Anda di halaman 1dari 108

Daftar isi

KESADARAN NILAI ATAU SIKAP (AFFECTIVE)

Rekonstruksi gender dalam keluarga


01
Prinsip inklusivitas dalam membangun ketangguhan
keluarga dan masyarakat (disabilitas, orang tua, anak)

PROSES BERPIKIR DAN BERPENGETAHUAN (COG-


NITIVE)
02
Akses, kontrol, manfaat perempuan dalam membangun
ketangguhan COVID-19
Penanganan persoalan perlindungan perempuan dan
anak dimasa COVID-19

BERDAYA TERAMPIL (PSYCHOMOTOR)


Call-center perlindungan perempuan dan anak
03
i
PERLUNYA PENGARUSUTAMAAN
GENDER DALAM PENGURANGAN
RISIKO BENCANA COVID-19

1
1
APAKAH GENDER ITU?

Adalah pembedaan sifat, peran, fungsi dan status Jadi gender merupakan konstruksi sosial budaya
antara pihak yang satu dengan yang lain yang bukan yang dapat berubah dan diubah sesuai dengan perkem-
berdasarkan pada perbedaan biologis, tetapi berdasar- bangan zaman, situasi dan kondisi.
kan relasi sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur
masyarakat yang lebih luas.

2
Gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan
tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan
yang merupakan hasil konstruksi sosial dan dapat
berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Gender memiliki tiga peran, yakni peran produk-
tif, reproduktif, dan sosial. Kesetaraan gender ha-
sil dari perlakuan adil gender yang terukur dari
kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan
dalam memperoleh kesempatan dan hak-haknya
terhadap akses dan manfaat pembangunan.

3
3
PERAN GENDER

Peran Produktif Peran Reproduktif Peran Sosial


Menghasilkan sesuatu yang Berhubungan dengan perkem- (Memiliki nilai kemasyarakatan
menghasilkan nilai ekonomi bangan generasi (Aspek dan sosial) Aspek penyediaan
(Aspek ekonomi) SDM) dan pemeliharaan sumber daya

4
PERBEDAAN PERAN, FUNGSI,
TANGGUNG JAWAB, SIKAP, DAN
PERILAKU

Sektor domestik (kerumah tanggaan): Sektor publik: Bekerja mencari nafkah


Peran
Memasak, menyuci, menyetrika di luar rumah.
Mencari nafkah tambahan Fungsi Pencari nafkah utama

Ibu rumah tangga Tanggung Jawab Kepala keluarga

Feminin Sikap Maskulin

Emosional, Ragu-ragu, Pasif, Lemah Perilaku Rasional, Tegas, Agresif, Kuat.

5
Dibentuk oleh Sosial Budaya, dan dibiasakan
secara terus menerus
5
JENIS KELAMIN VS GENDER
Jenis Kelamin

Tidak dapat berubah


Tidak dapat ditukar
Berlaku sepanjang zaman
Berlaku dimana saja
Ciptaan Tuhan
Apakah gender sama dengan jenis Bersifat kodrat
kelamin?

Jenis kelamin merupakan konstruksi Gender


biologis, universal dan tidak dapat diubah
Dapat berubah
karena merupakan kodrat. Misal: laki-laki
memiliki sperma, perempuan memiliki Dapat ditukar
ovum/sel telur. Bergantung waktu
Bergantung budaya
Gender adalah konstruksi sosial yang
memungkinkan untuk berkembang dan Buatan Manusia
berubah. Tidak bersifat kodrat
6
KESETARAAN GENDER DAN
KEADILAN GENDER
Kesetaraan gender yaitu hasil dari perlakuan
adil gender yang terukur dari kesamaan kondi-
si bagi laki-laki dan perempuan dalam mem-
peroleh kesempatan dan hak-haknya sebagai
manusia terhadap akses dan manfaat dari us-
aha pembangunan dan mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi,
sosial budaya, pertahanan keamanan nasional,
serta dalam penguasaan sumber daya pemban-
gunan.

Keadilan gender yaitu suatu keadaan dima-


na terciptanya perlakuan yang adil terhadap
laki-laki dan perempuan dengan mempertim-
bangkan pengalaman, kebutuhan, kesulitan,
serta kepedulian sebagai perempuan dan juga
sebagai laki-laki. 7
7
KETIDAKSETARAAN GENDER

Ketidaksetaraan gender yaitu berbagai tin-


dak ketidakadilan atau diskriminasi yang
bersumber pada keyakinan gender.

Ketidaksetaraan gender dapat berupa keti-


daksetaraan hak bersuara dan berpendapat
di depan hukum atau pemanfaatan sumber
daya.

8
BENTUK KETIDAKSETARAAN
GENDER
2 Subordinasi (Penomorduaan)
Adanya anggapan bahwa salah satu jenis kelamin
dianggap lebih rendah atau dinomorduakan po-
sisinya dibandingkan dengan jenis kelamin lainn-
ya. Contohnya:
Masih sedikit jumlah perempuan yang bekerja
pada posisi pengambil keputusan atau penentu
kebijakan dibanding dengan laki-laki.
1 Stereotip (Citra Baku)
Pelabelan terhadap salah satu jenis kelamin yang Marginalisasi (Peminggiran)
3
sering kali bersifat negatif dan pada umumnya Kondisi atau proses peminggiran terhadap salah
menyebabkan terjadinya ketidakadilan. satu jenis kelamin dari arus/pekerjaan utama
Contohnya: yang berakibat kemiskinan. Contohnya:
Hanya laki-laki yang pantas menjadi pemimp- Pekerjaan honorer, buruh, serta pembantu ru-
in karena laki-laki rasional, sedangkan perem- mah tangga dinilai sebagai pekerja rendah seh-
puan irasional. ingga berpengaruh pada tingkat gaji/ upah yang
Laki-laki adalah kepala keluarga yang wajib diterima.
menafkahi istri dan anak-anaknya. 9
Perempuan wajib mengasuh anak karena 9
memiliki kelembutan dan kesabaran.
4 Double Burden (Beban Ganda)
Adanya perlakuan terhadap salah satu jenis ke-
lamin di mana yang bersangkutan bekerja jauh
lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin
lainnya.

Violence (Kekerasan)
5
Suatu serangan terhadap fisik maupun psikol-
ogis seseorang sehingga kekerasan tersebut
tidak hanya menyangkut fisik (pemukulan dan
perkosaan), tetapi juga nonfisik (pelecehan sek-
sual, ancaman, dan paksaan) yang biasa terjadi di
rumah tangga, tempat kerja, dan tempat- tempat
umum. Contohnya:
Pelecehan seksual yang merupakan jenis ke-
kerasan terselubung dengan cara memegang
atau menyentuh bagian tertentu dari tubuh
perempuan tanpa kerelaan dari si pemilik tu-
buh.
Kekerasan fisik maupun nonfisik yang dilaku-
kan oleh suami terhadap istrinya dalam rumah
tangga ataupun sebaliknya.
10
Kesenjangan Gender

Terdiri dari 5 hal:

TIDAK BERGUNA

LOSER
] B \ @ > > > > BODOH

D
F IR E

Strerotype / Pelabelan Peminggiran Kekerasan

Beban Ganda Subordinasi (Pernomorduaan)


11
11
Kesenjangan Gender

Laki-laki

Sebagai kepala keluarga = =


Dianggap pantas di dunia publik
Pencari nafkah utama

Perempuan

Sebagai Pendamping Suami


Pencari nafkah tambahan
Pantas di dunia domestik
Tidak pantas memimpin

Bersifat lemah dan menggoda

12
Kesenjangan Gender

Fakta Fakta
Tidak berpenghasilan Menjadi pencari nafkah utama.
Tertarik pada dunia domestik
migrasi Telah masuk ke dunia publik.

Dampak Dampak
Dilecehkan bila tidak bekerja Upah
Upahlebih
lebihrendah
rendah
Rentan sebagai pelaku kekerasan Rentan berbagai kekerasan
Terpinggirkan dalam pekerjaan Terpinggirkan dalam pengem-
domestik bangan kapasitas
Tidak diterima bersikap lemah Rendah dalam jabatan-jabatan 13
Senantiasa dianggap mampu publik
13
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KETIDAKSETARAAN GENDER

2 Faktor Manfaat
Karena peran gender yang berbeda, seringka-
1 Faktor Akses li apa yang dianggap bermanfaat bagi laki-laki
Relasi gender, peran gender, serta stereotip gen- belum tentu dianggap bermanfaat bagi perem-
der yang melekat pada perempuan dan laki-laki puan. Dengan demikian, perlu dilihat apakah
dapat berdampak pada akses dari sumber daya perencanaan pembangunan yang dikembangkan
pembangunan. bermanfaat bagi perempuan dan laki- laki.

