Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara biologis wanita dan pria tidak sama, akan tetapi sebagai makhluk jasmani dan
rohani yang dilengkapi dengan akal budi, kedua macam insan itu mempunyai persamaan
yang hakiki. Keduanya adalah pribadi yang mempunyai hak sama untuk berkembang.

Dalam masa transisi menuju kemasyarakatan industrial terdapat perubahan sistem nilai.
Hal ini erat hubungannya dengan pembangunan yang mendatangkan teknologi barat. Dari
teknologi barat ini manfaat yang diambil cukup besar, tetapi disamping itu terdapat pula
dampaknya, berupa benturan-benturan antara kebudayaan tradisional dan barat.

Pertemuan antara kebudayaan secara mendadak itu menimbulkan permasalahan sosial


yang erat hubungannya dengan moralitas. Partisipasi wanita dalam menangani masalah ini
sangat diharapkan karena hal ini sesuai dengan ketentuan tentang peranan wanita dalam
GBHN 1988. Ketentuan itu menerangkan bahwa peran wanita adalah mewujudkan dan
mengembangkan keluarga sehat, sejahtera dan bahagia, termasuk pengembangan generasi
muda, terutama anak dan remaja dalam rangka pembangunan wanita seutuhnya.

Perempuan seringkali dijadikan komoditas bahkan dilecehkan dan menjadi korban


dalam berbagai masalah kehidupan. Hal tersebut yang mendasari bahwa wanita adalah
rendah, lemah dan paling sering mengalami permasalahan yang berkaitan dengan status
kehidupannya dalam dimensi sosial di masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah status sosial wanita!
2. Bagaimanakah nilai wanita!
3. Apa sajakah peran wanita!
4. Permasalahan kesehatan wanita dalam dimensi sosial bagaimana upaya mengatasinya!

1.3 Tujuan
Mengetahui dimensi sosial wanita dan permasalahannya dalam kaitannya dengan kesehatan
reproduksi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Status Sosial Wanita

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, 2001 status adalah keadaan atau kedudukan
orang/badan dan sebagainya dalam hubungannya dengan masyarakat. Status social wanita
berarti kedudukan wanita dalam masyarakat.
Menurut Soekanto Soerjono, 1990 status sosial atau kedudukan sosial adalah tempat
seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain dalam arti
lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. Status
wanita mencakup dua aspek yaitu :
1. Aspek otonomi wanita.
Aspek ini mendeskripsikan sejauh mana wanita dapat mengontrol ekonomi atas dirinya
disbanding dengan pria.
2. Aspek kekuasaan sosial
Aspek ini menggambarkan seberapa berpengaruhnya wanita terhadapa orang lain diluar
rumah tangganya.

Status wanita meliputi:


1. Status reproduksi, yaitu wanita sebagai pelestarian keturunan. Hal ini mengisyaratkan
bila seorang wanita tidak mampu melahirkan, maka status sosialnya dianggap rendah
disbanding wanita yang bis mempunyai anak.
2. Status produksi, yaitu sebagai pencari nafkah dan bekerja diluar rumah. Santrock (2002)
mengatakan bahwa wanita yang bekerja akan meningkatkan harga diri. Wanita yang
bekerja mempunyai status yang lebih tinggi disbanding dengan wanita yang tidak ikut
kerja.

2.2 Nilai Wanita


Menurut kamus besar bahasa Indonesia 2001, nilai berarti harga, mutu, kadar, sifat-
sifat yang penting yang berguna bagi kemanusiaan.

2
Sejak zaman dulu perempuan sering diberlakukan nista diseluruh penjuru dunia dalam
sejarah. Perempuan dianggap sebagai setengah manusia, mahluk pelengkap, konco
wingking dan sejenisnya dimana hak dan kewajiban, terlebih lagi peradabannya diatur dan
ditentukan oleh laki-laki. Pada peradaban Nasrani Kuno abad ke-5 M, merelka menyatakan
bahwa perempuan tidak memiliki ruh suci. Pada abad ke-6 masehi perempuan tercipta
hanya untuk melayani laki-laki semata-mata.
Di zaman peradaban Zunani Kuna pada kalangan kerajaan, mereka menempatkan
perempuan sebagai mahluk yang terkurung dalam istana. Kalangan dibawahnya
menjadikan perempuan bebas diperdagangkan. Saat perempuan sudah menikah, suami
berhak melakukan apa saja terhadap istrinya. Pada peradaban Romawi perempuan
kedudukannya dibawah kekuasaan sang ayah, dimana setelah menikah berpihak kepada
suami. Kekuasaan yang dimiliki sangat mutlak, sehingga berhak menjual, mengusir,
menganiaya bahkan sampai membunuh.
Pada abad ke-7 masehi, perempuan sering menjadi barang sesajen bagi para dewa oleh
masyarakat Hindu Kuno. Hak hidup bagi perempuan yang bersuami tergantung hidup mati
suaminya. Jika suaminya meninggal, maka istri harus dibakar hidup-hidup bersama mayat
suaminya dibakar.
Gambaran ilustrasi peradaban diatas menyiratkan bagi kita, nilai perempuan yang
sangat rendah dibanding laki-laki. Pada zaman sekarang nilai wanita juga masih dianggap
rendah, tidak setinggi nilai laki-laki dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat.
Dalam keluarga anak lebih takut atau lebih patuh pada ayah disbanding pada ibu.
Dikehidupan masyarakat, laki-laki lebih diutamakan daripada perempuan.

2.3 Peran Wanita


Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2001peran berarti tingkah laku
yang diharapkan yang dimiliki wanita sehubungan dengan kedudukan dimasyarakat.
Menurut Soekanto Soerjono, 1990 peranan (role) merupakan dinamis kehidupan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya
maka dia menjalankan suatu peranan.
Menurut Kartono Kartini, 1992 peran wanita sebagai berikut:
1. Peran wanita berkaitan dengan kedudukannya dalam keluarga

3
a. Ibu rumah tangga penerus generasi. Perempuan berperan aktif dalam peningkatan
kualitas generasi penerus sejak dalam kandungan.
b. Istri dan teman hidup patner sex. Sikap istri mendampingi suami merupakan relasi
dalam hubungan yang setara sehingga dapat tercapai kasih saying dan
kelanggengan perkawinan.
c. Pendidik anak. Anak memperoleh pendidikan sejak dalam kandungan. Memberikan
contoh berperilaku yang baik karena anak belajar berperilaku dari keluarga. Ibu
dapat memberikan pendidikan akhlak, budi pekerti, pendidikan masalah reproduksi.
d. Pengatur rumah tangga. Perempuan menjaga, memelihara, mengatur rumah tangga,
menciptakan ketenangan keluarga. Istri mengatur ekonomi keluarga, pemelihara
kesehatan keluarga, menyiapkan makanan bergizi tiap hari, menumbuhkan rasa
memiliki dan bertangggung jawab terhadap sanitasi rumah tangga juga menciptakan
pola hidup sehat jasmani, rohani dan sosial.
2. Peran wanita berkaitan dengan kedudukannya dalam masyarakat sebagai mahluk sosial
yang berpartisipasi aktif.
Wanita berpatisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Wanita
berperan aktiv dalam pembangunan dalam berbagai bidang seperti dalam pendidikan,
kesehatan, politik, ekonomi, sosial, budaya untuk memajukan bangsa dan Negara.

