, sebuah artefak juga mempunyai struktur menurut fungsinya,
baru kemudian mendapat tambahan hiasan sesuai waktu dan bahan yang ada dan
sesuai selera pembuatnya.
Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan analisis legenda
memang sudah pernah ada. Penelitian yang sudah pernah ada tersebut pernah
dilakukan oleh: (1) Hasanah (2010) dengan judul Analisis Makna Simbolik dan
Fungsi pada Upacara Pernikahan Suku Talang Mamak, Desa Talang Perigi,
Kecamatan Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri Hulu; (2) Sinta (2012) dengan
judul Kedudukan Legenda Mbah Semendhi bagi Masyarakat Kecamatan
Winongan Kabupaten Pasuruan; dan (3) Ratri (2012) dengan judul Nilai-nilai
Moral dalam Legenda Petilasan Sang Prabu Sri Aji Joyoboyo di Desa Menang
Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Hasanah, mengaji tentang makna
simbolik dan fungsi dari prosesi upacara pernikahan suku Talang Mamak.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan semiotik dan
sosial budaya masyarakat. Hasil penelitian ini yaitu berupa pendeskripsian prosesi
upacara pernikahan suku Talang Mamak. beserta fungsi dan makna simbolik yang
ada. Penelitian yang dilakukan oleh Sinta, mengaji tentang bagaimana
masyarakat sekitar mempercayai Legenda Mbah Semendhi tersebut dengan
adanya mitos-mitos yang beredar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu pendekatan mitodologi karena berdasarkan legenda Mbah Semendhi
tersebut banyak ditemukan mitos serta kepercayaan masyarakat di Kecamatan
Winongan terhadap legenda tersebut. Penelitian terakhir yang dilakukan oleh
Ratri, mengaji tentang nilai-nilai moral yang terdapat dalam legenda Petilasan
Sang Prabu Sri Aji Joyoboyo di Desa Menang Kecamatan Pagu Kabupaten
Kediri. Hasil penelitian ini adalah klasifikasi tentang nilai-nilai moral berkaitan
dengan moral individu, moral sosial, dan moral religi.
Apabila dikaitkan dengan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
penelitian yang akan peneliti lakukan ini memiliki perbedaan dengan ketiga
skripsi di atas, yaitu bagaimana cerita Legenda Dam Bagong itu berkembang serta
fungsi dan nilai apa yang terdapat dalam cerita legenda tersebut. Fokus penelitian
ini pada (1) unsur intrinsik (tokoh penokohan, latar, dan alur) cerita Legenda Dam
Bagong; (2) fungsi religi dan fungsi kependidikan Legenda Dam Bagong; dan (3)
nilai estetis dan nilai moral dalam cerita Legenda Dam Bagong. Hasil penelitian
ini diharapkan mampu memberikan wawasan dan sumbangan informasi terkait
dengan folklor khususnya sastra lisan. Selain itu, diharapkan lebih
mengembangkan kajian dalam bidang sastra lisan berupa legenda yang ditinjau
dari segi struktur, fungsi, dan nilai yang terkandung, sehingga dapat digali
menjadi sebuah warisan budaya yang khas dan mampu dibanggakan serta diambil
manfaatnya.