14
3 Faktor Partisipasi 4 Faktor Kontrol
Adanya keikutsertaan kelompok perempuan dan Kebijakan program kegiatan memberikan kon-
laki-laki untuk menyampaikan aspirasi, pengala- trol atau penguasaan yang setara bagi perem-
man, dan kebutuhan dalam proses perencanaan puan dan laki-laki untuk memperoleh informasi,
pembangunan. pengetahuan kredit dan lainnya dalam hal sum-
ber daya pembangunan.

15
15
ANALISIS GENDER (HARVARD
ANALYTICAL FRAMEWORK)
Analisis Gender (Harvard Analytical Framework) Umumnya, laki-laki dan perempuan punya tugas, kegia-
1.
Pembagian kerja antar jenis kelamin–tugas/per- tan dan tanggung jawab menurut jenis kelamin mereka.
an dan tanggung jawab Jenis aktivitas ini dibedakan dalam 2 kategori:

Siapa melakukan apa?

Aktivitas reproduksi (reproduksi) yang


informasinya dituangkan dalam Profil
Aktivitas produktif (produksi) Aktivitas.
16
CONTOH PROFIL
AKTIVITAS- PRODUKTIF
Aktivitas Perempuan / Anak Perempuan Laki-laki / Anak Laki-laki

Produktif
Pertanian Jagung
Mempersiapkan lahan
Menanam bibit
Memberi pupuk
Panen
Penjualan

17
17
CONTOH PROFIL AKTIVITAS-
REPRODUKTIF
Aktivitas Perempuan / Anak Perempuan Laki-laki / Anak Laki-laki
Reproduktif
Memasak
Membersihkan rumah
Mencuci pakaian
Menjaga dan merawat anak
Menjaga dan merawat anggota
keluarga yang sakit
Menjaga dan merawat orang
tua
Berbelanja kebutuhan rumah
tangga
Mengantar anggota keluarga ke
rumah sakit (bila sakit)
18
CONTOH PROFIL AKTIVITAS-
REPRODUKTIF
Kesimpulan

Dari tabel aktivitas reproduksi, kita mendapa-


tkan informasi bahwa kegiatan merawat lebih banyak
dilakukan oleh perempuan. Laki-laki juga berperan
dalam merawat dan menjaga anak dan mengantarkan
anggota keluarga bila ada yang sakit. Namun, mer-
awat anggota keluarga yang sakit adalah tanggung
jawab perempuan/anak perempuan.

Implikasi Gender

Kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan pen-


getahuan tentang penyakit, pencegahan, dan per-
awatan akan lebih optimal ditujukan/diprioritas-
kan untuk perempuan. Dengan demikian, informasi
pencegahan penyebaran pandemi CoViD-19 harus 19
menargetkan perempuan 19
CONTOH PROFIL AKTIVITAS-
SOSIO PILITIK
Dalam beberapa pemetaan gender, dapat menggunakan aktivitas yang bersifat
publik dan menjadi tanggung laki-laki dan perempuan sebagai anggota komunitas.

Aktivitas Perempuan dan Anak Perempuan Laki-laki dan Anak Laki-laki

Pernikahan
Penyelenggaraan jenazah
& pemakaman

Arisan

Pertemuan/Musyawarah
Desa

20
PROFIL AKTIVITAS-SOSIO
POLITIK PEREMPUAN
Bila dibutuhkan, dalam pemetaan gender anda dapat melengkapi informasi dengan profil sosio politik
perempuan, untuk melengkapi profil aktivitas produksi, reproduksi, dan sosio politik. Profil ini akan memberikan
gambaran lebih mendalam tentang partisipasi perempuan, persepsi perempuan dan laki-laki tentang diri per-
empuan, kemampuan berorganisasi, dan lain-lain yang akan mempengaruhi kesertaan perempuan dalam kegia-
tan-kegiatan publik.

Posisi Sosio Politik Perempuan dibandingkan dengan laki-laki Rendah Setara Lebih Tinggi

Partisipasi perempuan dalam pembuatan keputusan di tingkat:


Rumah tangga
Komunitas
Masyarakat luas
Citra diri atau self image:
Citra diri perempuan
Citra diri perempuan di dalam masyarakat
Kapasitas organisasional
21
Lainnya
21
ANALISIS GENDER (HARVARD
ANALYTICAL FRAMEWORK)
2. Analisis ke, dan kendali atas sumber daya, dan manfaat

Alat analisis ini bertujuan agar pengguna dapat Akses :


membuat daftar sumber daya apa yang di- Kesempatan untuk memanfaatkan sumber daya.
gunakan oleh laki-laki dan perempuan untuk
melaksanakan aktivitas yang diidentifikasi pada
Kontrol/ kendali:
alat analisa 1 (Profil Aktivitas).
Kewenangan untuk memutuskan bagaimana sum-
Ketika mempertimbangkan cara sumber daya ber daya digunakan, dan siapa yang punya akses
dialokasikan kepada laki-laki dan perempuan, untuk hal tersebut. Perempuan sering memiliki
maka penting untuk melihat perbedaan antara akses tapi tidak punya kendali dan kewenangan.
akses ke sumber daya dan kendali atas sumber
daya tersebut.

22
CONTOH PROFIL AKSES KE, KENDALI
ATAS, SUMBER DAYA DAN MANFAAT
Akses Kendali / Kontrol
Sumber Daya dan Manfaat
Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki
Sumber Daya
Lahan
Peralatan
Uang Cash
Pendidikan
Pelatihan
Lainnya
Manfaat
Penghasilan Tambahan
Kepemilikan Aset
Kebutuhan dasar (pakaian, rumah,
makanan, obat-obatan)
Pendidikan
23
Partisipasi publik dan politik
23
Lainnya
CONTOH HASIL PEMETAAN AKSES
KE, KENDALI ATAS, SUMBER DAYA
DAN MANFAAT
Kesimpulan

Dari tabel profil akses dan kendali, terlihat bah- dari partisipasi publik karena akses mereka terhadap
wa laki-laki lebih punya akses, kendali dan mendapat aktivitas publik tidak tersedia.
manfaat terhadap/dari partisipasi, pelatihan, dan pen-
Sementara, dari tabel profil aktivitas, perem-
didikan. Laki-laki dan perempuan punya akses dan ken-
puan lah yang lebih banyak berperan dalam merawat
dali yang setara dalam penggunaan cash dan mendapat
anggota keluarga yang sakit, menjaga dan mengantar-
manfaat kebutuhan primer dan obat-obatan.
kan anggota keluarga yang sakit.

Implikasi Gender Sehingga, perlu dibuka akses bagi perempuan


untuk ikut serta dalam pelatihan ketangguhan keluarga
Dipahami bahwa proses peningkatan ketang- dalam upaya pencegahan pandemi menjadi penting. Ini
guhan/resiliensi keluarga dalam respon pandemi ada- menjadi dasar bagi pembuat kebijakan untuk melibat-
lah melalui peningkatan pengetahuan dan kapasitas kan perempuan dalam setiap aktivitas yang berkaitan
manusia dalam pencegahan. Dari contoh tabel profil dengan transfer pengetahuan terkait bencana
akses, kendali, sumber daya dan manfaat, ditemukan pandemi.
bahwa perempuan tidak punya akses dan kontrol atas
pelatihan-pelatihan dan tidak mendapatkan manfaat 24
PERLUNYA PENGARUSUTAMAAN
GENDER DALAM PENGURANGAN
RISIKO BENCANA PANDEMI COVID-19
Wabah penyakit mempengaruhi perempuan
dan laki-laki secara berbeda, dan pandemi mem-
buat kondisi ketidaksetaraan yang telah ada dan
diskriminasi pada kelompok marginal lainnya
menjadi lebih buruk.

Perempuan dipersepsikan sebagai perawat/peng-


asuh/ penjaga keluarga, terutama bila ada anggo-
ta keluarga yang sakit, sehingga perempuan akan
lebih rentan terpapar virus.

Ketidaksetaraan gender antara laki-laki dan per-


empuan akan berdampak pada bagaimana mer-
eka akan mengakses informasi tentang pandemi
dan mendapatkan perawatan.
25
25
PERLUNYA PENGARUSUTAMAAN
GENDER DALAM PENGURANGAN
RISIKO BENCANA PANDEMI COVID-19
Karena perempuan dikategorikan sebagai salah
satu kelompok rentan dalam bencana pandemi,
kebutuhan dan kepentingan mereka harus diinte-
grasikan secara luas ke dalam rencana penguran-
gan dan pencegahan penyebaran pandemi.
Pengarusutamaan gender diyakini sebagai el-
emen penting yang berkontribusi dalam pem-
buatan kebijakan dalam pencegahan pandemi di
semua tingkatan.
Pengarusutamaan gender dapat menjadi upaya
promosi dalam meningkatkan kesetaraan gen-
der dan pemberdayaan perempuan, terutama
bila ditemukan unsur diskriminasi terhadap per-
empuan dan ketidaksetaraan antara laki-laki dan 26
perempuan.
PERLUNYA PENGARUSUTAMAAN
GENDER DALAM PENGURANGAN
RISIKO BENCANA PANDEMI COVID-19
Pengarusutamaan gender dapat digunakan se-
bagai alat yang efektif untuk mengurangi keren-
tanan perempuan, yang timbul karena berbagai
faktor termasuk akses yang kurang terhadap
sumber daya, dan membawa lebih banyak per-
empuan untuk terlibat dalam proses pembuatan
kebijakan pengurangan bencana.

Pengarusutamaan gender dilakukan dengan


mengintegrasikan analisis gender dalam upaya
pencegahan CoViD-19, pengurangan risiko ter-
papar, dan keberlanjutan untuk mengurangi ker-
entanan.
27
27
INKLUSI SOSIAL DALAM
PENANGGULANGAN COVID-19

28
Pengertian Inklusi

Inklusi menghargai
keberagaman.

Inklusi adalah setiap orang Kelompok rentan yang sela-


memiliki hak setara untuk ber- ma ini tidak dianggap sebagai
partisipasi sebagai subyek. pemangku kepentingan dapat
berpartisipasi.

29
29
Mandat Inklusi

Mandat Inklusi terdiri dari lima hal kunci: Data Terpilah, Aksesibilitas,
Partisipasi, Peningkatan Kapasitas dan Prioritas Perlindungan. Man-
dat ini penting untuk memastikan bahwa segala langkah inklusi telah
dijalankan. Mandat Inklusi merupakan hasil dari tinjauan pustaka ter-
hadap komitmen internasional dan kebijakan nasional mengenai par-
tisipasi bermakna kelompok paling berisiko, khususnya penyandang
disabilitas, dalam Penanggulangan Bencana (PB).

Meskipun dirumuskan dari peraturan-peraturan terkait PB dan isu-isu


penyandang disabilitas, tetapi mandat ini bersifat universal dan juga
dapat diterapkan untuk beragam kelompok masyarakat berisiko ting-
gi lainnya, seperti perempuan, anak-anak dan orang lanjut usia. Selain
itu, disabilitas sendiri bersifat lintas isu yang mencakup perempuan,
laki-laki, orang lanjut usia, remaja serta anak-anak dengan disabilitas.

30
Mandat Inklusi

1. Data Terpilah

Dalam situasi tanggap darurat, data terpilah dapat


membantu penyaluran bantuan agar sesuai dengan
kebutuhan para pengungsi. Misalnya, kebutuhan alat
bantu bagi yang mengalami kesulitan fungsi tubuh
atau penyediaan makanan yang disesuaikan dengan
kebutuhan kelompok usia (anak-anak, dewasa, orang
lanjut usia).

Dalam situasi pasca bencana, data terpilah dapat di-


gunakan untuk menyusun kebijakan yang disesuaikan
dengan kebutuhan warga, termasuk dari kelompok
berkebutuhan khusus. Misalnya, pembangunan in-
frastruktur yang bisa diakses oleh penyandang dis-
abilitas.” Dalam situasi pasca bencana, data terpilah
dapat digunakan untuk menyusun kebijakan yang
disesuaikan dengan kebutuhan warga, termasuk dari
kelompok berkebutuhan khusus. Misalnya, pemba- 31
ngunan infrastruktur yang bisa diakses oleh penyan- 31
dang disabilitas.”
Mandat Inklusi

2. Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah kemudahan untuk memas-


tikan bahwa lingkungan, transportasi, informa-
si, komunikasi, fasilitas, layanan, produk dan
kebijakan/peraturan bersifat universal.

Sehingga, setiap orang, tanpa memandang usia,


gender, disabilitas atau lokasi, dapat mengak-
ses semuanya.

Akses yang tersedia harus aman, bermartabat,


melindungi pengguna dari bahaya dan menye-
suaikan budaya setempat.

(Panduan Praktis: Penerapan Mandat Inklusi dalam Penanggulangan 32


Bencana”, ASB Indonesia and the Philippines, 2018, hal. 15-17.)
Mandat Inklusi

3. Partisipasi Bermakna

Partisipasi bermakna mencakup pember-


dayaan semua kelompok masyarakat dengan a ç å ~í É
menyediakan kesempatan yang setara bagi
mereka untuk membuat pilihan dan mengambil A
keputusan sendiri tentang kehidupannya. j ç å Éó p ì é é ëä á É

Sehingga semua orang dapat berpartisipasi da- s ç ä ì å í ÉÉê


lam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan
dan evaluasi, pelembagaan dan pengambilan
keputusan tentang inisiatif dan layanan.

33
(Panduan Praktis: Penerapan Mandat Inklusi dalam Penanggulangan
Bencana”, ASB Indonesia and the Philippines, 2018, hal. 20-21.)
33
Mandat Inklusi

4. Peningkatan Kapasitas

Peningkatan kapasitas adalah untuk mening-


katkan pengetahuan dan memengaruhi tin-
dakan agar lebih inklusif terhadap berbagai
kelompok, termasuk kelompok rentan.

Sehingga, informasi inklusif disebarkan dan


diterapkan, serta berpartisipasi secara sung-
guh-sungguh di dalam semua aspek kehidupan
mereka.

(Panduan Praktis: Penerapan Mandat Inklusi dalam Penanggulangan 34


Bencana”, ASB Indonesia and the Philippines, 2018, hal. 25-26.)
Mandat Inklusi

5. Prioritas Perlindungan

Ini terkait dengan keselamatan, martabat dan


hak kelompok yang paling berisiko, terutama
dalam kondisi bencana agar mereka mendapa-
tkan pelayanan, keadilan, kesetaraan, kesela-
matan kesempatan dan akses.

35
(Panduan Praktis: Penerapan Mandat Inklusi dalam Penanggulangan 35
Bencana”, ASB Indonesia and the Philippines, 2018, hal. 29-30.)
TIGA HAMBATAN YANG MEMPEN-
GARUHI PARTISIPASI MASYARAKAT
RENTAN DAN TERPINGGIRKAN
Hambatan Sikap:
Stigma, diskriminasi, dianggap tidak mampu, dan
sebagainya.

Hambatan Lingkungan:
Berkaitan dengan aksesibilitas, baik fisik maupun
terhadap informasi.

Hambatan Institusional:
Berkaitan dengan kebijakan, peraturan, sistem,
yang belum berpihak, menyentuh pada isu disabil-
itas.

36
SIAPA KELOMPOK RENTAN DAN
KELOMPOK TERPINGGIRKAN?
Kelompok Rentan adalah: Sekelompok orang,
yang dalam kapasitas mereka berpotensi men-
galami dampak negatif dari suatu kejadian atau
krisis.
Kerentanan adalah: Potensi untuk dirugikan
secara fisik dan/atau psikologis, sosial dan/atau
ekonomi.

Kelompok Marginal/Terpinggirkan adalah:


Semua orang yang dianggap tidak mampu da-
lam kelompoknya, atau yang jumlahnya sedikit/ Kelompok yang dikecualikan dari ruang politik,
minoritas dalam kelompoknya atau yang selalu ekonomi, sosial, dan budaya berdasarkan identi-
diperlakukan tidak adil, tidak diberikan hak-hak- tas, jenis kelamin, orientasi sexual, etnis & agama,
nya dan diberi stigma. tingkat kemampuan & disabilitas, status, dan
lain-lain.
Contoh : Orang miskin, LGBT, tahanan politik,
disabilitas, dan sebagainya. 37
37
KELOMPOK RENTAN DALAM KONTEKS
PENGURANGAN RISIKO BENCANA (PRB)
Perempuan: Dengan berbagai sub-kelom- Anak-anak & Pemuda: Anak laki-laki & per-
pok: perempuan kepala keluarga, perempuan empuan, anak/pemuda disabilitas, anak/
buruh migran, janda, perempuan miskin, anak pemuda dari keluarga miskin, anak-anak tan-
perempuan, lansia perempuan, perempuan pa catatan sipil dan lainnya.
penyandang disabilitas, dll

Penyandang Disabilitas: Baik laki-laki, per- Orang sakit : Laki-laki & perempuan, usia be-
empuan ataupun jenis kelamin ketiga, lan- rapapun, kondisi sakit tidak di RS, pasca op-
sia disabilitas, penyandang disabilitas tanpa erasi atau masa pemulihan.
catatan sipil dan lainnya.
Lansia: Laki-laki & perempuan, dari keluarga
miskin, lansia janda, lansia duda, lansia dis-
abilitas, lansia dengan beban sebagai pencari
nafkah utama dan lainnya.