2.4 Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya
2.4.1 Kekerasan
Pengertian kekerasan
Pasal 89 KUHP :
Melakukan kekerasan adalah pempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani tidak
kecil secara yang tidak sah misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala
macam senjata, menepak, menendang dsb.

Bentuk- Bentuk Kekerasan


a. Kekerasan psikis.

4
Misalnya: mencemooh, mencerca, men&na, memaki, mengancam, melarang
berhubungan dengan keluarga atau kawan dekat / raasyarakat, intimidasi, isolasi,
melarang istri bekerja.
b. Kekerasan fisik.
Misalnya memukul, membakar, menendang, melempar sesuatu, menarik rambut,
mencekik, dll.
c. Kekerasan ekonomi.
Misalnya: Tidak memberi nafkah, memaksa pasangan untuk prostitusi, memaksa
anak untuk mengemis,mengetatkan istri dalam keuangan rumah tangga, dan lain-
lain.
d. Kekerasan seksual.
Misalnya: perkosaan, pencabulan, pemaksaan kehendak atau melakukan
penyerangan seksual, berhubungan seksual dengan istri tetapi istri tidak
menginginkannya.

Banyak kasus terjadi kekerasan psikis berupa makian, hinaan (ungkapan verbal )
Bering berkembang menjadi kekerasan fisik. Pada awalnya mungkin belum terjadi,
tetapi ketidaksengajaan pria kemudian berlanjut pada tindakan kekerasan fisilk
secara nyata.
Penyebab ter adinya kekerasan adalah
a. Perselisihan tentaing ekonomi.
b. Cemburu pada pasangan.
c. Pasangan mempunyai selingkuhan.
d. Adanya problema seksual (misalnya: impotensi, frigid, hiperceks).
e. Pengaruh kebiasaan minum alkohol, drugs abused.
f. Permasalahan dengan anak.
g. Kehilangan pekerjaan/PHK/menganggur/belum mempunyai pekerjaan.
h. Istri ingin melanj utkan studi/ingin bekerja.
i. Kehamilan tidak diinginkan atau infertilitas.

Alasan Tindak Kekerasan Oleh Pria

5
a. Tindakan kekerasan dapat mencapai suatu tujuan.
1. Bila terjadi adi konflik, tanpa harus musyawarah kekerasan merupakan cara
cepat penyelesaian masalah.
2. Dengan melakukan perbuatan kekerasan, prig merasa hidup lebih berarti
karena dengan berkelahi ma ka pria merasa menjadi lebih digdaya.
3. Pada saat melakukan kekerasan pria merasa memperoleh `kemenangan' dan
mendapatkan apa yang dia harapkan, maka korban akan menghindari pada
konflik berikutnya karena untuk menghindari rasa sakit.
b. Pria merasa berkuasa atas wanita. Bila pria merasa mempunyai istri ‘kuat' maka
dia berusaha untuk melemahkan wanita agar merasa tergantung padanya atau
membutuhkannya.
c. Ketidaktahuari priaa. Bila latar belakang pria dari keluarga yang selalu
mengandalakan kekerasan sebagai satu-satunyajclan menyelesaikan masalah dan
tidak mengerti cara lain maka kekerasan merupakan jalan pertama dan ut-aina
baginya sebagai cara yang jitu setiap ada kesulitan atau tertekan karena memang
dia tidak pernah belajar cara lain untuk bersikap.

Akilbat Tindakan Kekerasan


a. Kurang bersemangat atau kurang percaya diri.
b. Gangguan psikologi sampai timbul gagguan system dalam tubuh(psikosomatik),
seperti: cemas, tertekan, st-I-ess, anoreksia (kurang nafsu makan), insomnia
(susah tidur, Bering mimpibtwik,jantw-igterasa berdebar-debar, keringat dingin,
rnual, gastritis, nyeri perut, posing, nyeri kepala.
c. Cidera ringan sampai berat, seperti: lecet, memar, luka terkena benda tajam,
patah tulang, luka bakar.
d. Masalah seksual, ketakutan hubungan seksual, nyeri saat hubungan seksual, tidak
ada hasrat seksual, frigid.
e. Bila perempuan korban kekerasan sedang hamil dapat terjadi abortus/ keguguran.

2.4.2 Perkembangan Seksual yang Menyimpang


 Seks Bebas

6
Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang berganti-ganti.
Seks bebas pada remaja ini ( dibawah usia 17 tahun ) secara medis selain dapat
memperbesar kemungkinan terkena infeksi menular seksual dan virus HIV (
Human Immuno Deficiency Virus ),juga dapat merangsang tummbuhnya sel
kanker pada rahim remaja perempuan . (Setyaningrum, 2014: 44).
Dampak seks bebas
- Dampak perilaku seks bebas remaja pranikah terhadap kesehatan reproduksi
- Hamil yang tidak dikehendaki ( unwanted pregnancy )
- Penyakit menular seksual (PMS) , HIV/AIDS
- Psikologis

Penanggulangan Dampak Seks Bebas


Beberapa upaya preventif yang bias dilakukan untuk penanggulangan dampak
seks bebas :
- Pendidikan agama dan akhlak
- Pendidikan seks dan reproduksi
- Bimbingan orang tua
- Meningkatkan aktivitas remaja kedalam program yang produktif

 Sodomi
Sodomi adalah hubungan seks yang dilakukan melalui anus . Anus hamper dapat
disamakan dengan lubang vagina karena memiliki rectum , yaitu bagian usus
besar yang terletak dekat anus.

 Homoseksual/Lesbian/Biseksual
Homoseksualitas adalah rasa ketertarikan romantic dan atau seksual atau
perilaku antara individu berjenis kelamin atau gender yang sama.

 Incest

7
Incest adalah hubungan seksual yang terjaadi antara anggota keluarga. Anggota
yang dimaksud adalah anggota keluarga yang mempunyai hubungan pertalian
darah.

 Pedopelia
Pedofilia adalah perilaku orang dewasa yang mendapatkan kepuasan seksual
dengan melakukan persetubuhan dengan anak-anak kecil.(Setyaningrum, 2014:
44).

