Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH, UNSUR KEBUDAYAAN, DAN NILAI PENDIDIKAN

KARAKTER DALAM LEGENDA SUNGAI NAGA

Suwarno, Kundharu Saddhono, dan Nugraheni Eko Wardani


Program Studi M agister Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sebelas M aret
Jalan Ir. Sutami 36A, Kentingan, Jebres, Surakarta, Indonesia
Surel: warnobm@gmail.com

Informasi Artikel:
Dikirim: 5 Juni 2018; Direvisi: 25 Juli 2018; Diterima: 30 Juli 2018
DOI: 10.26858/retorika.v11i2.5972

RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajarannya berada di bawah lisensi


Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
ISSN: 2614-2716 (cetak), ISSN: 2301-4768 (daring)
http://ojs.unm.ac.id/retorika

Abstract: History, Cultural Elements, and the Value of Character Educati on in the Legenda
Sungai Naga. The purpose of this study is to describe the history, elements of culture, and the
value of character education on the Legenda Sungai Naga. Data co llect ion through interviews,
documentation, and observation. Data analysis technique used qualitative analysis of inductive
model with purposive samp ling technique. The results obtained that the name of the Dragon River
taken based on the history of Gerdu figures that dispels the Dragon Snake that pass in the river. It
found three elements of culture that is naming places, namely knowledge system, living equip ment
system and technology, and religious system. There are three values of character education that is
the value of hard work character, religious character value, and value of environ mental caring
character.

Abstrak: Sejarah, Unsur Kebudayaan, dan Nilai Pendi dikan Karakter dal am Legenda
Sungai Naga. Tu juan penelitian ini adalah mendeskripsikan sejarah, unsur kebudayaan, dan nilai
pendidikan karakter pada legenda Sungai Naga. Pengumpulan data melalu i wawancara,
dokumentasi, dan observasi. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif model indukt if.
Hasil penelit ian menunjukkan bahwa nama Sungai Naga diamb il berdasarkan sejarah tokoh Gerdu
yang menghalau terjangan Ular Naga yang melintas di sungai tersebut. Ditemukan tiga unsur
kebudayaan, yaitu sistem pengetahuan, sistem peralatan hidup dan teknologi, dan sistem religi.
Terdapat tiga nilai pendidikan karakter, yaitu nilai karakter kerja keras, nilai karakter religius, dan
nilai karakter peduli lingkungan.

Kata kunci: kebudayaan, karakter, legenda, Sungai Naga, Ngawi

194
Suwarno, dkk., Sejarah, Unsur Kebudayaan, dan Nilai Pendidikan Karakter ... 195

Legenda Sungai Naga merupakan se- ki sejarah dalam penciptaannya. Cerita dalam
buah legenda yang ada di Kabupaten Ngawi, penciptaan nama tersebut dapat dipengaruhi
Jawa Timur. Objek yang menjadi asal-usul oleh unsur geografi, budaya, bahasa, dan pi-
Legenda Sungai Naga adalah sungai yang ada kiran yang ada dalam lingkungan tempat ter-
di Dusun Ngadiluwih yang merupakan aliran sebut berada. Sebagaimana Rais, dkk.
sungai dari Gunung Lawu. Legenda Sungai (2008:4) menyatakan bahwa tiap unsur di mu-
Naga berkisah tentang adanya ular besar yang ka bumi yang disebut unsur geografi atau un-
turun dari Gunung Lawu. Masyarakat menye- sur rupabumi, seperti gunung, bukit, sungai,
but ular besar itu dengan nama Baru Klinting tanjung, lembah, selat, pulau, dan sebagainya
yang merupakan jenis ular naga. Ular tersebut diberi nama oleh manusia sejak manusia ingin
dapat mengakibatkan bencana jika melewati mengidentifikasi lingkungan fisiknya di muka
aliran sungai yang ada di Ngadiluwih. Dalam bumi untuk tujuan komunikasi atau untuk a-
cerita, dikisahkan ada seorang pemuda sakti cuan dengan menunjuk suatu objek geografis
bernama Gerdu yang berhasil melindungi de- tertentu dalam orientasi dirinya terhadap ling-
sanya dari terjangan ular besar tersebut de- kungan fisiknya. Hipotesis Sapir-Worf (dalam
ngan Tongkat Sakti yang ditancapkan di dekat Kramsch, 2001:11) menyatakan bahwa peng-
sungai. Setelah ular besar tersebut melewati gunaan bahasa memengaruhi cara seseorang
sungai di Ngadiluwih, di dekat Tongkat Sakti berpikir dan berperilaku. Selanjutnya, alasan
muncul mata air. Cerita ini kemudian menjadi pengkajian unsur kebudayaan dalam Legenda
legenda bagi masyarakat setempat. Sungai Naga dikarenakan sebuah cerita rakyat
Penelitian Legenda Sungai Naga sangat (legenda) dipengaruhi oleh adat istiadat dan
penting sebagai bentuk pendokumentasian ce- kebudayaan tempat legenda tersebut berada.
rita rakyat lisan yang dapat dimanfaatkan oleh Suatu legenda tidak lepas dari kebudayaan
berbagai pihak, khususnya di dunia pendidik- yang ada. Cerita rakyat (legenda) selain berisi
an. Dalam Kurikulum 2013, mata pelajaran sejarah yang mengandung unsur kebudayaan
Bahasa Indonesia jenjang SD, SLTP, dan juga memiliki nilai filosofi, yakni nilai-nilai
SLTA terdapat kompetensi dasar tentang le- pendidikan karakter yang mengandung ama-
genda dan cerita rakyat. Pada jenjang SD ke- nat tertentu yang diwariskan dari generasi ke
las VI terdapat kompetensi dasar menelusuri generasi untuk tujuan tertentu.
tuturan dan tindakan tokoh serta penceritaan Kearifan lokal yang ada di Kabupaten
penulis dalam teks fiksi. Legenda Sungai Na- Ngawi patut untuk diangkat dan ditunjukkan
ga merupakan bentuk cerita fiksi yang me- ke dunia luar. Cerita rakyat dan kearifan lokal
muat sejumlah perilaku dan tindakan tokoh- perlu dikenalkan dalam dunia pendidikan se-
nya. Pada jenjang SLTP kelas VII terdapat iring berlakunya Kurikulum 2013 pada mata
kompetensi dasar tentang menggali legenda pelajaran Bahasa Indonesia. Oleh karena itu,
dari daerah setempat, yakni mengidentifikasi perlu penggalian kearifan-kearifan lokal yang
informasi tentang fabel/legenda daerah setem- dapat dijadikan materi ajar. Selain itu, Perpus-
pat yang dibaca dan didengar, menelaah struk- takaan Daerah Ngawi juga sangat minim re-
tur dan kebahasan fabel/legenda daerah se- ferensi yang berkaitan sejarah penamaan tem-
tempat yang dibaca dan didengar, mencerita- pat di daerahnya. Dengan demikian, hasil pe-
kan kembali isi cerita fabel/legenda daerah se- nelitian ini dapat menjadi referensi pendidikan
tempat yang dibaca dan didengar, dan meme- karakter.
rankan isi fabel/legenda daerah setempat yang Penelitian mengenai legenda yang men-
dibaca dan didengar. Pada jenjang SLTA ke- jadi penamaan tempat telah dilakukanoleh
las X terdapat kompetensi dasar membanding- Mardiana (2013), Camalia (2015), dan Azhar
kan nilai-nilai dan kebahasaan cerita rakyat (2016). Mardiana menitikberatkan keterkaitan
dan cerpen (Permendikbud No. 24 Tahun antara bahasa, budaya, dan pikiran manusia
2016 Lampiran 1-3). dalam proses penamaan tempat-tempat di Mo-
Ada beberapa alasan yang menjadi da- jokerto. Camalia menitikberatkan penemuan
sar pengkajian sejarah, unsur kebudayaan, dan struktur tanda dan toponimi Kabupaten La-
nilai pendidikan karakter dalam Legenda Su- mongan. Azhar menitikberatkan penelitiannya
ngai Naga. Alasan pengkajian aspek sejarah, pada cerita rakyat Bangkalan dan unsur pem-
yakni bahwa nama sebuah tempat merupakan bentuknya. Dalam penelitian ini dikaji menge-
identitas tempat tersebut berada yang memili- nai asal-usul atau sejarah, unsur kebudayaan

