Anda di halaman 1dari 34

- Gender : Bahasa arab ~jinsiyyun~

- Diadopsi dlm bhs Perancis dan Inggris : ~gender~ (genus


yg berarti tipe / jenis)

Gender : Perbedaan antara laki2 & perempuan dlm


peran, fungsi, hak, tanggung jwb, dan perilaku yg
dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat.

Seks / jenis kelamin: Karakteristik genetik /fisiologik atau


biologis / seseorang yg menunjukkan apakah dia
seorang perempuan laki 2.
.

2
 Gender adalah pembagian peran dan tanggung jawab
keluarga / masy sebagai hasil kontruksi sosial yang dapat
berubah-ubah sesuai perkembangan zaman
 Seks adalah pembagian jenis kelamin yang terdiri dari
laki-laki & perempuan yang telah ditentukan oleh Tuhan
(Kodrat)

Gender berhubungan dengan persepsi dan pemikiran sert


a tindakan yang diharapkan sebagai perempuan dan laki-
laki yang dibentuk masyarakat, bukan karena biolologis.
PERAN
GENDER
1.Peran produktif/Publik : Peran yang dilakukan oleh
seseorang, menyangkut pekerjaan yang menghasilkan
(barang/jasa), baik untuk dikonsumsi maupun untuk
diperdagangkan.
2.Peran reproduktif/Domestik : Peran yang dijalankan
oleh seseorang untuk kegiatan yang berkaitan dengan
pemeliharaan SDM & pekerjaan urusan rumah tangga
3.Peran sosial : Peran yang dilaksanakan oleh seseorang
untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan
PERAN KODRATI PERAN SOSIAL
Wanita: 1. Mencari nafkah.
1. Menstruasi 2. Memasak.
2. Mengandung 3. Mengasuh anak.
3. Melahirkan 4.Mencuci pakaian dan
4.Menyusui dengan air alat-alat rumah tangga
susu ibu 5.Tolong-menolong
5. Menopause antar tetangga dan
gotong-royong dalam
Pria: menyelesaikan
6. Membuahi sel telur pekerjaan milik
wanita bersama.
7. Andropouse 6. Dan lain-lain.
 Lama kelamaan masyarakat tidak lagi
mengenali mana seks mana gender.
 Tercipta pembagian gender yang akhirnya
membentuk peran gender yang diyakini
sebagai ketentuan sosial. Seperti :

Laki-laki Perempuan
Produktif, publik, Reproduksi, domestik,
maskulin, kuat, pencari feminim, lemah, pencari
nafkah utama nafkah tambahan
MENURUT PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN
Jenis Kelamin Gender

Tidak dapat berubah Dapat berubah

Tidak dapat dipertukarkan Dapat dipertukarkan

Berlaku sepanjang masa & dimana Tidak berlaku dari masa ke masa
saja
Merupakan kodrat Tuhan, Bukan merupakan budaya setempat,
contohnya
contohnya pengaturan jumlah a
laki-laki mempunyai cirri-ciri utama
nak dalam satu keluarga
yang berbeda dengan cirri-ciri utama
perempuan yaitu jakun.

Ciptaan Tuhan, contohnya perempuan Buatan manusia, contohnya laki-laki


bisa haid, hamil, melahirkan dan perempuan berhak menjadi calon
dan menyusui sedang laki-laki tidak. ketua RT, RW, dan kepala desa bahkan
presiden.
KESETARAAN GENDER :
Sebuah keadaan di mana perempuan dan laki-laki memiliki
status dan kondisi sama dalam pemenuhan hak-haknya
sebagai manusia dan mewujudkan kemampuan berperan
aktif dalam pembangunan
KEADILAN GENDER :
Proses adil antara laki-laki & perempuan
HUBUNGAN GENDER :
Hubungan sosial antara laki-laki & perempuan yang
bersifat saling membantu atau sebaliknya, serta memiliki
banyak perbedaan & ketidaksetaraan.
 Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender

1. Marginalisasi (peminggiran).
 Peminggiran banyak terjadi dalam bidang ekonomi.
Misalnya banyak perempuan hanya mendapatkan
pekerjaan yang tidak terlalu bagus, baik dari segi gaji,
jaminan kerja ataupun status dari pekerjaan yang
didapatkan.
 Peminggiran dapat terjadi di rumah, tempat kerja,
masyarakat, bahkan oleh negara yang bersumber
keyakinan, tradisi/kebiasaan, kebijakan pemerintah,
maupun asumsi-asumsi ilmu pengetahuan (teknologi).
2. Subordinasi
 anggapan bahwa perempuan lemah, tidak mampu
memimpin, cengeng dan lain sebagainya,
mengakibatkan perempuan jadi nomor dua setelah
laki-laki.
3. Stereotip (citra buruk)
 pandangan buruk terhadap perempuan. Misalnya
perempuan yang pulang larut malam adalah
pelacur, pelakor, nenek girang, jalang dan berbagai
sebutan buruk lainnya.
4. Violence (kekerasan),
 Perkosaan, pelecehan seksual atau perampokan
contoh kekerasan paling banyak dialami perempuan.
5. Beban kerja berlebihan,
 tugas dan tanggung jawab perempuan yang berat dan
terus menerus. Misalnya, seorang perempuan selain
melayani suami (seks), hamil, melahirkan, menyusui,
juga harus menjaga rumah. Disamping itu, kadang ia
juga ikut mencari nafkah (di rumah), dimana hal
tersebut tidak berarti menghilangkan tugas dan
tanggung jawab diatas.
BIAS GENDER:
 Keadaan yang dapat menunjukan keberpihakan kepada laki-laki
dari pada perempuan

PATRIARKI :
 Keadaan dari masyarakat yang menetapkan laki-laki pada
kedudukan posisi lebih tinggi dari pada perempuan

1. Kesetaraan gender dalam hak, yaitu adanya
kesetaraan hak dalam peran dan tanggung jawab laki-
laki dan perempuan dalam bidang kesehatan.

2.Kesetaraan hak dalam rumah tangga yaitu perempuan


dan laki-laki mempunyai hak yang sama dalam kesehatan,
misalnya menentukan jumlah anak, jenis persalinan,
pemilihan alat kontrasepsi, dll.

3.Kesetaraan hak yaitu perempuan dan laki-laki


mempunyai hak yang sama dalam memilih alat
Kontrasepsi
4. Kesetaraan hak dalam masyarakat yaitu adanya budaya di
beberapa daerah yang mengharuskan masyarakat mengikuti
budaya tersebut sehingga tidak terjadi kesehatan yang responsif
gender. Selain itu, perempuan dan laki-laki mempunyai hak
yang sama dalam berpolitik dan dalam pengambilan

5. Kesetaraan gender dalam sumber daya, yaitu adanya
kewenangan dalam penggunaan sumber daya
terhadap kesehatan. Di tingkat rumah tangga,
perempuan dan
laki-laki mempunyai alokasi yang sama untuk
mengakses pelayanan kesehatan. Di tingkat ekonomi,
perempuan dan laki-laki mempunyai kemampuan yang
sama untuk membelanjakan uang untuk keperluan
kesehatan. Selain itu, perempuan dan laki-laki
mempunyai kesempatan yang sama dalam
membelanjakan pendapatannya untuk kesehatan
6.Di tingkat masyarakat, tidak tersedianya sarana dan pra-sarana
publik yang responsif gender, seperti tidak adanya tempat untuk
menyusui, tempat ganti popok bayi.
7.Kesetaraan gender dalam menyuarakan pendapat, yaitu
ekspresi terhadap kebutuhan akan kesehatan dan laki-laki tidak
lagi mendominasi pendapat dalam kesehatan.
8.Di tingkat rumah tangga, perempuan dan laki-laki mempunyai
kesempatan yang sama untuk mengekspresikan rujukan
kesehatan, kesempatan untuk memberikan umpan balik atas
pelayanan yang diterimanya.
9.Di bidang ekonomi, pengetahuan ibu untuk memilih tempat
rujukan yang tepat tidak didukung oleh kemampuan ekonomi
suami. Perempuan dan laki-laki mempunyai kesempatan yang
sama dalam menyampaikan keluhan atau komplain terhadap
kepuasan pelayanan.
Laki-laki dan perempuan cenderung dilakukan berbeda
 Akses
 Biaya transportasi
 Tidak dapat izin dari suami
 Petugas kurang tanggap terhadap kebutuhan perempuan
 Proses persalinan normal biasa dijadikan peristiwa medis tanpa
pertimbangan kebutuhan
 Kasus KDRT diobati dengan antidespiran
1. KESEHATAN IBU & BAYI BARU LAHIR
2. KELUARGA BERENCANA (KB)
3. KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
4. PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
 Ketidakmampuan perempuan dalam mengambil keputusan
dalam kaitan kesehatan dirinya
 Sikap & perilaku keluarga yang cenderung mengutamakan laki-
laki
 Tuntutan tetap bekerja
 Prosentase kesetaraan ber-KB (BKKBN 2017) : 1,8%
pemakai kondom dan 0,2% yang melakukan vesektomi.
 Tak memiliki kekuatan menetapkan alat kontrasepsi yang
akan digunakan
 Pengambilan keputusan
 Control suami terhadap istri tentang KB
 Ketidakadilan dalam pergaulan yang luas (menanggung segala akibat,
KTD, dan putus sekolah)
 Ketidakadilan dalam aspek hukum (Aborsi Ilegal)
 Perempuan menjadi objek intervensi dalam pemberantasan PMS
 Penanggulangan yang salah
Kesenjangan dlm kasus efek samping & komplikasi :
 Perhatian suami yg kurang thdp kesehatan istri, KB &
kehamilan adalah urusan istri, ibu & ibu mertua, bukan
urusan suami shg tidak perlu mencari informasi &
memperhatikan
 Kematian & kesakitan ibu hamil, melahirkan &
nifas : diskriminasi gender yg dibagun dari kecil, faktor
budaya yang membedakan anak laki2 & pr termasuk
dalam pemberian gizi
 Kesenjangan dalam aborsi : Kurang pengetahuan yg
dimiliki suami istri, dominasi suami dalam perencanaan
jumlah & jarak anak
 Kekerasan perempuan : Sosial budaya yg menganggap
wajar kekerasan suami & istri hak milik
 ISR, PMS, HIV/AIDS : Kompleks reproduksi
perempuan,
 Pernikahan usia muda : sosial budaya tentang
pendidikan & peran
 Keluarga infertil : infertil masalah perempuan
 16 % kawin muda (15-29 tahun) tidak
menggunakan kontrasepsi karena suami tidak setuju
 Laki2 memakai kondom saat bhubungan dg PSK
berkisar antara 6,5 – 14,5 %
 Diskriminatif asi ekslusif, gizi seimbang, dll
 KDRT (pendarahan, keguguran, bunuh diri)
 Kekerasan terhadap pacar
 Penyelenggaraan KB cenderung hanya
pemenuhan target
 Peningkatan kondisi kes pr dalam meningkatkan kesempatan kerja
(upaya meningkatkan usia kawin& hamil sehingga resiko kehamilan
muda menurun)
 Pendekatan Prog KB disertai dg jumlah tenaga yg memadai
(malpraktek karena kejar target)
 Meningkatkan partisipasi laki2 dalam menurunkan angka
kelahiran
 Penyadaran akan kesetaraan dalam menentukan hub seksual jika hub
seksual tersebut membahayakan
 Pencabutan sanksi sekolah thdp remaja putri yg hamil luar nikah
(cukup cuti hingga kelahiran) – masih pro & kontra
 Penyuluhan tentang jenis, guna, & efek samping KB
 Penyuluhan tentang HIV/AIDS & PMS
 Pengabaian hub gender mengakibatkan perempuan menjadi
target utama dr kebijakan kesehatan & kependudukan oleh
pemerintah
 Perempuan ditempatkan hanya sbg instrumen perentara
utk mencapai target kependudukan & kesehatan tanpa
memandang hak2 perempuan atas tubuhnya sendiri
 Kebijakan kesehatan yang menghormati hak2 perempuan,
dalam jangka panjang akan memberikan kontribusi mengatasi
masalah kependudukan dg resiko jauh lebih kecil jika
menggunakan kontrasepsi modern
 Suami-istri merencanakan jumlah & jarak anak
 Suami-istri berupaya memperoleh informasi tentang KB
 Suami-istri memilih & memutuskan penggunaan kontrasepsi
 Suami-istri mengatasi keggalan dan komplikasi akibat KB
 Keluarga baru :

1. Suami-istri merencanakan mendapatkan pelayan


kesehatan kespro yang baik
2. Suami-istri mempunyai hak & peluang yang sama
untuk menggunakan kontrasepsi
3. Suami-istri secara bersama harus menghindarkan diri
dari PMS, HIV/AIDS
 Keluarga hamil

1. Suami-istri perlu memahami kesehatan maternal


2. Suami-istri perlu mengetahui kehamilan beresiko
3. Suami-istri perlu mengetahui proses & tanda
kehamilan
4. Suami-istri perlu mengetahui & menghindari 4
terlalu & 3 terlambat
5. Suami-istri perlu mengetahui pelayanan 5T
 Keluarga Melahirkan :

1. Suami-istri perlu memahami persalinan


2. Suami-istri perlu mempersiapkan tempat, biaya, & penolong
persalinan
3. Suami-istri perlu mengetahui kelainan yg dapat mengancam jiwa ibu
& janin
4. Suami-istri perlu memahami ASI
 Pola Asuh :

1. Suami-istri perlu mengetahui tumbuh kembang balita, anak, & remaja


2. Suami-istri perlu mengetahui masa remaja anak2nya
3. Suami-istri harus menjadi sumber informasi tentang kespro bagi
anak2nya

Anda mungkin juga menyukai