3
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
sebagai prosedur penelitian data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang yang diamati atau perilakunya (Moleong, 2010:17). Desain
penelitian ini adalah etnografi.
Data dalam penelitian ini adalah teks lisan dan tertulis dari naskah, cerita,
informasi, maupun transkrip teks dari informan mengenai cerita Legenda Dam
Bagong. Sumber data dalam penelitian ini, yaitu (1) informan; (2) responden; dan
(3) dokumentasi tertulis. Informan dalam penelitian ini yaitu tokoh masyarakat,
sesepuh desa, dan kyai. Kriteria informan berdasarkan usia, berusia sekitar 60
tahun ke atas, warga asli Trenggalek, mempunyai pengetahuan lengkap tentang
keberadaan dan cerita tentang Legenda Dam Bagong, serta dapat berbicara lancar.
Responden dalam penelitian ini terbagi berdasarkan tiga generasi yaitu generasi
muda/remaja (12-20 tahun), generasi dewasa (21-50 tahun), dan generasi tua
(50 tahun ke atas), serta warga asli Trenggalek. Dokumentasi tertulis yang
dimaksud yaitu berupa buku cerita rakyat ataupun arsip-arsip hasil transliterasi
yang berhubungan dengan keberadaan serta cerita Legenda Dam Bagong tersebut.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi observasi,
angket/kuesioner, wawancara, dan studi kepustakaan. Instrumen pengumpulan
data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini berupa
(1) panduan observasi, angket/kuesioner, pedoman wawancara, dan panduan
pemilihan dokumentasi; serta (2) tabel dengan nama panduan kodifikasi korpus
data. Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu: reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Dalam penelitian kualitatif ini, kehadiran peneliti sendiri atau dengan
bantuan orang lain sangat diperlukan. Peneliti berkedudukan sebagai instrumen
utama. Data yang terkumpul akan terjamin kevaliditasnya jika peneliti sendiri
yang terjun ke lapangan. Oleh karena itu, penelitian ini melibatkan peneliti secara
langsung di lapangan. Lokasi penelitian ini terletak di Kelurahan Ngantru,
Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek, 400 meter arah barat laut dari
Pendopo Kabupaten Trenggalek. Dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik
pemeriksaan keabsahan data yaitu ketekunan pengamatan, triangulasi data, dan
kecukupan referensial.

HASIL
Hasil penelitian ini memuat tentang cerita petilasan Dam Bagong dan Sang
Adipati Minak Sopal yang meliputi asal-usul cerita Legenda Dam Bagong dengan
hasil paparan data yang didukung dengan hasil rekaman informan. Temuan
penelitian yang dimaksud meliputi (1) tokoh yang berperan dalam cerita Legenda
Dam Bagong. Tokoh-tokoh yang dimaksud antara lain Minak Sopal, Minak Sraba,
Ki Ageng Galek, Rara Amiswati, Ki Demang Surohandoko, dan Mbok Rondo
Krandon; (2) tempat/latar yang muncul dalam cerita Legenda Dam Bagong.

4
Setting/latar yang muncul dalam cerita legenda ini meliputi latar tempat, latar
waktu, latar suasana, dan latar sosial; (3) rangkaian peristiwa dalam cerita
Legenda Dam Bagong. Dalam cerita Legenda Dam Bagong ini plot yang
tergambar terangkai runtut dari tahap perkenalan sampai tahap penyelesaian; (4)
fungsi dan kepercayaan ziarah makam Adipati Minak Sopal. Fungsi-fungsi yang
dimaksud, yaitu fungsi religi dan fungsi pendidikan; dan (5) nilai dalam cerita
Legenda Dam Bagong. Nilai-nilai tersebut yaitu nilai moral dan nilai estetis. Nilai
moral yang dimaksud terdiri dari nilai moral individual, nilai moral sosial, dan
nilai moral religi. Adapun nilai estetis yang dimaksud terdiri dari pelaksanaan
upacara nyadran untuk menyelamati Dam Bagong dan simbol dalam upacara
nyadran Dam Bagong.

PEMBAHASAN
Unsur Intrinsik Cerita Legenda Dam Bagong
Unsur intrinsik sebuah cerita adalah unsur-unsur yang (secara langsung)
turut serta membangun cerita (Siswanto, 2008:142). Pembahasan unsur intrinsik
cerita Legenda Dam Bagong ini meliputi, (1) tokoh dan penokohan, (2) latar, dan
(3) alur.
Tokoh adalah pelaku terpenting dalam menghidupkan suatu cerita dengan
watak dan karakter yang ditampilkan. Menurut Jones (dalam Nurgiyantoro,
2010:165) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang
yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Tokoh yang berperan dalam cerita ini yaitu
Minak Sopal dengan wataknya yang cerdas, jujur, pemberani, serta tangguh dan
pantang menyerah; Minak Sraba mempunyai watak yang pintar, penyabar, dan
penyayang. Dalam bahasa Jawa, kekasihsayangan ini tereksternalisasi terutama
dalam istilah asih ing sesami dan welas asih di samping asah asih asuh: makna
denotatif asih ing sesami adalah kasih sayang kepada sesama manusia, welas asih
adalah mudah memberikan kasih sayang, dan asah asih asuh adalah melatih,
mengasihi, dan mengasuh (Saryono, 2008:165); Ki Ageng Galek mempunyai
watak yang penyabar, sakti mandraguna, dan teguh memegang janji; Rara
Amiswati mempunyai watak yang patuh, setia, dan penyayang; Ki Demang
Surohandoko adalah orang yang bijaksana. Sebagai nilai dasar, kebijaksanaan
manusia Jawa berkenaan dengan kearifan, kebajikan, kecermatan-ketajaman,
kecakapan, kecendekiaan, dan kepandaian (budi atau hati) manusia Jawa dalam
hidup dan kehidupannya (Saryono, 2008:9); dan Mbok Rondo Krandon dengan
wataknya yang rendah hati dan pemaaf.
Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010:216) menyatakan bahwa latar disebut
juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu,
dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Latar/setting dalam cerita Legenda Dam Bagong, meliputi latar tempat, latar
waktu, latar suasana, dan latar sosial. Latar/setting tersebut meliputi (1) latar
waktu dalam cerita Legenda Dam Bagong terjadi pada masa kini dan

5
perspektifnya terlihat pada masa yang lampau; (2) latar tempat dalam cerita
Legenda Dam Bagong ini, meliputi Kedung Jurug Bagong, halaman rumah dan
kamar tengah Joko Sengoro, alon-alon dan Istana Kesultanan Demak, Pondok
Campurdarat dan Pondok Demak, Selo Kandang, dan Gunung Bubuk; (3) latar
suasana yang tergambar dalam cerita Legenda Dam Bagong ini, meliputi suasana
yang menggembirakan/menyenangkan, suasana yang menyedihkan/mengharukan,
dan suasana yang menegangkan; dan (4) latar sosial dalam cerita Legenda Dam
Bagong menunjukkan bahwa masyarakat Trenggalek mayoritas masih beragama
Hindu dan bermata pencaharian sebagai petani.
Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2010:113) mengemukakan bahwa plot
adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya
dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau
menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Alur dalam cerita Legenda Dam
Bagong, menggunakan alur maju yaitu peristiwa-peristiwa yang dikisahkan
digambarkan secara runtut. Alur ceritanya bersifat kronologis karena cerita
dimulai dari tahap awal yang merupakan awal peristiwa sampai tahap akhir yang
merupakan tahap penyelesaian peristiwa. Peristiwa tersebut dimulai dari (1)
tahapan perkenalan, (2) tahapan pemunculan konflik, (3) tahapan konflik, (4)
tahapan klimaks, (5) tahapan anti klimaks, dan (6) tahapan penyelesaian.

Fungsi Cerita Legenda Dam Bagong


Fungsi adalah harapan masyarakat pendukung pada manfaat yang
diperoleh melalui kegiatan ritual sebagai bagian dari mitos-mitos pembentuk
legenda (Hutomo, 1991:67). Fungsi cerita Legenda Dam Bagong, meliputi fungsi
religi dan fungsi kependidikan dalam cerita Legenda Dam Bagong.
Pertama, fungsi religi dalam penelitian kali ini lebih ditekankan pada
bagaimana kepercayaan masyarakat pada petilasan Minak Sopal. Kepercayaan
yang dimaksud yaitu perlakuan masyarakat pada makam Minak Sopal pada saat
ziarah dengan pembacaan tahlil dan yasin di makam Minak Sopal, serta menjaga
keseimbangan manusia, alam, dan lelembut dengan menghidangkan sesaji di
makam Minak Sopal. Pada saat berziarah ke makam Minak Sopal, pembacaan
tahlil dan yasin itu sendiri mempunyai arti sebagai ungkapan rasa bersyukur dan
minta keselamatan dari Allah SWT. Lebih tepatnya, doa-doa yang dipanjatkan itu
berupa doa bersama untuk orang yang masih hidup dan untuk orang yang sudah
wafat. Kepercayaan rakyat terhadap makam keramat yang berada di Bagong tidak
terbatas pada rakyat di sekitar daerah Trenggalek saja. Akan tetapi, juga dari
masyarakat di luar Trenggalek seperti masyarakat Ponorogo, Tulungagung,
Malang, dan Surabaya berkunjung dan berziarah ke makam tersebut. Selain
melakukan pengajian, dari alam fikiran masing-masing orang telah mempunyai
suatu permintaan dan cita-cita yang terkandung antara lain: supaya lekas
mendapat kekayaaan, jika menderita sakit supaya lekas sembuh dari sakitnya,
supaya hidup rukun dalam berumah tangga, dan lain sebagainya. Hal tersebut

6
adalah tradisi masyarakat pada zaman dahulu, tetapi sekarang sudah tidak pernah
dilakukan lagi. Saya sebagai peneliti tidak setuju dengan tradisi yang dilakukan
masyarakat, karena meminta permohonan kepada berhala mengarah pada
kemusyrikan. Hal ini sesuai dengan ayat suci Al Quran surat Al ARaaf ayat 192
yang berbunyi:

Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada


penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiripun berhala-berhala
itu tidak dapat member pertolongan.