2.4.3 Drug Abuse


Penyalahgunaan obat dimaksud bila suatu obat digunakan tidak untuk tujuan
mengobati penyakit, akan tetapi digunakan dengan sengaja untuk mencari atau
mencapai kesadaran tertentu karena pengaruh obat pada jiwa.
Dari segi hukum obat-obat yangs ering disalah gunakan dapat dibagi dalam dua
kelompok, yaitu: narkotika atau obat bius dan bahan psikotropika. Untuk mencegah
penyalahgunaan obat, pemerintah baru-baru ini telah mengesahkan dua Undang-
Undang penting yaitu:
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tanggal 11 Maret 1997
tentang Psikotropika.
b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 1997 tanggal 1 September
1997 tentang Narkotika.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya adalah opium, morphine,
cocaine, ganja/marihuana, dan sebagainya.
Narkotika dibedakan menjadi :
a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.

8
b. Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan.
c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Bahan
psikotropika adalah bahan/obat yang mempengaruhi jiwa atau keadaan jiwa, yaitu :
a. Keadaan kejiwaan diubah menjadi lebih tenang, ada perasaan nyaman sampai
tidur.
b. Dalam hal inni pemakai menjadi gembira, hilang rasa susah/sedih,
capek/depresi.
c. Bahan memberi halusinasi, yaitu si pemakai melihat/merasakan segala sesuatu
lebih indah dari yang sebenarnya dihadapi.

Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan


digolongkan menjadi :
a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan an
dapat digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai poensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiatpengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.

9
d. Psikotropika golongan IV psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat
luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Cara Pencegahan Tindak Penyalahgunaan Obat Terlarang


Penggunaan obat terlarang tersebut sudah melanggar hukum, agar generasi
muda tidak semakin terjerumus maka perlu adanya pencegahan. Upaya-upaya yang
dapat ditempuh antar lain:
a. Melakukan kerjasama dengan pihak yang berwenang untuk melakukan
penyuluhan tentang bahaya narkoba. Misalnya dengan mengadakan seminar,
maupun temu wicara antara gerakan anti narkobadengan para pelajar,
penyuluhan kepada masyarakat umum maupun sekolah-sekolah mengnai
bahaya narkoba.
b. Mengadakan razia mendadak secara rutin. Razia ini perlu dilakukan agar para
pengedar, pengguna dapat terjaring disaat tanpa mereka ketahui (saat transaksi
jual beli obat terlarang). Razia dapat dilakukan di sekolah, diskotik, club
malam, cafe, maupun tempat-tempat sunyi yang diduga sebagai tempat
transaksi.
c. Pendampingan dari orangtua siswa itu senadiridengan memberikan perhatian
dan kasih sayang. Salah satu penyebab banyaknya remaja terjerumus dalam
pemakaian obat terlarang adalah kurang kasih sayang dari keluarga, sebab
mereka berpikir tidak perlu lagi ada beban pikiran keluarga ketika mereka
memakai obat tersebut.
d. Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik
anak didiknya, karena biasanya penyebaran (transaksi) narkoba sering terjadi
disekitar lingkingan sekolah.
e. Pendidikan moral keagamaan harus lebih ditekankan kepada siswa, karena salah
satu penyebab terjerumusnya anak-anak kedalam lingkaran setan ini adalah
kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang mereka serap, sehingga
perbuatan tercela seperti inipun akhirnya mereka jalani.

10
Solusi atau cara mengatasi tindak penyalahgunaan obat terlarang
a. Membawa anggota keluarga (pemakai) ke panti rehabilitasi untuk mendapatkan
penanganan yang memadai.
b. Pembinaan kehidupan beragama, baik disekolah, keluarga dan lingkungan.
c. Adanya komunikasi yang harmonis antara remaja dan orang tua, guru serta
lingkungannya.
d. Selalu berperilaku positif dengan melakukan aktivitas fisik dalam penyaluran
energi remaja yang tinggi seperti berolahraga.
e. Perlunya pengembangan diri dengan berbagai program/hobi baik di sekolah
maupun dirumah dan lingkungan sekitar.
f. Mengetahui secraa pasti gaya hidup sehat sehingga mampu menangkal
pengaruh atau bujukan memakai obat terlarang.
g. Saling menghargain sesama remaja (peer group) dan anggota keluarga.
h. Penyelaesaian berbagai masalah dikalangan remaja/pelajar serta positif dan
konstruktif.
2.4.4 Pendidikan
Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subjek dan
objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Pendidikan juga merupakan
proses sadar dan sistematis disekolah, keluarga, dan masyarakat untuk
menyaqmpaikan suatu maksud dari suatu konsep yang sudah diterapkan. Tujuan
pendidikan yaitu diharapkan individu mempunyai kemampuan dan ketrampilan
secara mandiri untuk meningkatkan taraf hidup lahir batin dan meningkatkan
perannyasebagai pribadi, pegawai/karyawan, warga masyarakat, warga negara, dan
makhlik Tuhan dalam mengisi pembangunan.
Tingkat kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa pada hakekatnya
ditentukan oleh kualitas pendidikan yang diperoleh. Pendidikan yang baik dan
berkualitas saat melhirkan individu yang baik dan berkualitas pula. Sebaliknya
apabila pendidikan yang diperoleh tidak baik dan tidak berkualitas, maka hal ini
akan berdampak terhadap kualitas SDM yang dibangun. Peningkatan pendidikan
bagi kaum perempuan merupakan keharusan yang tidak dapat dielakkan demi
mencapai kesetaraan dan keadilan gender. Analisis gender dalam pembangunan

11
pendidikan ditingkat nasional menemukan adanya kesenjangan gender dalam
pelaksanaan pendidikan terutama di tingkat SMK dan perguruan tinggi, namun lebih
seimbang peda tingkat SD, SMP, dan SMU. Kecenderungan adalah semakin tinggi
jenjang pendidikan, maka makin meningkat kesenjangan gendernya.
Pendidikan yang tinggi dipandang perlu bagi kaum wanita, karena pendidikan
yang tinggi maka mereka dapat meningkatkan taraf hidup, membuat keputusan yang
menyangkut masalah kesehatan mereka sendiri. Seorang wanita yang lulus dari
perguruan tinggi akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan mampu berperilaku
hidupn sehat bila dibandingkan dengan seorang wanita yang memiliki pendidikan
rendah. Semakin tinggi pendidikan seorang wanita maka ia semakin mampu mandiri
dengan sesuatu yang menyangkut diri mereka sendiri.

2.4.5 Upah
Fenomena perempuan bekerja bukanlah barang baru ditengah masyarakat kita.
Sebenarnya tidak ada perempuan yang benar-benar menganggur, biasanya para
perempuan juga memiliki pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya
entah itu dengan mengelola sawah, membuka warung dirumah, mengkreditkan
pakaian dan lain sebagainya. Mungkin sebagian besar masyarakat Indonesia masih
beranggapan bahwa perempuan dengan pekerjaaan diatas bukan termasuk kategori
perempuan bekerja. Hal ini karena perempuan bekerja identik dengan wanita karir
atau wanita kantoran, padahal dimanapun dan kapanpun perempuan itu bekerja
seharusnya tetap dihargai pekerjaannya.

2.4.6 Perkosaan
Pengertian perkosaan:
a. Perkosaan adalah setiap tindakan laki-laki memasukkan penis, jari atau alat lain
ke dalam vagina/alat tubuh seorang perempuan tanpa persetujuannya.
b. Dikatakan suatu tindak perkosaan tidak hanya bila seorang, perempuan disiksa,
dipukuli sampai pinsan, atau ketika perempuan meronta, melawan, berupaya
melarikan setiap diri atau korban hendak bunuh diri, akan tetapi meskipun
perempuan tidak melawan, apapun yang dilakukan perempuan, bila perbuatan

12
tersebut bukan pilihan keinginan perempuan berarti termasuk tindak perkosaan.
bukan kesalahan wanita.
c. Dalani rumah tangga, hubungan seksual yang tidak diinginkan istril
termasuk tindakan kekerasan, merupakan tindakan yang salah.

Motivasi Perkosaan
a. Pria ingin menunjukkan kekuasaan yang bertujuan untuk menguasai korban
dengan cara mengancam (dengan senjata secara, fisik menyakiti perempuan,
verbal dengan mengertak) dan dengan penetrasi sebagai simbol kemenangan.
b. Sebagai cara meluapkan rasa march, penghinaan, balas dendam,
menghancurkan lawan baik masalah individu maupun masalah kelompok
tertentu, sedangkan unsur rasa cinta ataupun kepuasan seksual tidak penting.
c. Luapan perilaku sadis, pelaku merasa p» as telah membuat penderitaan bagi
orang lain.

Jenis-Jenis Perkosaan
a. Perkosaan oleh orang yang dikenal.
b. Perkosaan oleh suami/bekas suwami.
c. Perkosaan oleh pacar/dating rape.
d. Perkosaan oleh teman kerja/atasan.
e. Pelecehan seksual pada anak. b. Perkosaan oleh orang yang t1dak dikenal.

Perempuan Rentan Terhadap Korban Pemerkosaan


a. Kekurangan fisik dan mental, adanya suatu penyakit atau permasalahan yang
berkaitan dengan fisik sehingga perempuan duduk diatas kursi roda, bisu, tuli,
buta atau keterbelakangan mental. Mereka tidak mampu mengadakan
perlawanan.
b. Pengungsi, imigran, tidak mempunyai rumah, anak jalanan/gelandangan, di
daerah peperangan.
c. Korban tindak kekerasan suami/pacar.

13
Pencegahan Pemerkosaan :
a. Berpakaian santun, berperilaku, bersolek tidak mengundang perhatian pria.
b. Melakukan aktifitas secara bersamaan dalam kelompok dengan banyak teman,
tidak berduaan.
c. Di tempat keda bersama teman/berkelompok, tidak berduaan dengan sesama
pegawai atau atasan.
d. Tidak menerima tamu laki-laki ke rumah, bila di rumah seorang diri.
e. Berjalan - jalan bersama banyak teman, terlebih di waktu malam hari.
f. Bila merasa diikuti orang, ambil jalan kearah yang berlainan, atau berbalik dan
bertanya ke orang tersebut dengan nada keras, dan tegas. apa maksud dia.
g. Membawa alat yang bersuara keras seperti peluit, atau alat bela diri seperti
parfum spray, bubuk cabe/merica yang bisa ditiupkan ke mata.
h. Berteriak sekencang mungkin bila diserang.
i. Jangan ragu mencegah dengan mengatakan 'tidak', walaupun pada atasan yang
punya kekuasaan atau pada pacar yang sangat dicintai.
j. Ketika bepergian, hindari sendirian, tidak menginap, bila orang tersebut merayu
tegaskan bahwa perkataan dan sentuhannya membuat anda merasa risih, tidak
nyaman, dan cepatlah meninggalkannva.
k. Jangan abaikan kata hati. Ketika tidak nyaman dengan suatu tindakan yang
mengarah seperti dipegang, diraba, dicium, diajak ke tempat sepi.
l. Waspada terhadap berbagai cara pemerkosaan seperti: hipnotis. obat-obatan
dalarn rninuman, pemen, snack atau hidangan makanan.
m. Saat ditempat baru, jangan terlihat bingung. Bertanya pada polisi. hansip atau
instapsi.
n. Menjaga jarak/space interpersonal derigan. lawan jenis. Di eropa space
interpersonal dengan jarak 1 meter.

Sikap terhadap korban perkosaan:


a. Menumbuhkan kepercayaan diri bahwa hal ini terjadi bukan kesalahannya.
b. Menumbuhkan gairah hidup.
c. Mengliargai kemauannya untuk menjaga privasi dan keamanannya.

14
d. Mendampingi untuk periksa atau lapor pada polisi.

Resiko kesehatan pada korban perkosaan:


a. Kehamilan. Dapat dicegah dengan minuet kontrasepsi darurat pada 24 jam
pertama.
b. Tejangkit Infeksi menular seksual.
c. Cidera robek dan sayatan, cekikan, memar bahkan sampai ancaman jiwa.
d. Hubungan seksual dengan suarni mengalami gangguan, memerlukan waktu
terbebas dari trauma ataupun merasa diri telah temoda.
e. Gejala psik-ologis ringan hingga gangguan psikologi berat. Pada waktu singkat
perempuan korban perkosaan menyaiahkan diri send iri, sebab merasa dirinya
yang menyebabkan perkosaan terjadi, terlebih pandangan budaya biasanya
selalu menyalahkan perempuan. Selain itu juga terjadi insomma/gangguan tidur,
ancreksia/tidak nafsu makan,kecemasan mendalam, perasaan males untuk
bersosialisasi. Gejala psikologi tersebut dapat berkembang bila penanganan
tidak adekuat seiring dengan makin bertambah, waktu yaitu perasaan tidak
punya daya upaya, marah yang mernbara, merasa diri tidak berharga, timbul
gejala psikosomatis seperti: mual, mutah, sakit kepala, badan sakit. Selain itu
dapat timbul ketakutan yang luar biasa/fobia, mengurung diri. Gejala psikologi
ini tiap perempuan berbeda tergantung dari tipe kepribadian terbuka atau
tertut,dukungan dari keluarga dan lingkungan, persepsi diri dengan apa yang
dialami, pengalaman dalam menghadapi stress, koping mekanisme/telcnik
mengatasi masalah sebelumnya.

Tindakan pada saat serangan seksual:


a. Hindari menangis atau minta belas kasihan.
b. Hindari kepanikan, tetap waspada, bertindak saat pelaku lengah.
c. Berjuang untuk pernbela diri seperti: menendang, teriak, menawar, melakukan
strategi perlawanan.
d. Amati ciri khusus pelaku.
e. Manfaatkan evaluasi situasi yang terbaik.

15
Penanganan
Tugas tenaga kesehatan dalam kasus tindak perkosaan:
a. Bersikap dengan baik, penuh perhatian dan empati.
b. Memberikan asuhan untuk menangani gangguan kesehatannya, misalnya
mengobati cidera, pemberian kontrasepsi darurat.
c. Mendokumentasikan basil pemeriksaan dan apa yang sebenarnya terjadi.
d. Memberikan asuhan pemenuhan kebutuhan psikologis
e. Memberikan konseling dalam membuat keputusan.
f. Membantu memberitahukan pada keluarga.

Upaya promotif :
a. Meningkatkan keterarnpilan bagi tenaga kesehatan pada pertolongan tindak
perkosaan untuk mengatasi masalah kesehatan dan dalam memberi dukungan
bila ingin melapor ke polisi.
b. Penguasaan seni atau keterampilan bela diri bagi para wanita.
c. Penyelenggaraan pendidikan seksual untuk remaja.
d. Sosialisasi hukum yang terkait.

Pasal dalam undang-undang yang berkaitan dengan tindak perkosaan:


a. Pasal 281-283 KUHP tentang Kejahatan terhadap Kesopanan.
b. Pasal 289-298 KUHP tentang Pencabulan.
c. Pasal 506 KUHP tentang Mucikari.
d. Undang-undang Perlindungan Anak (UUPA) no 23 tahun 2003.
e. Undang-undang no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (KDRT).

2.4.7 Pelecehan Seksual


Orang dewasa yang tidak bertanggungjawab melakukan sodomi, pelecehan
seksual dengan imbalan uang, atau dibawah ancaman mereka untuk melampiaskan
nafsu mereka.

16
Penanggulangan
Pencegahan dilakukan dengan :
a. Penyuluhan dan konseling.
b. Pendidikan pelatihan keterampilan.
c. Pengawasan serta pembinaan lanjut.
Penghentian / Peniadaan
a. Penertiban oleh aparat pemerintah.
b. Penampungan.
c. Pelimpahan.
Rehabilitasi
a. Pembangunan perumahan sangat sederhana.
b. Pengadaan rumah singgah dan diberikan berbagai pelatihan dan pendidikan.
c. Transmigrasi.

2.4.8 Wanita di Tempat Kerja


Alasan wanita bekerja
a. Aktualisasi diri
Wanita yang bekerja akan memperoleh pengakuan dari lingkungan karena
produktifitas dan kreatifitas yang telah dihasilkan.
b. Mata pencaharian. Penghasilan yang diperoleh dalam rangka mencukupi
kebutuhan sehari-hari agar meningkat kualitas hidup keluarga, baik untuk
memenuhi kebutuhan primer seperti pangan, sandang, papan, atau kebutuhan
sekunder seperti perabot rumah tangga, mobil, jaminan kesehatan, dll.
c. Relasi positif dalam keluarga. Pengetahuan yang luas dan pengalaman
rnengambil keputusan saat bekerja dalam memecahkan suatu masalah ditempat
kerja, pola pikir terbuka memungkinkan jalinan saling mendukung dalam
keluarga.
d. Pemenuhan kebutuhan sosial. Wanita bekerja akan menjumpai banyak relasi,
Leman sehingga dapat memperkaya wawasan bagi wanita.

17
e. Peningkaan keterampilan/kompetensi. Dengan bekerja wanita terns terpacu
untuk selalu meningkatkan keterampilan atau kompetensi sehingga dapat
meningkatkan rasa percaya diri dan prestasi yang lebih sebagai karyawan.
f. Pengaruh lingkungan. Lingkungan mayoritas wanita banyak yang bekerja akan
memberikan motivasi bagi wanita lain untuk bekerja.

Dampak wanita bekerja


a. Terpapar zat-zat kimia yang mempengaruhi kesehatan dan infertilitas. Asap
rokok, bahan radiologi, bahan organik, bahan organo fosfat dan organo Morin
untuk racun hewan perusak.
b. Resiko pelecehan seksual. Pelaku pelecehan seksual bisa Leman sejawat,
supervisor, manager atau atasan. Adaptor wanita terkadang tidak kuasa menolak
karena ketakutan atau ancaman di PHK.
c. Penundaan usia nikah. Wanita yang sibuk mengejar prestasi kariemya
menyebabkan tidak mempunyai banyak waktu Luang untuk memperhatikan
pernikahannya.
d. Keharnionisan rumah tangga terpengaruh. Kesibukan aktifitas yang berlebilian
memungkinkan wanita tidak mempunyai banyak waktu untuk keluarga karena
pusat perhatiannya pada kesuksesan kanernya, sehingga bisa menelantarkan
peran sebagai istri dan sebagai ibu.

Upaya pemecahan
a. Bekerja menggunakan proteksi, seperti masker, sarung Langan, baju khusus
untuk proteksi radiasi.
b. Cek kesehatan secara berkala.
c. Melakukan aktifitas bekerja tidak hanya dengan satu pria misalnya bila lembur,
divas luar.
d. Tidak nebeng kendaraan tanpa ditemani orang lain, sekalipun ditawari oleh
atasan.
e. Jangan ragu mengatakan 'tidak' walaupun pada atasan. Tidak perlu takut pada
ancaman di pecat.

18
f. Menetapkan target menikah.
g. Menjaga komunikasi dengan keluarga. Mencurahkan perhatian khusus pada
keluarga pada hari libur dengan kualitas yang maksimal, mengagendakan
kegiatan bersarna keluarga, memenuhi hak-hak suami dan anak, berbagi peran
dengan suami dan selalu menghargai suami.

2.4.9 Wanita di Pusat Rehabilitasi


Pusat rehabilitasi wanita meliputi :
a. Maslah sosial, contohnya PSK.
b. Masalah psikologis, misalnya trauma pada korban kekerasan.
c. Masalah drug abuse.
Rehabilitasi bagi para PSK dilakukan :
a. Di luar panti ditempat lokalisasi.
b. Di dalam panti.
Upaya rehabilitasi yang dilakukan meliputi :
a. Bimbingan agama.
b. Bimbingan sosial.
c. Latihan keterampilan.
d. Pendidikan kesehatan.
e. Pendidikan dan kesejahteraan pribadi.
Rehabilitasi wanita korban kekerasan, trauma psikologis
Upaya yang dilakukan dengan membangkan dan membangkitkan rasa percaya
diri. Salah satu cara dengan therapy psikologis. Mereka membutuhkan
pendampingan agar bisa kembali pada keadaan semula. Upaya rehabilitasi korban
kekerasan tercantum dalam UUPKDRT.

2.4.10 Perkawinan Usia Muda dan Tua


Perkawinan adalah ikatan batin antara pria dan wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga/ rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasar
Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan No 1 Thahun 1974).

19
Perkawinan usia muda
Menurut UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan diij inkan
bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun. Namun pemerintah
mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi manusia yang ditegaskan dalam
UU No 10 Tahun 1992 yang menyebutkan bahwa pemerintah menetapkan kebijakan
upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana. Banyaknya resiko kehamilan kurang
dari perkawinan diij inkan bila laki-laki berumur 21 tahun dan perempi mn berumur
19 tahun. Sehingga perkawinan usia muda adalah perkawinan yang dilakukan bila
pria kurang dari 21 tahun dan perempuan kurang dari 19 tahun.

Perkawinan usia tua


Adalah perkawinan yang dilakukan bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun.

Kelebihan perkawinan usia muda


a. Terhidar dari perilaku seks bebas, karena kebutuhan seksual terpenuhi.
b. Menginjak usia tua tidak lagi mempunyai anak yang masih kecil.

Kelebihan perkawinan usia tua


Kematangan fisik, psikologis, sosial, financial sehingga harapan membentuk
keluarga sejahtera berkualitas terbentang.

Kekurangan pernikahan usia muda


a. Meningkatkan angka kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk semakin
meningkat.
b. Ditinjau dari segi kesehatan, perkawinan usia muda meningkatkan angka
kematian bayi dan ibu, risiko komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Selain
itu bagi perempuan meningkatkan risiko cacerviks karena hubungan seksual
dilakukan pada saat secara anatorni sel-sel cerviks belum matur. Bagi bayi risiko
terjadinya kesakitan dan kematian meningkat.
c. Kematangan psikologis belum tercapai sehingga keluarga mengalami kesakitan
mewujudkan keluarga yang berkualitas tinggi.

20
d. Ditinjau dari segi sosial, dengan perkawinan mengurangi kebebasan
pengembangan diri, mengurangi kesempatan melanjutka pendidikan jenjang
tinggi.
e. Adanya konflik dalam keluarga membuka peluang untuk mencari pelarian
pergaulan di luar rumah sehingga meningkatkan risiko penggunaan minum
alkohol, narkoba dan seks bebas.
f. Tingkat peceraian tinggi. Kegagalan kehiarga dalam melewati berbagai macam
permasalahan meningkatkan risiko perceraian.

Kekurangan pernikahan usia tua


a. Meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Kemu-igkinan/risiko
tejadi ca mammae meningkat.
b. Meningkatnya risiko kehamilan dengan anak kelainan bawaan, misalnya terjadi
kromosom non disjunction yaitu kelainan proses meiosis basil konsepsi (fetus)
sehingga menghasilkan kromosom sejumlah 47. Aneuploidy, yaitu ketika
kromosom basil konsepsi tidak tepat 23 pasang. Contohnya: trisomi 21 (down
syndrome), trisomi 13 (patau syndrome) dan trisomi 18 (edwards syndrome).

Penanganan Perkawinan Usia Muda


a. Pendewasaan usia kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi sehingga
kehamilan pada waktu usia reproduksi sehat.
b. Bimbingan psikologis. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pasangan dalam
menghadapi persoalan-persoalan agar mempunyai cara pandang dengan
pertimbangan kedewasaan, tidak mengedepankan emosi.
c. Dukungan keluarga. Peran keluarga sangat banyak mernbantu kell 1,grga muda
baik clukungan berupa material maupun non material untuk kelanggengan
keluarga, sehingga lebih tahan terhadap hambatanhambatan yang ada.
d. Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan, perbaikan
gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi.

Penanganan Perkawinan Usia Tua

21
a. Pengawasan kesehatan: ANC secara rutin pada tenaga kesehatan.
b. Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan, perbaikan
gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi.
Pencegahan:
a. Penyuluhan kesehatan untuk menikah pada usia reprodulcsi se-hat.
b. Merubah cara pandang budaya atau cara pandang diri yang tidak mendukung.
c. Meningkatkan kegiatan sosialisasi.

2.4.11 Wanita Seks Komersial


Pekerja seks komersial adalah suatu pekerjaan dimana seorang perempuan
menggunakan atau mengeksploitasi tubuhnya untuk mendapatkan uang. Akibatnya
semakin banyak ditemukan penyakit menular seksual. Profesi sebagai pekerja seks
komersial dengan penyakit menular seksual merupakan satu lingkaran setan.
Biasanya penyakit menular seksual ini diidap oleh PSK, dimana dalam menjajakan
dirinya terhadap pasangan kencan yang berganti-ganti tanpa menggunakan
pengaman sseperti kondom.

Faktor-faktor penyebab adanya PSK


a. Kemiskinan
Kebutuhan yang semakin banyak pada seorang perempuan memaksa dia untuk
mencari sebuah pekerjaan dengan penghasilan yang memuaskan namun kadang
dari beberapa mereka harus bekerja sebagai PSK untuk pemenuhan kebutuhan
tersebut.
b. Kekerasan Seksual
Penelitian menunjukkan banyak faktor penyebab perempuan menjadi PSK
diantaranya kekerasan seksual seperti perkosaan oleh bapak kandung, paman,
guru, dan sebagainya.
c. Penipuan
Faktor lain yaitu penipuan dan pemaksaan dengan berkedok agen penyalur kerja.
Kasus penjualan anak perempuan oleh orangtua sendiripun kerap ditemui.
d. Pornografi

22
Menurut definisi Undang-Undang Anti Pornografi, pornografi adalah bentuk
ekspresi visual berupa gambar, lukisan, tulisan, foto, film atau yang
dipersamakan dengan film, video, tayangan atau media komunikasi lainnya yang
sengaja dibuat untuk memperlihatkan secara terang-terangan atau tersamar
kepada publik alat vital dan bagian-bagian tubuh serta gerakan-gerakan erotis
yang menonjolkan sensualitas dan/atau seksualitas, serta segala bentuk perilaku
seksual dan hubungan seks manusia yang patut diduga menimbulkan rangsangan
nafsu birahi pada orang lain.

Persoalan-persoalan psikologis
a. Akibat gaya hidup modern
Seorang perempuan pastinya ingin tampil dengan keindahan tubuh dan barang-
barang yang dikenakannya. Namun ada dari beberapa mereka yang terpojok
karena masalah keuangan untuk pemenuhan keinginan tersebut maka mereka
mengambil jalan akhir dengan menjadi PSK untuk pemuasan dirinya.
b. Broken Home
Kehidupan keluarga yang kurang baik dapat memaksa seorang remaja untuk
melakukan hal-hal yang kurang baik diluar rumah dan itu dimanfaatkan oleh
seseorang yang tidak bertanggungjawab dengan mengajaknya bekerja sebagai
PSK.
c. Kenangan masa kecil yang buruk
Tindak pelecehan yang semakin meningkat pada seorang perempuan bahkan
adanya perkosaan pada anak kecil bisa menjadi faktor dia menjadi seorang PSK.

Dampak yang ditimbulkan bila seseorang bekerja sebagai PSK


a. Keluarga dan masyarakat tidak dapat lagi memandang nilainya sebagai seorang
perempuan.
b. Stabilitas sosial pada dirinya akan terhambat, karena masyarakat hanya akan
selalu mencemooh dirinya.
c. Memberikan citra buruk bagi keluarga.