38
DAMPAK COVID-19 TERHADAP
PEREMPUAN

39
39
DAMPAK PANDEMI COVID-19
TERHADAP PEREMPUAN
Bagi banyak orang, tinggal di rumah
selama pandemi Covid-19 menjadi
hal yang paling vital untuk menekan
penyebaran virus corona. Namun bagi
sebagian perempuan, rumah bukanlah
merupakan tempat yang aman.

40
DAMPAK PANDEMI COVID-19
TERHADAP PEREMPUAN
Kebijakan pembatasan sosial selama pandemi virus corona
dianggap melanggengkan kekerasan berbasis gender t erha-
dap perempuan, khususnya kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT) dan menghambat penanganan kasus.

Kerentanan perempuan terhadap kekerasan, terutama


KDRT, meningkat dalam masa pandemi Covid-19, d  ibukti-
kan dengan melonjaknya laporan kekerasan terhadap per-
empuan pada medio Maret - April di sejumlah daerah di
Indonesia.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mencatat per 2 Maret
- 25 April 2020, terdapat 275 kasus kekerasan yang dialami perempuan dewasa, dengan total
korban 277 orang.
41
Hal serupa juga terjadi terhadap perempuan di berbagai negara, seiring penerapan pembatasan 41
sosial maupun isolasi wilayah di belahan dunia lain.
DAMPAK PANDEMI COVID-19
TERHADAP PEREMPUAN
Merujuk laporan Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa
untuk Perempuan (UN Women) jumlah kekerasan terhadap
perempuan cenderung meningkat selama pandemi karena
kekhawatiran akan keamanan, kesehatan, dan uang m  ening-
katkan tensi dan ketegangan akibat kondisi kehidupan yang
sempit dan terbatas.

Komnas Perempuan menyebut akar masalah dari KDRT ada-


lah relasi kuasa yang timpang antara lelaki dan perempuan,
dimana perempuan berada subordinat di bawah laki-laki. Di
Indonesia yang masih kental dengan kultur patriarki, lelaki
umumnya memiliki kontrol dan kuasa terhadap anggota kel-
uarga yang lain.

Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), Siti
Aminah Tardi, menyebut isolasi selama pandemi Covid-19 membuat perempuan “terperang-
kap” semakin lama dengan pelaku kekerasan dan “tidak dapat mengakses perlindungan”. 42
BEBERAPA GAMBARAN KASUSPADA
SEBUAH KELUARGA DI MASA PANDEMI:
Beban ganda bertambah: Sebagai adanya ketimpangan gender yang terjadi, pembagian peran yang
tidak seimbang, perempuan cenderung memiliki tugas dan peranan yang bertambah karena sema-
kin lamanya durasi bersama dengan anggota keluarga.

Kurangnya me time (waktu untuk diri sendiri): karena semakin banyak pula beban kerja di rumah,
serta masing-masing anggota keluarga juga memiliki intensitas pertemuan yang tinggi, maka akan
semakin sulit bagi setiap anggota keluarga untuk memiliki waktu pribadi untuk melakukan self-care
(pengembangan diri, hobi, dll).

Kecemasan berpengaruh pada relasi dengan anak: orang tua yang mengalami stres akibat beradap-
tasi dengan perubahan menjadi lebih mudah marah pada anak. Belum lagi ketika tugas-tugas seko-
lah anak yang saat ini juga melakukan sekolah dari rumah menjadi semakin banyak dan membutuh-
kan perhatian orang tua.

Kebosanan serta “craving” relasi sosial: anak dan remaja yang cenderung melakukan eksplorasi
dalam dunia sosialnya akan merasa terkurung dan kurang bersosialisasi karena ruang mereka
menjadi sangat terbatas dan tidak bisa bertemu dengan teman-temannya. 43
43
BEBERAPA GAMBARAN KASUSPADA
SEBUAH KELUARGA DI MASA PANDEMI:
Kekhawatiran akan sumber penghasilan: orang tua yang bekerja menjadi lebih stres memikirkan pe-
masukan yang berkurang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Terutama bagi mereka yang beker-
ja di sektor non-formal dan menjadi perempuan kepala keluarga.

Kebingungan kondisi keluarga yang memiliki potensi tinggi terpapar virus: kondisi individu yang
berelasi dengan Covid-19 rentan menghadapi stigma dan sulit untuk mengakses dan mendapatkan
layanan yang baik. Hal ini tentunya akan memperburuk situasi kesehatan mental serta bagaima-
na stress yang dialami oleh sebuah keluarga, sehingga kemungkinan munculnya konflik akan lebih
rentan.

Kesulitan pengelolaan kegiatan belajar anak: orang tua dan sekolah (guru) gagap mengelola kondi-
si belajar jarak jauh sehingga muncul stres pada masing-masing pihak. Dengan kondisi yang serba
digital saat ini, ada beberapa orang tua yang masih perlu beradaptasi dengan tugas dan cara belajar
anak-anaknya saat ini.

44
DAMPAK EKONOMI DARI PANDEMI
COVID-19 TERHADAP PEREMPUAN

Karena perempuan banyak kegiatan di rumah,


mereka bisa mengalami pemotongan jam kerja dan
PHK.

Pekerja perempuan terbatas untuk menyokong di-


rinya dan keluarganya, terutama bagi perempuan
sebagai kepala rumah tangga.

Di negara berkembang, 70% perempuan bekerja di


sektor informal dengan penghasilannya yang ser-
ing tergantung pada ruang publik dan interaksi so-
sial yang saat ini dibatasi.

45
45
46
DAMPAK KESEHATAN DARI PANDEMI
COVID-19 TERHADAP PEREMPUAN
Perempuan lebih berisiko terpapar terhadap Covid-19 karena mereka melakukan 70% peker-
jaan yang berhubungan dengan kesehatan dan sebagai pekerja kesehatan/staf layanan fasili-
tas kesehatan. Perempuan kurang memiliki akses terhadap APD (alat pelindung diri) atau APD
dengan ukuran yang tepat.

Dampak terhadap kesehatan seksual dan reproduksi, terjadi karena kurangnya perhatian dan
sumber daya. Hal ini mengakibatkan tingginya kematian dan morbiditas ibu, tingginya angka
kehamilan remaja, dan penularan HIV dan penyakit seksual.

47
47
48
DAMPAK PEKERJAAN PENGASUHAN
TAK DIBAYAR DARI PANDEMI COVID-19
TERHADAP PEREMPUAN
Sebelum Covid-19, perempuan menggunakan waktunya tiga kali lebih banyak dari pada laki-laki
terkait pekerjaan pengasuhan yang tidak dibayar dan juga pekerjaan rumah tangga. Dalam konteks
pandemi, pekerjaan pengasuhan meningkat.

Adanya pasien Covid-19 yang mungkin keluar dari rumah sakit lebih awal, mereka masih membu-
tuhkan layanan dan bantuan di rumah. Perempuan menjadi pengasuh keluarga yang tidak dibayar
dan mereka kebanyakan adalah pekerja kesehatan komunitas yang mendapat upah rendah atau
bahkan sebagai relawan.

Penutupan sekolah menambah tekanan dan tuntutan bagi perempuan. Ini menghambat mereka
untuk bekerja dengan pekerjaan yang tidak bisa dilakukan secara jarak jauh.

49
49
DAMPAK PEKERJAAN PENGASUHAN
TAK DIBAYAR DARI PANDEMI COVID-19
TERHADAP PEREMPUAN
Perempuan lansia cenderung mendapat pemasukan dan dana pensiun yang lebih rendah, dengan
kemungkinan kecil untuk mengakses perawatan untuk diri mereka sendiri.

Perempuan segala usia memberikan pengasuhan yang tidak berbayar; pengasuhan ini juga tergan-
tung pada kesehatan, kesejahteraan dan kemampuan para perempuan itu untuk meminimalkan
risiko penularan terhadap orang yang mereka rawat.