Kedua, fungsi kependidikan diharapkan bisa menjadikan cerita Legenda


Dam Bagong sebagai bahan ajar apresiasi sastra siswa SMA kelas X semester 2.
Pembelajaran apresiasi sastra mengenai legenda dapat diaplikasikan pada KD 13.1
yaitu menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang
disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman. Selain itu, melalui cerita
Legenda Dam Bagong ini nilai-nilai moral yang tampak dari para tokoh cerita
dapat memberikan contoh pendidikan karakter bagi siswa-siswi di Trenggalek.

Nilai dalam Cerita Legenda Dam Bagong


Nilai merupakan suatu yang menarik bagi manusia, sesuatu yang dicari
manusia, sesuatu yang menyenangkan sesuatu yang disukai dan diinginkan,
singkatnya sesuatu yang baik (Bertens, 2004:139). Nilai dalam cerita Legenda
Dam Bagong ini, meliputi nilai moral dan nilai estetis.
Moral berasal dari bahasa Latin mos mores yang berarti kebiasaan, adat.
Nilai moral dalam cerita Legenda Dam Bagong, ini meliputi (1) nilai moral
individual dalam cerita Legenda Dam Bagong meliputi keberanian, kesetiaan, dan
kejujuran; (2) nilai moral sosial dalam cerita Legenda Dam Bagong meliputi
mengasihi dan menyayangi, mengutamakan kepentingan bersama, dan
menghargai orang lain; dan (3) nilai moral religius dalam cerita Legenda Dam
Bagong meliputi percaya adanya Tuhan, dan berserah diri kepada Tuhan
(bertawakal).
Van Mater Ames (dalam Sachari:2002) menyatakan bahwa estetika
merupakan suatu telaah yang berkaitan dengan penciptaan, apresiasi, dan kritik
terhadap karya seni dalam konteks keterkaitan seni dengan kegiatan manusia dan
peranan seni dalam perubahan dunia. Nilai estetis dalam cerita Legenda Dam
Bagong ini meliputi (1) pelaksanaan Upacara Nyadran Dam Bagong untuk
menyelamati Dam Bagong sekaligus mengingat jasa Minak Sopal yang sudah
berhasil membangun Dam Bagong, masyarakat mengadakan suatu ritual dengan
menyembelih kerbau dan dilaksanakan setiap setahun sekali pada hari Jumat
Kliwon Bulan Dzulqaidah sampai sekarang; dan (2) simbol dalam Upacara
Nyadran Dam Bagong, tercermin pada nilai estetik Jawa yang dimunculkan dari
kesenian wayang dan jaranan pada waktu Upacara Nyadran Dam Bagong.
Wayangan dan jaranan mempunyai nilai keindahan tersendiri bagi orang Jawa.

7
Wayangan merupakan suatu akulturasi budaya Jawa sejak zaman kewalian.
Dahulu kala wayangan dijadikan sebagai hiburan sekaligus alat dakwah. Begitu
juga dengan jaranan. Biasanya yang menari jaranan adalah beberapa perempuan
cantik. Mereka menarikan tari Turonggo Yakso, yaitu tarian jaranan asli dari Kota
Trenggalek. Pertunjukan wayang dan jaranan ditampilkan setelah prosesi
penyembelihan kerbau.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Setelah dilakukan analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
unsur intrinsik dalam cerita Legenda Dam Bagong yaitu tokoh dan penokohan,
latar, dan alur. Tokoh yang terdapat dalam cerita Legenda Dam Bagong ada enam,
yaitu Minak Sopal, Minak Sraba atau Joko, Ki Ageng, Rara Amiswati, Ki
Demang Surohandoko, dan Mbok Rondo. Latar yang terdapat dalam cerita
Legenda Dam Bagong ada empat, yaitu latar waktu, latar tempat, latar suasana,
dan latar sosial. Alur dalam cerita Legenda Dam Bagong yaitu menggunakan alur
maju dengan enam tahapan peristiwa. Fungsi dalam cerita Legenda Dam Bagong
terdiri dari fungsi religi dan fungsi kependidikan. Fungsi religi meliputi
pembacaan tahlil dan yasin di Makam Minak Sopal dan menjaga keseimbangan
manusia, alam, dan lelembut dengan menghidangkan sesaji di Makam Minak
Sopal. Adapun fungsi kependidikan yaitu sebagai bahan ajar apresiasi sastra di
sekolah untuk menanamkan pendidikan karakter melalui karakter yang
ditampilkan para tokoh cerita. Nilai dalam Legenda Dam Bagong terdiri dari nilai
moral dan nilai estetis. Nilai moral yang terdapat dalam cerita ini yaitu nilai moral
individual yang meliputi keberanian, kesetiaan, dan kejujuran; nilai moral sosial
yang meliputi mengasihi dan menyayangi, mengutamakan kepentingan bersama,
dan menghargai orang lain; serta nilai religius yang meliputi percaya adanya
Tuhan dan berserah diri kepada Tuhan (bertawakal). Adapun nilai estetis dalam
cerita Legenda Dam Bagong yaitu pelaksanaan Upacara Nyadran Dam Bagong
untuk menyelamati Dam Bagong dan simbol dalam Upacara Nyadran Dam
Bagong.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran dari peneliti.
Pertama, untuk dunia pembelajaran Bahasa Indonesia, penelitian ini bisa dijadikan
sebagai bahan ajar apresiasi sastra siswa SMA kelas X semester 2. Pembelajaran
apresiasi sastra mengenai legenda dapat diaplikasikan pada KD 13.1 menemukan
hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang disampaikan secara
langsung dan atau melalui rekaman. Kedua, untuk masyarakat disarankan agar
menyokong pelestarian upacara ritual Nyadran Dam Bagong. Pelestarian ini
bertujuan agar hal tersebut dapat dijadikan pemerkasa khasanah kearifan lokal
sebagai edukasi bagi masyarakat. Ketiga, untuk peneliti selanjutnya disarankan

8
untuk meneliti semua unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita legenda yang ada
di daerah masing-masing dengan pendekatan yang berbeda, meneliti unsur
ekstrinsik dalam cerita legenda yang terdapat dalam daerah masing-masing karena
penelitian tentang unsur ekstrinsik belum dilakukan, meneliti nilai-nilai edukatif
pada cerita legenda yang akan dijadikan penelitian karena penelitian tentang nilai-
nilai edukatif hanya sebatas pada novel atau kumpulan cerpen, penelitian pada
legenda belum pernah dilakukan, dan meneliti nilai-nilai akhlak mulia pada cerita
legenda atau dongeng yang beredar di daerahnya.

DAFTAR RUJUKAN
Bertens, K. 2004. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Danandjaja, J. 2002. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain.
Jakarta: Grafiti.
Hasanah, U. 2010. Analisis Makna Simbolik dan Fungsi pada Upacara
Pernikahan Suku Talang Mamak, Desa Talang Perigi, Kecamatan Rakit
Kulim, Kabupaten Indragiri Hulu. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
Hutomo, S. S. 1991. Mutiara yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan.
Surabaya: Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat
Jatim.
Moleong, L. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Nurgiyantoro, B. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogjakarta: Gadjah Mada
University Press.
Ratna, N. K. 2007. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratri, T. A. 2012. Nilai-nilai Moral dalam Legenda Petilasan Sang Prabu Sri Aji
Joyoboyo di Desa Menang Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri. Skripsi
tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
Sachari, A. 2002. Estetika. Makna, Simbol, dan Daya. Bandung: ITB.
Saryono, D. 2008. Etika Jawa dalam Fiksi Indonesia. Representasi Nilai-nilai
Etis Jawa. Malang: Pustaka Kayutangan.
Sinta, D. S. 2012. Kedudukan Legenda Mbah Semendhi bagi Masyarakat
Kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
Siswanto, W. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.
Wellek, R. & Warren, A.1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai