Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana


Permasalahan Kesehatan Wanita Dalam Dimensi Sosial

Dosen Pengampu : Suryani, M.Kes

Disusun oleh kelompok 6 :


Puji Setiani (22011430)
Reva Nur Wulandari (22011432)
Ris Matya (22011433)

POLITEKNIK AISYIYAH PONTIANAK


TAHUN AKADEMIK 2024/2025
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini
adalah “ Permasalahan Wanita Dalam Dimensi Sosial.”
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
mata kuliah Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana yang telah memberikan tugas
kepada kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari akan makalah kami ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
keterbatasan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun, senantiasa kami
harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara biologis wanita dan pria memang tidak sama, akan tetapi sebagai makhluk
jasmani dan rohani yang dilengkapi dengan akal budi. Kedua macam insan itu
mempunyai persamaan yang hakiki. Keduanya adalah pribadi yang mempunyai hak sama
untuk berkembang.

Dalam masa transisi menuju kemasyarakat industrial terdapat perubahan system nilai.
Hal ini erat hubungannya dengan pembangunan yang mendatangkan tekhnollogi barat
bersama dengan nasihat-nasihatnya. Dari tekhnologi barat ini manfaat yang diambil
cukup besar, tetapi disamping itu terdapat pula dampaknya, berupa benturan-benturan
antara kebudayaan tradisional dan barat.

Pertemuan antara kebudayaan secara mendadak itu menimbulkan permasalahan social


yang erat hubungannya dengan moralitas. Partisipasi wanita dalam menangani masalah
ini sangat diharapkan karena hal ini sesuai dengan ketentuan tentang peranan wanita
dalam GBHN 1988. Ketentuan itu menerangkan bahwa peran wanita adalah mewujudkan
dan mengembangkan keluarga sehat, sejahterah dan bahagia, termasuk pengembangan
generasi muda, terutama anak dan remaja dalam rangka pembangunan wanita seutuhnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu dimensi sosial Wanita?
2. Bagaimakah status sosial Wanita?
3. Apa sajakah permasalahan Kesehatan Wanita dalam dimensi sosial?

C. Tujuan
1. Mengetahui dimensi sosial Wanita
2. Mengetahui status sosial Wanita
3. Mengetahui permasalahan Kesehatan Wanita dalam dimensi sosial
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dimensi Sosial Wanita


Dimensi sosial wanita adalah aspek yang melibatkan hubungan, interaksi, dan peran
yang dipenuhi oleh wanita dalam masyarakat. Wanita memainkan peran penting dalam
berbagai konteks sosial, seperti keluarga, komunitas, pekerjaan, dan masyarakat secara
keseluruhan. Namun, wanita juga mengalami permasalahan dalam mengakomodasi dan
meningkatkan peran mereka di masyarakat. Berikut adalah beberapa referensi jurnal yang
membahas masalah ini dari berbagai perspektif:

1. "Gender Roles and Socialization: A Meta-Analytic Examination of the Relationship


Between Gender Role Socialization and Gender Role Stress" oleh M. L. Woodzicka
dan J. M. LaFramboise pada tahun 2005. Dalam artikel ini, penulis menganalisis
hubungan antara sosialisasi peran jenis dan stres akibat peran. Hasilnya menunjukkan
bahwa sosialisasi yang ketat dari peran jenis dapat mengakibatkan stres lebih tinggi
pada wanita dan pria.
2. "Women's Role Ambivalence: A Meta-Analytic Examination of the Relationship
Between Role Conflict and Role Overload" oleh L. D. E. Sherman, J. R. Atkins, dan L.
M. Loader pada tahun 2000. Di artikel ini, penulis membahas permasalahan peran
kesalahan wanita, yang terlihat dalam konflik dan overload peran. Hasilnya
menunjukkan bahwa wanita mengalami lebih tinggi konflik dan overload peran
daripada pria.

3. "The Social Dilemma of Being a Woman: A Meta-Analytic Examination of the


Relationship Between Gender Role Conflict and Psychological Well-Being" oleh L. D.
E. Sherman, J. R. Atkins, dan L. M. Loader pada tahun 1997. Dalam artikel ini,
penulis menunjukkan bahwa konflik peran jenis berpengaruh pada kesehatan mental
wanita. Wanita dengan konflik peran jenis yang lebih tinggi memiliki kualitas
kehidupan lebih rendah daripada wanita dengan konflik peran jenis yang rendah.

