Franz Boas adalah salah satu tokoh penting dalam perkembangan Antropologi,
khususnya di Amerika. Ia merupakan pendiri Departemen Antropologi pertama di Amerika,
tepatnya di Clark University. Pada awalnya ia sangat tertarik dengan ilmu eksakta,
ekspedisinya ke kutub utara menjadi pembuka jalannya dalam ilmu sosial dan kebudayaan. Ia
menilai bahwa untuk memahami suatu masyarakat dan kebudayaan, observasi saja tidak
cukup, peneliti harus juga memahami nilai-nilai dari sudut pandang subjek yang diteliti. Boas
juga menjadi pencetus gagasan cultural relativism dan pandangan holistik dalam
Antropologi.
Gagasan penting yang ditulis oleh Boas adalah mengenai kritiknya terhadap kaum
evolusionis, terutama Tylor. Pada awalnya Boas masih optimis dan berusaha menyelediki
universalitas dari berbagai kebudayaan dan masyarakat, seperti yang diungkapkan oleh Tylor.
Tetapi, pemikiran Boas berubah dan ia semakin skeptis bahwa tidak ada hukum-hukum
universal yang membentuk kebudayaan dan peradaban manusia di seluruh dunia.
Boas banyak mengkritik metode komparatif yang digunakan Tylor. Boas menilai
bahwa untuk memahami suatu kebudayaan secara utuh, kita harus menelitinya secara detail,
spesifik dan partikular. Kritik ini yang kemudian membawa Boas pada penelitian yang
sifatnya induktif, artinya segala pemahaman diperoleh dari temuan-temuan yang sifatnya
khusus kemudian dirumuskan menjadi prinsip yang umum.
Inti dari gagasan Boas adalah ia menolah pandangan evolusionisme yang universal, ia
menekankan kepada usaha-usaha yang detail dan spesifik dalam meneliti kebudayaan, bahwa
setiap kebudayaan itu unik dan memiliki proses sejarahnya sendiri. Tidak ada hierarki dalam
kebudayaan. Akhirnya, gagasan itu membawa Boas pada pemikirannya yang anti-rasisme.
Referensi :
Bohannan, Paul & Glazer, Mark. 1988. High Points in Anthropology. New York : McGraw
Hill