Anda di halaman 1dari 20

Latar Belakang

Secara biologis wanita dan pria memang tidak sama, akan tetapi sebagai makhluk
jasmani dan rohani yang dilengkapi dengan akal budi. Kedua macam insan itu
mempunyai persamaan yang hakiki. Keduanya adalah pribadi yang mempunyai hak sama
untuk berkembang.
Dalam masa transisi menuju kemasyarakat industrial terdapat perubahan system
nilai. Hal ini erat hubungannya dengan pembangunan yang mendatangkan tekhnologi
barat bersama dengan nasihat-nasihatnya. Dari tekhnologi barat ini manfaat yang diambil
cukup besar, tetapi disamping itu terdapat pula dampaknya, berupa benturan-benturan
antara kebudayaan tradisional dan barat.
Pertemuan antara kebudayaan secara mendadak itu menimbulkan permasalahan
social yang erat hubungannya dengan moralitas. Partisipasi wanita dalam menangani
masalah ini sangat diharapkan karena hal ini sesuai dengan ketentuan tentang peranan
wanita dalam GBHN 1988. Ketentuan itu menerangkan bahwa peran wanita adalah
mewujudkan dan mengembangkan keluarga sehat, sejahterah dan bahagia, termasuk
pengembangan generasi muda, terutama anak dan remaja dalam rangka pembangunan
wanita seutuhnya.
Di era westernisasi seperti sekarang ini, Perempuan sering mengalami
permasalahan yang berkaitan dengan status kehidupannya dalam dimensi sosial di
masyarakat yang disini fokus pada Incest, Pedopilia, dan drug abuse.

A. Status Sosial Wanita


Dimensi sosial wanita Adalah suatu fenomena gambaran yang terjadi pada saat ini
hal ini berkaitan juga dengan status sosial wanita, status sosial wanita adalah kedudukan
seseorang di dalam keluarga dan masyarakat. Jadi status social wanita adalah kedudukan
seorang wanita yang akan mempengaruhi bagaimana seseorang wanita diperlakukan,
bagaimana dia dihargai dan kegiatan apa yang boleh dilakukan.
Menurut KBBI, 2001 status adalah keadaan atau kedudukan orang/badan dan
sebagainya dalam hubungannya dengan ,asyarakat. Status sosial wanita berarti
kedudukan wanita dalam masyarakat.
Status sosial mencakup dua aspek yaitu :
1. Otonomi wanita
Aspek ini mendeskripsikan sejauh mana wanita dapat mengontrol ekonomi atas
dirinya disbanding dengan pria.
2. Kekuasaan sosial
Aspek ini menggambarkan seberapa berpengaruhnya wanita terhadap orang
lain diluar urusan rumah tangganya.
Status wanita meliputi :
1. Status reproduksi, wanita sebagis pelestarian keturunan. Hal ini
mengisyaratkan bila seorang wanita tidak mampu melahirkan, maka status
sosialnya dianggap rendah disbanding wanita yang bisa memunyai anak.
2. Status reproduksi, yaitu sebagai pencari nafkah dan bekerja diluar rumah.
Santrock (2002) mengatakan bahwa wanita yang bekerja akan meningkatkan
harga diri dan memiliki status yang lebih tinggi disbanding dengan wanita
yang tidak bekerja.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Status Sosial Wanita


1.     Rendahnya kedudukan wanita dari pria
Walaupun separuh dari penghuni dunia adalah wanita namun sampai abad yang
lalu dunia seni, politik, ekonomi, perdagangan adalah dunia laki-laki. Karena itu wanita
hidupnya bagaikan mengambang dalam keremangan senja, bergerak hanyut seperti
bayangan dibelakang panggung pria dan tidak berarti.
Hukum manusia dari dulu hingga sekarang adalah hukum laki-laki, khususnya
dibidang politik, pemerintah adalah pemerintahan pria dan Negara adalah Negara pria.
Terutama dibidang politik, wanita ditolak untuk menduduki posisi kepemimpinan dan
fungsi-fungsi kunci, karena dianggap kurang mampu dan dilihat sebagai saingan kaum
pria.
2.   Rendahnya tingkat pendidikan wanita dibanding pria
Ketika orang tua akan memutuskan untuk membiayai pendidikan anaknya
umumnya kaum laki-laki yang mendapat prioritas utama untuk memperoleh pendidikan
yang tinggi untuk bekal menjadi kepala keluarga dan pencari nafkah yang baik,
sedangkan wanita kurang perlu mendapat pendidikan tinggi karena nantinya juga harus
bertugas menjadi ibu rumah tangga, kembali mengurus keluarga.
Persepsi ini yang merugikan kaum wanita karena dianggap kurang penting
memperoleh pendidikan yang tinggi sehingga mengakibatkan banyak wanita tetap
terpuruk dalam kebodohan karena tingkat pendidikan yang rendah.
3. Perlindungan hukum, hak dan kewajiban wanita serta peran ganda wanita
sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah.
Di masyarakat seorang wanita tidak boleh memiliki / mewarisi hak milik atau
mencari penghasilan. Bila wanita dicerai maka dia tidak boleh merawat anaknya lagi atau
hak miliknya.
Meskipun wanita punya hak secara hokum tetapi tradisi tidak akan mengijinkan
untuk mengkontrol hidupnya sendiri. Selain itu karena ekonomi keluarga yang kurang
baik, meningkatkan wanita untuk berperan ganda sebagai ibu rumah tangga dan pencari
nafkah.

C. Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial


1. Incest
2. Pedopilia
a. Definisi
Kata pedofilia berasal dari bahasa Yunani paidophilia -pais

–“anak-anak” dan philia "cinta yang bersahabat" atau "persahabatan",

meskipun ini arti harfiah telah diubah terhadap daya tarik seksual pada
zaman modern, berdasarkan gelar "cinta anak" atau "kekasih anak,"

oleh pedofil yang menggunakan simbol dan kode untuk

mengidentifikasi preferensi mereka.Klasifikasi Penyakit International

International Classification of Disseases (ICD) mendefinisikan

pedofilia sebagai "gangguan kepribadian dewasa dan perilaku" di

mana ada pilihan seksual untuk anak-anak pada usia pubertas atau

pada masa prapubertas awal.Istilah ini memiliki berbagai definisi

seperti yang ditemukan dalam psikiatri, psikolologi bahasa setempat,

dan penegakan hukum.

Secara harafiah pedofilia berarti cinta pada anak-anak. Akan

tetapi, terjadi perkembangan kemudian, sehingga secara umum

digunakan sebagai istilah untuk menerangkan salah satu kelainan

perkembangan psikoseksual dimana individu memiliki hasrat erotis

yang abnormal terhadap anak-anak.50 Pedofilia merupakan aktifitas

seksual yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak-anak di

bawah umur. Kadang-kadang, si anak yang menyediakan diri menjadi

pasangan orang dewasa setelah melalui bujukan halus. 51


Tapi yang

lebih sering penderita pedofilia memaksa dengan ancaman terhadap

anak-anak di bawah umur untuk mendapatkan kesenangan.

Pedofilia menurut diagnosa medis,pedofilia didefinisikan

sebagai gangguan kejiwaan pada orang dewasa atau remaja yang telah

mulai dewasa (pribadi dengan usia 16 atau lebih tua) biasanya ditandai

dengan suatu kepentingan seksual primer atau eksklusif pada anak

prapuber (umumnya usia 13 tahun atau lebih muda, walaupun pubertas

dapat bervariasi). Anak harus minimal lima tahun lebih muda dalam
kasus pedofilia remaja (16 atau lebih tua) baru dapat diklasifikasikan

sebagai pedofilia.

b. Pengertian Pelecehan Seksual

Kekerasan seksual merupakan permasalahan yang serius di

hadapi peradaban modern saat ini, karena adanya tindakan kekerasan

seksual menunjukan tidak berfungsinya suatu norma pada diri

seseorang (pelaku) yang mengakibatkan dilanggarnya suatu hak asasi

dan kepentingan orang lain yang menjadi korbannya. Semakin marak

dan berkembangnya kekerasan seksual Komnas Perlindungan Anak

dan Perempuan menyebutkan beberapa bentuk kekerasan seksual

diantaranya Perkosaan, Pelecehan seksual, Eksploitasi seksual,

Penyiksaan seksual, Perbudakan seksual serta Intimidasi/serangan

bernuansa seksual termasuk ancaman atau percobaan perksoaan.1

Bentuk kekerasan seksual diatas disebutkan adanya pelecehan seksual,

di dalam masyarakat secara umum biasanya menyamakan kekerasan

seksual dengan pelecehan seksual dengan suatu tindakan yang sama.

Pelecehan seksual dengan kekerasan seksual bisa dikatakan hampir

sama, akan tetapi sesungguhnya pelecehan seksual sebenarnya

merupakan bagian dari bentuk kekerasan seksual seperti yang

disebutkan oleh Komnas Perlindungan Anak dan Perempuan tersebut

diatas, namun tetapi di dalam hukum pidana tidak di perkenalkan

istilah pelecehan seksual melainkan kekerasan seksual saja yang di

bagi menjadi persetubuhan.


c. Jenis gangguan kejiwaan yang berorientasi seks pada anak-anak

Di zaman modern, pedofil digunakan sebagai ungkapa nuntuk

"cinta anak" atau "kekasih anak" dan sebagian besar dalam konteks

ketertarikan romantis atau seksual dengan berbagai cara, yang paling

banyak dengan sodomi.

Pedopilia terdiri dari dua jenis, yaitu:

1.Pedofilia homoseksual, yaitu objek seksualnya adalah anak laki-laki

dibawah umur;

2.Pedofilia heteroseksual, yaitu objek seksualnya adalah anak

perempuan dibawah umur.

Secara lebih singkat, Robert G Meyer dan Paul Salmon

membedakan beberapa tipe pedophilia. Tipe pertama adalah mereka yang

memiliki perasaan tidak mampu secara seksual, khususnya bila

berhadapan dengan wanita dewasa. Tipe kedua adalah mereka yang punya

perhatian khusus terhadap ukuran alat vitalnya.

Pedofilia juga merupakan gangguan psikoseksual, yang mana

fantasi atau tindakan seksual dengan anak-anak prapubertas merupakan

cara untuk mencapai gairah dan kepuasan seksual. Perilaku ini mungkin

diarahkan terhadap anak-anak berjenis kelamin sama atau berbeda dengan

pelaku. Beberapa pedofil tertarik pada anak laki-laki maupun perempuan.

Sebagian pedofil ada yang hanya tertarik pada anak-anak, tapi ada pula

yang juga tertarik dengan orang dewasa dan anak-anak Preferensi seksual

terhadap anak-anak, biasanya pra-pubertas atau awal masa pubertas, baik

laki-laki maupun perempuan Pedofilia jarang ditemukan pada


perempuan ,Preferensi tersebut harus berulang dan menetap Termasuk :

laki-laki dewasa yang mempunyai preferensi partner seksual dewasa,

tetapi karena mengalami frustasi yang kronis untuk mencapai hubungan

seksual yang diharapkan, maka kebiasaanya beralih kepada anak-anak .

Bahwa masalah kekerasan seksual merupakan salah satu bentuk

kejahatan yang melecehkan dan menodai harkat kemanusiaan serta patut

dikatagorikan sebagi jenis kejahatan melawan manusia (crime against

humanity). Perlu diketahui misalnya dalam perspektif masyarakat pada

lazimnya bahwa kejahatan seksual itu bermacam-macam seperti:

perzinahan, homo seksual, “samen leven” (kumpul kebo), lesbian,

prostitusi (pelacuran), pencabulan, perkosaan promiskuitas (hubungan

seksual yang dilakukan di luar ikatan perkawinan dengan cara

bergantiganti pasangan). Namun demikian di antara kejahatan seksual itu

ada diantaranya yang tidak berbentuk atau di lakukan dengan cara

kekerasan. Ada di antara kejahatan seksual (seksual crime) atau kejahatan

kesusilaan itu yang dilakukan dengan suka sama suka atau melalui

transaksi (imbalan uang atau barang untuk melayani kebutuhan seksual

sesorang atas dasar perjanjian) seperti pelacuran. Meskipun demikian,

kejahatan kesusialaan itu jaga dapat berefek pada terjadinya kekerasan

bilamana kejahatan itu bersifat terorganisir, atau pihak yang merasa

memiliki uang banyak “menguasai” transaksi mengidap kelainan seksual

dan baru terpenuhi kebutuhan seksualnya jika dilayani dengan cara-cara

kekerasan. Begitupun soal kekerasan yang terkait dengan hubungan

seksual tidak selalu dapat dikatakan sebagai kejahatan bilamana ketentuan

perundang– undangan (hukum) tidak atau belum mengaturnya. pemaksaan


hubungan seksual yang dilakukan oleh suami terhadap istrinya tidak

bisa dikatakan sebagai.

d. Dampak Kekerasan pada Anak

Ciri-ciri Umum Anak yang Mengalami kekerasan seksual atau

Sexual

a. Tanda-Tanda Perilaku

1) Perubahan-perubahan mendadak pada perilaku: dari bahagia ke

depresi

2) atau permusuhan, dari bersahabat ke isolasi, atau dari

komunikatif ke penuh rahasia;

3) Perilaku ekstrim: perilaku yang secara komparatif lebih agresif

atau pasif dari teman sebayanya atau dari perilaku dia

sebelumnya;

4) Gangguan tidur: takut pergi ke tempat tidur, sulit tidur atau

terjaga dalam waktu yang lama, mimpi buruk;

5) Perilaku regresif: kembali pada perilaku awal perkembangan anak

tersebut, seperti ngompol, mengisap jempol, dan sebagainya;

6) Perilaku anti-sosial atau nakal: bermain api, mengganggu anak lain

atau binatang, tindakan-tindakan merusak;

7) Bentuk-bentuk perlakuan salah terhadap diri sendiri (self-abuse):

merusak diri sendiri, gangguan makan, berpartisipasi dalam

kegiatan-kegiatan berisiko tinggi, percobaan atau melakukan

bunuh diri.
b. Tanda-Tanda Kognisi

Tanda-tanda kognisi adalah tanda-tanda kejiwaan atau cara


berpikir ,dimana sang anak mengalami perubahan cara berpikir ;

1). Tidak dapat berkonsentrasi: sering melamun dan mengkhayal, fokus

perhatian singkat / terpecah;

2). Minat sekolah memudar: menurunnya perhatian terhadap pekerjaan

sekolah dibandingkan dengan sebelumnya;

3). Respons reaksi berlebihan: khususnya terhadap gerakan tiba-tiba dan

orang lain dalam jarak dekat;


c. Tanda-Tanda Sosial-Emosional
Perubahan sifat dan ketenangan atau terganggu emosional anak

dimana si anak akan mengalami perubahan pada emosi;

1). Rendahnya kepercayaan diri: perasaan tidak berharga;

2). Menarik diri: mengisolasi diri dari teman, lari ke dalam khayalan

atau kebentuk-bentuk lain yang tidak berhubungan;

3).Depresi tanpa penyebab jelas: perasaan tanpa harapan dan

ketidakberdayaan, pikiran dan pernyataan-pernyataan ingin bunuh diri;

4). Ketakutan berlebihan: kecemasan, hilang kepercayaan terhadap orang

lain;

5). Keterbatasan perasaan: tidak dapat mencintai, tidak riang seperti

sebelumnya atau sebagaimana dialami oleh teman sebayanya.

d. Tanda-Tanda Fisik
Perubahan fisik ini akan dialami si anak setelah mengalami kekerasan

seksual ,luka pada tubuh dan kesehatan yang mulai terganggu;

1) Perasaan sakit yang tidak jelas: mengeluh sakit kepala, sakit perut,

tenggorokan tanpa penyebab jelas, menurunnya berat badan secara

drastis, tidak ada kenaikan berat badan secara memadai, muntahmuntah;

2) Luka-luka pada alat kelamin atau mengidap penyakit kelamin: pada

vagina, penis atau anus yang ditandai dengan pendarahan, lecet, nyeri

atau gatal-gatal di seputar alat kelamin.

3) Hamil;
Dampak pelecehan seksual pada anak antara lain adalah dampak secara fisik dan

psikis. Dampak fisik dan psikis merupakan dampak yang secara langsung dirasakan oleh

anak yang menjadi korban pelecehan seksual, sebab :

1. Dampak fisik

Kasus kekerasan seksual seringkali menimbulkan kerusakan fisik pada

anak dari yang ringan hingga yang masuk dalam katagori berat, saat alat

kelamin atau penis seorang lelaki dewasa dipaksakan untuk masuk pada

vagina, mulut atau anus seorang anak perempuan(pada umumnya) tentu saja

akan menimbulkan luka seperti perobekan keperawanan, pendarahan, luka

permanen ataupun lebam pada tubuh anak. Luka-luka fisik yang terkait

kekerasan seksual sering sekali tersembunyi karena organ-organ kelamin

sudah barang tentu berada dalam bagian yang tertutup dan biasanya korban

47 menyembunyikan luka fisik tersebut karena malu dan memilih menderita

seorang sendiri.8 Dampak secara fisik dapat dengan mudah dilihat karena

memang dapat ditangkap dengan indera penglihatan manusia akan tetapi

untuk memastikan apakah luka fisik tersebut merupakan dampak kekerasan

seksual atau akibat sesuatu hal lain, diperlukan analisis oleh ahli dalam hal

ini dokter ataupun tim dokter. Dampak secara fisik, korban mengalami

penurunan nafsu makan, sulit tidur, sakit kepala, tidak nyaman di sekitar

vagina atau alat kelamin, berisiko tertular penyakit menular seksual, luka di

tubuh akibat perkosaan dengan kekerasan ataupun kehamilan yang tidak

diinginkan.
2. Dampak psikis

Psikis anak memanglah tidak seperti orang yang dewasa pada

umumnya, anak yang masih mempunyai keterbatasan pengetahuan

seputar seksual tentu saja tidak mengerti dengan apa yang sedang atau

telah dialami bahkan tidak tahu bahwa dirinya menjadi korban peecehan

seksual. Dampak secara psikis ini dapat dengan mudah diketahui dan di

pahami oleh orang-orang yang dekat dengan anak, sebab anak akan

menunjukan sikap sikap yang tidak lazim atau tidak seperti biasanya.

Pencegahan dan Perlindungan Anak

Tingginya kasus kekerasan seksual terhadap anak mendorong Ketua Komnas

Perlindungan Anak menyatakan bahwa Indonesia telah memasuki masa darurat.

Kekerasan seksual terhadap anak merupakan pelanggaran HAM berat dan harus

diletakkan sebagai kejahatan luar biasa (extraordinary crime) karena dampak yang

ditimbulkannya telah mengancam masa depan generasi bangsa. Dampak kejahatan

seksual ini dapat bertahan dalam jangka panjang dan dapat mengakibatkan penyakit atau

gangguan psikologis di kemudian hari. Merujuk pada data dan fakta yang terjadi,

mengingatkan kita (orangtua dan pemerintah) betapa penting untuk menjaga dan

melindungi anak sebagai langkah awal mencegah terjadinya kejahatan seksual baik itu

anak laki-laki maupun anak perempuan. Memberantas kekerasan seksual terhadap anak

dan tindakan pedofilia harus dilakukan secara tuntas. Dengan melihat varian faktor

penyebab, modus, dan sasaran maka upaya ini harus dilakukan secara menyeluruh.

Pelibatan semua aktor dan melalui berbagai pendekatan baik itu sosial, psikologi,

ekonomi, maupun agama dapat menjadi senjata yang ampuh


dalamupayapenyelamatanini.

Peran Tenaga Kesehatan

Kasus pedofilia yang terjadi di masyarakat sangatlah berdampak buruk bagi

anak. Kejadian yang dialami oleh anak akan menimbulkan trauma yang

berkepanjangan bagi anak. Dalam rangka meminimalisir trauma yang dialami

oleh anak, sangatlah diperlukan profesi pekerja tenaga medis. Pekerja medis

berperan untuk memberikan bantuan kepada anak yang menjadi korban pedofilia

secara terapeutik dan meminimalisir dampak negatif yang dimiliki anak selama

proses peradilan. Melalui perannya sebagai networker, broker, support person,

pendidik, pekerja sosial klinis, mediator, saksi ahli, serta advokat, pekerja medis

diharapkan dapat memberikan pelayanan bagi anak yang menjadi korban

kekerasan seksual pedofilia.


3. Drug abuse
a. Definisi
Drug Abuse dalam bahasa Indonesia berarti penyalahgunaan obat.
Penyalahgunaan obat  diartikan sebagai penggunaan obat secara berlebihan
tanpa tujuan medis atau indikasi tertentu.  Istilah Drug Abuse berbeda
dengan drug misuse  (penggunasalahan obat). Penggunasalahan obat bisa
diartikan penggunaan obat yang tidak tepat, disebabkan karena pengguna tidak
tahu cara penggunaan obat yang benar  (Ikawati, 2009). Drug Abuse lebih
mengandung unsur kesengajaan sedangkan drug misuse terjadi karena
kurangnya pengetahuan pengguna.
Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu tindak pidana, hal tersebut di
sebabkan karna penyalahguna narkoba akan memberikan dampak buruk baik
bagi penyalahguna itu maupun orang disekitarnya, penyalahgunaan narkoba
pada umumnya dilakukan oleh lelaki, namun seiring perkembangan zaman
wanita tidak luput dari ancaman narkoba.
Penyalahgunaan narkoba memang tidak memandang jenis kelamin. Baik
wanita atau pria dari segala jenis umur dan latar belakang. Semua orang
mempunyai kemungkinan untuk terjerumus di dalam lembah narkoba, namun
efek yang lebih serius. Efek yang ditimbulkan berkaitan dengan masalah
kesehatan, baik itu bersifat klinis dan psikologis (Sarwono, 2004 : 23).
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika disebutkan
bahwa narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di
bidang pengobatan. Narkotika apabila dipergunakan secara tidak teratur
menurut takaran/dosis akan dapat menimbulkan bahaya fisik dan mental bagi
yang menggunakannya serta dapat menimbulkan ketergantungan pada
pengguna itu sendiri. Artinya keinginan sangat kuat yang bersifat psikologis
untuk mempergunakan obat tersebut secara terus menerus karena sebabsebab
emosional.
Dalam kasus penyalahgunaan narkoba, tidak sedikit wanita-wanita yang
juga terlibat dalam tindak kejahatan yang sebelumnya hanya lazim dilakukan
laki-laki. Penyalahgunaan narkoba memang tidak memandang jenis kelamin.
Baik wanita atau pria dari segala jenis umur dan latar belakang. Semua orang
mempunyai kemungkinan untuk terjerumus di dalam lembah narkoba, namun
efek yang lebih serius. Efek yang ditimbulkan berkaitan dengan masalah
kesehatan, baik itu bersifat klinis dan psikologis (Sarwono, 2004 : 23).
b. Definisi Narkoba
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain
"narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Semua istilah ini, baik "narkoba"
ataupun "napza", mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki
risiko kecanduan bagi penggunanya. Wiliam Benton secara terminologis,
Narkotika adalah suatu istilah umum untuk semua zat yang menyebabkan
kelemahan/pembiusan DWDX PHQJXUDQJL UDVD VDNLW¥GDODP
patologi sosial , meruuskan definisi narkotika sebagai bahan- bahan yang
mempunyai efek kerja pembiusan atau dengan menurunkan kesadaran
(Soedjono, 1982 :78 ).

c. Jenis-Jenis Narkoba
Penggolongan Narkotika di atur dalam Pasal 6 Ayat 1 UndangUndang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yaitu :
1. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai
potensi yang sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
2. Narkotika golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi danatau
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi yang
tinggi mengakibatkan ketergantungan.
3. Narkotika golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi yang rendah mengakibatkan
ketergantungan.
d. Alasan Wanita mengkonsumsi Narkoba.
Dalam hasil penelitian juga diketahui bahwa jika seorang wanita memakai
salah satu jenis zat adiktif, nantinya ada kemungkinan besar bakal
mengkonsumsi zat-zat adiktif lainnya. Semisal alkohol, rokok, dan berbagai
jenis narkotik. Kecenderungan ini lebih besar dari pria.
Sementara itu, presiden Center on Addiction and Substance Abuse (CASA),
Joseph A. Califano Jr mengungkapkan bahwa banyak faktor yang
menyebabkan besarnya kecenderungan tersebut. Menurut Califano, kaum
perempuan secara psikologis mudah terserang depresi dibanding laki-laki. Tak
hanya itu, kaum wanita pun cenderung memiliki kebiasaan makan yang buruk
dan lebih rentan terhadap penyiksaan fisik dan seksual.
"Semua faktor tersebut bisa meningkatkan kecenderungan wanita
menggunakan zat adiktif," ujar Califano.
Menurut Califano, secara fisiologis paru-paru wanita lebih mudah rusak jika ia
merokok. Tak hanya itu, otak kaum Hawa lebih mudah rusak jika kecanduan
alkohol.
Secara sosial dampak dari ketergantungan zat adiktif pada perempuan lebih
mengerikan. Wanita pecandu narkoba menurut hasil penelitian lebih mudah
terlibat dalam aktivitas seksual berisiko tinggi.
Apa yang membuat kaum wanita cepat sekali kecanduan narkoba?
1.Traumasosial
Rasa trauma menjadi penyebab tertinggi perempuan menggunakan narkoba.
Trauma itu bisa berkaitan dengan trauma sosial, masalah pribadi, budaya
dalam keluarga. Semisal, adanya perilaku seks menyimpang, keluarga broken
home, kekerasan fisik, dan juga ada perasaan keterasingan diri.

2.Psikologis
Banyak pengguna narkoba yang mulanya hanya coba-coba akibat ikut-ikutan
atau sebagai bentuk pelampiasan dari persoalan psikologis yang dialami seperti
pengalaman emosional, sedih dan amarah yang berlebihan, rasa bersalah, rasa
kosong, dan kesepian. Pemakaian narkoba dianggap mampu mematikan emosi,
melarikan diri dari masalah, rasa sakit, dan ada pula yang menganggap narkoba
bisa untuk meningkatkan rasa kepercayaan diri.
e. Dampak dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba bagi Wanita
Berbagai Efek Narkoba pada Bayi yang Dikandung
Meski kadarnya sedikit, bayi dapat merasakan efek negatif narkoba jika Bumil
mengonsumsi obat-obatan terlarang. Efek ini bisa menyakiti bayi sejak ia masih
di dalam kandungan hingga lahir. Berikut adalah jenis narkoba dan efeknya
terhadap bayi:
1. Heroin
Heroin termasuk ke dalam salah satu obat terlarang yang bisa ikut dikonsumsi
janin melalui plasenta. Karena sifatnya yang adiktif, bayi dalam kandungan juga
bisa menjadi ketergantungan terhadap obat ini dan mengalami gejala putus obat.
Kondisi ini dikenal dengan neonatal abstinence syndrome (NAS).
Gejala NAS pada bayi yang baru lahir antara lain tangisan berlebihan, demam,
kejang, pertambahan berat badan yang lambat, diare, dan muntah. Kondisi ini
juga dapat menyebabkan kematian pada bayi.
2. Kokain
Bayi dari ibu yang menggunakan kokain selama hamil berisiko tinggi lahir
secara prematur dan memiliki berat badan lahir, lingkar kepala, dan panjang
badan yang lebih rendah. Selain itu, penggunaan kokain selama hamil juga bisa
meningkatkan risiko keguguran yang terjadi secara mendadak.
3. Mariyuana
Mariyuana atau ganja merupakan salah satu obat terlarang yang paling umum.
Meski banyak orang yang mengira ganja aman untuk digunakan, ada banyak
penelitian yang mendukung bahwa penggunaan obat ini saat hamil
menyebabkan berat badan bayi lahir rendah dan kelahiran prematur.
Selain itu, sebuah peneltian juga melaporkan bahwa beberapa bayi yang lahir
dari ibu hamil pengguna ganja memiliki gangguan perkembangan sistem saraf,
yang ditandai dengan gangguan penglihatan, tangisan yang bernada tinggi, serta
tubuh yang gemetar.

4. Metadon
Metadon sebenarnya adalah pereda nyeri golongan opioid, tapi tetap bisa
menyebabkan ketergantungan. Meski efeknya tidak sebesar opioid seperti
heroin, obat ini juga dapat menyebabkan bayi baru lahir mengalami gejala putus
obat, seperti diare, kram perut, luka-luka pada kulit, dan menangis tanpa henti.
5. Metamfetamin
Penggunaan metamfetamin atau sabu-sabu selama kehamilan juga banyak
menyebabkan dampak buruk terhadap janin. Di antaranya adalah meningkatkan
risiko terjadinya kelahiran prematur, solusio plasenta, keguguran, berat badan
bayi lahir rendah, serta kelainan jantung dan otak bayi.
6. PCP & LSD
Menggunakan narkoba jenis halusinogen seperti PCP & LSD saat hamil bisa
meningkatkan risiko ibu hamil menyakiti dirinya sendiri sehingga menyakiti
bayinya juga. Selain itu, halusinogen juga bisa membuat bayi lahir dengan berat
badan rendah, kelainan kongenital, dan kerusakan otak.
f. Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba
Lima bentuk penanggulangan dari BNN sebagai program pencegahan :
a. Promotif, program ini ditujukan kepada masyarakat yang belum
memakai narkoba, atau bahkan belum mengenal sama sekali. Promotif disebut
juga program pembinaan.
b. Preventif disebut juga program pencegahan.
c. Kuratif disebut juga program pengobatan.
d. Rehabilitatif Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan
raga yang ditujukan kepada pemakai narkoba yang sudah menjalani program
kuratif.
e. Represif adalah program penindakan terhadap produsen, Bandar,
pengedar dan pemakai berdasarkan hukum.

g. Peran Bidan dalam Penanggulangan Narkoba


Ikatan emosional seorang bidan dengan kesehatan ibu dan anak sudah
seharusnya membuka pola pikir mereka untuk memperhatikan bagaimana
merencanakan program kesehatan yang optimal terhadap mereka, termasuk
dalam hal pencegahan penyalahgunaan narkoba di kalangan ibu dan
remaja. Seorang bidan dapat merencanakan suatu komunikasi massa untuk
memberikan gambaran dampak bahaya narkoba terhadap kesehatan
seorang ibu, terutama bagi ibu hamil.
Apalagi penggunaan narkoba bagi ibu hamil juga ikut mempengaruhi
janin yang dikandungnya. Di sinilah peran seorang bidan untuk menjalin
komunikasi baik secara individual dengan seorang ibu ataupun secara
kolektif dalam masyarakat. Seorang bidan juga dapat memutus mata rantai
penyalahgunaan narkoba dalam masyarakat melalui suatu komunikasi
massa yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, tidak hanya terbatas
pada seorang ibu.
Bagaimanapun juga upaya preventif adalah hal yang sangat tepat. Apalagi
dampak penyalahgunaan narkoba ini dapat mempengaruhi masyarakat
secara keseluruhan. Upaya memberikan gambaran mengenai dampak
penyalahgunaan narkoba kepada masyarakat juga efektif diberikan kepada
kaum remaja.
Secara perspektif profesi, remaja memang berada diluar profesi seorang
bidan, tetapi secara kode etik dan tanggung jawab moral, remaja adalah
objek kajian bagi seorang bidan karena kesalahan yang dilakukan
seseorang ketika berada pada masa remaja sebagian besar akan diperoleh
dalam waktu-waktu yang mendatang. Oleh karena itu, seorang bidan dapat
mengaitkan hal ini dengan kehidupan masa depan mereka sekaligus
memberikan gambaran dampak penyalahgunaan narkoba di masa remaja
dan efeknya di masa depan mereka.
Jika seorang bidan menjadikan remaja sebagai objek kajian persuatif
mereka, maka dapat juga menyisipkan berbagai tips untuk dapat
menghindari penyalahgunaan narkoba seperti:
1) Jangan sekali-sekali mencoba NARKOBA walaupun hanya sekali saja.
Jangan takut atau malu untuk menolak terhadap orang / teman yang
menawarkan NARKOBA.
2) Membangun komunikasi antar anggota keluarga. Biasakanlah menjalin
komunikasi antar keluarga dan luangkan waktu walaupun sedikit untuk
berkumpul dengan keluarga.
3) Usahakan untuk belajar memecahkan masalah. Jangan sekali-sekali
memakai NARKOBA ketika Anda mempunyai suatu masalah. Memakai
NARKOBA samasekali tidak memecahkan masalah.
4) Perkuat dan perdalam agama dan iman. Ini berguna agar iman tidak
goyah oleh rayuan untuk memakai NARKOBA. Hal ini sangat dianjurkan
dimulai dari keluarga.
5) Sering mengikuti / mendengar kampanye ANTI NARKOBA. Hal ini
dilakukan agar kita mengerti dampak- dampak negatif yang ditimbulkan
jikalau memakai NARKOBA.
6) Memperbanyak pengetahuan mengenai NARKOBA. Hal ini merupakan
salahsatu benteng yang sangat kuat untuk menolak memakai NARKOBA.
Jikalau Anda sudah mengerti akan begitu banyak dampak buruknya
memakai NARKOBA maka tentu akan berpikir dua kali untuk
mempergunakannya.
7) Mengkampanyekan / mencegah NARKOBA. Berperan serta untuk
menyebarkan dampak - dampak negatif yang ditimbulkan jikalau memakai
narkoba agar orang menjadi mengerti sehingga tidak memakai NARKOBA
Daftar Pustaka
Wisyasih, Hesty SST, M.Keb, dkk. 2018. “Modul praktik asuhan kebidanan holistic pada
remaja dan pra nikah”
Fajar Mulia, Kurnia. 2017. “Profil wanita penyalahguna narkoba di lembaga
pemasyarakatan kelas II B anak pekanbaru” Vol. 4 No 2 : 1-15
Lubis, Basyariah SST, M.Kes. “Permasalahan kesehatan wanita dalam dimensi sosial dan
upaya mengatasinya”
2016. “Makalah Dimensi Sosial Wanita” di akses pada Agustus 2021
http://warungbidan.blogspot.com/2016/07/makalah-dimensi-sosial-wanita-dan.html
2021. “Dimensi Sosial Wanita” di akses pada Agustus 2021
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/dimensi-sosial-wanita-dan.html
2021. “Drug Abuse Di Sekitar Kita” di akses pada Agustus 2021
http://hisfarsidiy.org/drug-abuse-di-sekitar-kita/
2012. “Awas wanita cenderung gampang kecanduan narkoba” di akses pada Agustus
2021
https://www.liputan6.com/health/read/446168/awas-wanita-cenderung-gampang-
kecanduan-narkoba
2015. “Bahaya penggunaan narkoba” di akses pada Agustus 2021
https://www.rsi.co.id/artikel/item/132-bahaya-penggunaan-narkoba
2021. “Bayi turut terkena efek narkotika” di akses pada Agustus 2021
https://www.alodokter.com/bayi-turut-terkena-efek-narkotika

https://media.neliti.com/media/publications/52836-ID-pedofilia-dan-kekerasan-seksual-
masalah.pdf
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45829/1/MUHAROMAH-
FSH.pdf

Amadea, A. T., & dkk. (2016). Konseling Bagi Anak Korban Kekerasan. Bandung: Unpad Press.

Anhusadar, L., & Rusni. (2016). Fenomena Kekerasan Seksual Terhadap Anak. Shautut Tarbiyah,
Ed, 35, 51-68.

Anda mungkin juga menyukai