195
196 RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 194–203

yang ada dalam cerita, dan nilai-nilai pendi- daerah (Sugiarto, 2015:171-172). Cerita yang
dikan karakter yang ada dalam Legenda Su- berhubungan dengan suatu tempat, nama tem-
ngai Naga. pat, dan bentuk topografi tergolong dalam je-
Penelitian mengenai mitos Naga pernah nis legenda setempat (Danandjaja, 2013:75).
dilakukan di mancanegara. Di Korea, cerita Senada dengan itu, Nurgiyantoro (2013:185)
Naga telah menjadi penamaan air terjun, Nine menyatakan bahwa cerita yang berkaitan de-
Dragons Waterfall; simbol dari raja dan ke- ngan adanya peninggalan tertentu dan atau
kuatannya, Kyungbok Palace; simbol spiri- asal-usul terjadinya sesuatu dan penamaan
tual/religius, temple, film, D-War 2007, dan tempat tertentu disebut legenda tempat.
sebagai tafsir mimpi (Lee, 2013). Berbeda Legenda yang baik untuk bacaan di se-
dengan penelitian tersebut, kajian legenda kolah haruslah memiliki nilai-nilai karakter
Sungai Naga menggunakan perspektif berbe- seiring wacana pemerintah yang mendengung-
da, yakni latar belakang budaya tempat tum- kan program pendidikan karakter. Pendidikan
buh kembangnya mitos, yakni budaya Jawa. karakter adalah upaya sadar dan sungguh-
Unsur kebudayaan merupakan bagian sungguh dari seorang guru untuk mengerjakan
dari suatu kebudayaan yang dapat digunakan nilai-nilai kepada para siswanya (Samani dan
sebagai analisis. Menurut Koentjaraningrat Hariyanto, 2013:45). Pendidikan karakter ada-
(2015:156), kebudayaan terbagi ke dalam tu- lah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak
juh unsur, yakni bahasa, sistem pengetahuan, agar dapat mengambil keputusan dengan bijak
organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan dan mempraktikannya dalam kehidupan se-
teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sis- hari-hari (Kesuma, 2011:5). Jadi, pendidikan
tem religi, dan kesenian. Berdasarkan ketujuh karakter adalah usaha untuk mendidik anak-
unsur tersebut, dapat diklasifikasikan menjadi anak dengan sungguh-sungguh melalui pena-
tiga wujud kebudayaan, yaitu wujud kebuda- naman nilai-nilai karakter, agar anak-anak da-
yaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide ga- pat mengambil keputusan dengan bijak dan
gasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, mempraktikannya dalam kehidupan sehari-ha-
dan sebagainya; wujud kebudayaan sebagai ri melalui hati, pikir, raga, rasa, dan karsa
suatu kompleks aktivitas serta tindakan ber- sebagai anggota masyarakat dan warga negara
pola dari manusia dalam masyarakat; dan wu- yang religius, nasionalis, produktif, dan krea-
jud kebudayaan sebagai benda-benda hasil tif. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
karya manusia. telah mentapkan nilai karakter dalam dunia
Cerita rakyat dapat diartikan sebagai pendidikant, yaitu (1) religius, (2) jujur, (3)
ekspresi budaya suatu masyarakat melalui ba- toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kre-
hasa tutur yang berhubungan langsung dengan atif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin
berbagai aspek budaya dan susunan nilai tahu, (10) seangat kebangsaan atau nasional-
sosial masyarakat tersebut. Cerita rakyat yang isme, (11) cinta tanah air, (12) menghargai
sesungguhnya bagian dari folklor merupakan prestasi, (13) komunikatif, (14) cinta damai,
salah satu sastra lisan yang berkaitan dengan (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan,
lingkungan, baik lingkungan masyarakat mau- (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab
pun alam (Musfiroh, 2008:69). Melalui cerita (Kemendiknas, 2011:8).
rakyat, konsep penamaan nama tempat mun- Studi ini mengkaji sejarah penamaan,
cul. Pemunculan nama tempat tersebut dapat unsur kebudayaan, dan nilai pendidikan ka-
dihasilkan dari nama tokoh, isi peristiwa, rakter pada legenda Sungai Naga di Ngadilu-
maupun bahasa yang ada. Nama-nama yang wih, Ngawi. Hasil penelitian diharapkan dapat
dihasilkan bergantung pada masyarakat terse- dimanfaatkan untuk menunjang pembelajaran
but tinggal dalam berpikir dan berperilaku. bahasa Indonesia di jenjang sekolah dasar dan
Cerita rakyat yang melatarbelakangi menengah.
munculnya penamaan suatu tempat termasuk
dalam kategori legenda. Legenda adalah do- METODE
ngeng yang berhubungan dengan peristiwa
sejarah atau kejadian alam yang bercampur Jenis penelitian ini adalah penelitian
dengan unsur-unsur fantasi, seperti terjadinya deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Me-
nama suatu tempat dan bentuk topografi suatu nurut Sugiyono (2010:1), metode penelitian
Suwarno, dkk., Sejarah, Unsur Kebudayaan, dan Nilai Pendidikan Karakter ... 197

kualitatif adalah metode penelitian yang genda Sungai Naga. Temuan penelitian diurai-
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek kan sebagai berikut.
yang alamiah. Pengumpulan data dilakukan
melalui wawancara, dokumentasi, dan obser- Sejarah Sungai Naga
vasi. Teknik pengambilan sampel yang digu-
nakan adalah teknik purposive sampling (sam- Sungai Naga merupakan sebuah sungai
pel bertujuan), yakni teknik penentuan sampel yang menjadi batas antara Provinsi Jawa Ti-
penelitian dengan pertimbangan tertentu yang mur dan Jawa Tengah, tepatnya batas wilayah
bertujuan agar data yang diperoleh bisa lebih antara Kabupaten Ngawi dengan Kabupaten
representatif. Karanganyar dan Kabupaten Ngawi dengan
Instrumen dalam penelitian ini, yaitu Kabupaten Sragen. Sungai ini terletak di u-
human instrumen atau peneliti itu sendiri. jung barat Kabupaten Ngawi. Aliran air Su-
Peneliti terlibat langsung dalam mengumpul- ngai Naga berasal dari Gunung Lawu. Letak
kan data. Dalam pengumpulan data, peneliti Gunung Lawu berada di dua provinsi, yaitu
menggunakan alat-alat untuk membantu pene- Jawa Tengah dan Jawa Timur. Air dari Gu-
liti dalam mengumpulkan data, seperti (1) alat nung Lawu tersebut mengalir hingga ke
perekam (tape recorder), (2) handycame, per- Bengawan Solo.
alatan tulis, dan (3) daftar pedoman wawanca- Sejarah nama Sungai Naga berhubung-
ra. Data dikumpulkan melalui teknik observa- an dengan adanya mitos Ular Naga dan Gu-
si, wawancara, dan merekam data yang disam- nung Lawu. Ular Naga yang bersemayam di
paikan oleh informan. Gunung Lawu turun menuju ke laut. Perjalan-
Wawancara dilakukan dengan (1) Pat- an Naga tersebut akan membawa malapetaka
mo dengan alamat Ngadiluwih RT 01/RW02, bagi penduduk di sekitar sungai dan daerah
Desa Wonosari, Kecamatan Sine; (2) Pujo de- yang dilaluinya. Hal tersebut sebagaimana ha-
ngan alamat Ngadiluwih RT 02/RW02, Desa sil wawancara dengan narasumber berikut.
Wonosari, Kecamatan Sine; (3) Harto dengan
alamat Pandan RT 03/RW01, Desa Pandan- (1) Sak ngisare seng disukani teken niku
sari, Kecamatan Sine. Ketiga informan terse- tukul sumbere, mulane dijenengne Sum-
ber Naga. Niku asale geh Naga Baru
but merupakan sesepuh dan tokoh masyarakat
Klinting seng arep lewat Ngadiluwih
yang mengetahui sejarah atau informasi yang
niku (Sumber: Patmo).
dibutuhkan terkait Legenda Sungai Naga. (Di bawah penancapan tongkat itu mun-
Patmo merupakan sesepuh di Ngadiluwih cul mata air, sehingga dinamakan Su m-
yang sekaligus menjadi juru kunci. ber Naga. Itu asalnya dari Naga Baru
Data yang terkumpul dianalisis meng- Klinting yang akan lewat Ngadi-luwih).
gunakan analisis kualitatif model induktif.
Teknik analisis data penelitian dilakukan (2) .... sak ngandape griyane Mbah Gerdu
mela-lui tahapan, yakni (1) mentranskripsikan nanging rodok menceng ngalor ngulon
data hasil rekaman ke dalam bentuk bahasa niku uwoh sumber e trus teng Mbah
tulis, (2) menerjemahkan data berbahasa Jawa Gerdu dijenengke Sumber Kali Naga
(Sumber: Pujo).
ke dalam bahasa Indonesia, (3) mendeskripsi-
(... sebelah utara ru mah Mbah Gerdu
kan dan menganalisis data untuk menemukan muncul mata air. Lalu Mbah Ger-du
sejarah, unsur kebudayaan, dan nilai-nilai memberi nama mata air Sungai Naga).
pendidikan karakter dalam Legenda Sungai
Naga berdasarkan teori-teori yang relevan, (3) Naga niku ajeng lewat, lajeng bar niku
dan (4) menulis simpulan berdasarkan hasil disebut e Kali Naga (Sumber: Harto).
penelitian. (Naga itu akan melintas, setelahnya
disebut Sungai Naga).

