PENDAHULUAN
1
Diana Whitney & Amanda Tronten- Bloom, The Power Of Appreciative Inquiry:
A Practical Guide To Positive Change (Berret-Khoehler Publisher), h. 1
Dalam Al-Quran diterangkan mengenai pemberdayaan mitra
dakwah:
َو0ُنُ ۚ إِ َّن َربَّكَ ه0الَّتِي ِه َي أَحْ َس00ِ ا ِد ْلهُ ْم ب0نَ ِة ۖ َو َج0 ِة ْال َح َس0َ ِة َو ْال َموْ ِعظ0ك بِ ْال ِح ْك َم َ ِّع إِلَ ٰى َسبِي ِل َرب
ُ ا ْد
0َ ض َّل ع َْن َسبِيلِ ِه ۖ َوه َُو أَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد
ين َ أَ ْعلَ ُم بِ َم ْن
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl: 125)
Komunitas kemudian banyak dijadikan alternatif untuk
mewujudkan perubahan sosial tersebut. Komunitas oleh Kertajaya
dalam Paramitha diartikan sebagai kumpulan orang-orang yang saling
peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya dimana dalam
kumpulan tersebut terjadi relasi pribadi yang erat antara para anggota
komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values.
Komunitas memiliki batas-batas yang stabil namun lunak dan adanya
sikap saling ketergantungan antara individu. Komunitas akan berbagi
visi pada masyarakat dimana orang-orang yang menjadi anggotanya
diharapkan berkomitmen untuk kebaikan bersama.
Masyarakat atau mad’u yang terdiri dari berbagai macam latar
belakang tentu memiliki cara pandang yang berbed-beda terhadap
suatu pokok permasalahan sehingga tak jarang terjadi kasus peristiwa
penolakan dakwah oleh masyarakat terhadapa da’i-da’i tertentu yang
dianggap merusak tatanan masyarakat yang diyakini secara kultural
memiliki manfaat baik di dunia maupun akhirat. Masyarakat yang
terdiri dari berbagi latar belakang sosial keagamaan dan budaya yang
kompleks terkadang sulit untuk menerima pesan-pesan dakwah.2
2
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2011), h. 287
Materi dakwah dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan
Mad’u biasanya dilakukan secara kolektif dan terlembaga, karna
dakwah Islam meliputi wilayah yang luas dalam semua aspek
kehidupan. Ia memiliki ragam bentuk, metode, media, pesan dan mitra
dakwah.
Pesan merupakan hal yang erat kaitannya dengan komunikasi.
Sebuah pesan yang disampaikan oleh manusia dalam proses
komunikasi tidak hanya berupa bahasa verbal, karena manusia dengan
berbagai kemampuan berpikirnya akan menciptakan sebuah lambang
atau simbol untuk menyampaikan sesuatu sesuai keinginannya.
Komunikasi selalu terjadi dalam keadaan spesifik. Ketika
berinteraksi dengan orang lain, akan ada sejumlah informasi yang
diberikan kepada orang tersebut. Begitu pula sebaliknya. Seorang tidak
hanya memperhatikan apa yang lawan bicara kita bicarakan, namun
juga informasi non-verbal yang diberikan.
Gerakan jaringan Gusdurian sendiri telah muncul dan
berkembang sejak tahun 2010, beberapa saat setelah Gus Dur
berpulang. Jaringan Gusdurian adalah arena sinergi bagi para
Gusdurian di ruang kultural dan non-politik praktis. Di dalam jaringan
Gusdurian tergabung individu, komunitas atau forum lokal, dan
organisasi yang merasa terinspirasi oleh teladan nilai, pemikiran, dan
perjuangan Gus Dur. Karena bersifat jejaring kerja, tidak diperlukan
keanggotaan formal3.
Gerakan Gusdurian merupakan bentuk kaki yang mencoba
menopang spirit, gagasan dan ide besar sang sosok Bapak Bangsa.
Gerakan yang menyebut dirinya sebagai gerakan cultural ini penulis
3
Suci Rochmawati Putrid dan Oksiana Jatiningsih. (2018). “Implementasi Nila-
nilai Multikultural oleh Jaringan Gusdurian Depok”, dalam Kajian Moral dan
Kewarganegaraan. 6(1). 126
lihat sebagai bentuk gerakan sosial baru yang berusaha
mentransmisikan sumber daya berupa gagasan Gus Dur melalui
berbagai aktivitas pergerakannya, baik itu melalui aksi, media cetak,
media elektronik, seminar, diskusi dan pertemuan publik lainnya, dan
berkembang hingga menjadi gerakan sosial yang memiliki jaringan
kuat dan solid.
Salah satu gagasan transformatif seorang Gus Dur adalah tentang
pemberdayaan masyarakat dan pesantren. Gagasan Gus Dur tentang
pemberdayaan, menjadi satu poin penting yang butuh terus dikaji
sebagai sumber inspirasi dalam melakukan gerakan pemberdayaan,
khususnya pemberdayaan masyarakat dan pesantren. Agar gagasan-
gagasan progresifnya terus bersama menjadi kerja-kerja kongkrit-
kolektif yang dapat dirasakan oleh rakyat banyak.
Gusdurian telah berdiri dibeberapa daerah baik di dalam maupun
luar negeri. Salah satunya, di Kota Depok. Jaringan Gusdurian Depok
adalah jaringan sosial non-politik praktis yang menggunakan
pendekatan sembilan nilai Gus Dur, yang mana ikatan dalam jaringan
ini menghubungkan satu titik ke titik yang lain. Dalam
perkembangannya, gerakan yang pada awalnya timbul karena alasan
emosional ini akhirnya berkembang menjadi sebuah gerakan sosial
baru yang menempatkan kekuatan jaringan baik intern maupun antar
komunitas sebagai modal utamanya dalam perkembangan gerakan.
Gerakan ini juga begitu menarik karena menghasilkan banyak
aksi dan pergerakan, terdiri dari beragam aktor yaitu komunitas,
individu dan lembaga, namun tetap berlandaskan dan diikat oleh satu
hal, yaitu spirit Gus Dur. Belum lagi, Jaringan Gusdurian Depok,
memiliki tantangan berat yang mengarungi aksinya di alas Ibukota
dalam menerjang kehidupan modernistik masyarakat urban. Dari
berbagai gerakan dan kegiatan yang dilakukan oleh Komunitas
Jaringan Gusdurian Depok, salah satunya komunikasi dalam
pemberdayaan mitra dakwah pada pemuda di Kota Depok.
Dari penjelasan yang telah terpapar di atas, penulis memiliki
perhatian dan rasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang
bagaimana komunikasi dalam pemberdayaan yang dibangun oleh
Jaringan Gusdurian terhadap mitra dakwah khususnya di Kota Depok.
Yang mana Depok merupakan wilayah penyanggah Ibukota, yang
tidak sedikit tantangan menerpa organisasi yang tidak memerlukan
keanggotaan formal. Oleh karena itu tepat kiranya jika penulis
memberi judul bagi penelitian ini “Komunikasi Jaringan Gusdurian
Dalam Pemberdayaan Mitra Dakwah di Kota Depok”
B. PEMBATASAN DAN RUMUSAN MASALAH
1. Pembatasan Masalah
Bedasarkan latar belakang yang sudah dibahas. Peneliti
membatasi penelitian ini hanya berfokus pada komunikasi yang terjadi
dalam proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Jaringan Gusdurian
terhadap Mitra Dakwah yang berada di Kota Depok.
2. Perumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
merumuskan permasalahan berikut:
a. Bagaimana komunikasi dalam pemberdayaan mitra
dakwah pada Jaringan Gusdurian di Kota Depok ?
b. Bagaimana dampak komunikasi dalam pemberdayaan
mitra dakwah pada Jaringan Gusdurian di Kota Depok?
5
Husaini Usman dan Purnomo Akbar Setiady., Metodologi Penelitian Sosial,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), h. 53.
6
Rosady Ruslan., Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 33
dalam kaidah metodologi penelitian, sumber data dibagi
menjadi dua menurut cara perolehannya yakni data primer
(primary data) yang merupakan data yang diperoleh secara
langsung dari objek penelitian perorangan, kelompok atau
organisasi dan data sekunder (secondary data) yakni data
yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi atau tesedia
melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan di
berbagai organisasi atau perusahaan, termasuk majalah
jurnal, Website dan sebagainya.7
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah suatu proses mengorganisasikan dan
mengurutkan ke dalam pola, kategori dan suatu uraian dasar kemudian
dianalisa agar mendapatkan hasil berdasarkan yang ada. Hal ini
disesuaikan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis deskriptif.8Secara garis besar langkah-langkah
menganalisis data adalah sebagai berikut:
a. Redaksi data, merupakan bentuk analisis yang relevan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data
dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan -
kesimpulannya dapat ditarik dan diverifikasi.
b. Penyajian data, setelah data mengenai manajemen
diperoleh maka data tersebut disajikan dalam bentuk
narasi, gambar, visual, bagan, matriks, tabel bahkan dengan
uraian pun sehingga tujuan dari penelitian dapat terjawab.
c. Penyimpulan data yang tersaji pada analisa antar kasus
khususnya yang berisi jawaban atas tujuan penelitian
7
Rosady Ruslan., Metode Penelitian.., h. 29-30
8
Suharsimi Arikunto., Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Bulan Bintang, 2003), Cet ke-9, h. 11
diuraikan secara singkat, sehingga dapat mengambil
kesimpulan mengenai komunikasi dalam pemberdayaan
mitra dakwah pada Jaringan Gusdurian Kota Depok
7. Teknik Penulisan Skripsi
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada Keputusan
Rektor No. 507 Tahun 2017 Tentang Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah “Skripsi, Tesis dan Disertasi” UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Pada sistematika penulisan ini penulis menyajikan kerangka
skripsi yang dibagi menjadi enam bab. Hal ini agar mempermudah dan
memperjelas pembahasan dari penulisan ini. Adapun sistematika
penulisannya yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian, tinjauan
penelitian terdahulu, metodologi penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Berisi tentang pengertian dan penjelasan dari Komunikasi
Organisasi, Pemberdayaan dan Mitra Dakwah.
BAB III : GAMBARAN JARINGAN GUSDURIAN DEPOK
Berisi tentang gambaran umum Jaringan Gusdurian Depok.
BAB IV : DATA DAN TEMUAN
Berisi tentang penyajian data dan temuan yang didapat pada
Jaringan Gusdurian Depok.
BAB V : PEMBAHASAN
Berisi uraian analisis mengenai Komunikasi dalam
Pemberdayaan Mitra Dakwah pada Jaringan Gusdurian di
Kota Depok.
BAB VI : PENUTUP
Berisi mengenai kesimpulan, implikasi dan saran.