Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH MANAJEMEN DAKWAH

PENGENDALIAN DAN EVALUASI DAKWAH

Tugas ini di susun untuk memenuhi tugas :


Dosen Pengampu: Hamdan Fauzi M.pd

Oleh:
Muhammad Ihsan Faqih

SEKOLAH TINGGI ILMU DAKWAH (STID)

CIREBON
TAHUN AJARAN 2021/2022 M
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Akhir-akhir ini, aktivitas dakwah dijadikan sebagai pekerjaan, yang berkaitan
dengan ahli dan gaji. Padahal jika dilihat dari kewajiban dakwah itu sendiri adalah
kewajiban bagi semua orang islam untuk mengajak sesuatu yang baik. Dalam aktivitas
dakwah yang dianggap sebagai ahli dan gaji tidak lepas dari kewajiban dakwah yang
dihukumi fardhu kifayah, yaitu dilakukan orang sekelompok orang atau orang tertentu
saja yang mempunya keahlian dan tehnik dalam berdakwah.
Untuk menjadi da’i yang profesional, hendaknya kita juga harus ketahui terlebih
dahulu bagaimana dakwah bisa dikatakan baik dan berhasil, yaitu salalh satunya harus
tercapai unsur-unsurnya, memiliki pendekatan dan metode yang disesuaikan oleh si
Mad’u. Namun, Chesther J. Bernard mengatakan bahwa dijaman yang modern ini, tidak
ada yang jauh lebih penting selain dari Administration dan Management. Jadi, untuk
menjadi da’i yang profesional dituntut untuk mampu dalam memanage  dakwah secara
tepat, agar lebih efektif dan efisien. Diantara managemen dakwah itu yang terpenting
adalah tentang bagaiaman cara mengendalikan serta mengevaluasi dakwah didepan
mad’u atau didaam situasi dan kondisi apapun.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dihasilkan suatu rumusan yang akan
dijadikan sebagai pedoman untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan
masalahnya sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dari pengendalian dakwah dan bagaimana pengendaliannya?
2. Apa yang dimaksud dengan evaluasi dan Bagaimana cara mengevaluasi dakwah?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengendalian Dakwah
Pengendalian merupakan salah satu bagian dari manajemen. Pengendalian
dilakukan dengan tujuan supaya apa yang telah direncanakan dapat dilaksanakan
dengan baik sehingga dapat mencapai target maupun tujuan yang ingin dicapai.
Pengendalian memang merupakan salah satu tugas dari manager. Satu hal yang
harus dipahami, bahwa pengendalian dan pengawasan adalah berbeda karena
pengawasan merupakan bagian dari pengendalian. Bila pengendalian dilakukan
dengan disertai pelurusan (tindakan korektif), maka pengawasan adalah
pemeriksaan di lapangan yang dilakukan pada periode tertentu secara berulang kali.
Pada organisasi dakwah, penggunaan prosedur pengendalian ini diterapkan untuk
memastikan langkah kemajuan yang telah dicapai sesuai dengan sarana dan
penggunaan sumber daya manusia secara efisien.
Pengendalian dapat dimaksudkan sebagai sebuah kegiatan mengukur
penyimpangan dari prestasi yang direncanakan dan menggerakkan tindakan korektif.
Adapun unsur-unsur pengendalian meliputi :
1. Sebuah standar spesifikasi prestasi yang diharapkan. Ini dapat berupa sebuah
anggaran, sebuah prosedur pengoperasian, sebuah logaritma keputusan, dan
sebagainya.
2. Sebuah pengukuran proses riil.
3. Sebuah laporan penyimpangan pada unit pengendali.
4. Seperangkat tindakan yang dapat dilakukan oleh unit pengendali untuk
mengubah prestasi mendatang jika prestasi sekarang kurang memuaskan, yaitu
seperangkat aturan keputusan untuk memilih tanggapan yang layak.
5. Dalam hal tindakan unit pengendali gagal membawa prestasi nyata yang kurang
memuaskan ke arah yang diharapkan, sehingga ada sebuah metode tingkat
perencanaanatau pengendalian lebih tinggi untuk mengubah satu atau beberapa
keadaan yang kondusif.
Pada era sekarang ini pengendalian operasi dakwah dilakukan terintegrasi
dari suatu organisasi dakwah sudah menjadi suatu kebutuhan dari suatu
kebutuhan, dan dalam pengendalian ini selalu disertakan unsur perbaikan
yang berkelanjutan. Sifat perbaikan yang berlangsung secara
berkesinambungan (continous improvement). Hal ini sebagaimana disinyalir dalam
surat al-Mujadilah:7

“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya  Allah mengetahui apa


  yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara
tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara)
lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan
antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada
bersama mereka di mana pun mereka berada.
  Kemudian Dia akan memberitakan pada mereka pada hari kiamat apa yang telah
mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
  sesuatu.”
Sementara hadits Nabi:
“Tidak ada seorang pun diberi kepercayaan oleh Allah untuk memimpin kemudian
ia memelihara dengan baik, melainkan Allah tidak akan merasakan kepadanya bau
surga.”
Program untuk pengendalian dan peningkatan mutu dakwah dapat
dilaksanakan dengan beberapa cara antara lain:
1) Menentukan operasi program pengendalian dan perbaikan aktifitas dakwah,

2) Menjelaskan mengapa operasi program itu dipilih,


3) Mengkaji situasi pemantauan yang kondusif,
4) Melaksanakan agresi data,
5) Menentukan rencana perbaikan,
6) Melakukan program perbaikan dalam jangkau waktu tertentu,
7) Mengevaluasi program perbaikan tersebut, dan
8) Melakuakan tindakan koreksi jika terjadi penyimpangan atas standar yang ada.
Pengendalian dakwah pada sisi lain juga membantu seorang manajer dakwah
untuk memonitor keefektifan aktifitas perencanaan, keorganisasian serta
kepemimpinan mereka. Pengendalian dakwah ini juga dimaksudkan untuk
mencapai aktifitas dakwah yang optimal, yaitu sebuah lembaga dakwah yang
terorganisir dengan baik, memiliki visi dan misi, serta pengendalian manajerial
yang qualified. Jadi, pengendalian atau penilaian dakwah merupakan alat pengaman
dan sekaligus pendinamis jalannya proses dakwah.
Menurut Jemes A. F. Stoner dan R. Edward Freeman, bahwa definisi dari
pengendalian adalah sebuah proses untuk memastikan, bahwa aktivitas sebenarnya
sesuai dengan aktivitas yang telah direncanakan [the process of ensuring that
actual activities conform to plannet activities].
B.Unsur dan Proses Pengendalian Manajemen Dakwah
Pengendalian manajemendakwah lebih bersifat komprehensif di mana lebih
mengarah pada upaya yang dilakukan manajemen agar tujuan organisasi tercapai.
Dalam hal ini unsur-unsur yang terkait, meliputi detektor, selektor, efektor, dan
komunikator. Unsur-unsur tersebut satu sama lain akan salingberkaitan yang akan
membentuk suatu jalinan proses kerja. Bagi organisasi dakwah dalam melakukan
pengendalian perlu adanya sebuah acuan normatif yang berdasarkan Al-Qur’an dan
as-Sunnah.

Dalam konteks ini, Islam melakukan koreksi terhadap kekeliruan


berdasarkan atas: Tawa shau bil haqqi (saling menasihati atas dasar kebenaran dan
norma yang jelas). Tidak mungkin sebuah pengendalian berlangsung dengan baik
tanpa norma yang baik. Norma dan etika itu tidak bersifat individual, melainkan
harus disepakati bersama dengan aturan-aturan yang jelas.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pengendalian dakwah adalah salah satu dari unsur managemen dakwah. Dan
pengendalian berbeda dengan pengawasan, karena pengendalian dilakukan dengan
disertai pelurusan (tindakan korektif), sedangkan  pengawasan adalah pemeriksaan
di lapangan yang dilakukan pada periode tertentu secara berulang kali.
Selain pengendalian, tahapan akhir dari dakwah yaitu evaluasi yang

berarti penilaian atau penaksiran. Jadi, evaluasi adalah proses penilaian


pencapaian tujuan dan pengungkapan masalah kinerja proyek untuk memberikan
umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja proyek.
Dengan dilakukannya pengendalian dan evaluasi dakwah, diharapkan aktivitas
dakwah dapat terealisasi sesuai dengan tujuan awal. Dan dengan
management dakwah yang baik pula dapat tercipta dakwah yang lebih efisien dan
efektif.
B. Saran-saran
Menyadari bahwa pemakalah masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Munir, M dan Wahyu Ilahi. 2006. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai