Anda di halaman 1dari 30

Dra.

Lieska Prasetya,MSc

Kementerian Pemberdayaan Perempuan


Dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia
Data 1 : Kesprod : Mitos-Kespro
PENDAHULUAN
Pendekatan terpadu kerangka kerja sosio-ekologis

Negara/Pemerintah Pendekatan

masyarakat
Pendekatan
keluarga
Pendekatan

individu Pendekatan

2
Kerancuan dalam memahami Gender dan Jenis
Kelamin

 Jenis kelamin merujuk pada perbedaan biologis antara perempuan dan laki-
laki yang bersifat kodrati (didapat dari kelahiran) dan universal

 Gender merujuk pada arti dan peran sosial sebagai perempuan dan sebagai
laki-laki menurut masyarakat budayanya gender bersifat dinamis; beragam

 Arti dan peran sosial (Gender) tsb. didapat sebagai hasil atau cara berbeda
mereka (perempuan dan laki-laki):
– disosialisasikan sejak dini
– dibesarkan
– diajari berprilaku
– diharapkan
Jenis kelamin Gender
 Dapat berubah
 Tidak bisa berubah  Dapat dipertukarkan
 Tidak bisa dipertukarkan  Tergantung budaya
masing-masing
 Berlaku sepanjang masa
 Berbeda antara
 Berlaku dimana saja kelompok masyarakat
 Berlaku bagi siapa saja dan antar satu kelas
dengan kelas lainnya
 Ditetapkan oleh Tuhan
 Ditentukan oleh manusia
 Kodrat (masyarakat)
 Non - kodrat
Gender

• mengacu pada pembedaan peran &


tanggung jawab laki-laki dan perempuan
yg terjadi akibat dari dan dapat berubah
oleh keadaan sosial dan budaya
masyarakat
• bagaimana seseorang dibesarkan menjadi
perempuan/laki-laki…
…..lanjutan
• Gender mengacu pada peran dan tanggung
jawab sebagai P dan L yang dibentuk oleh
masyarakat dengan budayanya = produk
budaya
• Harapan-harapan bagaimana menjadi P/L: sifat,
sikap, perilakunya.
 sehingga Gender berbeda-beda
sesuai dengan nilai budaya
setempat (~waktu, status sosial,
etnis, agama, kota-desa, usia,
generasi)
Akibat dari cara dibesarkan berbeda, maka….:

• Pengalaman
• Kebutuhan
• Kesulitan berbeda
• Hambatan
Pembagian berdasarkan gender ini berpengaruh
terhadap:

 Pembagian kerja menurut jenis kelamin


 Peran/status kedua jenis kelamin dalam keluarga/
masyarakat
 Kepantasan dalam berprilaku
 Hubungan/relasi antara kedua jenis kelamin
 Perlakuan terhadap kedua jenis kelamin
 Hak dan wewenang antara kedua jenis kelamin
 Pengalaman, kebutuhan, hambatan sebagai perempuan
dan sebagai laki-laki
 dst
Keadilan dan Kesetaraan Gender

(1) Perlakuan adil bagi perempuan dan laki-laki (dengan


mempertimbangkan perbedaan-perbedaan gender diantara
keduanya KEADILAN GENDER

(2) Kesetaraan bagi perempuan dan laki-laki dalam HAK, WEWENANG


dan STATUS didepan hukum, didalam kesempatan/ peluang /
memilih, dan didalam menikmati hasil pembangunan
KESETARAAN GENDER
Kesetaraan Gender ditunjukkan dengan adanya kedudukan
yang setara antara laki-laki & perempuan di dalam pengambilan
keputusan dan di dalam memperoleh manfaat dari peluang-
peluang yang ada di sekitarnya.

Kesetaraan Gender memberikan penghargaan dan


kesempatan yang sama pada perempuan dan laki-laki dalam
menentukan keinginannya & menggunakan kemampuannya
secara maksimal di berbagai bidang.

10
Responsif Gender

• Responsif gender artinya responsif terhadap masalah-


masalah yang timbul baik ia sebagai perempuan ataupun
ia sebagai laki-laki (isu gender);

• Akan tetapi masalah yang dihadapi sebagai perempuan


lebih banyak kejadiannya.
Konsep Keluarga

• Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri


dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan
anaknya, atau ibu dan anaknya (UU no. 52 tahun 2009).

• Unit sosial-ekonomi terkecil dalam masyarakat yang


merupakan landasan dari semua institusi, merupakan
kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih orang yang
mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah,
hubungan perkawinan, dan adopsi

12
Fungsi Keluarga

1. Fungsi Keagamaan
2. Fungsi Sosial Budaya
3. Fungsi Cinta Kasih
4. Fungsi Melindungi
5. Fungsi Reproduksi
6. Fungsi Sosialisasi dan
Pendidikan
7. Fungsi ekonomi
8. Fungsi Pembinaan
Lingkungan

13
Contoh: Aplikasi Kesetaraan Gender dalam Pelaksanaan Fungsi Keluarga

N Fungsi Keluarga Contoh Aplikasi


o
1. Keagamaan Ayah dan ibu berkewajiban mendidik anak L-P sjak dini dlm menjalankan fungsi
keagamaan sbg landasan pensdidikan karakter

2 Sosial Budaya Ayah dan ibu melakukan sosialisasi kpd anak2nya ttg cinta budaya dg ttp
menjunjung tinggi nilai kesetaraan dan keadilan

Ayah dan ibu menebarkan cinta kasih kpd semua anggota keluarga dg menggalang kerjasama
3 Cinta Kasih yg baik dilandasi rasa saling menghormati, menyayangi, dan membutuhkan satu dg lainnya
Ortu melindungi anak2 L-P dg cara yg sesuai dg kebutuhan biologis & perkemb psikososialnya.
4 Melindungi Suami &istri saling melindungi dg cara sesuai dg personalitas masing-masing
Reproduksi disini berarti menjalankan prokreasi keluarga yg berkaitan dg hak atas kespro baik L
5 Reproduksi maupun P. Suami & istri hrs saling menjaga kespro dan hak2 kespronya
Ayah & Ibu bekerjasama dlm mendidik dan mengasuh anak yg dilandasi oleh karakter dan
6 Sosialisasi & responsif gender
Pendidikan
Ayah & Ibu bekerjasama dlm mencari uang & mengelola keuangan keluarga & memutuskan
7 Ekonomi prioritas pengeluaran keuangan. Ayah & Ibumemberi arahan dan pendidikan kpd anaknya utk
mengelola keuangan yg cenderung terbatas & mengatur kebutuhan/keinginan yg cenderung
tidak terbatas
Ayah & Ibu mengelola kehidupan keluarga dg ttp memelihara lingkungan di sekitarnya, baik
8 Pembinaan lingkungan fisik maupun sosial, dan lingkungan mikro, meso dan makro
Lingkungan
Pembagian Peran Gender
N Peran Kegiatan Contoh
o
1. Peran Publik Kegiatan Bekerja di luar rumah maupun dlm rumah (koki,
Produktif wirausaha,penjahit, dosen, dokter,pedagang dst)
2 Peran Kegiatan Bekerja di rumah sendiri dan tdk ada yg membayar
Domestik Reproduktif (memasak, menjahit, membersihkan rumah,
bertanam bunga, mengasuh anak, menyiapkan
sarapan dst)
3 Peran Kegiatan Kegiatan sosbud yg tdk dibayar tetapi memberikan
Kemasyarak Sosial manfaat bagi semua( pertemuan adat, arisan,
atan pengajian, dst)

Peran Gender adalah peran yang diciptakan masyarakat bagi laki-laki &
perempuan. Peran Gender terbentuk melalui berbagai sistem nilai termasuk
nilai-nilai adat, pendidikan, agama, politik, ekonomi, dan lain sebagainya
Kemitraan Gender dlm Pembagian
Peran Keluarga
No Cerminan Contoh Aplikasi Kemitraan Suami -Istri
Kemitraan
1 Pembagian Tugas Adanya kesepakatan ttg pelaksanaan dan peran (publik, domestik dan
kemasyarakatan)
dan Peran dlm
Keluarga
2. Transparansi dlm Adanya kesepakatan ttg pemanfaatan sumber daya -penghasilan -
keuangan
Keluarga
3 Akuntabilitas dlm Adanya kesepakatan ttg penggunaan dan perencanaan sumber daya -
penghasilan –keuangan keluarga secara terukur. (Monitoring, checking,
Keluarga kontrol)

4 Good Governance Suami-istri tdk otoriter. Hrs saling kerjasama dlm menstabilkan keadaan -
ketahanan keluarga. Seandainya ada masalah diantara mereka, perlu dicari
dlm Keluarga solusi yg baik agar dpt saling memahami utk menuju tujuan keluarga
bersama
Bentuk Ketidaksetaraan Gender
dalam keluarga/Rumah tangga

• Stereotipi
• Sub-ordinasi
• Marginalisasi
• Beban majemuk
• Kekerasan
Bentuk2 ketidaksetaraan
gender….
Stereotipi:
• Biasanya kita memberi label laki-laki itu kuat, berperan
sebagai pencari nafkah keluarga, berkiprah diranah publik,
pemimpin, pengambil keputusan, dst.

• Sebaliknya perempuan itu lemah, berperan sebagai ibu


rumahtangga, berkiprah di ranah domestik; sebagai yang
dipimpin, dst

• Itulah yang disebut pelabelan/ Stereotipi, karena dalam


kenyataannya tidak selalu demikian
….lanjutan

• Sub-Ordinasi:
(Perempuan) ditempatkan sebagai orang nomor dua, atau
setelah (laki-laki)

• Marginalisasi:
(Perempuan) ditempatkan sebagai orang yang tidak
memiliki peran penting

• Beban Majemuk/ganda:
Beban kerja (perempuan) lebih lama
dan lebih berat.
Ruang lingkup Kesehatan Repoduksi
Menurut International Conference Population and Development (ICPD) tahun 1994 di Kairo
1.Kesehatan ibu dan anak,
2.keluarga berencana,
3.pencegahan dan penanganan infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS,
kesehatan reproduksi remaja,
4.pencegahan dan penanganan komplikasi aborsi,
5.pencegahan dan penanganan infertilitas,
6.kesehatan reproduksi usia lanjut,
7.deteksi dini kanker saluran reproduksi
8. kesehatan reproduksi lainnya seperti kekerasan seksual, sunat perempuan
dan sebagainya.

Dari lingkup kesehatan reproduksi tersebut, masalah kesehatan


ibu, infertilitas dan aborsi menjadi isu yang penting dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan reproduksi terutama
pada kesehatan reproduksi perempuan.
KETIDAKSETARAAN GENDER
DALAM KESEHATAN REPRODUKSI

1. Kesehatan Ibu dan Anak


 Ketidakmampuan perempuan dlm pengambilan keputusan
dlm kaitannya dengan kesehatan dirinya (misal menentukan
kapan hamil, dimana melahirkan, termasuk inisiatif untuk segera
mendapatkan pertolongan persalinan semua tergantung dari
suami/sesepuh keluarga besar)
 Sikap & perilaku keluarga yg cenderung mengutamakan
laki-laki misalnya dlm. mengkonsumsi makanan sehari-hari
 Tuntutan bekerja pada ibu hamil di beberapa daerah
kumuh, dan perkotaan
…lanjutan

2.Keluarga Berencana
 Kesertaan KB, perempuan selalu menjadi objek & sasaran KB alat
kontrasepsi ditujukan untuk perempuan, kepesertaan ber KB lebih
banyak perempuan

 Perempuan tidak mempunyai kekuatan memutuskan metode


kontrasepsi yg diinginkan antara lain karena besarnya
ketergantungan pada suami, informasi yg kurang lengkap dan kurang
memadainya penyediaan alat kontrasepsi di fasilitas kesehata.

