Anda di halaman 1dari 14

Dakwah Organisasi Nahdatul Wathan Terdapat

Suku Sasak Di Lombok

Abdul Koharudin, Agus Junianto, Candra Irawan, Daffa Ulhaq Mendoza,


Dikha Alhafiz, Donna Zahra Humaira
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
IV Kelas A

--------------------------------------

ABSTRAK
Peradaban masyarakat Lombok pada realitas sekarang, lahir dan berangkat dari revolusi yang
diprakarsai oleh para Tuan Guru dan aristocrat di tahun 1819 melawan penjajahan atas
masyarakat Sasak (Lombok) oleh kekuatan politik luar, suatu fenomena yang mencerminkan
awal mula sejarah civil society dan berpijak pada kekuatan ideologis serta pengukuhan
integritas masyarakat Lombok. Di awal tahun 1953, munculnya organisasi Nahdlatul Wathan
(NW) mungkin saja dapat dikatakan sebagai salah satu tanda perkembangan civil society, akan
tetapi klaim tersebut harus selalu diinterogasi dengan ada tidaknya penegasan identitas politik
organisasi NW, di tengah-tengah keberadaannya sebagai identitas sosial masyarakat Lombok.
Hingga dengan saat ini, NW masih memerlukan berbagai rekonstruksi teologi politik dan
restorasi nilai civil society, beberapa tuntutan proses yang akan menentukan signifikansi NW
sebagai suatu gerakan sosial keagamaan yang seutuhnya berpihak pada masyarakat sipil, mulai
dari equilibrium politik sampai arsitektur sosial masyarakat Lombok.
Kata Kunci: Nahdlatul Wathan, Masyarakat Lombok, Civil Society.

ABSTRACT
The civilization of the Lombok people in the present reality, was born and departed from
the revolution initiated by Tuan Guru and aristocrat in 1819 against colonization of the
Sasak people (Lombok) by outside political power, a phenomenon that reflects the
origins of history civil society and is based on ideological strength and strengthening of
integrity the people of Lombok. At the beginning of 1953, the emergence of the
Nahdlatul organization Wathan (NW) may be said to be one of the signs development of
civil society, however, these claims must always be interrogated whether or not there is
a confirmation of the political identity of the NW organization, in the middle its
existence as a social identity for the people of Lombok. To at present, the NW still needs
various reconstructions of political theology and restoration of civil society values, some
of the demands of the process to be determine the significance of the NW as a socio-
religious movement wholly in favor of civil society, starting from the political
equilibrium to the social architecture of the people of Lombok.
Keywords: Nahdlatul Wathan, Lombok Society, Civil Society.

PENDAHULUAN

Nahdlatul Wathan merupakan organisasi Islam terbesar di Lombok yang bergerak dalam
bidang pendidikan, sosial dan dakwah. Embrio Nahdlatul Wathan dimulai dari pendirian Pondok
Pesantren Al-Mujahidin pada tahun 1937. Pondok pesantren ini merupakan lembaga pertama
yang didirikan oleh TGH. Muhammad Zainuddin Madjid setelah pulang dari Makkah, dan
kemudian terdaftar secara resmi sebagai ormas Islam pada tahun 1953. Literatur lain menyatakan
bahwa Nahdlatul Wathan berdiri pada tanggal 25 Agustus 1937. Nahdlatul Wathan berada di
posisi tengah antara NU dan Muhammadiyah dalam praktik ibadah dan ritual amaliah Nahdlatul
Wathan lebih dekat ke Nahdlatul Ulama, sedangkan dalam konsep pembangunan pendidikan
sama dengan Muhammadiyah.

Nahdlatul Wathan tidak memiliki pondok pesantren yang khusus, ia lebih fokus pada
pengembangan pendidikan formal seperti madrasah, sekolah dan perguruan tinggi. Untuk
mendukung pendidikan keagamaan, Nahdlatul Wathan di pusat Kota Pancor hanya mendirikan
Ponpes setingkat mahasiwa (ma’had ‘ali) yang dinamakan Ma’had Darul Qur’an Wal-Hadits.
Semua lulusan Aliyah diharapkan untuk menimba ilmu di Ponpes Ma’had sambil kuliah di
perguruan tinggi lain di lingkungan kampus Nahdlatul Wathan. Meskipun di tingkat cabang
lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan di beberapa desa membangun ponpes, tetapi jumlahnya
sangat terbatas. Praktik dakwah Nahdlatul Wathan tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi
juga melalui ceramah-ceramah umum (pengajian) yang dilakukan secara bergantian dari
kampung ke kampung yang melibatkan jumlah massa yang besar. Di dalam pengajian tersebut
berbagai kegiatan ikut menyertai misalnya nyanyian lagu-lagu Nahdlatul Wathan, pembacaan
wasiat, melempar uang koin untuk amal, dan penjualan asesoris Nahdlatul Wathan berupa foto
TGH. Zainuddin, kalung dan cincin yang di dalamnya terdapat foto beliau. Simbol-simbol
legenda lokal juga seringkali digunakan baik di dalam teks Nahdlatul Wathan maupun dalam
ceramah-ceramah TGH. Zainuddin yang berpengaruh besar pada tingkat penerimaan dan
kepercayaan masyarakat atas dakwah tersebut.

Berangkat dari asumsi ini artikel juga bertujuan untuk mengeksplorasi tentang
transformasi yang berkembang di dalam dakwah Nahdlatul Wathan, unsur-unsur kebudayaan
dan seni yang digunakan di dalam dakwah tersebut, dan peran simbol-simbol tersebut sebagai
sumber inspirasi TGH. Zainuddin dalam mengembangkan praktik dakwahnya dan pembentukan
karakter dakwah yang damai dan moderat. Dengan tujuan-tujuan tersebut, artikel ini mencoba
untuk mengkerangkai transformasi dakwah yang dilakukan oleh Nahdlatul Wathan dengan
kerangka teori gerakan sosial.

Dalam konteks ini adalah gerakan sosial yang dilakukan oleh Tuan Guru Haji (TGH)
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid di dalam organisasi Nahdlatul Wathan (1898-1997),
khususnya berhubungan dengan pendekatan dakwah yang integratif yakni memadukan berbagai
unsur kebudayaan seperti seni, simbol, pendidikan dan politik. Integrasi unsur-unsur tersebut
dalam dakwah Nahdlatul Wathan telah berkontribusi besar di dalam percepatan pembangunan
Nahdlatul Wathan di masyarakat. Meskipun dakwah Nahdlatul Wathan mengalami tantangan di
awal berdirinya 1930an karena kesalahan persepsi dan miskomunikasi dari masyarakat, akan
tetapi setelah memahami pendekatan yang digunakan oleh pendiri Nahdlatul Wathan masyarakat
mulai sadar memberikan dukungan penuh atas kegiatan dakwah tersebut. Bahkan elemen
masyarakat yang dulunya menentang telah bergabung dan menjadi bagian penting di dalam
pengembangan dakwah Nahdlatul Wathan.
METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui studi pustaka dan studi
media elektronik. Prosedur penelitian ini dipilih dan ditentukan oleh kelompok kami sesuai
dengan kebutuhan situasi serta kondisi yang dihadapi. Namun, penelitian ini sangat jauh dari
kata sempurna. Dikarenakan dibatasi akan adanya virus corona. Maka dari itu, kami sangat
mengharapkan kritikan serta komentar dari pembaca supaya penelitian ini menjadi lebih baik lagi
untuk kedepannya.

Positif dan negatif alasan kelompok kami memilih pendekatan kualitatif ini ialah agar
lebih mudah dalam mengkajinya serta kami tidak bisa mengkaji dengan secara langsung
dikarenakan situasi serta kondisi yang tidak memungkinkan dan dengan pendekatan tersebut
kami hanya menghasilkan data deskriptif yaitu melalui tulisan tentang Dakwah Organisasi
Nahdatul Wathan Terdapat Suku Sasak Di Lombok.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dakwah Organisasi Nahdatul Wathan Terdapat Suku Sasak di Lombok


1. Analisis Nahdatul Wathan di Suku Sasak di Lombok
a. Nahdlatul Wathan dalam Perspektif Gerakan keagamaan (Religious Movement).
Kiprah NW tidak berhenti dengan meninggalnya pendiri NWDI, NBDI dan NW pada
tahun 1997 M, tapi justru lebih berkembang karena dilanjutkan perjuangannya oleh para
penerus-penerus beliau. Memang terjadi dualisme kepemimpinan di tubuh Organisasi ini,
tapi jangan lihat aspek itu sebagai suatu yang negatif semata, tapi ada nilai kompetisi di
dalamnya sehingga masing-masing berjuang dan berusaha keras untuk membangun NTB
ini sesuai dengan bidang dan bakat keahlian masing-masing. Dalam aspek Sosial-
keagamaan, jelas terjadi gesekan-gesekan yang kurang kondusif di kalangan masyarakat,
tapi seiring dengan perkembangan zaman lambat-laun kondisi tersebut sudah membaik
dengan timbulnya kesadaran dari setiap warga NW dalam memilih afiliasi organisasinya.
Tapi yang pasti adalah, NW dalam dualisme kepemimpinan ini mampu memberikan
warna terhadap perkembangan pendidikan, sosial, politik, ekonomi, budaya di NTB ini,
apalagi NW ini bersatu kembali takkan lebih besar andilnya dari sebelum-belumnya guna
kemajuan dan pengembangan NTB menuju NTB Bersaing.
b. Nahdlatul Wathan Dalam Dimensi Gerakan Sosial-Keagamaan (Social & Religious
Movement). Nahdlatul Wathan memiliki peran penting di dalam mendorong terjadinya
perubahan keagamaan masyarakat Islam, dari Islam Sinkretis seperti Wetu telu menuju
Islam Paripurna (Islam Kaffah). Hal ini NW menempuh tiga mekanisme dakwah untuk
bisa merubah pemahaman dan praktek keberagamaan masyarakat Islam NTB: Pertama,
Melalui Pendidikan Kemadrasahan dan Gerakan Kemasjidan. Kedua, pengajaran
keagamaan dengan mengadakan dakwah keliling yang lazim disebut oleh warga NW
dengan Majlis dakwah Hamzanwadi dan majlis ta’lim Nahdlatul Wathan. Ketiga,
Gerakan Penyebaran Kader-kader NW ke seluruh Pelosok Nusantara.
c. Nahdlatul Wathan Dalam Ranah Pembangunan Sumber Daya Manusia (Human
Resources Development) Melalui Gerakan Pesantren. Nahdlatul Wathan adalah sebuah
organisasi yang berorientasi pada bidang pendidikan, sosial, dan dakwah islamiyah. Inti
perjuangannya adalah berupaya mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Perjuangan ini menjadi sangat strategis, karena pembangunan di bidang SDM dapat
terefleksi dalam bidang-bidang pembangunan lainnya. Artinya, Kesuksesan di bidang-
bidang pembangunan sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia. Sebagai
gambaran awal peran NWDI-NBDI yang disebut oleh pendirinya, Dwi Tunggal Pantang
Tanggal, dalam mencetak SDM yang kemudian hari nanti menjadi motor penggerak
pembangunan sosial keagamaan di Indonesia. Out put dari madrasah NWDI pada priode
awal menjadi pelanjut dan pengembang dari visi, misi dan perjuangan pendiri NWDI-
NBDI yang nantinya dua madrasah tersebut menjadi embrio lahirnya Organisasi
Nahdlatul Wathan. Hal ini harus dilihat secara objektif bahwa peran TGH.M. Zainuddin
AM sebagai motor penggerak kemajuan dan perkembangan sosial keagamaan di NTB ini.
Gerakan pondok pesantren dalam mengembangkan semangat sosial keberagamaan di
NTB tercermin dalam banyaknya pondok pesantren NW yang berkiprah bukan saja pada
aspek pendidikan saja tapi bergerak dalam bidang sosial, ekonomi dan budaya. Data
pondok pesantren yang ada di Lombok NTB dengan komposisi, Pondok Pesantren di
Kota Mataram berjumlah, 50 buah, Lombok Barat, 80 buah, Lombok Tengah 90 buah,
Lombok Timur 170 buah. Secara kuantitatif pondok pesantren tersebut berafiliasi ke
organisasi Nahdlatul Wathan. Ini artinya separuh dari lembaga-lembaga pendidikan dan
lembaga sosial keagamaan di NTB didominasi oleh Organisasi NW yang secara otomatis
lembaga tersebut berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan, sosial dan
kemasyarakatan di NTB.
d. Kontribusi Nahdlatul Wathan terhadap Pengembangan Islam Nusantara. Maqasid sebuah
pendekatan Islam Nusantara. Logika hukum formal klasik selalu dijadikan sebagai
penghambat dinamika intelektual. Sunggu sebuah pandangan yang patut digugat. Karya
klasik sekaliber al-Ghazali, al-razi dan lainnya telah meletakkan basis fundamental
penguatan pemikiran Islam yang akomudatif. Hanya dan mungkin sikap kritis
menelisikkan kemudian dijebloskan ke ruang kosong. Karenanya paradigma pemikiran
Islam Klasik layak dijadikan basis akademis yang Akan memperkokoh pemikiran toleran
dalam maknanya yang parsial dan tugas akademisi untuk melanjutkan dalam makna yang
universal. Universalitas simbol aktual Islam Nusantara. Logika zaman dan fiqh lokal
semestinya dipadukan karena simbul lokal selalu dijadikan anak tiri dan bahkan
dimarjinalkan. Padahal Lokal adalah sumber utama pembangunan global. Jadi sumber
murni pengembangan fiqh adalah realitas lokalistik (al-Tsâbit bi al-urfi ka al-tsâbit bi al-
nasshy) karena hadir dalam bingkai keragaman yang memang sudah menjadi sunnatullah.
Paradigma Fiqh dan kalam klasik tetap menjadi basis paradigmatiknya Islam Nusantara,
hanya tidak bisa lagi mempertahankan hegomoni dan sikap statisnya. Karena kalau statis
maka Akan digilas oleh sains modern dan klaim profetik Islam sebagai shalihun li kulli
zamaanin wa makaanin padahal nalar waqoiy (Nalar empiris) tidak tunggal.

2. Organisasi Nadhatul Wathan


Nahdatul Wathan merupakan salah satu Organisasi sosial keagamaan Islam di Indonesia
yang fokus pada bidang pendidikan, sosial, dan dakwah. Organisasi Nahdatul Wathan didirikan
oleh putra asli sasak, yaitu Tuan Guru Zainuddin Abdul Majid pada tanggal 01 Maret 1953 di
Pancor, Lombok Timur, Nusa Tenggata Barat. Organisasi Nahdatul Wathan memainkan peran
penting dalam proses Islamisasi di Lombok di awal abad XX melalui gerakan Pesantren dan
Madrasah yang terbesar ke seluruh kampung yang terdapat di Pulau Lombok. Kata Nahdatul
wathan, berasal dari bahasa arab Nahdlah, yang berarti kebangkitan, pergerakan, atau
pembangunan. sedangkan Wathan yang berarti tanah air atau Negara. Nahdatul Wathan berarti
kebangkitan tanah air, pembangunan Negara atau membangun Negara.

Istilah Nahdatul Wathan sendiri pada mulanya mengalami proses diskusi antara Tuan
Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid dengan gurunya Syaikh Hasan Al-Masyat Sewaktu
Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid hendak mendirikan jam’iyyah ia memohon restu
gurunya dan meminta pertimbangan nama. Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid
mengajukan nama Nahdatul Wathan dengan dasar pemikiran backgound historis masyarakat
pulau lombok dan umumnya di Nusantara pada waktu itu dalam proses perjuangan kemerdekaan.
Kondisi keterpurukan inilah yang harus dibangkitkan. Oleh syeikh Hasan Al- Masysyat
mengusulkan nama nahdah al-din al-islam li al-watan atau nahdah al-islam li al-watan. Tuan
Guru Muhammad Zainnuddin Abdul Majid menegaskan nama Nahdatul Wathan sebagai pilihan
ideal. Mengingat revelansi yang lebih bernuansa kebangsaan. akhirnya Syaikh Hasan Al
Masysyat menyetujui nama tersebut lebel utama. Tetapi dalam visi dan misi perjuangan
organisasi tersebut harus menjadikan agama sebagai basis perjuangan yang utama.

Keberadaan lembaga-lembaga pendidikan Nahdatul Wathan merupakan suatu bukti yang


tidak terbantahkan akan peran serta mewujutkan tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara
sebagai mana yang termaktub dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945, yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa. Bahwa secara matematis beberapa banyak anak bangsa yang
dapat di cerdaskan oleh organisasi nahdatul wathan.

Istilah Nahdatul Wathan pertama kali pertama kali muncul di kalangan tokoh-tokoh
pejuang Islam di Surabaya 1916. Kiai Wahab Hasbullah dan Kiai Mansur menggunakan istilah
ini sebagai salah satu nama organisasi pergerakan sosial untuk menentang dan menandingi
dominasi penjajahan belanda. Selain organisasi Nahdatul Wathan di tahun 1918 mereka juga
membentuk gerakan Nahdatul Tujjar (gerakan pedangang) Nahdatul Fikri (gerakan intelektual)
sebagai respons terhadap kondisi masyarakat yang mengalami keterbelakangan ekonomi dan
pendidikan akibat hegemoni politik kolonial. Fakta sejarah ini melahirkan sebuah tanda tanya,
apakah terdapat hubungan antara organisasi Nahdatul Wathan yang lahir di Surabaya 1916
dengan organisasi Nahdatul Wathan yang didirikan oleh Tuan Guru Zainuddin di Lombok
Timur. Menurut Muhammad Noor secara oganisatoris tidak ada hubungan antara kedua
organisasi tersebut walaupun namanya sama karena jarak waktu cukup jauh dan tempat yang
berbeda.

Dari sisi historis dan ideologis, Organisasi Nahdatul Wathan (NW) lebih dekat dengan
Nahdatul Ulama (NU) dari pada Muhammadiya. Tidak ada perbedaan dalam praktik Ibadah
Amaliyah antara Nahdatul Wathan dan Nahdatul Ulama, apalagi sebelum itu tuan Guru
Muhammad Zainuddin Abdul Majid Pernah diangkat sebagai konsulat Nahdatul Ulama di 1950
an perwakilan dari pulau sunda kecil. Hal ini menunjukkan adanya ikatan emosional antara
Nahdatul Ulama dengan Dahdatul Wathan, adapun salah satu penyebab keluarnya Tuan Guru
Zainuddin keluar dari Nahdatul Ulama secara struktural bahwa ada kebijakan politik para tokoh
Nahdiyin yang keluar dari partai masyumi dan membentuk partai baru, sedangkan Tuan Guru
Muhammad Zainuddin Abdul Majid memilih tetap di Masyumi. Selain itu faktor internal juga
memainkan peran singnifikan, perkembangan Madrasah-Madrasah yang begitu pesat dibeberapa
desa enjadi pendorong Tuan Guru Muhammd Zainuddin Abdul Majid untuk membentuk sebuah
organisasi yang nantinya akan berfungsi sebagai payung besar menaungi dan bertanggung jawab
terhadap keberlangsungya lembaga-lembaga pendidikan tersebut.

Nahdatul Wathan menganut paham akidah Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan menganut
Mazhab Syafi’i sebagai Mazhab Tunggal Organisasi. Walaupun menganut Mazhab Iman Syafi’i,
namun dalam praktiknya tradisi keagamaan yang berkembang di lingkungan jama’ah Nahdatul
Wathan bercampur dengan praktik budaya lokal masih punya pengaruh kuat di kalangan jama’ah
Nahdatul Wathan, ia sejalan dengan praktik keagamaan atau lebih dikenal dengan Islam di
Nusantara sebagai contoh jama’ah Nahdatul Wathan masih menggunakan upacara adat untuk
kematian, seperti tahlilan, talkin, dan juga kelahiran banyi dan sunatan. Tidak ada upaya
purifikasi yang ketat dan pemisahan budaya dari agama oleh Tuan Guru Muhammad Zainuddin
Abdul Majid. Namun pelan-pelan dominasi agama mulai terlihat di atas seiring berjalannya
moderisasi pendidikan, salafisasi keagamaan, media turisme di Lombok. sinkretisme agama dan
adat dikalangan jama’ah Nahdatul Wathan tidak lepas dari model dakwah Tuan Guru
Muhammad Zainuddin Abdul Majid yang mengikuti pola dakwah wali Songo di pulau Jawa. dia
mengembangkan tradisi Islam sufi yang sangat adaptif dan akomodatif dengan budaya lokal,
menyiapkan prinsip dan nilai Islam dalam praktik lokal tersebut, dia juga ersuasif dalam
dakwahnya, lembut, sopan santun, toleran dan tidak ekstrim.
Walaupun Organisasi Nahdatul Wathan adalah Organisasi keagamaan Islam ortodok,
akan tetapi Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid justru menggunakan pancasila
sebagai asas organisasi, bukan Islam ini sangat menarik karena bertolak belakang dari latar
belakang keagamaan dan kepartaian politik nya di Masyumi yang di kenal sangat Islami
keputusan ini menunjukkan dirinya sebagai sosok nasionalis religius yang mengedepankan
kepentingan bangsa dari pada kepentingan pribadi dan kelompok, Tuan Guru Muhammad
Zainuddin Abdul Majid di kenal sagat koopratif dengan pemerintahan daerah dan pusat.

3. Nadhatul Wathan Sebagai Mesin Keislamanan

Bagi Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid Islam adalah Agama yang sangat
komprensif dan merakyat bagi kelangsungan hidup manusia secara umum. Islam tidak mengenal
kekerasan, kepobian, dan kefanikan secara mati- matian. Tetapi Islam adalah sebuah agama yang
mengajarkan kedamaiaan, kenyamanan, keamanan dan kebahagiaan. Siapapun mereka dapat
menikmati Islam secara terbuka. Asalkan tidak bermaksud menggerogoti Islam dari dalam secara
bersembunyi. Sebagai agama dakwah Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid mengerti
dengan apa agama ini disebarkan pada masyarakat sasak. Bagaimana secara
mensosialisasikannya serta kebijakan apa-apa yang harus di ambil dalam rangka memperkuat
ketahanan Islam di mata mereka. Berbekal keilmuan di makkah. Tuan Guru Muhammad
Zainuddin Abdul Majid secara bertahap melebur dengan kultur masyarakatnya dengan
melakukan beberapa langkah-langkah strategi yang menjadi modal atau mesin penggerak
keislamanya.

Beberapa komponen-komponen penting yang menjadi bangunan dasar dalam konteks


mobilisasi keislaman warga sasak.

a) Imam dan Takwa, sebagai aktivitas dasar


Pasca pendirian dua madrasah induk NWDI dan NBDI gerakan keislaman Tuan
Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid mengalami perkembangan yang sagat pesat.
Pancor adalah markas pusat gerakan dakwah Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul
Majid. Semua madrasah cabang yang ada langsung dikontrol oleh beliau, aktivitas dasar
yang melandasi gerakan keislaman Syaikh Zainuddin melalui Nahdatul Wathan (NW) ini
adalah apa yang beliau sebut ketika melakukan dakwah yaitu “IMAN dan TAKWA”.
Bahkan kata ini menjadi simbol pertama yang ia sebut disetiap ceramah, pidato,
pengajian maupun pidato-pidato resmi Nahdatul Wathan (NW). Dan kalau kita amati,
tidak ada satupun ceramah atau pidato beliau yang terlewati tanpa terlebih dahulu
mengucapkan yel-yel keimanan yakni “Iman dan Takwa”. Tidak hanya menjadi aktivitas
dasar dalam konteks kereligiusan, akan tetapi menjadi tren retorika ceramah dan
berpidato.
Yang perlu kita garis bawahi di sini adalah penanaman utuh dan kokoh mengenai
keharusan menjadikan “iman dan takwa” sebagai Norma keislaman yang fundamental
dalam hati manusia, Iman adalah tonggak segala kegiatan ukhrawi dan duniawi. Tanpa
iman, keseluruhan aktifitas tidaklah berguna. Bengitu juga dengan takwa yang menjadi
mitra norma iman. Takwa adalah pendamping iman yang tidak bisa dipisahkan di antara
keduanya. Ia berjalan secara bersamaan.
b) Nahdatul Wathan (NW) Fi Al-khair Nw Fastabiq Al-Khairat sebagai daya batin.
Syaikh Muhammad Zainuddin Abdul Majid selalu membangkitkan semangat
juang para santri dan jamaah. Beliau menanamkan rasa memiliki secara bersama, bahwa
Nahdatul Wathan ini bukan milik pribadi, akan tetapi milik bersama sebagai warga
Nahdatul Wathan, didalam pengajian-pengajian beliau baik secara langsung maupun
tidak langsung, selalu saja kata-kata Nahdatul Wathan Fastabiq al-Khairat.
Fakta derita yang masih melanda bumi Lombok saat itu adalah berkuasanya
pemerintah belanda yang juga sekaligus banyak merugikan masyarakat kecil. Pendidikan,
ekonomi, moral dan sebagai nya merupakan dampak negatif melanda masyarakat nya.
Paling tidak saat itu ada dua jihat yang beliau hadapi pertama jihat kemerdekaan bangsa
Indonesia dan jihad pendidikan, kemakmuran keadilan dan ekonomi, agama dan
pendidikan serta keamanan dan kebahagiaan.
c) Yakin Ikhlas dan Istiqamah Sebagai Roda Gerak
Sebagai seorang yang beriman dan bertakwa, maka segala aktifitas dunia dan
akhiratnya juga harus dilandasi dengan tiga prinsip Islam yakni:”Yakin, Ikhlas, dan
Istiqamah” tiga unsur ini menurut Tuan Guru Zainuddin penggerak utama keimanan dan
ketakwaan. Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid amat kerap menegaskan
kepada jamaahnya dan santrinya, bahwa tidak ada lain di dalam kehidupan ini melainkan
harus yakin seyakinnya yakinya. Keyakinan utuh kepada tuhan adalah modal utama
inilah yang kerap kali beliau tegaskan di hadapan santri dan jamaahnya terutama saat-saat
sulit dimana santri berjuang melawan penjajahan dan satu sisi berjuang melawan
penghianatan agama dan negara.
Hal yang serupa adalah ikhlas, dan istiqamah. Doktrin keikhlasan dan
keistiqamahan yang di tanamkannya sama halnya dengan kenyakinan pada penjelasan di
atas. Yakin sebagai pilar strategis perjuangan dan ikhlas serta istiqamah adalah subsistem
yang tisak boleh berjalan secara terpisah jadi:”yakin, ikhlas dan istiqamah” adalah satu
kesatuan yang harus terbentuk baik secara individu maupun kolektif.
Trilogi inilah yang juga menjadi asas pesantren nahdatul wathan tidak
mengajarkan ketamakan dan dendam, melainkan ke ikhlasan dan ke istiqomahan sebagai
strategi untuk tetap berada di dalam kebaikan. berjiwa ikhlas berarti berjiwa nubuwwah.
Sebab ikhlas merupakan salah satu sifat yang tertanam di dalam diri Nabi. Tentu di sini
ada konsepsi ihklas harus kita pahami. Bukan ikhlas dalam pengertian vulgar liberal,
melainkan keikhlasan dalam kesadaran bahwa manusia berkewajiban membantu
sesame, menegakkan ajaran tuhan, menegakkan keadilan, menegakkan hukum,
memakmurkan dunia sebagainya. Sementara istiqamah adalah pilar dalam upaya secara
terus meneruskan mengembangkan dan melanjutkan kewajiban-kewajiban tersebut.
d) Kompak Utuh dan Bersatu, sebagai gembok kesatuan dan keutuhan
Sama halnya dengan term-term yang lain, bahwa kompak utuh bersatu juga
bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam sebuah perjuangan, tiga jargon ini dipandang
sebagai kunci pokok yang harus melekat. Tanpa kekompakan, keutuhan dan kesatuan,
maka semua komunitas akan mengalami kemandekan dan keruntuhan. Sebab semua
organisasi apapun tidak akan bisa berjalan tanpa adanya sebuah kekompakan.
Membagun keislaman di Lombok bukanlah sesuatu yang mudah layaknya
menggambarkan sebuah pemandangan. Sebab dilapangan akan berhadapan dengan
keragaman corak, cara berpikir dan latar belakang yang lainnya, belum lagi krisisbya
ekonomi yang kadang bisa merusak kerja tersebut. Dalam semua hal, saling membantu,
melayani, memberi solusi dan sebagainya. Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul
Majid selalu menanam kan kepada keluaganya dan jama’ahnya bahwa bila kita ingin
maju. Maka harus ada kekompakan. Sebab kompak adalah senjata pemusnah perpecahan
dan pertentangan. Ajaran kompak ini menjadi ciri khas Nahdatul Wathan. Begitu juga
dengan keutuhan, bahwa utuh dalam arti tetap menjaga kebersamaan dan solidaritas
antarsesama dan sesama lainnya. Tidak mengadu damba, tidak memfitnah dan
sebagainya, melainkan selalu terbuka dan berbagi. Begitu jga dengan bersatu yang
merupakan rangkaian akhir dari tiga trilogi tersebut. Bersatu adalah tali ikatan yang
sangat ampuh untuk menegakkan kemajuan baik dari segi agama maupun
kepemerintahan.

4. Perkembangan Organisasi Nadhatul Wathan


Bahwa secara garis besar, perkembagan Organisasi Nahdatul Wathan dapat dipetakan
menjadi tiga periode, Pertama dari tahun 1954- 1976, kedua 1977- 1985, ketiga dari tahun 1986-
1977. Periode Pertama merupakan periode penguatan basis organisasi, yang menitikberatkan
pada penataan aspek-aspek Organisasi. Sehingga pada periode ini Organisasi mengalami
perkembangan singnifikan. ini dapat terlihat dari hal-hal sebagai berikut.

 Adanya upaya-upaya untuk memperluas jaringan organisasi.


 Adanya upaya untuk meningkatkan perhatian terhadap khittah organisasi sebagai
organisasi yang bergerak dibidang pendidikan. Sosial dan Dakwah.

Upaya ini membuahkan hasil dengan perkembangan organisasi di Daerah Nusa Tenggara
Barat dengan terbentuknya pengurus-pengurus daerah nahdatul wathan, di masing-masing
Kabupaten, dan terbentuk pengurus wilayah dibeberapa daerah tingkat I, Seperti Pengurus
wilayah dahdatul wathan jawa tegah di Yogyakarta, Pengurus Daerah Nahdatul Wathan di Nusa
Tenggara Timur, pengurus daerah di propinsi Bali, di Singaraja.propinsi jawa timur, propinsi
jakarta.

Periode kedua ini, dari tahun 1977-1985, Organisasi Nahdatul Wathan mengalami masa-
masa sulit dan krisis sampai pada titik yang sangat nadir. hal ini disebabkan oleh kepentingan-
kepentingan politik yang ingin membawa organisasi ke dalam domain politik praktis. sehingga
terjadi perpecahan internal organisasi yang pada gilirannya nahdatul wathan mengalami
kevakuman. Sebagai upaya untuk menyelamatkan organisasi dari krisis keperpanjangan, maka
pada tanggal 18-30 Januari 1977 bertepatan dengan 18-10 Safar H. Di selenggarakan Muktamar
kilat istimewa yang kemuadin yang menghasilkan keputusan kepengalihat pengurusan organisasi
kepada pendirinya yang pada saat itu menjabat sebagai ketua dewan muktarsan pengurus besar
Nahdatul Wathan.

Periode ketiga dari tahun 1986-1997 Nahdatul Wathan mengalami revitalisasi organisasi
dengan kembali ke khittah organisasi, yakni penguatan pada kerja dan gerakan –gerakan kultur,
seperti dalam bidang pendidikan, sosial, dan dakwah. Upaya merevitalisasi organisasi dimulai
dari penataan kembali tingkat- tingkat sampai ke tingkat wilayah. Selain itu tim pengurus besar
Nahdatul Wathan melakukan penyempurnaan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta
program kerja. Untuk mengembangkan organisasi pengurus besar nahdatul wathan juga
mendirikan perwakilan-perwakilan organisasi di berbagai tempat, seperti DKI Jakarta, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tegah, Sulawesi Utara, Maluku, dan Bali.

Ini vakum mulai diaktifkan kembali, seperti ikatan sarjana nahdatul wathan (ISNW),
pemuda nahdatul wathan (PNW), dan persatuan guru nahdatul wathan (PGNW). Bahkan
dibangun badan otonom baru, badan pengkajian, penelitian, dan pengambangan masyarakat
nahdatul Wathan(BP3M). yang dibentuk berdasarkan SK PBNW Nomor 01/1986,Tanggal 7
April 1986. Perkembangan kerja-kerja kultural di bidang Pendidikan, Sosial, dan Dakwah, dapat
lihat pada keberhasilan organisasi nahdatul wathan dalam mengadakan kerjasama-kejasama
dengan berbagai intansi terkait dalam pemberdayaan masyarakat. Di samping itu di bagun
Perfustakaan Birul Walidain dan pengembangan media cetak, dengan menerbitkan koran gema
Nahdatul Wathan.

KESIMPULAN

Di dalam penelitian ini, bahwa dapat dicermati pemikiran dan model dakwah seorang
ulama yang kharismatik dari pulau sunda kecil yaitu Tuan Muhammad Zainuddin Abdul Majid
yang menjadikan Organisasai yang bernama Nahdatul Wathan sebagai wadah di dalam
perjuangannya di dalam menyebarkan risalah Islam dan memperjuangan kan Negara dari
penjajahan.
Sebagai seorang ulama Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid memberikan
banyak kontribusi bagi perjuangan tanah air. Khususnya di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat.
perjuangannya ini di terapkan pada aspek pemikiran dan model dakwah nya yang bersifat
moderat. Pemikirannya terhadap bidang ke Agamaan Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul
Majid adalah selalu mengedepankan kolektifitas di dalam mengambil sebuah paham aqidah,
seperti yang diambil sebagai salah satu asas di dalam organisasi nahdatul wathan seperti aqidah
ahlussunnah waljamaah mazhab imam syafi’i. Yang sangat di ambil banyak kalangan islam yang
ada khususnya di Negara Indonesia. dan selalu mengedepan kan toleransi beragama antara
berbagai kepahaman keagamaan yang di anut oleh pelaku keagamaan.

Model dakwah yang di lakukan oleh Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid
sebagai mana apa yang terjadi pada zaman sekarang ini, dakwah beliau mengkolaborasikan
metode dakwah ulama-ulama terdahulu dengan model dakwah yang di bentuknya.dan di dalam
dakwah beliau tidak hanya di ikuti oleh organisasi nahdatul wathan semua tetapi semua
organisasi ikut serta di dalam dakwah beliau.

DAFTAR PUSTAKA

Budiwanti, Erni, Islam Sasak; Wetu Telu versus Waktu Lima, Yogyakarta: LKiS, 2000.

Madjid, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul, Hizib Nahdlatul Wathan & Hizib Nahdlatul
Banat, Terj. Abdul Hayyi Nu’man, Anjani: PBNW, 2003.

Abdul Hayyi Nu’am Nahdatul Wathan organisasi pendidikan sosial dan dakwah islamiyah
selong PD NW lombok timur 1988.

Barie. Tokoh Dan Sejarah Perkembangan Islam Lombok. Mataram Nusa Tenggara Barat:
Pustaka Wijaya 2010.

Azyumardi Azra,Jaringan Ulama Timur Tengah Dan Kepulauan Nusantara Abad Xvii Dan Xviii
M,Bandung : Mizan 1999.

http://journal.walisongo.ac.id/index.php/JSW/article/download/2964/pdf, diakses pada tanggal


26 April 2021.

Anda mungkin juga menyukai