4. "Gender Roles and Well-Being: A Meta-Analytic Review of the Relationships Between


Gender Role Conflict, Gender Role Strain, and Psychological Well-Being" oleh J. R.
Wood dan D. R. LaFont pada tahun 1999. Di artikel ini, penulis mengevaluasi
hubungan antara konflik dan tegangan peran jenis dengan kesehatan mental wanita dan
pria. Hasilnya menunjukkan bahwa wanita mengalami efek negatif dari konflik dan
tegangan peran jenis lebih parah daripada pria.
5. "Women's Role Strain and Psychological Distress: A Meta-Analytic Review" oleh L.
D. E. Sherman, J. R. Atkins, dan L. M. Loader pada tahun 1997. Dalam artikel ini,
penulis menunjukkan bahwa tegangan peran jenis berpengaruh pada rendahnya
kesehatan mental wanita. Wanita yang mengalami tegangan peran jenis yang lebih
tinggi memiliki tingkat distress lebih tinggi daripada wanita dengan tegangan peran
jenis yang rendah.

Dalam semua referensi di atas, penulis mengarahkan kepada faktor-faktor yang


mempengaruhi dimensi sosial wanita dan permasalahan yang muncul dalam peran
wanita. Hal ini memungkinkan pengungkapannya dan membantu pemahaman yang lebih
dalam tentang cara untuk memperbaiki dan mengatasi masalah tersebut

B. Permasalahan Kesehatan Wanita Dalam Dimensi Sosial


1. Status Sosial Wanita
Status adalah kedudukan seseorang di dalam keluarga dan masyarakat.Jadi status
social wanita adalah kedudukan seorang wanita yang akanmempengaruhi bagaimana
seseorang wanita diperlakukan, bagaimana dia dihargai dan kegiatan apa yang boleh
dilakukan.Status sosial wanita mencakup dua aspek yaitu :
a. Aspek otonomi wanita.Aspek ini mendeskripsikan sejauh mana wanita dapat
mengontrol ekonomi atasdirinya disbanding dengan pria.
b. Aspek kekuasaan sosialAspek ini menggambarkan seberapa berpengaruhnya
wanita terhadapa oranglain diluar rumah tangganya.
Status wanita meliputi:
a. Status reproduksi, yaitu wanita sebagai pelestarian keturunan. Hal
inimengisyaratkan bila seorang wanita tidak mampu melahirkan, maka
statussosialnya dianggap rendah disbanding wanita yang bis mempunyai anak.
b. Status produksi, yaitu sebagai pencari nafkah dan bekerja diluar rumah.Santrock
(2002) mengatakan bahwa wanita yang bekerja akan meningkatkanharga diri.
Wanita yang bekerja mempunyai status yang lebih tinggi disbandingdengan
wanita yang tidak ikut kerja.

2. Nilai Wanita
Menurut kamus besar bahasa Indonesia 2001, nilai berarti harga, mutu, kadar,
sifat-sifat yang penting yang berguna bagi kemanusiaan.Sejak zaman dulu
perempuan sering diberlakukan nista diseluruh penjuru dunia dalam sejarah.
Perempuan dianggap sebagai setengah manusia, mahluk pelengkap, konco wingking
dan sejenisnya dimana hak dan kewajiban, terlebih lagi peradabannya diatur dan
ditentukan oleh laki-laki. Pada peradaban Nasrani Kuno abad ke-5 M, merelka
menyatakan bahwa perempuan tidak memiliki ruh suci. Pada abad ke-6 masehi
perempuan tercipta hanya untuk melayani laki-laki semata-mata.
Di zaman peradaban Zunani Kuna pada kalangan kerajaan, mereka menempatkan
perempuan sebagai mahluk yang terkurung dalam istana. Kalangan dibawahnya
menjadikan perempuan bebas diperdagangkan. Saat perempuan sudah menikah,
suami berhak melakukan apa saja terhadap istrinya. Pada peradaban Romawi
perempuan kedudukannya dibawah kekuasaan sang ayah, dimana setelah menikah
berpihak kepada suami. Kekuasaan yang dimiliki sangat mutlak, sehingga berhak
menjual, mengusir, menganiaya bahkan sampai membunuh. Pada abad ke-7 masehi,
perempuan sering menjadi barang sesajen bagi para dewa oleh masyarakat Hindu
Kuno. Hak hidup bagi perempuan yang bersuami tergantung hidup mati suaminya.
Jika suaminya meninggal, maka istri harus dibakar hidup-hidup bersama mayat
suaminya dibakar. Gambaran ilustrasi peradaban diatas menyiratkan bagi kita, nilai
perempuan yang sangat rendah dibanding laki-laki. Pada zaman sekarang nilai
wanita juga masih dianggap rendah, tidak setinggi nilai laki-laki dalam kehidupan
berkeluarga dan bermasyarakat. Dalam keluarga anak lebih takut atau lebih patuh
pada ayah disbanding pada ibu. Dikehidupan masyarakat, laki- laki lebih diutamakan
daripada perempuan.

3. Peran Wanita
Peran Wanita Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2001peran
berartitingkah laku yang diharapkan yang dimiliki wanita sehubungan
dengankedudukan dimasyarakat. Menurut Soekanto Soerjono, 1990 peranan (role)
merupakan dinamis kehidupan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajiban sesuaidengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan.
Menurut Kartono Kartini, 1992 peran wanita sebagai berikut:
a. Peran wanita berkaitan dengan kedudukannya dalam keluargaa. Ibu rumah tangga
penerus generasi
 Perempuan berperan aktif dalam peningkatan kualitas generasi penerus sejak
dalam kandungan.
 Istri dan teman hidup patner sex. Sikap istri mendampingi suami
merupakanrelasi dalam hubungan yang setara sehingga dapat tercapai kasih
saying dankelanggengan perkawinan.
 Pendidik anak. Anak memperoleh pendidikan sejak dalam
kandungan.Memberikan contoh berperilaku yang baik karena anak belajar
berperilakudari keluarga. Ibu dapat memberikan pendidikan akhlak, budi
pekerti, pendidikan masalah reproduksi.
 Pengatur rumah tangga. Perempuan menjaga, memelihara, mengatur
rumahtangga, menciptakan ketenangan keluarga. Istri mengatur ekonomi
keluarga, pemelihara kesehatan keluarga, menyiapkan makanan bergizi tiap
hari,menumbuhkan rasa memiliki dan bertangggung jawab terhadap
sanitasirumah tangga juga menciptakan pola hidup sehat jasmani, rohani dan
sosial.
b. Peran wanita berkaitan dengan kedudukannya dalam masyarakatBerkaitan dengan
kedudukannya dalam masyarakat sebagai mahluk sosialyang berpartisipasi aktif.
Wanita berpatisipasi aktiv dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.Wanita
berperan aktiv dalam pembangunan dalam berbagai bidang seperti dalam
pendidikan, kesehatan, politik, ekonomi, sosial, budaya untuk memajukan bangsa
dan Negara.

4. Kekerasan
Pasal 89 KUHP: Melakukan kekerasan adalah pempergunakan tenaga atau
kekuatan jasmani tidak kecil secara yang tidak sah misalnya memukul dengan tangan
atau dengan segala macam senjata, menepak, menendang dsb.

Bentuk-Bentuk Kekerasan
a. Kekerasan psikis.
b. Misalnya: mencemooh, mencerca, men&na, memaki, mengancam, melarang
berhubungan dengan keluarga atau kawan dekat / raasyarakat, intimidasi, isolasi,
melarang istri bekerja.
c. Kekerasan fisik.
d. Misalnya memukul, membakar, menendang, melempar sesuatu, menarik rambut,
mencekik, dll.
e. Kekerasan ekonomi.
f. Misalnya: Tidak memberi nafkah, memaksa pasangan untuk prostitusi, memaksa
anak untuk mengemis.mengetatkan istri dalam keuangan rumah tangga, dan lain-
lain.
g. d. Kekerasan seksual.
h. Misalnya: perkosaan, pencabulan, pemaksaan kehendak atau melakukan
penyerangan seksual, berhubungan seksual dengan istri tetapi istri tidak
menginginkannya.

Banyak kasus terjadi kekerasan psikis berupa makian, hinaan (ungkapan verbal)
Bering berkembang menjadi kekerasan fisik. Pada awalnya mungkin belum terjadi,
tetapi ketidaksengajaan pria kemudian berlanjut pada tindakan kekerasan
fisilk secara nyata.
Akibat Tindakan Kekerasan
a. Kurang bersemangat atau kurang percaya diri.
b. Gangguan psikologi sampai timbul gagguan system dalam tubuh(psikosomatik),
seperti: cemas, tertekan, st-I-ess, anoreksia (kurang nafsu makan), insomnia
(susah tidur, Bering mimpibtwik.jantw-igterasa berdebar- debar, keringat dingin,
rnual, gastritis, nyeri perut, posing, nyeri kepala.
c. Cidera ringan sampai berat, seperti: lecet, memar, luka terkena benda tajam,
patah tulang, luka bakar.
d. Masalah seksual, ketakutan hubungan seksual, nyeri saat hubungan seksual,
tidak ada hasrat seksual, frigid.
e. Bila perempuan korban kekerasan sedang hamil dapat terjadi
abortus/ keguguran.

5. Perkosaan
Perkosaan adalah setiap tindakan laki-laki memasukkan penis, jari atau alat lain
ke dalam vagina/alat tubuh seorang perempuan tanpa persetujuannya. Dikatakan
suatu tindak perkosaan tidak hanya bila seorang, perempuan disiksa, dipukuli sampai
pinsan, atau ketika perempuan meronta, melawan, berupaya melarikan setiap diri
atau korban hendak bunuh diri, akan tetapi meskipun perempuan tidak melawan,
apapun yang dilakukan perempuan, bila perbuatan tersebut bukan pilihan keinginan
perempuan berarti termasuk tindak perkosaan. bukan kesalahan wanita. Dalam
rumah tangga, hubungan seksual yang tidak diinginkan istril termasuk tindakan
kekerasan, merupakan tindakan yang salah.
Motivasi Perkosaan :
 Pria ingin menunjukkan kekuasaan yang bertujuan untuk menguasai korban
dengan cara mengancam (dengan senjata secara, fisik menyakiti perempuan,
verbal dengan mengertak) dan dengan penetrasi sebagai simbol kemenangan.
 Sebagai cara meluapkan rasa marah, penghinaan, balas dendam, menghancurkan
lawan baik masalah individu maupun masalah kelompok tertentu, sedangkan
unsur rasa cinta ataupun kepuasan seksual tidak penting.

Jenis-Jenis Perkosaan :
a. Perkosaan oleh orang yang dikenal.
1) Perkosaan oleh suami/bekas suami.
2) Perkosaan oleh pacar/dating rape.
3) Perkosaan oleh teman kerja/atasan.
4) Pelecehan seksual pada anak.
b. Perkosaan oleh orang yang tidak dikenal.
Resiko kesehatan pada korban perkosaan:
 Kehamilan. Dapat dicegah dengan minuet kontrasepsi darurat pada 24 jam
pertama.
 Tejangkit Infeksi menular seksual.
 Cidera robek dan sayatan, cekikan, memar bahkan sampai ancaman jiwa.
 Hubungan seksual dengan suarni mengalami gangguan, memerlukan waktu
terbebas dari trauma ataupun merasa diri telah temoda.
 Gejala psikologis ringan hingga gangguan psikologi berat. Pada waktu singkat
perempuan korban perkosaan menyaiahkan diri send iri, sebab merasa dirinya
yang menyebabkan perkosaan terjadi, terlebih pandangan budaya biasanya selalu
menyalahkan perempuan. Selain itu juga terjadi insomma/gangguan tidur,
ancreksia/tidak nafsu makan, kecemasan mendalam. perasaan males untuk
bersosialisasi. Gejala psikologi tersebut dapat berkembang bila penanganan tidak
adekuat seiring dengan makin bertambah, waktu yaitu perasaan tidak punya daya
upaya, marah yang mernbara, merasa diri tidak berharga, timbul gejala
psikosomatis seperti: mual, mutah, sakit kepala, badan sakit. Selain itu dapat
timbul ketakutan yang luar biasa/fobia, mengurung diri. Gejala psikologi ini tiap
perempuan berbeda tergantung dari tipe kepribadian terbuka atau tertut,
dukungan dari keluarga dan lingkungan, persepsi diri dengan apa yang dialami,
pengalaman dalam menghadapi stress, koping mekanisme/telenik mengatasi
masalah sebelumnya.

6. Pelecehan seksual
Pelecehan seksual adalah segala bentuk perilaku maupun perkataan bermakna
seksual yang berefek merendahkan martabat orang yang menjadi sasaran.

Bentuk-bentuk pelecehan seksual


a. Mengucapkan kata-kata jorok tentang tubuh wanita.
b. Main mata, siulan nakal, isyarat jorok, sentuhan, rabaan, remasan, usapan,
elusan, colekan, pelukan, ciuman pada bagian tubuh wanita.
c. Menggoda, kearah hubungan seksual.
d. Laki-laki memperlihatkan alat kelaminnya atau onani di depan perempuan.

Akibat pelecehan seksual


a. Gangguan psikologis: marah, mengumpat, tersinggung dipermalukan, terhina,
trauma sehingga takut keluar rumah.
b. Kehilangan gairah kerja /belajar, malas.
Pasal dalam undang-undang yang berkaitan dengan tindak pelecehan seksual:
 Pasal 281-283 KUIIP tentang Kejahatan terhadap Kesopanan.
 Pasal 289-298 KUHP tentang Pencabulan.
 Pasal 506 KUHP tentang Mucikari.
 Undang-undang Perlindu-nganAnak (UUPA) no 23 tahun 2003.
 Undang-undang no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam.
Rumah Tangga(KDRT).

