Anda di halaman 1dari 7

MAULID ADAT DI LENDANG NANGKA

Ahmad Taufiq
(1600025029)

Abstrack
Salah satu perayaan yang dilakukan oleh umat Muslim disebagian dunia yakni
merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad saw. sebagai salah satu manusia dan
pemimpin yang paling berpengaruh di dunia. Perayaan hari lahirnya sendiri berdasar
pada rasa kecintaan umat Islam atas perjuangannya dalam menghapuskan berbagai
macam bentuk Jahiliyah yang ada. Di pulau Lombok sendiri perayaan tersebut
bernama mulud yang berasal dari kata mawlid yang dilaksanakan tiap tahunnya
terutama berdasar penanggalan Sasak.
Kata kunci: Maulid Adat, Tradisi Sasak, Maulid.

Latar Belakang
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya
manusia dalm rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan manusia menjadi
milik belajar. Kebudyaan juga berarti kepemilikan dari manusia itu sendiri yang
digunakan untuk mempelajari kembali budaya yang diciptakan, hal tersebut
dikarenakan setiap individu yang ada memiliki pemahaman yang berbeda-beda
tentang konsep budaya sejak lahirnya.
Salah satu bentuk kebudayaan bernuansa agama yang ada di Lombok adalah
perayaan hari lahir Nabi Muhammad saw. biasa disebut dengan Maulid Nabi. Sedang
pada masayarakat Sasak sendiri menyebut dengan kata Mulud, berasal dari kata
Mawlid. Pada perayaannya sendiri, masyarakat di Lombok melakukan dengan cara
Maulid Adat.
Selain dengan cara bernuansa adat perayaan tersebut dilakukan dengan bentuk
pengajian di masjid-masjid yang diisi oleh pemuka agama yang biasa disebut dengan
Tuan Guru. Sedang pada tatanan perayaan dikalangna sosial masyarakat lainnya,
yakni dengan cara mengundang tetangga yang berasal dari kampung atau desa
seberang karena seringkali perayaan maulid berbeda harinya.

Rumusan Masalah
Berdasar pada pemaparan di atas bahwasanya penelitian ini mengkaji tentang
bagaimana sejarah serta pelaksanaan daripada prosesi Maulid Adat.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana prosesi dan makna
dalam sebuah upacara keagamaan khususnya di Lendang Nangka.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data
deskriptif berupa lisan dari hasil wawancara.

Manfaat Penelitian
Untuk mengetahui. 1) Yang dimaksud dengan Maulid Adat, 2) Sebagai
pengetahuan tentang kebudayaan Nusantara, 3) Menambah wawasan baik bagi
peneliti maupun pembaca.
Pembahasan
Maulid Adat dan Sejarahnya di Lendang Nangka
Dalam sejarahnya ada beberapa hal yang termuat. Pertama diyakini
bahwasanya perayaan ini sudah dilakukan secara turun-temurun hingga berbagai
generasi, sebagai suatu bentuk pernyataan tentang keberadaan desa. Menurut suatu
keyakinan bahwa desa Lendang Nangka pertama kali disinggahi dan ditetapkan
menjadi pemukiman bertepatan pada bulan Maulid. Kedua perayaan ini sangat jelas
sebagai sebuah tradisi adat dan agama, kaitan antara keduanya dalam konteks budaya
Sasak adalah sebuah kebudayaan yang tidak terlepas dari nilai-nilai ajaran Islam.
Salah satu cara untuk menghormati perayaan maulid di desa Lendang Nangka
adalah dengan tetap melaksanan Maulid Adat, karena jika melakukan perayaan
tersebut diyakini akan mendatangkan keberkahan, terutama pada kehidupan sosial
masyarakat. Jadi, substansinya tidak hanya sekadar pada agama semata, sehingga
dalam perayaannya mencakup banyak kegiatan yang dilakukan.
Salah satunya ketika berkaitan dengan tradisi perayaan ini dilakukan secara
bersama-sama untuk membangun rasa solidaritas, membangun kekeluargaan, dan
membangun kebersamaan. Selanjutnya, berkaitan dengan nilai sosial diyakini sebagai
bentuk kelahiran Rasulullah semata sehingga para leluhur terdahulu memohon
keberkahan.
Setiap tanggal 12 dalam penanggalan Sasak sendiri ditetapkan sebagai Maulid
Petangan (pete: mencari). Masyarkat sekitar atau kampung-kampung lain yang ada di
desa Lendang Nangka boleh melakukan perayaan maulid setelah desa melaksanakan
Maulid karena perayaan yang dilakukan desa menjadi tonggak awal perayaan bagi
kampung-kampung. Perayaan di desa Lendang Nangka ini sendiri lebih mengarah
pada akulturasi agama Islam.
Selama Maulid, ada pula prosesi yang tidak berakulturasi dengan konsep
agama yang lain, misalnya memberi sesajen, tetapi merujuk pada kegiatan roah yakni
menyuguhkan sesuatu sesuai dengan apa yang dimiliki. Penyuguhan yang diberi
berupa lekok (daun sirih), lekes, beras kuning, empok-empok, kelapa yang dibalut
dengan gula dan lainnya. Hal tersebut semata-mata dilakukan orang Sasak pada
silaturahmi untuk menjaga hubungan baik dengan makhluk lainnya dan menjaga
semesta bersama karena kita sama-sama hamba.
Misalnya, waktu tersebut dipakai untuk melakukan ritual terhadap benda-
benda pusaka seperti pencucian keris, batu akik yang ditaruh dalam sebuah peti dan
digiring menuju suatu tempat yang dianggap sakral, biasanya di Lendang Nangka
membawa benda-benda tersebut ke Otak Aik Tojang dan terakhir melakukan qurban
ayam. Pencucian pusaka tersebut dimakusdkan sebagai media untuk memberi
keberkahan terhadap masyarakat sekitar.

Tidak Ada Pertentangan dengan Norma Islam


Dalam hal ini sudut pandang yang harus ditekankan. Sudut pandang orang
Sasak sendiri memegang teguh sebuah kunci dengan ucapan ”Ndek ne dengan Sasak
lamun ndek ne Islam” (Bukan orang Sasak jika dia bukan Islam). Artinya, dalam
pelaksanan sebuah sistim sosial budaya masyarakat tidak akan pernah terlepas dari
agama Islam dan norma sosial sehingga apa yang dilakukan dari nenek moyang
hingga generasi sekarang adalah sebuah bentuk kecintaan dan penghormatan pada
Rasulullah semata. Pada prosesinya sendiri tak melupakan ajaran agama dan
dilakukan secara apik sebagai bentuk sikap pernyataan pinspi orang Sasak yang
mengagungkan Rasulullah. Konsep ini yang tidak boleh dilupakan oleh orang Sasak.

Perbedeaaan Penyebutan Maulid-Mulud-Melud


Pengucapan yang berbeda tersebut sesungguhnya tidak berkaitan dengan
esensi perayaan itu sendiri, tetapi lebih mengarah pada dialektologi. Contoh
sederhananya sendiri bahwa orang Sasak sulit melafalkan beberapa fonem yang
biasanya disatukan yakni p, f, dan v. Ketiga fonem tersebut seringkali disatukan
dalam pelafalannya.

Makna Merayakan Maulid Adat


Kegiatan perayaan ini memiliki beberapa makna tersendiri yang diyakini oleh
orang Sasak sendiri.
1. Mengenang dan menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan.
2. Membangun sistim silaturahmi atau mempererat persaudaraan.
3. Merajut kembali hubungan dengan semesta alam.
(Proses Pembersihan)

(Pelaksanaan Maulid Adat)


Penutup
Dari pemaparan di atas perayaan Maulid terutama yang berasas pada Adat
tidak selalu berkonotasi negatif, apalagi diklaim sebagai suatu penyimpangan dalam
konsep suatu agama. Seperti halnya Maulid Adat di Lendang Nangka yang dimana
nilai-nilai sosial budaya sangat ditekankan, tentu hal tersebut akan berdampak pada
rasa solidaritas yang tinggi, silaturahmi yang akan tetap terjaga, sikap gotong royong
yang akan terus dilestarikan, serta menghormati makhluk lain yang ada di dunia ini.
Refrensi:
https://www.researchgate.net/publication/294280316_TRADISI_MAULID_NABI_D
ALAM_MASYARAKAT_SASAK (diakses pada tanggal 15 April 2019)
http://wisata-sejarah.kampung-media.com/2016/12/12/maulid-adat-beleq-desa-
lendang-nangka-16871 (diakses pada tanggal 15 April 2019)
http://budaya.kampung-media.com/2016/12/09/persiapan-acara-maulid-adat-di-desa-
lendang-nangka-16830 (diakses pada yanggal 15 April 2019)

Anda mungkin juga menyukai