23
d. Mempermudah penyebaran penyakit menular seksual, seperti gonore, klamidia,
herpes kelamin, sifilis, hepatitis B, HIV/AIDS.

Penanganan masalah PSK


a. Keluarga
1. Meningkatkan pendidikan anak-anak terutama mengenalkan pendidikan seks
secara dini agar terhindar dari perilaku seks bebas.
2. Meningkatkan bimbingan agama sesuai tameng agar terhindar dari perbuatan
dosa.
b. Masyarakat
Meningkatkan kepedulian dan melakukan pendekatan terhadap kehidupan PSK.
c. Pemerintah
1. Memperbanyak tempat atau panti rehabilitasi.
2. Meregulasi undang-undang khusus tentang PSK.
3. Meningkatkan keamanan dengan lebih menggiatkan razia lokalisasi PSK
untuk dijaring dan mendapatkan rehabilitasi.

Aspek kesehaan reproduksi


Diantara remaja putri berusia 11-15 tahun, yang diteliti, ada yang mengidap
penyakit menular seksual Trikhomonas dan Human Papilloma Virus. Ini
mengisyaratkan bahwa remaja putri dalam usia yang sangat masih muda sudah
melakukan huungan seks dengan laki-laki, bahkan tertular penyakit. Yang lebih
menarik lagi adalah penelitian ini dilakukan diklinik spesialis swasta. Ini
menunjukkan bahwa mereka yang datang kesana adalah kalangan menengah keatas.
Kembali hendak dikemukakan disini bahwa, bukan masalah ekonomi yang
mendorong remaja putri menjadi PSK, tetapi lebih pengaruh selera hedonistik.
Dampak perilaku seksual yang sudah merambah dalam usia yang masih sangat muda
ini akan mempengaruhi kesehatan reproduksi mereka dikemudian. Akibatnya bisa
terjadi kemandulan atau beberapa penyakit saluran reproduksi lainnya, terutama
mereka yang sudah pernah terinfeksi oleh HPV (Human Papilloma Virus).

24
2.4.12 Single Parent
Single parent adalah keluarga yang mana, hanya ada satu orang tua tunggal,
hanya ayah atau ibu saja. Keluarga yang terbentuk bisa tedadi pada keluarga sah
secara hukum maupun keluarga yang belum sah secara hukum, baik hukum agama
maupun hukum pemerintah.
Sebab-sebab terjadinya single parent
a. Pada keluarga sah.
1. Perceraian. Adanya, ketidakharmonisan dalam keluarga yang disebabkan
adanya perbedaan persepsi atau perselisihan yang tidak mungkin ada jalan
keluar, masalah ekonomi/pekerjaan, salah satu pasangan selingkuh,
kematangan emosional yang kurang, perbedaan agama,aktifita.ssuan-iiistri
yang tinggi di luar rumah sehigga kurang komunikasi, problem seksual dapat
merupakan faktor timbulnya perceraian.
2. Orang tua meninggal. Takdir hidup clan coati manusia di tangan Tuhan.
Manusia hanya bisa berdoa dan berupaya. Adapun sebab kematian ada
berbagai macam. Antara lain karma kecelakaan, bunuh diri, pembunuhan,
musibah bencana alam, kecelakaan kerja, keracunan, penyakit dan lain-lain.
3. Orang tua masuk penjara. Sebab masuk penjara antara lain karena melakukan
tindak kriminal seperti perampokan, pembunuhan, penciarian, pengedar
narkoba atau thicial, perdata seperti hutang, jual beli, atau karma tidak pidana
korupsi sehingga sekian lama tidak berkumpul dengan keluarga.
4. Study ke pulau lain atau ke negara lain. Tuntutan profesi orang tua untuk
melanjutkan study sebagai peserta tugas belajar mengakibatkan harus,
berpisah dengan keluarga untuk sementara waktu, atau bisa terjadi seorang
anak yang meneruskan pendidikan di pulau lain atau luar negeri dan hanya
bersama ibu saja sehingga menyebabkan anak untuk sekian lama tidak
didampingi otch ayahnya yang hams tetap kerja di negara atau pulau atau
kota. kelahiran.
5. Kerja di luar daerah atau luar negeri. Cita-cita untuk mewujudkan kehidupan
yang lebih baik lagi menyebabkan salah satu orang tua meninggalkan daerah,
terkadang ke luar negeri.

25
Dampak single parent
a. Dampak negative
1. Perubahan perilaku anak. Bagi seorang anak yang tidak siap, ditinggalkan
orang tuanya bisa menjadi mengakibatkan perubahan tingkah laku. Menjadi
pemarah, berkata kasar, suka melamun, agresif, suka memukul, menendang,
menyakiti temannya. Anak juga tidak berkesempatan untuk belaiar perilaku
yang baik sebagaimana, perilaku keluarga yang harmonis. Dampak yang
paling berbahaya biia anak mencari pelarian di luar rumah, seperti menjadi
anak jalanan, terpengaruh penggunaaa narkoba untuk melenyapkan segala
kegelisahan dalam hatinya, terutama anak yang kurang kasih sayang, kurang
perhatian orang tuanya.
2. Perempuan merasa terkucil. Terlebih lagi pada perempuan yang sebagai
janda atau yang tidak dinikahi, di masyarakat terkadang mendapatkan
cemooh dan ejekan.
3. Psikologi anak terganggu. Anak Bering mendapat ejekan diri Leman
sepermainan sehingga anak menjadi murung, sedih. Hai ini dapat
mengakibatkan anak menj adi kurang percaya diri dan kurang kreatif.
b. Dampak positif
1. Anak terhindar dari komunikasi yang kontradiktif dari orang tua, tidak akan
terjadi komunikasi yang berlawanan dari orang tua, i-nisaInya ibunya
mengijinkan teLapi ayahnya melarangnya. Nilai yang diajarkan oleh ibu
atau ayah d iterima penuh karena tidak terjadi pertentangan.
2. Ibu berperan penuh dalam pengambilan keputusan clan tegar.
3. Anak lebih mandiri dan berkepribadian kuat, karena terbiasa tidak selalu hal
didampingi, terbiasa menyelesaikan berbagai masalah kehidupan.
Penanganan single parent
a. Memberikan kegiatan yang positif. Berbagai macam kegiatan yang dapat
mendukung anak untuk lebih bisa mengah, ualisasikan diri secara positif antara
lain dengan penyaluran. hobi, kursus sehingga menghindarkan anak melakukan
hal-hal yang negatif.

26
b. Memberi peluang anak belajar berperilaku baik. Bertandang pada keluarga, lain
yang harmonis memberikan kesempatan bagi anak untuk meneladani figur orang
tua yang tidak diperoleh dalam lingkungan keluarga sendiri.
c. Dukungan komunitas. Bergabung dalam club sesama keluarga dengan orang tua
tunggal dapat memberikan dukungan karena anak mempunyai banyak teman
yang bemasib sama sehingga tidak merasa sendirian.

Upaya pencegahan single parent dan pencegahan dampak negatif single parent
a. Pencegahan terjadinya kehamilan di luar nikah.
b. Pencegahan perceraian dengan mempersiapkan perkawinan dengan baik dalam
segi psikologis, ke-aangan, spiritual.
c. Menjaga kommikasi dengan berbagai sarana teknologi informasi.
d. Menciptakan kebersamaan antar anggota keluarga.
e. Peningkatan spiritual dalam keluarga.

2.4.13 Home Less


Home less atau tuna wisma atau gelandangan adalah orang yang hidup dalam
keadaan tidak sesuai dengan norma di masyarakat setempat, serta tidak mempunyai
tempat tinggal yang tetap diwilayah tertentu dan hidup ditempat umum. Home less
banyak terdapat di kota- kota besar. Kedatangan mereka ke kota besar tanpa
didukung oleh pendidikan dan ketrampilan yang memadai. Biasanya mereka tinggal
di empeeran toko, kolong jembatan, kolong jalan layang, gerobak tempat barang
bekas, sekitar rel kereta api, di taman, di tempat umum lainnya. Pekerjaan mereka
sebagai pengamen, pengemis, pemulung sampah.

Penyebab Home Less


a. Kemiskinan
Hal ini merupakan faktor utama. Kemiskinan menyebabkan mereka tidak mampu
memenuhi kebutuhan papan, sehingga mereka bertempat tinggal di tempat
umum. Kemiskinan juga menyebabkan rendahnya pendidikan sehingga tidak
mempunyai ketrampilan dan keahlian untuk bekerja. Hal ini berefek pada anak-

27
anak mereka. Mereka tidak mampu membiayai anak-anaknya sekolah sehingga
anak-anak mereka juga ikut jadi gelandangan.
b. Bencana Alam
Bencana alam akhir-akhir ini banyak menimpa negara kita. Mereka tinggal di
pengungsian, kehilangan pekerjaan mereka.
c. Yatim Piatu
Anak yang tidak mempunyai orangtua, saudara tidak mempunyai tempat tinggal
sehingga mereka mencari tempat berteduh di tempat-tempat umum.
d. Kurang Kasih Sayang
Berbagai penyebab sehingga anak merasa kurang diperhatikan, kurang kasih
sayang orang tuanya, maka ia turun ke jalan untuk mencari komunitas yang mau
menerima dia apa adanya.
e. Tinggal di Daerah Konflik
Penduduk yang tinggal di daerah konflik, dimana mereka merasa keamanannya
kurang terjaga mengakibatkan mereka pindah ke daerah lain yang mereka
anggap lebih aman, apalagi kalau rumah mereka hancur karena perang. Banyak
tindak kekerasan di wilayah konflik, termasuk pelecehan seksual, perkosaan,
pembunuhan sehingga mereka memaksa meninggalkan daerahnya.

Dampak Home Less


a. Kebersihan dan Kesehatan
Rumah mereka seadanya, sangat jauh dari kriteria rumah sehat. Perilaku hidup
bersih sehat sangat kurang. Tempat tinggal mereka kotor, ventilasi, pernerangan
kurang, keperluan untuk mandi, cuci dan masak tidak memenuhi kesehatan, dll
sehingga muncul masalah kesehatan. Mereka tidak memperhatikan hal ini karena
untuk makan saja mereka hampir tidak bisa terpenuhi. Mereka tidak mempunyai
cukup dana untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan.
b. Pengguna Narkoba
Banyak diantara mereka menggunakan narkoba. Pengaruh lingkungan mereka
sangat berpengaruh. Mereka rawan terkena HIV AIDS dengan penggunaan
jarum suntik secara bergantian.

28
c. Gizi Kurang
Ketidakmampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan pangan, akibat rendahnya
daya beli makanan, apalagi membeli makanan bergizi mengakibatkan mereka
mengalami gizi buruk, termasuk ibu hamil dan anak balita. Mereka makan
sekedar kenyang.
d. Tindak Kekerasan Sesama Home Less
Perebutan atau persaingan lahan pencari makan menyebabkan mereka saling
terjadi konflik.
e. Dimanfaatkan
Anak-anak kecil banyak dimanfaatkan untuk mengemis dan menyetorkan
sejumlah uang setiap harinya agar terhindar dari tindak kekerasan oleh pihak lain
yang lebih kuat atau oleh orang dewasa yang tidak bertanggungjawab.
f. Pelecehan Seksual
Orang dewasa yang tidak bertanggungjawab melakukan sodomi, pelecehan
seksual dengan imbalan uang, atau dibawah ancaman mereka untuk
melampiaskan nafsu mereka.

Penanggulangan
Pencegahan dilakukan dengan:
a. Penyuluhan dan konseling.
b. Pendidikan pelatihan keterampilan.
c. Pengawasan serta pembinaan lanjut.

Penghentian / Peniadaan
a. Penertiban oleh aparat pemerintah.
b. Penampungan.
c. Pelimpahan.

Rehabilitasi
a. Pembangunan perumahan sangat sederhana.
b. Pengadaan rumah singgah dan diberikan berbagai pelatihan dan pendidikan.

29
c. Transmigrasi.

2.4.14 Praktik Tradisional yang Berakibat Pada Masa Anak


Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak (seperti mutilasi,
genital, deskriminasi nilai anak); dibahas dalam pertemuan ICPD (International
Conference on Population and Development) di Kairo bahwa kebiasaan ini
meningkatkan kerentanan anak perempuan terhadap hak azasi manusia karena:
1. Sunat perempuan dilakukan terhadap anak perempuan yang tidak bisa
memberikan Informed consent.
2. Adanya kebiasaan dilingkungan budaya tertentu, dimana sunat perempuan
mengarah kepada genital mutilation, dan bisa berdampak negatif pada kesehatan
perempuan.

30
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dimensi sosial wanita adalah suatu fenomena gambaran yang terjadi pada saat sekarang
ini. Kenyataannya adalah diskriminasi/ketidakadilan seperti: kekerasan, perkembangan
seksual yang menyimpang, drug abuse, pendidikan, upah, perkosaan, pelecehan seksual,
wanita ditempat kerja, wanita di pusat rehabilitasi, perkawinan usia muda dan tua, wanita
seks komersial, single parent, home less, praktik tradisional yang berakibat pada masa
anak.

3.2 Saran
Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca.

31
DAFTAR PUSTAKA

http://doraemoneka.blogspot.co.id/2011_08_01_archive.html?m=1
http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/05/dimensi-sosial-wanita-dan.html?m=1
http://isanisnurlia.blogspot.co.id/2015/04/makalah-dimensi-sosial-wanita-dan.html?m=1

32

Anda mungkin juga menyukai