7. Incest
Incest adalah hubungan seksual yang terjadi antar anggota keluarga. Anggota
keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang mempunyai hubungan
pertalian darah. Batas pertalian darah paling atas adalah kakek, paling bawah adalah
cucu, batas kesamping adalah keponakan. Keluarga diluar itu bukan termasuk incest.
Pelaku biasanya adalah orang yang lebih dewasa (lebih kuasa) dan korban lebih
banyak adalah anak-anak. Sering terjadi pada anak tiri oleh bapak tiri, menantu oleh
mertua, cucu oleh kakeknya.

Incest dapat terjadi karena saling suka atau saling cinta dan dapat juga terjadi
akibat paksaan tanpa rasa cinta. Incest ada yang diluar perkawinan, namun ada juga
yang sengaja dilakukan dalam ikatan perkawinan. Diluar negri, perkawinan incest
diperbolehkan, sedangkan di Indonesia perkawinan incest tidak dibenarkan menurut
hukum. Perkawinan di Indonesia dinyatakan sah dilakukan menurut agama.
Sedangkan pencatatannya, bila agama Islam di Kantor Urusan Agama (KUA) dan
selain agama Islam di Kantor Pencatatan Sipil. Sah tidaknya perkawinan di Indonesia
berdasarkan ajaran agama masing- masing. Semua agama di Indonesia melarang
perkawinan incest. Bila diketahui ada pertalian darah (muhrim dalam agama islam)
sedangkan perkawinan telah dilakukan dan walaupun sudah mempunyai anak, maka
perkawinan harus dibatalkan.

Gambaran incest di luar ikatan perkawinan :


 Pelaku kebanyakan orang yang kerap berinteraksi dengan korban, tinggal dalam
satu rumah.
 Korban mayoritas anak-anak sehingga tidak kuasa melakukan perlawanan diri.
Biasanya dibawah tekanan karena ancaman pelakuschingga ketakutan atau diberi
imbalan atau dengan bujuk rayu misalnya diberi uang atau makanan.
 Sering berakibat trauma fisik dan psikis.
Perlindungan Hukum:
Undang-Undang Perlindungan Anak (UUPA) pasal 81-82 UUPKDRT, KUHP pasal
285, KUHP pasal 98, KUH Perdata pasal 1365.

Upaya Mengatasi
 Waspada dalam mengasuh anak. Tidak membiasakan anak dirumah sendirian
dengan anggota keluarga yang berlainan jenis.
 Tidak mengabaikan kata hati tiap ada gelagat yang menjurus pada tindakan
pelecehan dalam keluarga.
 Memisahkan tempat tidur anak mulai umur 3 tahun dari ayah atau saudara baik
sesama jenis kelamin maupun berlainan jenis kelamin.
 Perlu juga melibatkan orang lain diluar lingkungan keluarga.
 Lapor pada petugas penegak hukum walaupun dibawah ancaman pelaku.

8. Single Parent
Single parent adalah keluarga yang mana, hanya ada satu orang tua tunggal,
hanya ayah atau ibu saja. Keluarga yang terbentuk bisa tedadi pada keluarga sah
secara hukum maupun keluarga yang belum sah secara hukum, baik hukum agama
maupun hukum pemerintah. Sebab-sebab terjadinya single parent.
Penyebab diantaranya yaitu :
 Perceraian. Adanya, ketidakharmonisan dalam keluarga yang disebabkan adanya
perbedaan persepsi atau perselisihan yang tidak mungkin ada jalan keluar,
masalah ekonomi/pekerjaan, salah satu pasangan selingkuh, kematangan
emosional yang kurang, perbedaan agama,aktifita.ssuan-iiistri yang tinggi di luar
rumah sehigga kurang komunikasi, problem seksual dapat merupakan faktor
timbulnya perceraian.
 Orang tua meninggal. Takdir hidup clan coati manusia di tangan Tuhan. Manusia
hanya bisa berdoa dan berupaya. Adapun sebab kematian ada berbagai macam.
Antara lain karma kecelakaan, bunuh diri, pembunuhan, musibah bencana alam,
kecelakaan kerja, keracunan, penyakit dan lain-lain.
 Orang tua masuk penjara. Sebab masuk penjara antara lain karena melakukan
tindak kriminal seperti perampokan, pembunuhan, penciarian, pengedar narkoba
atau thicial, perdata seperti hutang, jual beli, atau karma tidak pidana korupsi
sehingga sekian lama tidak berkumpul dengan keluarga.
 Study ke pulau lain atau ke negara lain. Tuntutan profesi orang tua untuk
melanjutkan study sebagai peserta tugas belajar mengakibatkan harus, berpisah
dengan keluarga untuk sementara waktu, atau bisa terjadi seorang anak yang
meneruskan pendidikan di pulau lain atau luar negeri dan hanya bersama ibu saja
sehingga menyebabkan anak untuk sekian lama tidak didampingi otch ayahnya
yang hams tetap kerja di negara atau pulau atau kota. kelahiran.
 Kerja di luar daerah atau luar negeri. Cita-cita untuk mewujudkan kehidupan
yang lebih baik lagi menyebabkan salah satu orang tua meninggalkan daerah,
terkadang ke luar negeri.

Dampak :
 Stress
Beban emosional yang datang silih berganti karena harus mengurus anak sendiri
bisa membuat ibu tunggal stres. Stres dihubungkan dengan penurunan kadar
serotonin, yang merupakan hormon pengatur mood alias suasana hati. Ibu
tunggal yang mengalami stres cenderung tidak semangat dalam menjalani hari-
hari.
 Depresi
Stres yang terakumulasi dapat menjadi depresi. Dari sudut pandang medis,
depresi diartikan sebagai kelainan suasana hati tingkat lanjut yang menyebabkan
perasaan sedih dan kehilangan minat terus-menerus. Depresi yang dibiarkan
terus-menerus dapat mencetuskan masalah emosional, perilaku dan kesehatan
yang memengaruhi aspek kehidupan secara menyeluruh.
 Perubahan Nafsu Makan
Beban kehidupan yang tiada henti-hentinya ‘menghujani’ single mom bisa
menyebabkan perubahan nafsu makan. Dalam kasus ini, ibu tunggal akan
memiliki kecenderungan untuk makan berlebih atau malah tidak mau makan
sama sekali
 Serangan Panik
Serangan panik atau panic attack adalah munculnya rasa takut secara mendadak
tanpa alasan yang jelas. Single mom rentan mengalami kondisi ini kapan saja,
bahkan ketika sedang terlelap dalam tidur
 Bipolar
Bipolar adalah gangguan mental yang membuat penderitanya mengalami
perubahan suasana hati secara ekstrem. Ibu tunggal yang terkena kondisi ini bisa
mengalami dua kondisi sekaligus, yaitu kesedihan mendalam atau kesenangan
tak terhingga, dalam jeda waktu yang sangat singkat.

9. Home Less
Home less atau tuna wisma atau gelandangan adalah orang yang hidup dalam
keadaan tidak sesuai dengan norma di masyarakat setempat, serta tidak mempunyai
tempat tinggal yang tetap diwilayah tertentu dan hidup ditempat umum. Home less
banyak terdapat di kota-kota besar. Kedatangan mereka ke kota besar tanpa didukung
oleh pendidikan dan ketrampilan yang memadai. Biasanya mereka tinggal di
empeeran toko, kolong jembatan, kolong jalan layang, gerobak tempat barang bekas,
sekitar rel kereta api, di taman, di tempat umum lainnya. Pekerjaan mereka sebagai
pengamen, pengemis, pemulung sampah.
Penyebab Home Less
a. Kemiskinan
Hal ini merupakan faktor utama. Kemiskinan menyebabkan mereka tidak mampu
memenuhi kebutuhan papan, sehingga mereka bertempat tinggal di tempat umum.
Kemiskinan juga menyebabkan rendahnya pendidikan sehingga tidak mempunyai
ketrampilan dan keahlian untuk bekerja. Hal ini berefek pada anak-anak mereka.
Mereka tidak mampu membiayai anak-anaknya sekolah sehingga anak-anak
mereka juga ikut jadi gelandangan.
b. Bencana Alam
Bencana alam akhir-akhir ini banyak menimpa negara kita. Mereka tinggal di
pengungsian, kehilangan pekerjaan mereka.
c. Yatim Piatu
Anak yang tidak mempunyai orangtua, saudara tidak mempunyai tempat tinggal
sehingga mereka mencari tempat berteduh di tempat-tempat umum.
d. Kurang Kasih Sayang
Berbagai penyebab sehingga anak merasa kurang diperhatikan, kurang kasih
sayang orang tuanya, maka ia turun ke jalan untuk mencari komunitas yang mau
menerima dia apa adanya.
e. Tinggal di Daerah Konflik
Penduduk yang tinggal di daerah konflik, dimana mereka merasa keamanannya
kurang terjaga mengakibatkan mereka pindah ke daerah lain yang mereka anggap
lebih aman, apalagi kalau rumah mereka hancur karena perang. Banyak tindak
kekerasan di wilayah konflik, termasuk pelecehan seksual, perkosaan,
pembunuhan sehingga mereka memaksa meninggalkan daerahnya.

Dampak :
a. Kebersihan dan Kesehatan
Rumah mereka seadanya, sangat jauh dari kriteria rumah sehat. Perilaku hidup
bersih sehat sangat kurang. Tempat tinggal mereka kotor, ventilasi,
pernerangan kurang, keperluan untuk mandi, cuci dan masak tidak memenuhi
kesehatan, dll sehingga muncul masalah kesehatan. Mereka tidak
memperhatikan hal ini karena untuk makan saja mereka hampir tidak bisa
terpenuhi. Mereka tidak mempunyai cukup dana untuk pemeliharaan kesehatan
dan pengobatan.
b. Pengguna Narkoba
Banyak diantara mereka menggunakan narkoba. Pengaruh lingkungan mereka
sangat berpengaruh. Mereka rawan terkena HIV AIDS dengan penggunaan
jarum suntik secara bergantian.
c. Gizi Kurang
Ketidakmampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan pangan, akibat
rendahnya daya beli makanan, apalagi membeli makanan bergizi
mengakibatkan mereka mengalami gizi buruk, termasuk ibu hamil dan anak
balita. Mereka makan sekedar kenyang.

d. Tindak Kekerasan Sesama Home Less


Perebutan atau persaingan lahan pencari makan menyebabkan mereka saling
terjadi konflik.
e. Dimanfaatkan
Anak-anak kecil banyak dimanfaatkan untuk mengemis dan menyetorkan
sejumlah uang setiap harinya agar terhindar dari tindak kekerasan oleh pihak
lain yang lebih kuat atau oleh orang dewasa yang tidak bertanggungjawab.
f. Pelecehan Seksual
Orang dewasa yang tidak bertanggungjawab melakukan sodomi, pelecehan
seksual dengan imbalan uang, atau dibawah ancaman mereka untuk
melampiaskan nafsu mereka

10. Perkawinan Usia Muda Dan Tua


Perkawinan adalah ikatan batin antara pria dan wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga/ rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasar
Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan No 1 Thahun 1974).

Perawinan usia muda


Menurut UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan diij inkan
bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun. Namun pemerintah
mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi manusia yang ditegaskan dalam
UU No 10 Tahun 1992 yang menyebutkan bahwa pemerintah menetapkan kebijakan
upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana. Banyaknya resikokehamilan kurang
dari perkawinan diij inkan bila laki-laki berumur 21 tahun dan perempi mn berumur
19 tahun. Sehingga perkawinan usia muda adalah perkawinan yang dilakukan bila
pria kurang dari 21 tahun dan perempuan kurang dari 19 tahun.

Perkawinan usia tua


Adalah perkawinan yang dilakukan bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun.

Kelebihan perkawinan usia muda


a. Terhidar dari perilaku seks bebas, karena kebutuhan seksual terpenuhi.
b. Menginjak usia tua tidak lagi mempunyai anak yang masih kecil.

Kelebihan perkawinan usia tua


Kematangan fisik, psikologis, sosial, financial sehingga harapan membentuk
keluarga sejahtera berkualitas terbentang.

Kekurangan pernikahan usia muda


a. Meningkatkan angka kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk semakin
meningkat.
b. Ditinjau dari segi kesehatan, perkawinan usia muda meningkatkan angka
kematian bayi dan ibu, risiko komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Selain
itu bagi perempuan meningkatkan risiko cacerviks karena hubungan seksual
dilakukan pada saat secara anatorni sel-sel cerviks belum matur. Bagi bayi risiko
terjadinya kesakitan dan kematian meningkat.
c. Kematangan psikologis belum tercapai sehingga keluarga mengalami kesakitan
mewujudkan keluarga yang berkualitas tinggi.
d. Ditinjau dari segi sosial, dengan perkawinan mengurangi kebebasan
pengembangan diri, mengurangi kesempatan melanjutka pendidikan jenjang
tinggi.
e. Adanya konflik dalam keluarga membuka peluang untuk mencari pelarian
pergaulan di luar rumah sehingga meningkatkan risiko penggunaan minum
alkohol, narkoba dan seks bebas.
f. Tingkat peceraian tinggi. Kegagalan kehiarga dalam melewati berbagai macam
permasalahan meningkatkan risiko perceraian.

Kekurangan pernikahan usia tua


a. Meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Kemu-igkinan/risiko
tejadi ca mammae meningkat.
b. Meningkatnya risiko kehamilan dengan anak kelainan bawaan, misalnya terjadi
kromosom non disjunction yaitu kelainan proses meiosis basil konsepsi (fetus)
sehingga menghasilkan kromosom sejumlah 47. Aneuploidy, yaitu ketika
kromosom basil konsepsi tidak tepat 23 pasang. Contohnya: trisomi 21 (down
syndrome), trisomi 13 (patau syndrome) dan trisomi 18 (edwards syndrome
Penanganan Perkawinan Usia Muda
a. Pendewasaan usia kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi
sehingga kehamilan pada waktu usia reproduksi sehat.
b. Bimbingan psikologis. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pasangan dalam
menghadapi persoalan-persoalan agar mempunyai cara pandang dengan
pertimbangan kedewasaan, tidak mengedepankan emosi.
c. Dukungan keluarga. Peran keluarga sangat banyak mernbantu kell 1,grga muda
baik clukungan berupa material maupun non material untuk kelanggengan
keluarga, sehingga lebih tahan terhadap hambatanhambatan yang ada.
d. Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan, perbaikan
gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi.

Penanganan Perkawinan Usia Tua


a. Pengawasan kesehatan: ANC secara rutin pada tenaga kesehatan.
b. Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan, perbaikan
gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi.
Pencegahan:
a. Penyuluhan kesehatan untuk menikah pada usia reprodulcsi se-hat.
b. Merubah cara pandang budaya atau cara pandang diri yang tidak mendukung.
c. Meningkatkan kegiatan sosialisasi.
11. Wanita Ditempat Kerja
Alasan wanita bekerja
a. Aktualisasi diri.
Wanita yang bekerja akan memperoleh pengakuan dari lingkungan karena
produktifitas dan kreatifitas yang telah dihasilkan.
b. Mata pencaharian.
Penghasilan yang diperoleh dalam rangka mencukupi kebutuhan sehari-hari
agar meningkat kualitas hidup keluarga, baik untuk memenuhi kebutuhan primer
seperti pangan, sandang, papan, atau kebutuhan sekunder seperti perabot rumah
tangga, mobil, jaminan kesehatan, dll.
c. Relasi positif dalam keluarga.
Pengetahuan yang luas dan pengalaman rnengambil keputusan saat bekerja
dalam memecahkan suatu masalah ditempat kerja, pola pikir terbuka
memungkinkan jalinan saling mendukung dalam keluarga.
d. Pemenuhan kebutuhan sosial.
Wanita bekerja akan menjumpai banyak relasi, Leman sehingga dapat
memperkaya wawasan bagi wanita.
e. Peningkaan keterampilan/kompetensi.
Dengan bekerja wanita terns terpacu untuk selalu meningkatkan keterampilan
atau kompetensi sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan prestasi
yang lebih sebagai karyawan.
f. Pengaruh lingkungan.
Lingkungan mayoritas wanita banyak yang bekerja akan memberikan motivasi
bagi wanita lain untuk bekerja.
Dampak wanita bekerja
a. Terpapar zat-zat kimia yang mempengaruhi kesehatan dan infertilitas. Asap
rokok, bahan radiologi, bahan organik, bahan organo fosfat dan organo Morin
untuk racun hewan perusak.
b. Resiko pelecehan seksual. Pelaku pelecehan seksual bisa Leman sejawat,
supervisor, manager atau atasan. Adaptor wanita terkadang tidak kuasa menolak
karena ketakutan atau ancaman di PHK.
c. Penundaan usia nikah. Wanita yang sibuk mengejar prestasi kariemya
menyebabkan tidak mempunyai banyak waktu Luang untuk memperhatikan
pernikahannya.
d. Keharnionisan rumah tangga terpengaruh. Kesibukan aktifitas yang berlebilian
memungkinkan wanita tidak mempunyai banyak waktu untuk keluarga karena
pusat perhatiannya pada kesuksesan kanernya, sehingga bisa menelantarkan
peran sebagai istri dan sebagai ibu.

Upaya pemecahan
a. Bekerja menggunakan proteksi, seperti masker, sarung Langan, baju khusus
untuk proteksi radiasi.
b. Cek kesehatan secara berkala.
c. Melakukan aktifitas bekerja tidak hanya dengan satu pria misalnya bila lembur,
divas luar.
d. Tidak nebeng kendaraan tanpa ditemani orang lain, sekalipun ditawari oleh
atasan.
e. Jangan ragu mengatakan 'tidak' walaupun pada atasan. Tidak perlu takut pada
ancaman di pecat.
f. Menetapkan target menikah.
g. Menjaga komunikasi dengan keluarga. Mencurahkan perhatian khusus pada
keluarga pada hari libur dengan kualitas yang maksimal, mengagendakan
kegiatan bersarna keluarga, memenuhi hak-hak suami dan anak, berbagi peran
dengan suami dan selalu menghargai suami.

12. Wanita Ditempat Rehabilitasi


13. Pekerja Sex Komersial
14. Drug Abuse
15. Pendidikan
16. Upah

C.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai