Anda di halaman 1dari 11

CERITA RAKYAT PUTRI BERDARAH PUTIH; SEBUAH

KEARIFAN LOKAL DALAM KEBUDAYAAN SUKU PASER

Oleh
Qori Annisa, Elma Sukma, Eka puspita, Ayudiah Rahmah
Fakultas Sastra Universitas Balikpapan

Abstrak

Artikel “Cerita Rakyat Putri Berdarah Putih; Sebuah Kearifan Lokal Dalam
Kebudayaan Suku Paser” merupakan hasil dari wawancara, buku, dan jurnal.
Objek artikel ini adalah cerita rakyat. Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari
masyarakat dan berkembang dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadi
ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam
mencangkup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing masing bangsa.

Cerita rakyat ini menceritakan tentang asal asul suku paser, dan menggali lebih
dalam tentang kepercayaan suku paser. Cerita Rakyat ini juga memiliki nilai
kearifan lokal yang juga berhubungan dengan unsur kebudayaan suku Paser.

Agar nilai kearifan lokal dan unsur kebudayaan suku Paser dapat dipelajari dan
menghargai kebudayaan yang berarti melestarikannya. Cerita rakyat ini
mengandung Unsur-unsur kebudayaan seperti sistem teknologi dan peralatan,
sistem ekonomi, kesenian, dan organisasi sosial suku paser.

Keywords: visual medium, creative, culture, literature

Pendahuluan
Pada masa sekarang kearifan lokal di sejumlah daerah mulai terkikis
terutama di kalangan generasi muda yang lebih berkiblat pada pola modernisasi.
Pola modernisasi lebih mengutamakan keuntungan ekononi secara instan dan
teknologi tanpa mempertimbangkan kearifan lokal yang telah tumbuh dan berakar
sebagai kekayaan budaya warisan leluhur. Nilai-nilai kearifan lokal dapat
ditemukan di dalam tradisi lisan, salah satunya adalah cerita rakyat.
Cerita rakyat hidup dalam masyarakat yang dahulu diturunkan secara
turun temurun dari mulut ke mulut. Ciri-ciri cerita rakyat tersebut merupakan

1
milik bersama karena masyarakat pada zaman dahulu lebih mengutamakan
kebersamaan, sehingga cerita rakyat yang beredar di masyarakat diketahui tanpa
nama pengarang atau anonim dan telah berkembang menjadi banyak versi. Salah
satu cerita rakyat yang menarik untuk dibahasa adalah cerita rakyat Putri
Berdarah Putih, yang didalamnya memiliki kearifan lokal dan nilai budaya.
Sementara itu, pentingnya mengetahui suatu kebudayaan serta unsur
didalamnya adalah salah satu usaha untuk terus melestarikan kebudayaan itu
sendiri, yang merupakan sebuah endapan dari kegiatan dan karya manusia yang
meliputi segala maniferstasi dari kehidupan manusia yang berbudi luhur dan yang
bersifat rohani, seperti agama, kesenian filsafat, ilmu pengetahuan dan tata negara.
Kebudayaan itu sendiri juga dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar. (Kuntjaraningrat, 1990)
sehingga dapat disumpulkan bahwa kebudayaan adalah hasil karya dan pemikiran
manusia yang tidak pernah berhenti diproduksi manusia dari zaman ke zaman,
dengan kata lain kebudayaan adalah bagian penting dalam kehidupan
bermasyarakat.
Dari penjelasan di atas sangat relevan dengan pembahasan tulisan ini
tentang “Cerita Rakyat Putri Berdarah Putih; Sebuah Kearifan Lokal Dalam
Kebudayaan Suku Paser”. Hal tersebut dikarenakan Cerita Rakyat Putri Berdarah
Putih memiliki nilai kearifan lokal yang juga berhubungan dengan unsur
kebudayaan suku Paser. Agar nilai kearifan lokal dan unsur kebudayaan suku
Paser dapat dipelajari dan menghargai kebudayaan yang berarti melestarikannya.

Pembahasan

2
Cerita Rakyat Putri Berdarah Putih sebagai Kearifan Lokal dalam
Kebudayaan Suku Paser

Indonesia adalah negara yang dikenal dengan aneka ragam kekayaan alam,
budaya dan Bahasa. Di era modern ini, banyak masyarakat Indonesia yang tidak
memperdulikan adat budaya mereka sendiri. Salah satunya adalah suku paser yang
berada di Kalimantan Timur yang merupakan wilayah yang memiliki banyak suku
yang tersebar di daerah pantai hingga ke pedalaman, terdiri dari beberapa
kabupaten atau kota, salah satunya Kabupaten Paser. Daerah yang memiliki
bermacam-macam suku ini terdapat suku Jawa, Banjar, Madura, Batak, Cina,
Bajo, dan penduduk asli suku Paser. Masing-masing memiliki perbedaan
kebudayaan dari segi peralatan, kelengkapan hidup, mata pencaharian, sistem
kemasyarakatan, bahasa, kesenian, pengetahuan dan sistem religi.
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia
dengan cara belajar. (Kuntjaraningrat, 1990) Kebudayaan paling sedikit memiliki
tiga wujud. (1) Wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba
atau difoto; (2) wujud dari kebudayaan yang sering disebut sistem sosial,
mengenai kelakuan berpola dari manusia itu sendiri; (3) wujud dari kebudayaan
fisik, dan memerlukan keterangan banyak.
Salah satu ekspresi kebudayaan adalah cerita rakyat yang jumlahnya
beratus-ratus di seluruh Indonesia. Bahasa-bahasa daerah yang menjadi media
pengucapan tradisi lisan itu juga merupakan bagian dari kebudayaan tradisional,
yaitu Bahasa yang paling tepat dapat mengekspresikan isi kebudayaan daerah
yang bersangkutan.
Eksistensi cerita rakyat merupakan suatu fenomena budaya yang bersifat
universal dalam kehidupan masyarakat. Sebagai produk budaya masyarakat,
sastra lisan itu sendiri merupakan bagian dari kehidupan sastra yang memiliki
posisi sangat penting dalam masyarakat, baik jenis prosa maupun puisi dapat
dijumpai hampir diseluruh tempat di dunia. Sastra lisan pada umumnya tercipta
sebagai tanggapan dan hasil pemikiran system kemasyarakatan. Selain itu, sastra

3
lisan mempunyai banyak sekali fungsi yang menjadikannya sangat menarik serta
penting untuk diselidiki oleh ahli-ahli ilmu masyarakat dan psikologi dalam
rangka melaksanakan pembangunan bangsa. (Danandjaja, 2002)
Sementara itu, kearifan lokal adalah aturan yang berlaku di suatu tempat. Kearifan
lokal sebagai local genius maupun mengatur tatanan kehidupan. Meskipun zaman
telah berubah dan akan terus berubah, kearifan lokal mampu berperan untuk
menata kehidupan masyarakt. Kearifan lokal dibagi menjadi dua tipe yaitu
kearifan lokal untuk kedamaian dan kearifan lokal untuk kesejahteraan bangsa.
(Sibarani, 2012)
Kearifan lokal suatu daerah terbentuk dari pemikiran daerah yang tertanam
menjadi suatu bentuk konsep kebudayaan. Kebudayaan tersebut amatlah luas dan
meliputi hampir seluruh aktifitas manusia dalam kehidupannya. Cakupan
kebudayaan yang terlalu luas itu menyebabkan konsep kebudayaan itu perlu
dipecah ke dalam unsur-unsurnya.
Unsur-unsur terbesar yang terjadi karena pecahan tahap pertama disebut unsur-
unsur kebudayaan yang universal dan merupakan unsur-unsur yang pasti bisa
ditemukan di semua kebudayaan di dunia, baik yang hidup dalam masyarakat
pedesaan yang kecil terpencil maupun dalam masyarakat kekotaan yang besar dan
kompleks. (Kuntjaraningrat, 1990)
Unsur-unsur universal itu, yang sekalian merupakan isi dari semua kebudayaan
yang ada di dunia ini, adalah:
1. Sistem religi dan upacara keagamaan
2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan
3. Sistem pengetahuan
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Sistem mata pencarian hidup
7. Sistem teknologi dan perelatan (Kuntjaraningrat, 1990)
Unsur-unsur kebudayaan di dalam cerita rakyat putri berdarah putih terbagi
menjadi sistem teknologi dan peralatan, sistem ekonomi, kesenian dan organisasi
sosial:

4
a. Sistem teknologi dan peralatan
Sistem teknologi dan peralatan dalam suatu masyarakat berupa cara-cara
memproduksi, memakai, dan memelihara peralatan hidup.
Unsur budaya lokal yang berhubungan dengan sistem teknoligi dan peralatan
dalam cerita putri berdarah putih adalah penggambaran rumah penduduk yang
terbuat dari dinding kajang (Daun nipah yang dikeringkan lalu dianyam dan
dijadikan dinding).
“ Pada umumnnya, rumah penduduk terbuat dari dinding kajang sehingga dengan
mudah ikan-ikan itu rnenembus dinding-dinding rumah mereka.”
Sejak zaman dahulu, orang paser mempunyai ciri khas pada bangunan rumahnya.
Salah satu ciri khas pada bangunan rumahnya adalah atap dan dinding yang
berbahan kulit kayu. Namun ada juga yang mengkombinasikan antara atap daun
nipah dengan dinding kulit kayu. (Mani, 2008)
b. Sistem ekonomi
Sistem mata pencarian yang terdapat dalam cerita rakyat putri berdarah putih ini
adalah berdagang.
“ Dalam sebuah cerita yang lain dikisahkan bahwa kehidupan Kerajaan Pasir
Mayang cukup maju saat itu. Banyak padagang dari berbagai daerah yang datang
ke Pasir Mayang.”
Namun Nur Jannah dalam wawancara pada tanggal 30 Maret 2019 mengatakan
bahwa mata pencarian suku paser kebanyakan juga bertani dan berkebun.
“masyarakat paser mata pencahariannya yah, petani, iya kebun” (Jannah, 2019)
c. Organisasi sosial
Setiap masyarakat diatur oleh norma-norma atau aturan-aturan mengenai berbagai
macam segi disuatu lingkungan setiap masyarakat tinggal dan bergaul dari waktu
ke waktu. Organisasi sosial digambarkan dengan adanya sekelompok masyarakat
yang mempunyai sistem nilai kegotong royongan. Nilai kegotong royongan
tersebut adalah masalah dasar dalam hidup berupa hakikat hubungan antara
manusia dengan sesamanya. Salah satu contoh organisasi social dalam cerita
rakyat putri berdarah putih adalah karena putri ditipu oleh suaminya yang
ternyata memiliki darah merah, putri pun kecewa akhirnya memerintahkan

5
seluruh masyarakat pasir Mayang berkumpul di halaman istana dan putri darah
putih meminta untuk selalu melemparkan tanah saat mereka melewati istana.
“ Beberapa hari kemudian seluruh masyarakat Pasir Mayang berkumpul di
halaman Istana Raja Bejambe. Tidak lama berselang, datanglah masyarakat
melempari istana Putri Darah Putih dengan tanah. Tidak hanya saat itu tetapi
setiap kali mereka lewat di depan istana itu mereka terus melemparkan segenggam
tanah. Begitu banyaknya tanah yang dilemparkan masyarakat Pasir Mayang
sehingga istana Putri Darah Putih tertutup dengan tanah. Lama-kelamaan
timbunan tanah itu membentuk sebuah bukit. Sampai sekarang bukit itu masih
ada, tepatnya di desa Pasir Mayang, Kecamatan Kuaro.”
Jadi dalam cerita rakyat tersebut kita bisa tahu bagaimana patuhnya masyarakat
dalam pimpinan sang putri karena mereka mematuhi apa yang diperintahkan
kerajaan, dan berarti disitu kita juga tahu bagaimana baiknya kepemimpinan
kerajaan karena mereka ada rasa malu kepada rakyatnya tidak seperti organisasi
social zaman sekarang.
d. Kesenian
Suku paser memiliki lagu daerah yang berjudul sungai kandilo, yang dalam cerita
rakyat sungai kandilo terbentuk dari tubuh naga gunung yang meliuk-liuk melwati
sebuah hutan.
“ Ukuran tubuh Naga Gunung yang sangat besar dan jalannya yang rneliuk-liuk
seperti ular pada umumnnya rnernbuat bekas di perrnukaan tanah yang juga
berliku-liku. Bekas tubuhnya itulah yang akhirnya rnenjadi sebuah sungai yang
sekarang dikenal dengan nama Sungai Kandilo.”
Dengan demikian, sangat jelas bahwa cerita rakyat putri berdarah putih
merupakan bagian dari sebuah kearifan lokal. Ada pula masalah mengenai hakikat
dari hubungan manusia dengan alam adalah ketika naga laut mati setelah
bertarung dengan naga gunung dalam perjalan pulang karena kehabisan tenaga,
dan seluruh binatang laut datang lalu bersiap menyerang pasir mayang.
“ Mengetahui Putra Mahkota Kerajaan Laut rnati, rnasyarakat laut rnarah. Mereka
tahu yang rnenyebabkan Putra Mahkota mereka rnati adalah karena syarat dari
Putri Darah Putih. Seluruh binatang laut bersiap rnenyerang Pasir Mayang.”

6
Sementara itu, ada pula masalah mengenai hakikat hubungan manusia dengan
sesamanya. Masalah mengenai hubungan manusia dengan manusia lain berupa
hubungan horizontal dan vertical, dalam beberapa cerita rakyat terdapat sistem
kerajaan, yaitu masyarakat berpedoman kapada pemimpinnya. Yang dilakukan
penduduk seperti melempar tanah ke istana karna permintaan sang putri berdarah
putih itu sendiri.
“ Tidak lama berselang, datanglah masyarakat melempari istana Putri Darah Putih
dengan tanah. Tidak hanya saat itu tetapi setiap kali mereka lewat di depan istana
itu mereka terus melemparkan segenggam tanah. Begitu banyaknya tanah yang
dilemparkan masyarakat Pasir Mayang sehingga istana Putri Darah Putih tertutup
dengan tanah. Lama-kelamaan timbunan tanah itu membentuk sebuah bukit.
Sampai sekarang bukit itu masih ada, tepatnya di desa Pasir Mayang, Kecamatan
Kuaro.”

Kuburan ratu bura daya

Menggali Kebudayaan Suku Paser Lebih Dalam

7
Jauh sebelum mengenal agama. Masyarakat paser mengenal kepercayaan
animisme dan dinamisme. Mereka terikat dengan makhluk-makhuk halus, roh-roh
halus, kekuatan gaib, dan kekuatan sakti. Seperti pengalaman Narasumber tamu
yang mempercayai adanya makhluk gaib di salah satu hutan di kabupaten paser.
“kukira temanku, dipanggil-panggil kok ngak bergerak, sekalinya lain, kabur”
(Jannah, 2019).
Masyarakat paser mengenal ilmu gaib, sebagai bentuk kepercayaan kuno, yang
mempercayai adanya kekuasaan mahadasyat di alam semesta. Desa, yang
diartikan sebagai penguasa tertinggi, menguasai seluruh alam semesta untuk
maksud-maksud tertentu, misalnya pembukaan hutan untuk ladang atau sawah.
Upacara tersebut dilaksanakan oleh seorang dukun atau mulung yang mengetahui
jampi-jampi atau soyong yang berisi kata-kata permohonan sesuai dengan apa
yang diharapkan (Rusbiyantoro, Rahman, Bety, & Hariyanto, 2014)

Namun Nur Jannah dalam wawancara pada tanggal 30 Maret 2019


mengatakan bahwa masyarakat paser hampir minoritas penduduknya memeluk
agama islam. Masyarakat paser termasuk golongan dari masyarakat yang taat
agama, terlihat dari kebiasaan mamang (sejenis sesajen) yang sudah mulai
ditinggalkan karna tidak ada dalam Al-quran.

“ada yang islam ada yang non, kebanyakan islam” (Jannah, 2019)

Hal ini sesuai dengan nilai historis dari keberadapan masyarakat paser
dengan sejarah kerajaan paser. Salah satu buktinya adalah banyaknya masjid atau
mushalla yang terdapat di kabupaten paser, saat itu islam sudah mulai masuk
namun belum menyeluruh karna animisme sangat kental di masyarakat paser.
Masyarakt paser mempercayai adanya makhluk halus yang mendiami alam
semesta. Makhluk halus tersebut mendiami tempat-tempat tertentu, misalnya di
hutan di perpohonan besar , di kuburan, dan sebagainya. Menurut cerita rakyat,
salah satu pusat kediaman makhluk halus tersebut berada di suatu tempat yang
dinamakan raya. Tempat tersebut terletak antara ponding dan air mati. Makhluk

8
halus ada yang bersifat menggangu dan ada yang membantu manusia. Makhluk
halus, menurut masyarakat paser diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Makhluk halus yang asal kejadiannya sudah gaib, seperti hantu atau uwok.
2. Makhluk halus yang berasal dari manusia yang lenyap tanpa melalui
proses kematian, misalnya orang gaib atau mahal imunan.
3. Makhluk gaib yang berasal dari roh manusia yang meninggal tidak secara
wajar, misalnya kecelakaan dan pembunuhan. (Rusbiyantoro, Rahman,
Bety, & Hariyanto, 2014)
Dalam kepercayaan masyarakat suku paser, makhluk halus kadang-kadang
menjelma dalam bentuk manusia, binatang, atau dalam bentuk benda-benda lain.
Masyarakat paser mengenal tiga cara upacara penguburan, yaitu:
1. Orang yang sudah meninggal dibuatkan sebuah tebela atau lungun dibuat
dari sepotong batang kayu yang dibelah menjadi dua bagian. Masing-
masing libang diberi lubang sesuai ukuran orang yang mati. Kemudian
mayat dimasukkan dalam lungun dan diikat denganrotan. Lungun yang
berisi mayat tersebut dibawa ke hutan dan diletakkan di bawah pohon atau
digantung di atas pohon, tetapi ada juga yang dimasukkan ke dalam gua,
seperti di Desa Kesunge kecamatan Batu Kajang yang terdapat sebuah
gunung bernama liang lungun.
2. Orang yang sudah meninggal dibawa ke dalam hutan, kemudian
didudukan dan dilengkapi dengan sebilah parang atau otak. Otak tersebut
diikatkan di pinggangnya, sedangkan pada tangan kanannya diletakkan
sebilah tombak. Beberapa bulan kemudian, tulang tengkoraknya
dikumpulkan dan dikremasi dengan diiringi upacara yang dipimpin
seorang dudkun atau mulung. Kemudian tulang tersebut diletakkan di
dalam sebuah rumah buatan. Rumah-rumah tersebut diletakkan di ujung
sebatang tiang.
3. Orang yang sudah meninggal dikuburkan seperti cara yang biasa. Akan
tetapi, pada senja hari, kerabat orang yang meninggal berkumpul dihalam
rumah. Mereka mengadakan upacara ‘api unggun’ yang dipimpin oleh
seorang mulung. Jika asap api yang berasal dari api unggun tersebut lurus

9
menuju langit, kerabat orang yang meninggal bergembira sambal berkata
naik ke langit atau dombo jaun. Akan tetapi, jika asap api tersebut tidak
lurus karena tertuip angina, berarti roh orang yang meninggal tidak
diterima oleh para dewa. (Rusbiyantoro, Rahman, Bety, & Hariyanto,
2014)
Hal ini menunjukkan bahwa cerita rakyat putri berdarah putih bisa menjadi acuan
kita dalam mengenal kebudayaan suku paser, karena terdapat bukti buktinya
hingga sekarang.

Penutup
Kesimpulan

Hal ini menunjukan bahwa suku Paser sebenarnya memiliki berbagai macam
sistem teknologi dan peralatan, sistem ekonomi, kesenian dan organisasi sosial
yang belum kita ketahui. Dari sekian banyaknya cerita rakyat di suku paser, cerita
putri berdarah putri merupakan cerita yang paling terkenal karena menceritakan
tentang asal usul suku paser. Dan dalam cerita itu pula memiliki berbagai macam
amanat yang dapat kita petik mulai dari sistem teknologi dan peralatan rumah
penduduk yang terbuat dari bahan kayu, sistem ekonomi yang maju pada masa itu,
kesenian dan organisasi sosial kerajaan dan rakyatnya yang menyatu dan patuh.
Dalam suku paser pula sebelum mengenal agama, masyarakat menganut
kepercayaan animisme dan dinamisme yang percaya pada roh roh atau dewa.
Tetapi setelah mengenal agama, seiring berjalannya waktu kebanyakan
masyarakat suku paser menganut agama islam sampai saat ini. Masyarakat suku
paser juga kebanyakan percaya pada roh atau makhluk halus, menurut mereka
makhluk halus diklasifikasikan menjadi tiga jenis. Masyarakat suku paser juga
percaya makhluk halus kadang-kadang menjelma dalam bentuk manusia,
binatang, atau dalam bentuk benda-benda lain. Dan masyarakat suku paser juga
mengenal tiga cara upacara penguburan

10
Daftar Pustaka

Danandjaja, J. (2002). Folkor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta:
Pusaka Utama Grafiti.

Jannah, N. (2019, Maret Sabtu). (K. 3, Interviewer)

Kuntjaraningrat. (1990). Manusia dan Kebudayaan. Jakarta: Djambatan.

Mani, M. Z. (2008). Kebudayaan suku paser. Kebudayaan suku paser, 20.

Rusbiyantoro, W., Rahman, A., Bety, N., & Hariyanto, D. (2014). KAMUS BAHASA PASER-
BAHASA INDONESIA. Samarinda: Kantor bahasa provinsi Kalimantan Timur.

Sibarani, R. (2012). Kearifan Lokal Hakikat, Peran, dan MetodeTradisi Lisan. Jakarta:
Asosiasi Tradisi Lisan (ATL).

11

Anda mungkin juga menyukai