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara dari ke-


tiga narasumber yang ditunjukkan pada data
Hasil (1), (2), dan (3), tempat tersebut dinamakan
Hasil penelitian dikelompokkan men- Sungai Naga karena munculnya mata air di
jadi tiga bagian, yakni sejarah, unsur kebuda- tempat penancapan tongkat milik Gerdu yang
yaan, dan nilai pendidikan karakter dalam le- digunakan sebagai benteng pertahanan untuk

197
198 RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 194–203

menghalau terjangan Ular Naga yang melintas Naga dapat ditemukan dalam kutipan berikut
di sungai. Dikarenakan mata air tersebut ini.
mengalir mengikuti arus sungai sehingga su-
ngai yang dilaluinya dinamakan Sungai Naga. (4) “Akhirnya, muncullah mata air d i tem-
Tokoh utama dalam Legenda Sungai pat Tongkat Sakti itu tertancap. Oleh ka -
rena itu, tempat tersebut diberikan nama
Naga, yakni seorang pemuda yang memiliki
Sumber Naga dan memberikan nama su-
kesaktian, dia bernama Gerdu. Sang Pemuda ngai yang dilewatinya dengan nama
mencari cara untuk mengatasi bahaya yang Sungai Naga karena diketahui ular besar
aka-n menimpanya. Akhirnya, dia bertapa dan tersebut jenis Ular Naga dengan nama
mendapatkan pusaka untuk menyelamatkan Baru Klinting.”
desanya yaitu Tongkat Sakti yang diambil dari
mata air Serdudo. Setelah hari demi hari, ak- Berdasarkan kutipan (4), dapat diketa-
hirnya ular yang ditunggu pun melintas. Dia hui pola pikir dan pengetahuan masyarakat
menancapkan Tongkat Sakti di pinggir sungai. untuk memberikan nama pada suatu tempat
Tongkat Sakti dapat menghalau terjangan ular berdasarkan kejadian yang dialaminya. Dia-
besar yang melintas dari Gunung Lawu. Tem- wali adanya Ular Naga yang melintas di su-
pat ditancapkannya Tongkat Sakti dapat me- ngai, mereka memberikan nama atau menye-
ngluarkan mata air dan tongkat tersebut tum- but sungai tersebut menjadi Sungai Naga.
buh menjadi pohon besar, yang disebut warga
sebagai Pohon Preh. Berdasarkan kisah itu, (5) Gua Singo Barong terletak di Segandul,
mata air dan sungai yang dilalui oleh ular Ngadilu wih. Gua in i memiliki lubang
yang cukup kecil dan hanya bisa dima -
besar dinamakan Sungai Naga.
suki oleh orang yang mempunyai ke -
Sejarah Sungai Naga tersebut memiliki kuatan sakti.
kaitan erat dengan tempat-tempat di sekitar-
nya. Tempat-tempat tersebut yang dijadikan (6) .... Tongkat itu diletakkan di dalam peti
Gerdu sebagai olah ritual sebelum datangnya dan ditutupi kain putih dengan bunga tu-
Ular Naga dari Gunung Lawu. Pertama, Gua juh rupa serta wewangian
Singo Barong yang dijadikan tempat perta-
paannya untuk menemukan solusi dalam me- Kutipan (5) dan (6) memperlihatkan
ngatasi musibah yang akan menimpa desanya. bahwa masyarakat telah memiliki pengetahu-
Kedua, mata air Serdudo merupakan tempat an untuk keberlangsungan hidupnya. Sebagai-
pengambilan Tongkat Sakti yang akan dijadi- mana terlihat telah adanya goa, peti, dan kain.
kan sebagai benteng pertahanan oleh Gerdu. Masyarakat dapat berpikir, menghasilkan ide
Ketiga, Sunga i Timun dan Sungai Seranti me- dan membuat suatu barang. Sebagai contoh,
rupakan tempat untuk merendam Tongkat pembuatan peti dan kain, masyarakat telah
Sakti setelah didapat dari mata air Serdudo. memiliki ide/gagasan untuk membuatnya, di-
lanjutkan bahan baku yang digunakan, dan
Unsur Kebudayaan proses pembuatannya yang membutuhkan ke-
terampilan.
Ditemukan tiga unsur kebudayaan da-
lam Legenda Sungai Naga. Ketiga unsur ke- Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
budayaan yang ditemukan, yaitu sistem pe-
ngetahuan, sistem peralatan hidup dan tek- Setiap suku memiliki peralatan dan tek-
nologi yang digunakan dalam kehidupan se-
nologi, dan sistem religi.
hari-hari. Peralatan dan teknologi tersebut
Sistem Pengetahuan sangat berkaitan dengan alam, tingkat penge-
tahuan/pendidikan, dan perkembangan zaman
Pengetahuan dapat diperoleh dari keja- sehingga setiap suku yang ada di Indonesia
dian yang dialami lewat pancaindra. Lewat memiliki ciri khas.
pancaindra ditemukan bahwa pengetahuan, Sistem tersebut juga terdapat dalam
pengalaman, dan wawasan suatu masyarakat Legenda Sungai Naga, seperti ditunjukkan pa-
terbentuk menjadi pola pikir. Kejadian yang da kutipan data (7).
dialami masyarakat dalam Legenda Sungai
Suwarno, dkk., Sejarah, Unsur Kebudayaan, dan Nilai Pendidikan Karakter ... 199

(7) .... Benteng pertahanan tersebut dibuat pertolongan dan perlindungan kepada
dari sebuah tongkat yang diisi kesaktian kami!” Ia senantiasa berdoa kepada Tu-
olehnya. Dia harus menancapkan tong- han memohon pertolongan dan perlin -
kat sakti tersebut di pinggir sungai yang dungan dari bencana yang akan men im-
akan dilewati u lar dari gunung. Tongkat pa desanya.
itu harus diambil di dekat mata air Ser-
dudo. Mata air ini tak pernah kering wa - (10) Gerdu bertapa dengan tujuan mencari
laupun di musim kemarau yang lama. petunjuk untuk mengatasi bencana yang
akan terjad i. Dia bertapa selama tujuh
Berdasarkan kutipan (7), dapat diper- hari tujuh malam dengan berbagai ham-
oleh data bahwa tongkat merupakan alat yang batan dan cobaan.
dapat digunakan dalam bertahan hidup. Tong-
Berdasarkan kutipan (9) dan (10), dapat
kat tersebut mempunyai kesaktian yang dapat ditemukan bahwa tokoh utama merupakan se-
digunakan sebagai benteng pertahanan dari orang yang religius. Dia berdoa, berserah diri,
terjangan bahaya. dan memohon pertolongan kepada Tuhan
Selain tongkat, juga ditemukan sistem Yang Maha Esa.
peralatan hidup pada Legenda Sungai Naga,
Nuansa gaib dan tak masuk akal juga
yaitu sebuah peti. Hal tersebut dapat dilihat dapat ditemukan dalam penggalan seperti di
pada kutipan (8) di bawah ini.
bawah ini.
(8) Selesai dari pertapaannya, Gerdu pulang
(11) Lubang gua tersebut dapat mengantar-
ke ru mah dan menyimpan Tongkat Sakt i
kan orang sakti ke tempat-tempat yang
sebelum direndam di Tempuran. Tong-
dituju misalnya ke kota, ke negara lain,
kat itu diletakkan di dalam peti dan di-
dan bahkan ke alam gaib dengan mantra
tutupi kain putih dengan bunga tujuh ru-
dan kekuatan yang dimilikinya.Setelah
pa serta wewangian.
ular besar itu melintas, tongkat yang di-
tancapkan tumbuh menjadi pohon besar,
Peti dalam Legenda Sungai Naga seper-
pohon preh namanya.Akhirnya, muncul-
ti ditunjukkan pada kutipan (8) merupakan se-
lah mata air di tempat Tongkat Sakti itu
buah wadah kecil yang digunakan oleh mas- tertancap.
yarakat untuk menyimpan barang-barang pu-
saka/keramat. Terbuat dari kayu yang berben- Hal-hal mistis di luar nalar pada data
tuk balok dengan hiasan/ukiran di bagian luar- (11) merupakan suatu keyakinan masyarakat
nya. Sementara itu, kain putih merupakan kain Jawa, khususnya Ngadiluwih yang telah ter-
mori yang biasa digunakan untuk mengkafani tanam dalam kehidupan bermasyarakat. Lu-
jenazah. Peti ini memiliki fungsi bagi mas- bang gua dapat tembus ke berbagai daerah,
yarakat, di antaranya tempat penyimpanan ba- tongkat yang ditancapkan dapat menjadi po-
rang berharga. hon besar, dan mata air yang muncul disebab-
kan oleh tongkat.
Sistem Religi Keyakinan masyarakat akan adanya
makhluk gaib merupakan bagian dari sistem
Keagamaan dan kepercayaan sangat religi. Hal tersebut ada dalam Legenda Sungai
melekat pada kebudayaan Jawa. Orang Jawa Naga seperti kutipan di bawah ini.
meyakini bahwa selain yang ada dalam dunia
nyata juga ada hal-hal gaib yang tidak kasat (12) Tidak mudah untuk mengamb il tongkat
mata. Masyarakat Jawa dalam melakukan ke- sakti yang ada di mata air Serdudo. Ger-
giatan sering berpedoman pada hitungan Jawa du harus dapat mengalahkan danyang
dan ritual yang membutuhkan kemenyan dan atau penunggu mata air tersebut yang
berasal dari kalangan makhluk halus.
sesajen.
Sistem religi dalam Legenda Sungai (13) Setelah pengambilan tongkat, Gerdu
Naga dapat dilihat seperti data (9) dan (10) di mendapat bisikan dari penunggu mata
bawah ini. air Serdudo. Bisikannya agar tongkat itu
direndam selama tujuh hari tujuh malam
(9) ... “Ya Tuhan, berikan petunjukMu un- di Tempuran, yakni tempat bertemunya
tuk menghadapi bencana yang akan me- dua aliran sungai.
nimpa desa kami! Ya Tuhan, berikan

199
200 RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 194–203

(14) ... Tongkat itu diletakkan di dalam peti Kedua, dia harus mendapatkan Tongkat Sakti,
dan ditutupi kain putih dengan bunga alat yang digunakan untuk menangkal benca-
tujuh rupa serta wewangian. na. Ketiga, dia harus menancapkan Tongkat
Sakti pada tempat yang sudah ditentukan dan
Kutipan legenda (12), (13), dan (14) pada waktu yang sudah ditentukan pula.
menunjukkan adanya keyakinan terhadap hal
gaib, benda-benda pusaka, dan kejadian mistis Nilai Karakter Religius
lainnya. Hal ini tampak dari Gerdu yang ber-
kelahi dengan penunggu mata air yang berasal Nilaikarakter religius seperti yang su-
dari golongan makhluk halus dan pengagung- dah tertera pada pembahasan sistem religi di
an terhadap sebuah tongkat yang harus diper- atas. Manusia hanyalah makhluk yang kecil
lakukan sebagai benda keramat. dan lemah. Untuk itu, sehebat apapun manusia
tidak boleh sombong dan harus senantiasa me-
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter mohon pertolongan kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Senantiasa beribadah dan memuji kepada
Legenda Sungai Naga dapat dijadikan Tuhan Yang Maha Esa.
bahan ajar di SD, SLTP, dan SLTA khusus-
nya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. (17) “Ya Tuhan, berikan petunjuk-Mu untuk
Hal itu dikarenakan dalam cerita Legenda Su- menghadapi bencana yang akan menim-
ngai Naga mengandung nilai-nilai pendidikan pa desa kami! Ya Tuhan, berikan perto-
karakter. Nilai pendidikan karakter yang ter- longan dan perlindungan kepada kami!”
dapat pada Legenda Sungai Naga yaitu nilai Ia senantiasa berdoa kepada Tuhan me -
mohon pertolongan dan perlindungan
kerja keras, religius,dan peduli lingkungan.
dari bencana yang akan menimpa desa-
nya.
Nilai Karakter Kerja Keras
Kutipan data (17) menunjukkkan bah-
Nilai karakter kerja keras dapat dilihat wa Gerdu merupakan pemuda yang religius
pada tindakan dan usaha Gerdu dalam men- dan mempunyai akhlak yang baik. Hal terse-
cari cara untuk menghalau bencana terjangan but sebagaimana terlihat saat dia berdoa, me-
ular naga. minta pertolongan, meminta perlindungan,
dan memohon petunjuk kepada Tuhan. Ber-
(15) “Dia bertapa selama tujuh hari tujuh
ibadah dan berusaha merupakan kunci dari ke-
malam dengan berbagai hambatan dan
cobaan.” berhasilan terhadap suatu hal.

Tindakan Gerdu dengan menaklukkan Nilai Karakter Peduli Lingkungan


hambatan dan cobaan selama dia bertapa me-
rupakan sikap kerja keras yang dimilikinya Nilai karakter peduli lingkungan ditun-
(data 14). Selama tujuh hari dia diganggu oleh jukkan dalam tindakan Gerdu dan saudaranya.
penunggu goa agar pertapaannya gagal. Mela- Mereka tak ingin kampung tempat tinggalnya
lui sikapnya yang tangguh dia dapat melewati rusak poranda akibat bencana.
segala rintangan yang ada.
(18) “Gerdu tidak sendirian, ia diteman i ibu,
Nilai karakter kerja keras selanjutnya
ayah, kakek, paman, b ibi, dan teman -
ditunjukkan ketika dia melawan penunggu nya. Bagaimana ini Gerdu? Apa yang
mata air tempat Tongkat Sakti berada. Berta- harus kita lakukan? tanya Kakek.”
rung mati-matian untuk mengambilnya.
Lingkungan sebagai tempat tinggal
(16) “Dia mengerahkan seluruh kekuatan dan makhluk hidup harus dijaga untuk keberlang-
kesaktiannya untuk melawan penunggu sungan kehidupan seluruh makhluk hidup.
mata air.”
Kutipan data (18) menujukkan sikap peduli.
Keberhasilan Gerdu dalam mengatasi
(19) “Hai Gerdu, berikan jalan untukku! Se -
bencana tidaklah instan. Dia harus melewati bentar lagi aku akan turun melewat i
berbagai jalan yang berliku (data 16). Perta- desamu” ucapnya. “Jika benar kamu a -
ma, dia harus bertapa untuk mencari solusi. kan turun melewati desaku, turunlah ta-
Suwarno, dkk., Sejarah, Unsur Kebudayaan, dan Nilai Pendidikan Karakter ... 201

pi jangan sampai menabrak dan merusak teknologi tradisional, menjadikan peristiwa


desaku!“ ucap Gerdu. dalam cerita menggunakan alat-alat tradi-
sional pula. Tongkat Sakti, sebuah alat tradisi-
(20) “Jika u lar besar itu turun melewati Nga -
onal dari kayu yang dapat dijadikan sebagai
diluwih pasti bencana banjir bandang
akan terjadi,” pikirnya.
senjata. Masyarakat Jawa adalah masyarakat
religi. Hal tersebut juga tampak dalam hasil
Sikap kepedulian Gerdu terhadap ling- penelitian ini bahwa masyarakat percaya akan
kungan, desa, dan masyarakatnya terlihat pada adanya Tuhan, makhluk gaib, dan barang-
kutipan (19) dan (20). Dia berucap kepada u- barang yang mempunyai kekuatan suprana-
lar besar agar tidak menabrak dan merusak tural.
desanya. Sikap pedulinya juga menjadi beban Hasil penelitian pada Legenda Sungai
pikiran hingga ia memikirkan bagaimana mu- Naga juga ditemukan nilai-nilai pendidikan
sibah yang terjadi jika ular besar menerjang karakter. Ditemukan tiga nilai pendidikan ka-
desanya. rakter, yaitu nilai karakter kerja keras, nilai
karakter religius, dan nilai karakter peduli
Pembahasan lingkungan. Ketiga, nilai pendidikan karakter
tersebut merupakan identifikasi dari tiga nilai
Legenda diciptakan oleh manusia de- pembentuk karakter yang ada dalam satuan
ngan tujuan untuk memahami peristiwa yang pendidikan. Pentingnya penerapan pendidikan
berkaitan dengan alam. Berdasarkan hasil pe- karakter dalam dunia pendidikan harus didu-
nelitian di atas, asal-usul nama Sungai Naga kung oleh bahan ajar yang sesuai. Mata pel-
sangat berkaitan dengan peristiwa alam yang ajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs kelas VII
dahulu pernah terjadi di lokasi tersebut. Di- Kurikulum 2013 terdapat kompetensi dasar
namakan Sungai Naga karena diketahui ada u- menggali legenda atau fabel dari daerah se-
lar besar berjenis naga, masyarakat menyebut- tempat. Oleh karena itu, harus dipilih cerita-
nya Baru Klinting, melintas di sungai Dusun cerita yang memiliki nilai pendidikan karakter
Ngadiluwih. Berkat seorang pemuda yang yang cocok digunakan di dunia pendidik-
bernama Gerdu, akhirnya ular naga dapat an.Termuatnya nilai-nilai pendidikan karakter
melintasi sungai di Ngadiluwih tanpa menye- dalam Legenda Sungai Naga dapat digunakan
babkan kerusakan perkampungan penduduk. sebagai pendukung bahan pembelajaran Baha-
Banyak tempat-tempat di Indonesia yang pe- sa Indonesia pada jenjang SD, SLTP, dan
namaannya berkaitan dengan alam atau peris- SLTA. Hasil penelitian Rapi Tang, Jufri, dan
tiwa yang dahulu pernah terjadi. Misalnya, na- Sultan (2015) menunjukkan bahwa bahan ajar
ma Lamongan, dalam sejarahnya diketahui ti- apresiasi sastra yang dikembangkan berbasis
dak lepas dari riwayat Kasunanan Giri dan so- wacana budaya dapat meningkatkan prestasi
sok yang bernama Hadi, Mbah Lamong. belajar peserta didik.
Legenda Sungai Naga tidak dapat dile- Pembelajaran Bahasa Indonesia dapat
paskan dari adat istiadat dan kebudayaan Ja- memberikan konstribusi lebih pada kearifan
wa. Hal tersebut dikarenakan lokasinya yang lokal dan pendidikan karakter. Materi Kuriku-
berada dalam tataran kehidupan Suku Jawa. lum 2013 memberikan keleluasaan peserta di-
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat di- dik untuk menggali informasi cerita rakyat
ketahui bahwa dalam Legenda Sungai Naga (legenda, mitos, dan fabel) yang ada di seki-
terdapat tiga unsur kebudayaan yaitu sistem tar lingkungan peserta didik tinggal. Hal ini
pengetahuan, sistem peralatan hidup dan tek- memberikan dampak positif terhadap keber-
nologi, dan sistem religi. Pengetahuan dan po- langsungan cerita rakyat di daerahnya sehing-
la pikir masyarakat yang menganggap suatu ga dapat secara turun-temurun diketahui oleh
hal luar biasa patut diabadikan menjadikan para generasinya. Selain itu, di dalam cerita
terjadinya proses penamaan suatu tempat. rakyat juga terdapat nilai-nilai pendidikan ka-
Adanya ular besar yang melintas di sungai se- rakter yang dapat diteladani peserta didik.
bagaimana dalam legenda ini dijadikan nama Widianti, Nuryatin, dan Indiatmoko
untuk sebuah sungai yang dilaluinya. Legenda (2017) menemukan 8 nilai moral dalam cerita
Sungai Naga yang notabene berada di wilayah babad Cirebon, yakni nilai tanggung jawab,
pedesaan dengan masyarakat yang mayoritas kejujuran, toleransi, penghormatan, kerja ke-
penduduknya bertani dan berburu serta ber- ras, kasih sayang, religius, dan tolong-meno-

201
202 RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 194–203

long. Komariah (2018) dalam penelitiannya belajaran di sekolah. Hasil penelitian ini
menemukan nilai karakter dalam cerita Rak- memberikan perspektif tentang kandungan ni-
yat Kuningan mencakup nilai-nilai utama lai budaya dalam karya sastra.
yang secara khusus didistribusikan ke dalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu (1) SIMPULAN
berpikir logis, (2) kritis, (3) kreatif dan ino-
vatif, (4) percaya diri, (5) bertanggung jawab, Berdasarkan hasil analisis dan pemba-
(6) ingin tahu, (7) santun, dan (8) nasionalis. hasan di atas, dapat ditarik simpulan bahwa
Selanjutnya, cerita Rakyat Kuningan dikem- sebuah legenda diciptakan oleh manusia de-
bangkan menjadi bahan ajar yang dapat di- ngan tujuan untuk memahami peristiwa yang
gunakan pembelajaran di SMP. Sama halnya berkaitan dengan alam. Hal ini tampak dalam
dengan cerita babad Cirebon dan cerita Rak- kisah Gerdu dan Ular Naga Baru Klinting
yat Kuningan, dalam Legenda Sungai Naga yang merupakan legenda mengenai asal-usul
juga ditemukan nilai karakter kerja keras, nilai Sungai Naga. Dinamakan Sungai Naga karena
karakter religius, dan nilai karakter peduli diketahui bahwa ular yang melintas di sungai
lingkungan. Akan tetapi, dalam penelitian pa- tersebut merupakan Ular Naga. Muncul mata
da Legenda Sungai Naga juga diteliti unsur air di tempat penancapan tongkat yang dijadi-
kebudayaan yang ada di dalamnya. kan benteng penyelamat dari terjangan ular
Kebudayaan lahir dari masyarakat dan tersebut sehingga aliran sungai dari mata air
masyarakat hidup dalam suatu budaya. Setiap tersebut diberi nama Sungai Naga. Pada Le-
daerah memiliki keunikan tersendiri. Miharja genda Sungai Naga juga ditemukan unsur-
(2016) dalam penelitiannya tentang wujud ke- unsur kebudayaan. Unsur kebudayaan yang a-
budayaan masyarakat adat Cikondang mene- da dalam cerita tersebut ada tiga yaitu sistem
mukan empat hasil, yaitu pertama, masyarakat pengetahuan, sistem peralatan hidup dan tek-
yang bergantung pada alam. Kedua, konsep nologi, dan sistem religi. Ketaatan tokoh uta-
pandangan hidupnya silih asih; silih asah; dan ma kepada Tuhan Yang Maha Esa dan keya-
silih asuh. Ketiga, wujud aktifitas masyarakat kinan masyarakat kepada hal-hal gaib serta
yang rutin dilakukan tiap tahun yakni wuku kepada kekuatan supranatural merupakan un-
taun, tradisi ngaruat hajat, tradisi ngaruat lem- sur religi yang ditemukan dalam cerita.
bur, tradisi ngaruat solokan, bumi tradisi per- Legenda Sungai Naga juga mengan-
tanian, dan tradisi hajat paralon. Keempat, dung nilai pendidikan karakter sehingga cerita
hutan keramat dan rumah adat merupakan tersebut dapat digunakan sebagai bahan ajar
wujud kebudayaan dalam bentuk artefak. Bahasa Indonesia di SD, SLTP, dan SLTA.
Senada dengan penelitian tersebut, penelitian Nilai pendidikan karakter yang terdapat pada
ini menemukan beragam nilai budaya dan Legenda Sungai Naga, yaitu nilai karakter
nilai pendidikan yang relevan untuk kerja keras, nilai karakter religius, dan nilai
pengembangan pendidikan karakter. Oleh karakter peduli lingkungan.
karena itu, karya sastra lokal yang kaya nilai-
nilai layak digunakan sebagai sumber bahan UCAPAN TERIMA KASIH
ajar.
Penelitian cerita rakyat Enyeng di desa Ucapan terima kasih diberikan kepada
Cipancar, Sumedang Selatan yang dilakukan seluruh narasumber yang telah bersedia diwa-
oleh Sukmana (2018) ditemukan tiga aspek wancarai guna mendapatkan informasi. Selan-
sosial budaya dalam cerita rakyat tersebut. jutnya, ucapan terima kasih diberikan pula ke-
Aspek sosial budaya tersebut yaitu budaya, pada mitra bestari (reviewers) yang telah
pedesaan, dan ekonomi. Sama halnya dengan memberikan saran, kritik, dan rekomendasi
penelitian ini, Sukmana juga menganalisis ce- perbaikan artikel ini.
rita rakyat yang dapat digunakan untuk pem-

DAFTAR PUSTAKA

Azhar, N. I. 2016. Ledenskap Masyarakat Bang- visme: Jurnal Ilmiah Kajian Sastra, 1 (2):
kalan dan Unsur-Unsur Pembentuknya. Ata- 192–205.
Suwarno, dkk., Sejarah, Unsur Kebudayaan, dan Nilai Pendidikan Karakter ... 203

Camalia, M. 2015. Toponimi Kabupaten Lamong - Nurgiyantoro, B. 2013. Sastra Anak: Pengantar
an (Kajian Antropologi Linguistik). Parole: Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gad-
Journal of Linguistik and Education, 5(1): jah Mada University Press.
74–83. Permendikbud. 2016. Peraturan Menteri Pendi-
Danandjaja, J. 2013. Folklor Indonesia Ilmu Gosip dikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
dan Dongeng. Jakarta: Graffiti Press. Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi
Kemendiknas. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendi- Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada
dikan Karakter. Jakarta: Kementerian Pendi- Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan
dikan. Pendidikan Menengah. Jakarta: Kementerian
Kesuma, D. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Pendidikan dan Kebudayaan.
Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Rais, J., dkk. 2008. Toponimi Indonesia. Jakarta:
Remaja Rosdakarya. Pradnya Paramita.
Koentjaraningrat. 2015. Pengantar Ilmu Antropo- Rapi Tang, M., Jufri, Sultan. 2015. Pengembangan
logi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Bahan Ajar Cerita Fiksi Berbasis Wacana
Ko mariah, Y. 2018. Pengembangan Bahan Ajar Budaya di Sekolah Dasar. Pendidikan dan
Cerita Rakyat Kuningan Terintegrasi Nilai Pembelajaran, 22(2):169–175.
Karakter dalam Pembelajaran Apresiasi Sas - Samani, M., dan Hariyanto. 2013. Konsep dan
tra di SMP. Deiksis, 5(1)100–110. Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT
Kramsch, C. 2001. Language and Culture. New Remaja Rosdakarya.
York: Oxford University Press. Sugiarto, E. 2015. Mengenal Sastra Lama. Yogya-
Lee, M . A. 2013. The Dragon: The Principle of karta: CV Andi Offset.
Cosmos. Journal of Symbols & Sandplay Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan
Therapy, 4(2):70–76. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Mardiana, W. 2013. The Sapir-Whorf Hypotesis R&D. Bandung: Alfabeta.
and Toponomy Study: Place Naming Using Sukmana, E. 2018. Aspek Sosial Budaya dalam
Javanese Language. Jakarta: Universitas Ka - Cerita Rakyat Enyeng di Desa Cipancar.
tolik Atmajaya. Deiksis, 5(1): 18–23.
Miharja, D. 2016. Wujud Kebudayaan Masyarakat Widianti, N., Nuryatin, A., dan Indiat moko, B.
Adat Cikondang dalam Melestarikan Ling- 2017. Nilai Moral dalam Cerita Babad Cire-
kungan. Religios: Jurnal Agama dan Lintas bon: Berdasarkan Penceritaan di Keraton
Budaya, 1(1): 52–61. Kanoman. Journal Indonesian Language
Musfiroh, T. 2008. Memilih, Menyusun, dan Me- Education and Literature, 3(1): 24–31.
nyajikan Cerita untuk Anak Usia Dini. Yog-
yakarta: Tiara Wacana.

203

Anda mungkin juga menyukai