 Partisipasi laki-laki dalam KB kurang, namun kontrol


terhadap perempuan dalam memutuskan KB sangat dominan
…lanjutan

3. Kesehatan Reproduksi Remaja


 Ketidak adilan dalam membagi tanggung jawab.
Remaja putri
selalu menjadi korban dan menanggung segala akibatnya
(misaldlm kasus Kehamilan yang tidak dikehendaki)

 Ketidakadilan dalam aspek hukum dlm.tindakan


aborsi ilegal yg.terancam sanksi adalah
perempuan yang mengaborsi. Padahal aborsi
berkontribusi pada kematian ibu
…lanjutan

4. Infeksi Menular Seksual ( IMS ) termasuk


HIV-AIDS
 Perempuan selalu jadi obyek intervensi dalam program pemberantasan
IMS, walaupun laki-laki sebagai konsumen mempunyai andil yang besar

 Setiap upaya mengurangi praktek prostitusi, perempuan selalu menjadi


obyek

 Perempuan kurang mempunyai “bargaining power” sehingga rentan


tertular dari suami yang mempunyai perilaku resiko tinggi. Perempuan
OHIDHA atau ODHA menanggung “multiple burden” sebagai pengidap,
perawat anggota keluarga yang sakit dan penyangga ekonomi keluarga
disamping mendapat stigma dan diskriminasi dari masyarakat.
Affirmative Action

• Kesetaraan gender dan Pemenuhan Hak reproduksi


Perempuan merupakan awal penyelesaian semua
masalah kesehatan perempuan
• Pentingnya pengarusutamaan gender (Inpres No.9
Th.2000) dengan pendekatan Gender and
Development (GAD) termasuk bidang kesehatan

PEMENUHAN HAK REPRODUKSI PEREMPUAN


HARUS MENJADI PERSYARATAN DLM SETIAP
KEBIJAKAN, STRATEGI, PROGRAM DAN
PENDANAAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak no. 6 tahun 2013
tentang Pelaksanaan Pembangunan Keluarga
Ketahanan Keluarga Pelaksanaan pembangunan
keluarga dilakukan
KETAHA KETAHA KETAHAN
berdasarkan konsep yang
NAN
FISIK
NAN
EKONO
AN KETAHA
NAN
mencakup:
SOSIAL
MI PSIKOLO- SOSIAL
GI BUDAYA
 Landasan legalitas dan
keutuhan keluarga
 Ketahanan fisik
Legalitas, Struktur dan  Ketahanan ekonomi
kesetaraan dan kemitraan gender  Ketahanan sosial psikologi
 Ketahanan sosial budaya

26
Penutup
 Kesetaraan bukan kesamaan (sameness) yg sering
menuntut persamaan lebih kpd persamaan
matematis. Melainkan lebih kepada kesetaraan yg
adil sesuai dengan konteks masing-masing individu
 Kesetaraan gender (KG) dlm segala aspek
kehidupan termasuk kehidupan keluarga,
didaasarkan pd adanya perbedaan biologis,
aspirasi, kebutuhan masing2 individu, sehingga pd
setiap peran yg dilakukan akan memiliki perbedaan
….lanjutan

 KG dlm keluarga tdk berarti menempatkan


segala sesuatu hrs sama, tetapi lbh pd
pembiasaan yg didasarkan pd kebutuhan
spesifik masing-masing anggota keluarga
 KG dlm keluarga dimaknai sebagai adanya
keseimbangan dlm pembagian peran antar
anggota keluarga shg tdk ada salah satu yg
dirugikan.
 Dengan KG, tujuan serta fungsi Keluarga
sebagai unit terkecil dalam masyarakat
diharapkan menjadi keluarga yang sehat
&berkualitas yaitu yang dapat menciptakan
konsensus apabila ada konflik, keluarga yang
stabil, dan dapat memperkirakan
lingkungannya apabila terjadi sesuatu, dan
dapat memotivasi ayah-ibu/suami – istri
untuk mendedikasikan hidupnya dlm
menciptakan ikatan emosional yang kuat
diantara anggota keluarganya – anak2nya
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai