Anda di halaman 1dari 11

Dwi Aji Herdian_03013061_TUGASKESPROREMAJA

Kelas A

1. Jelaskan gangguan identifikasi seksual pada remaja yang berdampak


pada kesehatan reproduksi
2. Sebutkan dampak yang dapat ditimbulkan akibat kehamilan pada
remaja, ditinjau dari aspek medis, psikologis dan sosial budaya
3. Sebutkan penyimpangan prilaku seksual yang mungkin dialami oleh
remaja
4. Jelaskan tindakan yang akan anda lakukan apabila anda menghadapi
klien remaja yang mengalami penyimpangan prilaku seksual
5. Sebutkan perbedaan antara gender dan seks
6. Sebutkan bentuk bentuk ketidak adilan gender
7. Jelaskan apa yang di maksud peran gender dan pembagianya
8. Berikan contoh perbedaan gender yang ada di lingkungan kita
9. Sebutkan apa yang anda ketahui tentang penggunaan alat kontrasepsi
pada remaja
10.Sebutkan dampak yang ditimbulkan akibat aborsi pada remaja ditinjau
dai aspek medis, psikologis dan sosial budaya

Jawaban

1. A. Remaja Dini (usia 10-13 tahun)


Karakteristik:
• Awitan pubertas, menjadi terlalu memperhatikan tubuh yang sedang
berkembang.
• Mulai memperluas radius sosial keluar dari keluarga dan
berkonsentrasi pada hubungan dengan teman.
• Kognisi biasanya konkret.
Dampak:
• Remaja mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang normalitas
kematangan fisik, sering terlalu memikirkan tahapan-tahapan
perkembangan seksual dan bagaimana proses tersebut berkaitan dengan
teman-teman sejenis kelamin.
• Kadang-kadang masturbasi
• Pikiran yang konkret mengharuskan berhubungan dengan situasi-
situasi kesehatan secara simple dan eksplisit dengan menggunakan alat
bantu visual maupun verbal.
B. Remaja Pertengahan (usia 14-16 tahun)
Karakteristik:
• Perkembangan pubertas sudah lengkap dan dorongan-dorongan
seksual muncul.
• Kelompok sejawat akan mengakibatkan tumbuhnya standar-standar
perilaku, meskipun nilai-nilai keluarga masih tetap bertahan.
• Konflik/pertentangan dalam hal kebebasan.
Dampak:
• Mencari kemampuan untuk menarik lawan jenis. Perilaku seksual dan
eksperimentasi (dengan lawan jenis maupun sejenis) mulai muncul,
masturbasi meningkat.
• Pikiran tentang kebebasan mulai bertambah, sementara masih
mengharapkan dukungan dan bimbingan orang tua dapat mendiskusikan
dan bernegosiasi tentang perubahan-perubahan peraturan.
• Saat diskusi dan negosiasi remaja sering ambivalen.
* jika salah pergaulan bisa melakukan tindakan seks bebas, sebagai
pencarian jati diri

C. Remaja akhir (usia 17-21 tahun)


Karakteristik:
• Kematangan fisik sudah lengkap, body image dan penentuan peran
jenis kelamin sudah mapan.
• Hubungan-hubungan sudah tidak lagi narsistik dan terdapat proses
memberi dan berbagi. • Idealistis.
• Emansipasi hampir menetap.
• Perkembangan kognitif lengkap.
• Peran fungsional mulai terlihat nyata.
Dampak:
• Remaja mulai merasa nyaman dengan hubunganhubungan dan
keputusan tentang seksualitas dan preteransi. Hubungan individual mulai
lebih menonjol dibanding dengan hubungan dengan kelompok.
• Remaja lebih sering melampiaskan seksualnya kelawan jenis ketimbang
hanya berfantasi
• Idealisme dapat mengakibatkan terjadinya konflik dengan keluarga.
• Dengan mulainya emansipasi, anak muda tersebut mulai lebih
memahami akibat-akibat dari tindakannya.
• Sebagian besar mampu memahami persoalanpersoalan kesehatan.
 Karna biasanya sudah terbebas dari pengawasan orangtua lebih
sering atau mudah melakukan tindakan penyimpang seksual
 Lebih banyak terjadi penyakit seksual menular

2. dampak kehamilan pada remaja


-Medis
a. Komplikasi yang mungkin terjadi plasenta previa, hipertensi dalam
kehamilan, kehamilan prematur, dan anemia toxemia
b. bayi memiliki 2-6 lebih beresiko BBLR di banding yang lahir daari ibu
yang berusia lebih dari 20 th yang di sebabkan oleh bayi prematur dan
IUGR
c. ibu remaja yang memiliki kebiasaan yang buruk yang menyebabkan
janin lebih beresiko mengalami ganguan perkembangan dan infeksi
d. bayi dari ibu muda yang berusia kurang dari 20 th, beresiko tinggi
mengalami kematian dalam 1 th pertama kehidupan
-psikologi
e.memiliki anak pertama saat remaja membuat wanita tersebut lebih
beresiko memiliki banyak anak
f. bayi laki-laki yang lahir dari ibu remaja beresiko melakukan tindakan
kriminal dan ditahan
g.perempuan yang memiliki anak saat remaja lebih resiko untuk hidup
dalam kemiskinan
h. ibu remaja yang memiliki riwayat penyalahgunaan zat akan memilai
mengunakan obat dalam 6 bulan setelah melahhirkan
i.bayi perempuan lahir dari ibu remaja beresiko untuk menjadi ibu saat
remaja juga
-sosial budaya
j. ibu remaja biasanya akan lbih lambat 2 th dalam menyelesaikan
pendidikanya
h. cendrung sulit mencari pekerjaan karna sulit membagi waktu dan
pendidikan yang kurang memadai
i. sulit membaur dengan teman seusianya
k. keluarga kurang perhatianya karana malu jika kehamilanya di karnakan
prilaku seksual yang menyimpang

3. a. Kekerasan Dalam Pacaran


b. Seks bebas
c. kehamilan yang tidak diharapkan
d. jika hamil bisa melakukan Aborsi
e. Lesbi/homoseksual
f. Voyeurisme
g. Fetishisme

4. a. Edukasi pada keluarganya terutama orangtuanya untuk membekali


anak dengan dasar moral dan agama,komunikasi yang efektif antara
orangtua-anak, bersahabat dengan anak, slalu mengontrol pergaulan
anak,
b. edukasi pada klien dampak negatif yang mungkin akan di alami dan
meminta pasien untuk mulai meninggalkan prilaku itu dengan
pendekatan personal, rujuk ke psikiater, meminta slalu terbuka akan
masalahnya kepada orang tua, jika sudah hamil minta pasien untuk
menjaga kandunganya, meminta pasien terbuka dan menceritakan
masalahnya dan untuk rutin konsultasi agar memonitoring agar tidak
terkena penyakit seksual, dan meminta pasien meninggalkan lingkungan
yang buruk yang menyebabkan penyimpangan prilaku seksual, jika sudah
terkena penyakit seksual menular segera di tangani dan di obati

5. Gender, pembagian peran kedudukan, dan tugas antara laki-laki dan


perempuan ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan
dan laki-laki yang dianggap pantas sesuai norma-norma, adat istiadat,
kepercayaan, atau kebiasaan masyarakat.

Seks, perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang


sering disebut jenis kelamin. Sedangkan seksualitas menyangkut
berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial,
psikologis, dan kultural.

No 6 dan 8

Marginalisasi:
Marginalisasi artinya : suatu proses peminggiran akibat perbedaan jenis
kelamin yang mengakibatkan kemiskinan.

Banyak cara yang dapat digunakan untuk memarjinalkan seseorang atau


kelompok. Salah satunya adalah dengan menggunakan asumsi gender.
Misalnya dengan anggapan bahwa perempuan berfungsi sebagai pencari
nafkah tambahan, maka ketika mereka bekerja diluar rumah (sector
public), seringkali dinilai dengan anggapan tersebut. Jika hal tersebut
terjadi, maka sebenarnya telah berlangsung proses pemiskinan dengan
alasan gender.
Contoh :
1) Guru TK, perawat, pekerja konveksi, buruh pabrik, pembantu
rumah tangga dinilai sebagai pekerja rendah, sehingga berpengaruh
pada tingkat gaji/upah yang diterima.
2) Masih banyaknya pekerja perempuan dipabrik yang rentan
terhadap PHK dikarenakan tidak mempunyai ikatan formal dari
perusahaan tempat bekerja karena alasan-alasan gender, seperti
sebagai pencari nafkah tambahan, pekerja sambilan dan juga alasan
factor reproduksinya, seperti menstruasi, hamil, melahirkan dan
menyusui.
3) Perubahan dari sistem pertanian tradisional kepada sistem
pertanian modern dengan menggunakan mesin-mesin traktor telah
memarjinalkan pekerja perempuan.

Subordinasi
Subordinasi Artinya : suatu penilaian atau anggapan bahwa suatu peran
yang dilakukan oleh satu jenis kelamin lebih rendah dari yang lain.

Telah diketahui, nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, telah memisahkan


dan memilah-milah peran-peran gender, laki-laki dan perempuan.
Perempuan dianggap bertanggung jawab dan memiliki peran dalam
urusan domestik atau reproduksi, sementara laki-laki dalam urusan
public atau produksi.
Pertanyaannya adalah, apakah peran dan fungsi dalam urusan domestic
dan reproduksi mendapat penghargaan yang sama dengan peran publik
dan produksi? Jika jawabannya “tidak sama”, maka itu berarti peran dan
fungsi public laki-laki. Sepanjang penghargaan social terhadap peran
domestic dan reproduksi berbeda dengan peran publik dan reproduksi,
sepanjang itu pula ketidakadilan masih berlangsung.
Contoh :
1. Masih sedikitnya jumlah perempuan yang bekerja pada posisi atau peran
pengambil keputusan atau penentu kebijakan disbanding laki-laki.
2. Dalam pengupahan, perempuan yang menikah dianggap sebagai lajang,
karena mendapat nafkah dari suami dan terkadang terkena potongan
pajak.
3. Masih sedikitnya jumlah keterwakilan perempuan dalam dunia politik
(anggota legislative dan eksekutif ).

Sterotipe atau Pelabelan Negatif


Semua bentuk ketidakadilan gender diatas sebenarnya berpangkal pada
satu sumber kekeliruan yang sama, yaitu stereotype gender laki-laki dan
perempuan.Stereotype itu sendiri berarti pemberian citra bakuatau
label/cap kepada seseorang atau kelompok yang didasarkan pada suatu
anggapan yang salah atau sesat.
Pelabelan umumnya dilakukan dalam dua hubungan atau lebih dan
seringkali digunakan sebagai alasan untuk membenarkan suatu tindakan
dari satu kelompok atas kelompok lainnya.Pelabelan juga menunjukkan
adanya relasi kekuasaan yang timpang atau tidak seimbang yang
bertujuan untuk menaklukkan atau menguasai pihak lain.Pelabelan
negative juga dapat dilakukan atas dasar anggapan gender. Namun
seringkali pelabelan negative ditimpakan kepada perempuan.
Contoh :
1. Perempuan dianggap cengeng, suka digoda.
2. Perempuan tidak rasional, emosional.
3. Perempuan tidak bisa mengambil keputusan penting.
4. Perempuan sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah tambahan.
5. Laki-laki sebagai pencari nafkah utama.

Kekerasan
Kekerasan (violence) artinya tindak kekerasan, baik fisik maupun non fisik
yang dilakukan oleh salah satu jenis kelamin atau sebuah institusi
keluarga, masyarakat atau negara terhadap jenis kelamin lainnya. Peran
gender telah membedakan karakter perempuan dan laki-laki.
Perempuan dianggap feminism dan laki-laki maskulin. Karakter ini
kemudian mewujud dalam ciri-ciri psikologis, seperti laki-laki dianggap
gagah, kuat, berani dan sebagainya. Sebaliknya perempuan dianggap
lembut, lemah, penurut dan sebagainya.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pembedaan itu. Namun
ternyata pembedaan karakter tersebut melahirkan tindakan kekerasan.
Dengan anggapan bahwa perempuan itu lemah, itu diartikan sebagai
alasan untuk diperlakukan semena-mena, berupa tindakan kekerasan.
Contoh :
1. Kekerasan fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh suami terhadap
isterinya di dalam rumah tangga.
2. Pemukulan, penyiksaan dan perkosaan yang mengakibatkan perasaan
tersiksa dan tertekan. Perkosaan juga bisa terjadi dalam rumah tangga
karena konsekuensi tertententu yang dibebankan kepada istri untuk
harus melayani suaminya. Hal ini bisa terjadi karena konstruksi yang
melekatinya.
3. Pelecehan seksual (molestation), yaitu jenis kekerasan yang terselubung
dengan cara memegang atau menyentuh bagian tertentu dari tubuh
perempuan tanpa kerelaan si pemilik tubuh.
4. Eksploitasi seks terhadap perempuan dan pornografi.
5. Genital mutilation: penyunatan terhadap anak perempuan. Hal ini terjadi
karena alasan untuk mengontrol perempuan.
6. Prostitution: pelacuran. Pelacuran dilarang oleh pemerintah tetapi juga
dipungut pajak darinya. Inilah bentuk ketidakadilan yang diakibatkan
oleh sistem tertentu dan pekerjaan pelacuran juga dianggap rendah.

Beban ganda (double burden):


Beban ganda (double burden) artinya beban pekerjaan yang diterima
salah satu jenis kelamin lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya.
Peran reproduksi perempuan seringkali dianggap peran yang statis dan
permanen. Walaupun sudah ada peningkatan jumlah perempuan yang
bekerja diwilayah public, namun tidak diiringi dengan berkurangnya
beban mereka di wilayah domestic. Upaya maksimal yang dilakukan
mereka adalah mensubstitusikan pekerjaan tersebut kepada perempuan
lain, seperti pembantu rumah tangga atau anggota keluarga perempuan
lainnya. Namun demikian, tanggung jawabnya masih tetap berada di
pundak perempuan. Akibatnya mereka mengalami beban yang berlipat
ganda.
Segala bentuk ketidakadilan gender tersebut di atas termanifestasikan
dalam banyak tingkatan yaitu di tingkat negara, tempat kerja, organisasi,
adat istiadat masyarakat dan rumah tangga.
Tidak ada prioritas atau anggapan bahwa bentuk ketidakadilan satu lebih
utama atau berbahaya dari bentuk yang lain. Bentuk-bentuk
ketidakadilan tersebut saling berhubungan, misalnya seorang
perempuan yang dianggap emosional dan dianggap cocok untuk
menempati suatu bentuk pekerjaan tertentu, maka juga bisa melahirkan
subordinasi.

7. Peran gender dan pembagiannya


a.Pembedaan peran dalam hal pekerjaan
Misalnya, laki-laki dianggap pekerja produktif dan perempuan pekerja
reproduktif. Kerja produktif adalah jenis pekerjaan yang menghasilkan
uang (dibayar). Kerja reproduktif adalah kerja yang menjamin
pengelolaan dan reproduksi angkatan kerja (termasuk di dalamnya
adalah mengurusi pekerjaan rumah tangga dan melahirkan anak). Kerja
reproduktif ini biasanya tidak menghasilkan uang.
b.Pembedaan wilayah kerja
Laki-laki berada di wilayah publik (di luar rumah) dan perempuan berada
di wilayah domestik (di dalam rumah/ruang pribadi)
C.Pembedaan status
Laki-laki berperan sebagai subyek, sebagai aktor utama, dan perempuan
sebagai obyek atau pemain figuran (pelengkap). Karenanya, laki-laki
berperan sebagai pencari nafkah utama dan perempuan pencari nafkah
tambahan. Laki-laki sebagai pemimpin, perempuan dipimpin.
d.Pembedaan sifat
Perempuan dilekati dengan sifat dan atribut feminin misalnya halus,
sopan, kasih sayang, cengeng, penakut, emosional, “cantik”, memakai
perhiasan dan cocoknya berkain panjang atau rok. Sementara laki-laki
dilekati sifat maskulin misalnya, kuat, berani, keras, rasional, kasar,
gagah, tegas, berotot, aktif, dan karenanya memakai pakaian yang praktis
seperti celana panjang/pendek dan berambut pendek.

9. a. Kontrasepsi Oral Kombinasi


Kontrasepsi Oral Kombinasi (KOK) adalah bentuk kontrasepsi yang sangat
handal, dan metode ini sering menjadi pilihan bagi wanita muda dengan
proteksi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan merupakan hal yang
sangat penting. Namun, efektivitas metode ini bergantung pada
kemampuan wanita untuk ingat minum pil secara teratur dan benar serta
menyadari situasi-situasi yang efektivitas kontrasepsinya mungkin hilang.
Sebagian wanita muda menjalani gaya hidup tidak teratur yang tidak
kondusif untuk minum pil secara teratur. Pada keadaan seperti ini,
dianjurkan unutk pindah ke metode yang tidak terlalu bergantung pada
pemakai. Kehamilan yang tidak diinginkan sering terjadi pada permulaan
suatu hubungan baru, sebelum digunakannya kontrasepsi yang handal.
Sering kali wanita sudah mengkonsumsi KOK sebelumnya, namun
berhenti saat hubungan yang terakhir,berakhir, dan belum kembali
menggunakan KOK.
Wanita muda dapat didorong untuk terus menggunakan pil diantara dua
hubungan. Kekhawatiran mengenai kesehatan sering menyebabkan
wanita ”beristirahat” dari pil. Pada masa inilah dapat terjadi kehamilan
yang tidak diinginkan.
Wanita muda mungkin enggan menggunakan KOK karena takut akan
pertambahan berat badan. Namun, mereka dapat diberi anjuran
mengenai diet yang sehat dan regimen olahraga untuk memastikan
bahwa hal ini tidak menjadi masalah. Juga timbul kekhawatiran
mengenai resiko kanker payudara apabila mereka memakai KOK pada
awal masa reproduksi, yaitu pada tahun-tahun antara menarche dan
kelahiran anak pertama. KOK memberikan banyak manfaat
nonkontraseptif, yaitu terjadi pengurangan perdarahan menstruasi dan
dismenorhea.
Juga terjadi penurunan insiden anemia yang dianggap penting di negara
berkembang. KOK akan memberikan manfaat bagi wanita muda yang
memiliki jerawat, dan dapat mengurangi hirsutisme. Selain itu, KOK
memiliki efek proteksi terhadap kista ovarium fungsional, penyakit
payudara jinak, dan keganasan ovarium. Remaja yang menggunakan
metode ini harus diberi anjuran mengenai strategi lain untuk mencapai
seks yang aman.

b. Kondom
Kondom pria merupakan yang paling penting pada praktik seks yang
aman, dan para remaja, walaupun sedang menggunakan metode
kontrasepsi yang lain harus didorong untuk juga menggunakannya
(pendekatan ”Double Dutch”). Kondom memiliki keuntungan yaitu
mudah diperoleh ditoko-toko obat, dipasar swalayan, dan dari mesin
kondom. Kondom memiliki angka kegagalan yang tinggi pada remaja
yang kurang pengalaman pemakaiannya. Seperti kondom pria, kondom
wanita juga memberi perlindungan terhadap HIV dan IMS lain, dan
tersedia dipusat layanan keluarga berencana dan dari toko komersial.

c. Metode Barier lainnya


Diafragma dan topi (cap) serviks sangat jarang digunakan oleh remaja.
Bagi kelompok pemakai usia remaja, metode-metode ini kurang
memberikan perlindungan yang memadai terhadap kehamilan atau IMS.

d. Pil Progesteron
Pil progesteron memiliki angka kegagalan yang lebih tinggi pada pemakai
remaja dibandingkan pada pemakai yang lebih tua, an memerlukan
tingkat kedisiplinan yang tinggi dalam meminum pil secara teratur.

e. Metode Progesteron kerja lama


Depot medroksiprogesteron asetat (DMPA;Depoprovera) populer
diantara remaja putri. Metode ini lebih efektif terhadap kehamilan yang
tidak direncanakan dibandingkan dengan KOK, dan ideal bagi mereka
yang sering lupa minum pil. DMPA dapat menyebabkan penambahan BB
dan jerawat bagi sebagian pemakai, yang menyebabkan DMPA kurang
diterima. Seperti KOK, DMPA tidak memberikan perlindungan terhadap
IMS, dan para pemakai seharusnya dianjurkan juga untuk menggunakan
kondom.
Implant progesteron 5 tahun, Norplant adalah metode yang relatif
populer diantara remaja yang tidak memiliki rencana untuk hamil dalam
waktu dekat. Implant ini seharusnya menjadi metode yang dapat
diterima oleh banyak remaja, setelah mereka mendapat konseling pra
pemasangan yang adekuat.

f. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)


AKDR kecil kemungkinannya menjadi metode kontrasepsi yang cocok
bagi remaja. Remaja cenderung memiliki hubungan yang lebih singkat,
sehingga lebih besar kemungkinannya memiliki banyak pasangan seksual
dalam rentang usia suatu AKDR. AKDR kadang-kadang perlu dipasang
sebagai metode kontrasepsi pasca koitus bagi para remaja. Wanita muda
mungkin memutuskan untuk meneruskan pemakaian AKDR sebagai
metode kontrasepsinya, dan pasangan tersebut perlu didorong untuk
menggunakan kondom.

g. Kontrasepsi Darurat
Remaja akan lebih memerlukan kontrasepsi darurat apabila mereka telah
melakukan hubungan intim tanpa perlindungan, atau saat metode
kontrasepsi yang biasa digunakan diketahui gagal.
Ada beberapa hal mengapa remaja tidak dianjurkan menggunakan alat
kontrasepsi, yaitu :

1. Peraturan Perundang-undangan di Indonesia tidak memperbolehkan


penggunaan alat kontrasepsi bagi remaja yang belum menikah
2. Ada jenis alat kontrasepsi tertentu, misalnya IUD tidak boleh digunakan
pada rahim yang belum pernah hamil karena dapat merusak dinding
rahim
3. Selain itu secara mental remaja yang menggunakan alat kontrasepsi akan
merasa bahwa dia dapat berprilaku seksual aktif tanpa resiko kehamilan
dalam arti dia akan permisif terhadapa prilaku tersebut dan akan sangat
mudah terjadi gonta-ganti pasangan, padahal semua alat kontrasepsi
tetap punya angka kegagalan dan hubungan seksual tidak hanya
berakibat kehamilan. Tetapi juga terkena PMS (Penyakit Menular
Seksual)

10.Dampak Aborsi :
a. medis : Perdarahan, infeksi, kemandulan, kematian, penyakit seksual
menular HIV/AIDS, prematuritas pada kehamilan berikutnya
b. psikologis : Kehilangan harga diri, Berteriak-teriak histeris, Mimpi
buruk berkali-kali mengenai bayi, Ingin melakukan bunuh diri, Mulai
mencoba menggunakan obat-obat terlarang, Tidak bisa menikmati lagi
hubungan seksual,
c. sosial budaya : Dikucilkan, malu, sulit bersosialisasi, aib untuk keluarga,
sulit mendapatkan pasangan

Anda mungkin juga menyukai