Anak dan remaja perempuan lebih banyak melakukan pekerjaan rumah tangga dari pada laki-laki.
Selain itu, penutupan sekolah juga mengakibatkan anak perempuan putus sekolah sebelum mereka
bisa menyelesaikan pendidikannya, terutama mereka yang hidup dalam kemiskinan, dengan
disabilitas, atau tinggal di wilayah rural dengan lokasi yang terpencil.

“Policy Brief: The Impact of Covid-19 on Women”, United Nations, April 2020, hal.13.
50
51
51
DAMPAK KEKERASAN BERBASIS
GENDER DARI PANDEMI COVID-19
TERHADAP PEREMPUAN
Kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan di dunia meningkat akibat pandemi
Covid-19 karena tekanan ekonomi dan sosial.

Rumah padat penduduk, akses terbatas pada layanan dan dukungan sebaya yang berkurang
semakin memperburuk kondisi.

Banyak perempuan terjebak di rumah mereka dengan pelaku kekerasan yang mengeksploitasi
ketidakmampuan perempuan untuk meminta pertolongan. Pada saat yang sama, layanan
dukungan (pengadilan, polisi dan layanan kesehatan) sebagai responder awal juga kewalahan,
mengganti prioritas mereka atau bahkan tidak mampu membantu.

“Policy Brief: The Impact of Covid-19 on Women”, United Nations, April 2020, hal.17. 52
53
53
DAMPAK COVID-19
TERHADAP PENYANDANG
DISABILITAS

54
SPEKTRUM DISABILITAS

“Disability Inclusion Study in Market System Development”, AIP-Rural 2018, hal. 5 55


55
DAMPAK DARI PANDEMI COVID-19
TERHADAP PENYANDANG DISABILITAS
1 Penyandang disabilitas bisa mengalami hambatan un-
tuk melakukan upaya-upaya perlindungan dasar, seperti
misalnya mencuci tangan dan menjaga jarak untuk ala-
san-alasan tertentu.

2 Penyandang disabilitas rentan mengalami kondisi


sekunder dan morbiditas bawaan, seperti misalnya diabe-
tes, dan masalah jantung, yang akan memperburuk hasil
infeksi Covid-19. Hambatan mengakses layanan keseha-
tan juga dialami oleh penyandang disabilitas.

Penyandang disabilitas yang tinggal di panti lebih berisiko


3
dan kesulitan melakukan upaya kebersihan mendasar dan
menjaga jarak, serta akses yang terbatas terhadap infor-
masi, test, dan layanan kesehatan. (Selain itu, mereka juga
rentan tertular virus dari para caregiver yang tinggal di
luar panti. Melakukan penggantian caregiver juga bukan
hal yang mudah diterima oleh lansia dengan demensia,
penyandang disabilitas kognitif dan intelektual).
56
“Policy Brief: A Disability Inclusive Response to Covid-19, United Nations, May 2020, hal. 5-7.
DAMPAK DARI PANDEMI COVID-19
TERHADAP PENYANDANG DISABILITAS
4 Penyandang disabilitas lebih berisiko untuk mengalami diskriminasi dalam mengakses layanan kesehatan.
Akses pada layanan kesehatan, rehabilitasi dan teknologi alat bantu bagi penyandang disabilitas termasuk
aksesibilitas, dapat dibatasi karena adanya tekanan yang meningkat terhadap sistem layanan kesehatan.

Saat terjadi wabah, penyandang disabilitas lebih mengalami kehilangan pekerjaan mereka dan kesulitan un-
tuk kembali bekerja pada masa pemulihan. (Para penyandang disabilitas banyak yang bekerja di sektor infor-
5
mal yang semakin terpuruk karena protokol kesehatan untuk menjaga jarak dan pembatasan gerak).

Penyandang disabilitas yang paling sedikit menerima manfaat dari solusi belajar jarak jauh. Kurangnya dukun-
gan, akses terhadap internet, perangkat lunak yang aksesibel, dan materi belajar memperdalam kesenjangan
6 bagi siswa dengan disabilitas.

Terganggunya pembelajaran keterampilan dan pelatihan merupakan dampak jangka panjang bagi pemuda
dengan disabilitas untuk menghadapi berbagai hambatan dalam lapangan pekerjaan.
7
 ekerasan dalam rumah tangga juga dialami oleh perempuan dan anak perempuan dengan
K
disabilitas. Meningkatnya stigma dan diskriminasi terhadap penyandang disabilitas
8 juga telah terjadi.
57
“Policy Brief: A Disability Inclusive Response to Covid-19, United Nations, 57
May 2020, hal. 5-7.
KERENTANAN PENYANDANG DISABILITAS
DALAM PANDEMI COVID-19
Stigma dan diskriminasi membuat angka ke- Minoritas seksual menjadi 7-12x untuk kemu-
kerasan meningkat. Stigma sebenarnya sudah ngkinan melakukan percobaan bunuh diri
ada dari sebelum munculnya PSBB ataupun
pandemi, namun dengan adanya situasi sep- Kondisi psikologis masyarakat sekitar yang
erti saat ini, stigma semakin tajam. saat ini juga sedang terdampak dapat mem-
perburuk keadaan maupun situasi
800 orang dengan gangguan kesehatan men-
tal terlaporkan dipasung

Orang dengan disabilitas dan transpuan ke-


banyakan bekerja non-formal

Penghuni panti sosial disabilitas melebihi


kuota sehingga sulit menjaga jarak aman satu
sama lain

Kondisi tertentu orang dengan disabilitas


menjadikan mereka tergantung kepada orang 58
lain
KERENTANAN PENYANDANG DISABILITAS
DALAM PANDEMI COVID-19
Layanan kesehatan non Covid-19 dinomor-
duakan, juga layanan untuk ODHA, orang
dengan gangguan kesehatan mental, dsb. Ke-
terbatasan layanan sebenarnya sudah ada
dari sebelum munculnya pandemi, namun
dengan adanya situasi seperti saat ini, akses
layanan medis bagi kelompok rentan bukan
merupakan prioritas. Penyandang disabilitas
dan pengasuhnya juga menghadapi berbagai
tantangan yang dapat menghalangi mereka
untuk mendapatkan perawatan dan informasi
penting untuk mengurangi risiko selama wa-
bah Covid-19. Beberapa halangan-halangan
tersebut diantaranya:
59
59
KERENTANAN PENYANDANG DISABILITAS
DALAM PANDEMI COVID-19
Komunikasi risiko penting untuk mempromosikan kesehatan dan mencegah infeksi dan menguran-
gi stres di tengah masyarakat, tetapi seringkali informasi tidak dikembangkan dan dibagikan secara
inklusif bagi penyandang disabilitas komunikasi.

Banyak pusat kesehatan sulit diakses penyandang disabilitas fisik karena hambatan perkotaan dan
sulitnya sistem transportasi umum untuk diakses oleh penyandang disabilitas.

Secara institusi, biaya layanan kesehatan yang tinggi menghalangi banyak penyandang disabilitas
untuk mengakses layanan-layanan penting. Selain itu, kurangnya protokol tentang cara merawat
penyandang disabilitas yang berada di karantina.

Prasangka, stigma, dan diskriminasi terhadap penyandang disabilitas, termasuk pandangan kalau
penyandang disabilitas tidak dapat membantu dalam respons wabah atau mengambil keputusan
sendiri. Halangan-halangan ini dapat menimbulkan stres tambahan bagi p  enyandang disabilitas
dan orang yang merawatnya selama wabah Covid-19.

60
DAMPAK PANDEMI COVID-19
TERHADAP LANSIA

61
61
PENGERTIAN LANSIA
Menurut PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa), lansia adalah
mereka yang berusia sama dengan dan lebih dari 60 tahun.
Definisi ini kemudian dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:

Lansia muda : 60-69 tahun


Tua : 70-79 tahun
Lansia tua : 80 tahun dan lebih dari 80 tahun

Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 1998


tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, lanjut usia
(lansia) adalah s eseorang yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas.

“Age inclusive disaster risk reduction - a toolkit”, Help


Age International, 2019, hal. 28
62
4 FAKTOR LANSIA
SEBAGAI KELOMPOK RENTAN
1 Menurunnya fungsi fisik, termasuk menurunnya
kesehatan, gerak, pandangan, dan pendengaran.

2 Layanan yang buruk dalam kehidupan sehari-hari


dan masa tanggap darurat, padahal mereka me-
merlukan kebutuhan khusus.

3 Diskriminasi usia, yang memisahkan dan meny-


ingkirkan lansia dan kadang melanggar hak-hak
mereka.

4 Kemiskinan yang disebabkan oleh karena bu-


ruknya mekanisme perlindungan sosial dan kes-
empatan melakukan kegiatan mata pencaharian.
63
63
DAMPAK PANDEMI COVID-19
PADA KESEHATAN, HAK DAN LAYANAN
JANGKA PANJANG TERHADAP LANSIA
Sejak wabah Covid-19, dilaporkan terjadi pening-
katan jumlah kekerasan terhadap lansia perem-
puan terutama dari orang terdekat yang diperburuk
dengan situasi lockdown. Pembatasan gerak dapat
memicu segala bentuk kekerasan yang lebih buruk
terhadap lansia, yaitu kekerasan fisik, emosional,
keuangan, seksual dan penelantaran.

Dalam situasi kerja kemanusiaan, tempat pengung-


sian yang terlalu padat dan terbatasnya layanan kes-
ehatan, air dan sanitasi, menambah rentan lansia da-
lam pandemi Covid-19.

Physical distancing kadang sulit di lakukan di lembaga


pemasyarakatan dan tempat penahanan dan layanan
kesehatan yang terbatas juga menambah rentan lan- 64
sia dalam pandemi Covid-19.
DAMPAK PANDEMI COVID-19
TERHADAP ANAK

65
65
SIAPA ITU ANAK?

Menurut Konvensi Hak Anak (pasal 1):


Anak adalah semua orang yang berusia di
bawah 18 tahun, kecuali ditentukan lain
oleh hukum suatu negara.

Menurut Undang-undang No. 35 Tahun


2014 tentang Perubahan Atas Undang-Un-
dang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlind-
ungan Anak, yang dimaksudkan sebagai
anak adalah seseorang yang belum berusia
18 (delapan belas) tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan.

66
4 PRINSIP DALAM
KONVENSI HAK ANAK
Empat prinsip ini berdasarkan pada pemikiran bahwa anak juga setara sebagai manusia.

1 Non-diskriminasi: Semua anak berhak mendapatkan


hak mereka dan tidak diperbolehkan terjadi diskrimi-
nasi/ tanpa pembedaan apa pun.

2 Kepentingan terbaik bagi anak: Terutama saat mereka


muda, rentan dan membutuhkan dukungan agar mere-
ka dapat menikmati hak mereka sepenuhnya.

3 Hak atas kelangsungan hidup dan perkembangan:


Prinsip yang paling berhubungan dengan hak ekonomi
dan sosial anak terformulasikan dalam hak untuk
hidup. Pasal ini tidak hanya memastikan bahwa anak
memiliki hak untuk tidak terbunuh, tetapi juga hak un-
tuk memiliki kelangsungan hidup dan perkembangan.

4 Penghargaan terhadap pendapat anak: Untuk menge- 67


tahui apa yang menjadi kepentingan anak, merupakan
hal yang logis untuk mendengarkan mereka.
67
DAMPAK DARI PANDEMI COVID-19
TERHADAP ANAK
Berkurangnya pendapatan memengaruhi kehidupan
keluarga, terutama keluarga dengan anak-anak. Orang
tua bermigrasi kembali ke daerah asal (desa) mereka
dan meninggalkan penghidupan normal mereka.

Pembelajaran jarak jauh diselenggarakan. Namun, opsi


ini tidak bisa ditempuh oleh semua anak. Tidak adan-
ya jaringan listrik dan internet, serta ketidakmampuan
keluarga untuk membeli gawai dan paket data mer-
upakan hambatan bagi anak dalam proses belajar jarak
jauh. (Orang tua yang tidak mengenyam pendidikan
juga mengalami kesulitan dan tekanan ketika mereka
harus mendampingi anak dalam proses belajar di ru-
mah).

Berkurangnya pemasukan keluarga memaksa keluar-


ga miskin (dan keluarga miskin baru) untuk menguran-
gi pengeluaran kesehatan dan asupan makanan.
68
DAMPAK DARI PANDEMI COVID-19
TERHADAP ANAK
Physical distancing dan pembatasan gerak berdampak pada kesehatan mental anak. Anak merasa ge-
lisah akan hidup mereka dan ketidakpastian masa depan mereka. Stres akut yang dialami anak akan
menghambat pertumbuhan kognitif mereka dan kesehatan mental mereka dalam jangka panjang.

Kekerasan dari caregiver/pengasuh adalah hal yang paling sering dialami oleh anak-anak. Anak-anak
juga sering menyaksikan kekerasan terhadap perempuan. Lockdown juga meningkatkan kesempatan
bagi pelaku kekerasan untuk menyakiti anak-anak. Bantuan dari luar tidak mudah didapat karena
penutupan sekolah dan penangguhan kegiatan sosial karena pembatasan gerak.

Platform daring untuk belajar jarak jauh juga meningkatkan keterpaparan anak terhadap konten
yang tidak sesuai bagi anak dan terhadap predator anak. Anak putus sekolah juga meningkatkan
terjadinya pernikahan anak.

Penutupan, pemberlakuan jam malam, dan pembatasan gerak memaksa untuk d  ilakukannya penut-
upan tempat pengungsian yang berdampak juga bagi anak. Karantina dan social distancing serta pen-
elusuran ulang kontak yang dilakukan sebelumnya juga merebut hak privacy bagi anak.
Hal ini termasuk tersebarnya informasi data tentang anak yang terinfeksi Covid-19 atau
informasi terkait identifikasi personal mereka.
69
69
ANALISIS GENDER
“KETANGGUHAN KELUARGA
DALAM PENCEGAHAN
PANDEMI”

70
Jika Desa/Kelurahan anda akan mening-
katkan ketangguhan komunitas melalui
upaya penguatan kapasitas keluarga dalam
pencegahan pandemi CoViD-19.

Sebelum melakukan pengarusutamaan


gender dalam perencanaan dan imple-
mentasi program, anda bersama beberapa
orang lainnya diminta untuk mengumpul-
kan informasi sebagai acuan untuk melaku-
kan analisis gender.

71
71
Berikut adalah informasi yang harus disediakan:

1 Peran dan tanggung jawab laki-laki/anak laki-laki dan perempuan/anak perempuan


(umum: produktif, reproduktif, dan komunitas)

2 Apakah peran-peran tersebut terdampak karena pandemi? Bagaimana dampaknya


dan perubahan peran (bila ada)

3 Apakah perempuan/anak perempuan dilibatkan dalam perencanaan program


pencegahan pandemi?

4 Profil aktivitas sosial ekonomi (komunitas) laki-laki/anak laki-laki dan perempuan/


anak perempuan dalam kegiatan-kegiatan atau peluang kegiatan-kegiatan diseminasi
informasi tentang pandemi Covid-19

5 Akses pada, kendali terhadap, sumber daya dan manfaat yang terkait dengan upaya
pencegahan dan penanggulangan pandemi, bagi laki-laki/anak laki-laki dan
perempuan/anak perempuan
72
Identifikasi faktor-faktor yang mempen-
garuhi laki-laki/anak laki-laki dan perem-
puan/anak perempuan dalam akses, parti-
sipasi, kendali, dan mendapatkan manfaat
dari inisiatif program pencegahan pandemi

Kebutuhan praktis dan strategis bagi la-


ki-laki/anak laki-laki dan perempuan/anak
perempuan dalam keterlibatan mereka
meningkatkan ketangguhan keluarga dan
komunitas untuk merespon pandemi.

73
73
Analisis kapasitas dan kerentanan laki-laki/
anak laki-laki dan perempuan/anak perem-
puan dalam bencana pandemi
CoViD-19

Bila perempuan terinfeksi virus CoViD-19,


apakah dia mempunyai informasi yang cuk-
up untuk mengakses fasilitas
kesehatan?

Apakah ada perbedaan bagi laki-laki/anak


laki-laki dan perempuan/anak perempuan
dalam mendapatkan informasi tentang
pencegahan dan kesiapsiagaan pandemi?

74
INKLUSI SOSIAL DALAM
PENANGGULANGAN
PANDEMI COVID 19

75
75
PEMBAGIAN PAKET SAAT
BENCANA PANDEMI COVID-19
“multiple choice” untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman peserta terkait pembagian paket
yang tepat saat bencana pandemi Covid-19.

Pertanyaan yang bisa diajukan:


Paket bantuan makanan akan dibagikan saat bencana pandemi Covid-19, yang terdiri atas
“kornet, sarden, air mineral, 1 kg beras, susu kental manis, dan mie instan”.
Elingule rfeconf iriust factudem pere morta orum ora, pes cles, movis, nostiam.
Enaribus, superic aedens am ses hor la ia me aur, tus hossid coendam mentratiam ego nocultusum

1 Bila anda adalah seorang lansia dengan penyakit


diabetes, apakah paket bantuan makanan itu su-
dah sesuai dengan situasi anda?
a. Ya
b. Tidak
Bila anda adalah seorang penyandang disabilitas
dengan diabetes, apakah paket bantuan makanan
2 itu sudah sesuai dengan situasi anda?
a. Ya
b. Tidak
76
3 Bila anda adalah ibu dengan balita yang masih menyusui, apakah paket bantuan
makanan itu sudah sesuai dengan situasi anda?

4 Bila anda adalah seorang ibu hamil, apakah paket bantuan makanan itu sudah sesuai
dengan situasi anda?

5 Bila anda adalah seorang anak laki-laki berusia 12 tahun, apakah paket bantuan
makanan itu sudah sesuai dengan situasi anda?

6 Bila anda adalah seorang remaja perempuan berusia 15 tahun, apakah paket bantu-
an makanan itu sudah sesuai dengan situasi anda?

77
77
REKOMENDASI KUNCI
INTERNATIONAL DISABILITY ALLIANCE
1 Penyandang disabilitas harus menerima informasi mengenai petunjuk mitigasi infeksi, rencana
pembatasan ruang publik, dan layanan yang ditawarkan, dalam berbagai bentuk format yang dapat
diakses dengan memanfaatkan teknologi yang aksesibel.

2 Langkah-langkah perlindungan tambahan harus diambil untuk orang-orang dengan beragam ket-
erbatasan/gangguan (impairment).

3 Semua rencana kesiagaan dan tanggap harus bersifat inklusif dan terakses oleh perempuan pen-
yandang disabilitas.

4 Tak satupun bentuk institusionalisasi dan pengabaian yang dapat diterima.

5 Selama masa karantina akses terhadap layanan bantuan (support service) , asisten pribadi (PA), dan
ketersediaan aksesibilitas fisik dan komunikasi harus terjamin.

5 Tindakan pembatasan ruang gerak publik harus mempertimbangkan


penyandang disabilitas atas dasar kesetaraan dengan orang lain.
78
7 Penyandang disabilitas yang membutuhkan layanan kesehatan karena COVID-19 ti-
dak boleh dikesampingkan karena kondisi disabilitasnya.

8 Organisasi penyandang disabilitas bisa dan harus memainkan peranan kunci dalam
meningkatkan kesadaran penyandang disabilitas dan keluarga mereka.

9 Organisasi penyandang disabilitas bisa dan harus memainkan peranan kunci dalam
mengadvokasi tanggap krisis COVID19 yang inklusif disabilitas

79
79
REKOMENDASI LAINNYA
TERKAIT DISABILITAS
Sangat penting untuk memahami langkah atau cara untuk meminimalisir risiko gawat darurat bagi
kelompok rentan, salah satunya adalah dengan menggunakan kerangka berpikir psikososial. Pesan komu-
nikasi yang mudah diakses perlu dikembangkan, antara lain pertimbangan tentang penyandang disabili-
tas (termasuk disabilitas sensorik, intelektual, kognitif, dan psikososial), seperti:

NEWS

Situs web dan daftar fakta Berita dan konferensi pers Jika pengasuh perlu di-
yang mudah diakses seh- tentang wabah perlu meli- karantina, harus ada ren-
ingga penyandang disabil- batkan juru bahasa isyarat cana untuk memastikan
itas visual dapat membaca tersertifikasi yang divalidasi dukungan tetap ada bagi
informasi penting tentang
wabah ini
oleh penyandang tuna rungu penyandang
yang membutuhkan
disabilitas 80
Dukungan psikososial menekankan
pada hubungan yang dekat dan dinamis,
dengan antara aspek psikologis dari pen-
galaman seseorang (pemikiran, perasaan,
tingkah laku) dan pengalaman sosial yang
ada disekelilingnya (hubungan dengan
orang lain, tradisi, budaya), yang secara
terus menerus saling mempengaruhi satu
sama lain.

81
81
Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2020 tentang Aksesibilitas terhadap
Permukiman, Pelayanan Publik, dan Perlindungan dari Bencana bagi Penyan-
dang Disabilitas

Merupakan aturan pelaksanaan dari 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.

Ketentuan Pasal 104 ayat (4), Pasal 108, dan Pasal 109 ayat (4) Undang-Undang Nomor 8 Ta-
hun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, mengamanatkan penetapan Peraturan Pemerintah
tentang Aksesibilitas terhadap Permukiman, Pelayanan Publik, dan Perlindungan dari Bencana
bagi Penyandang Disabilitas sebagai aturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016
tentang Penyandang Disabilitas. Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2020 tentang Aksesibil-
itas terhadap Permukiman, Pelayanan Publik, dan Perlindungan dari Bencana bagi Penyandang
Disabilitas memiliki tujuan untuk mewujudkan kesamaan hak dan kesempatan bagi Penyandang
Disabilitas menuju kehidupan yang sejahtera dan mandiri dalam bentuk kemudahan akses terha-
dap Permukiman, Pelayanan Publik, dan perlindungan dari Bencana.

82
PP 42 tahun 2020 tentang Aksesibilitas terhadap Permukiman, Pelayanan Publik, dan
Perlindungan dari Bencana bagi Penyandang Disabilitas mengatur tentang:

1 Permukiman yang mudah diakses bagi


Penyandang Disabilitas

2 Pelayanan Publik yang mudah diakses bagi


Penyandang Disabilitas

3 Perlindungan dari Bencana bagi Penyandang


Disabilitas

83
83
Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan untuk penyandang disabilitas guna mewu-
judkan kesamaan kesempatan. PP 42 tahun 2020 tentang Aksesibilitas terhadap Permukiman,
Pelayanan Publik, dan Perlindungan dari Bencana bagi Penyandang Disabilitas juga mendefi-
nisikan : Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu sat-
uan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

Permukiman Yang Inklusif adalah Permukiman


yang menyediakan Aksesibilitas dan memberikan
kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk
tinggal bersama dengan masyarakat lainnya. Ba-
ngunan Gedung Umum adalah bangunan gedung
yang fungsinya untuk kepentingan publik, baik be-
rupa fungsi keagamaan, fungsi usaha, maupun fung-
si sosial dan budaya. Akomodasi Yang Layak adalah
modifikasi dan penyesuaian yang tepat dan diperlu-
kan untuk menjamin penikmatan atau pelaksanaan
semua hak asasi manusia dan kebebasan funda-
mental untuk penyandang disabilitas
berdasarkan kesetaraan.
84
PERLINDUNGAN ANAK DALAM
PENANGGULANGAN COVID-19
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Bencana, Kemen PPPA
melakukan upaya perlindungan dalam penanggulangan bencana dengan memprioritaskan
kelompok rentan, melalui upaya penyelamatan, evakuasi, pengamanan, dan pelayanan keseha-
tan serta psikososial.
Kemen PPPA juga menjalankan strategi dan pendekat-
an secara komprehensif dan terintegrasi dalam mengh-
adapi fase darurat pandemi Covid-19, dengan melaku-
kan koordinasi bersama K/L dan Dinas PPPA seluruh
Indonesia melalui Pedoman Umum Perlindungan Anak
Penanganan Covid-19 yang dikembangkan dengan
semangat prinsip-prinsip hak Anak, yaitu nondiskrim-
inatif, kepentingan terbaik bagi Anak, hak untuk hidup,
kelangsungan dan perkembangan, serta penghargaan
terhadap pendapat Anak.
85
85
PEDOMAN PERLINDUNGAN ANAK
DALAM PENANGGULANGAN COVID-19
1 Setiap anak tanpa kecuali berhak mendapatkan hak, perlindungan dan informasi yang jelas
tentang pencegahan dan penularan Covid-19

2 Anak harus terlindungi dari semua bentuk kekerasan, eksploitasi, penelantaran, perlakuan
salah dan TPPO

3 Anak yang menjadi korban kekerasan, eksploitasi, penelantaran, perlakuan salah dan TPPO
harus ditangani sesuai dengan Permen PPPA No.2 Tahun 2011

4 Perhatian dan pendekatan khusus untuk:


Anak penyandang disabilitas, anak dengan orang tua atau pengasuh penyandang disabilitas
Rumah tangga di mana anak sebagai kepala rumah tangga, rumah tangga dengan kepala
rumah tangga tunggal
Anak yang tinggal di institusi LKSA, LPAS, LPKA, LPKS, Rumah Aman UPTD PPA dan insti
tusi perlindungan anak lainya
Anak yang menjadi pengungsi
Anak yang berhadapan dengan hukum
Anak yang menjadi korban kekerasan, perlakuan salah, perdagangan orang 86
5 Mengurangi risiko keterpisahan anak dari orang tua, keluarga, atau pengasuhnya dan me-
mastikan pengasuhan alternatif dijalankan sesuai aturan dan memperhatikan situasi khusus
pandemic Covid-19

6 Pendataan anak yang terpisah dari orang tua/ pengasuh utama, anak tanpa pendamping
atau anak bersama orang dewasa yang tidak memiliki hubungan darah karena salah satu
atau kedua orang tuanya harus menjalani karantina atau meninggal dunia

7 Pengasuhan alternatif untuk kelompok anak penyandang disabilitas dan anak dengan pen-
yakit kronis serta menyediakan layanan dasar untuk pencegahan dan penanganan untuk
kelompok masyarakat yang tereksklusi

8 Melakukan penelusuran/ pelacakan dan reunifikasi keluarga untuk anak yang terpisah mau-
pun tanpa pendamping akibat salah satu atau kedua orangtuanya meninggal dunia

9 Memastikan bahwa setiap media informasi pencegahan yang digunakan adalah media yang
ramah anak dan dapat diakses oleh semua kalangan termasuk anak disabilitas dan anak yang
berada di lingkungan renta

10 Menghilangkan mitos penyebaran Covid-19 dari kelompok orang tertentu, karena


virus ini dapat menyebar lewat siapa saja tanpa memandang suku, agama, etnik 87
maupun kebangsaan dan mengoptimalkan pencegahan, social distancing dan 87
penanganan
11 Memperhatikan prinsip keamanan dan kerahasiaan data anak dan keluarganya dalam pros-
es pendataan anak dan keluarganya baik yang belum maupun sudah terinfeksi Covid-19

12 Pengumpulan, analisis dan pelaporan terpilah menurut jenis kelamin dan kelompok umur
untuk pencegahan dan penanganan Covid-19

13 Memastikan jaminan psikososial, kesehatan, pendidikan dan privasi yang dilindungi bagi
anak

14 Memastikan pendampingan berupa dukungan mental dan psikososial serta fokus pada
membangun ketahanan/ resiliensi serta menyediakan kebutuhan dasar menjadi bagian dari
program dan intervensi

15 Menjamin bahwa prosedur pendataan dilakukan dan ditaati oleh semua pihak yang ter-
gabung dalam Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, seluruh aktivis, relawan, dan
masyarakat yang terlibat

16 Seluruh anggota Gugus Tugas Percepatan Penanganan seluruh aktivis, relawan, dan mas-
yarakat yang terlibat harus menandatangani dan melaksanakan Code of Conduct Perlind-
ungan Anak

88
NOMOR HOTLINE LAPORAN
DAN LAYANAN KEKERASAN
TERHADAP PEREMPUAN ANAK
Komnas Perempuan: (021) 390-3963
KPPPA: 0821-2575-1234
KEMSOS: (021) 1500-771

TOLONG ! !
89
89
LAYANAN PENDAMPINGAN
HUKUM WILAYAH JAKARTA
LBH APIK Jakarta: 0813-8882-2669
LBH Jakarta: (021) 314-5518
P2TP2A (Layanan Hukum, Psikososial, dan Kesehatan):
0813-1761-7622, atau (021) 112

Silahkan Ditambahkan Kontak Layanan Untuk


Wilayah Masing- Masing

90
KERENTANAN LAINNYA
AKIBAT COVID-19 DIANTARANYA (KDRT):
1 Beban domestik yang berlapis, ditambah relasi kua-
sa yang timpang antara laki-laki dan perempuan dan
tekanan ekonomi selama pandemi, menyebabkan ke-
kerasan terhadap perempuan berpotensi kian menja-
di, ujar Komisioner Komnas Perempuan Siti Aminah
Tardi.

2 “Istri dan anak perempuan yang terisolasi bersama


ayah atau suami dan mereka memiliki masalah atau
kekerasan yang belum terselesaikan, dia akan ter-
perangkap semakin panjang dengan pelaku kekerasan
karena mereka tinggal bersama dan tidak dapat men-
gakses tempat-tempat perlindungan,” kata dia.

3 Padahal, merujuk Catatan Tahunan Komnas Perem-


puan 2019 menunjukkan, kekerasan dalam ranah
privat termasuk keluarga masih menjadi kasus yang
paling tinggi dilaporkan di Indonesia, yaitu sebanyak
11.105 kasus, meningkat dari tahun 2018 sebanyak 91
9.637 kasus. 91
KERENTANAN LAINNYA
AKIBAT COVID-19 DIANTARANYA (KDRT):
4 Lebih dari setengah jumlah kasus itu merupakan KDRT, sementara kekerasan terhadap anak
perempuan juga meningkat ketimbang sebelumnya.

5 Hal ini memperlihatkan bahwa rumah dan keluarga masih menjadi wilayah yang tidak aman
bagi perempuan.

6 Meningkatnya kekerasan domestik sebenarnya tak hanya terjadi di Indonesia saja. Namun
juga di berbagai negara di belahan dunia lain.

7 Laporan UN Women yang dirilis April 2020, 243 juta perempuan berusia 15-49 tahun men-
jadi objek kekerasan seksual dan fisik selama 12 bulan terakhir.

8 Jumlah kekerasan terhadap perempuan cenderung meningkat selama pandemi karena


kekhawatiran akan keamanan, kesehatan, dan uang meningkatkan tensi dan ketegangan aki-
bat kondisi kehidupan yang sempit dan terbatas.

Melalui akun Twitter-nya, Sekjen PBB Antonio Guterres menyampaikan kekhawatiran


akan meningkatnya KDRT karena banyak perempuan terperangkap di rumah bersama
pasangannya. Dia mendesak pemerintah di seluruh dunia untuk memastikan keamanan
perempuan sebagai salah satu respons mereka atas pandemi. 92
“Kalau kita mengetahui pemicunya
adalah faktor ekonomi dan konflik
keluarga, maka bagaimana kita
sama-sama belajar mengelola
konflik jangan sampai menjadi
KDRT”

93
93
TIPS MENGHINDARI KDRTSELAMA
PANDEMI COVID-19 (SUAMI- ISTRI)
Belajar saling mengenal (kembali) cara komunikasi; men-
genal kembali “tentang” pekerjaan pasangan; mengenal
kembali “tugas” domestik masing-masing.

Kenali dan diskusikan stres (stres yang terjadi pada diri


sendiri dan pasangan) ataupun stres bersama (stres karena
Covid 19).

Penyesuaian pengaturan jadwal untuk menjaga keteratur-


an (contohnya: jadwal memasak dan mengatur rumah; SFH
mendampingi anak; WFH).
Pembagian peran domestik dengan pasangan/anggota kel-
uarga lainnya dan berkomitmen d engan pembagian peran
tersebut.

Pembatasan ruang kerja bagi masing-masing pasangan


(jika hanya salah satu yang bekerja seharusnya akan
lebih mudah mengelolanya).
94
TIPS MENGHINDARI KDRTSELAMA
PANDEMI COVID-19 (SUAMI- ISTRI)
Membangun relasi yang sehat dengan mengekspresikan
perasaan positif, seperti:

Menghargai pendapat, pikiran, dan cara pandang


yang berbeda dari orang lain
Bicaralah dengan sikap yang membuat orang lain
merasa nyaman
Dengarkan dan cobalah untuk mengerti
Komunikasikan pikiran dan pendapat secara ter-
buka
Dukung cita-cita atau hal positif yang ingin
dicapai pasangan
Mengelola stres atau emosi saat berkomunikasi
Manfaatkan waktu untuk kegiatan bersama,
seperti aktivitas domestik (olahraga; bermain;
nonton; mendengarkan musik; membaca; couple 95
time); dan kegiatan spiritual (ibadah bersama). 95
JIKA TERJADI KONFLIK,
BERIKUT BEBERAPA CARA
YANG DAPAT ANDA LAKUKAN:
Komitmen untuk penyelesaian masalah.
Prinsip saling menghargai menjadi hal paling men-
dasar.
Mengembalikan relasi sehat dalam penyelesaian
masalah (management konflik)
Gunakan “win-win solution” atau “agree to disagree”
saat berkonflik.
Kesediaan meninjau kembali kesepakatan bersa-
ma.
Tidak berasumsi (asertif dan bersedia terbuka).
Mengelola amarah saat berkomunikasi.
Pahami stres pasangan.
Kesediaan meminta maaf.
Kesepakatan kembali terkait pembagian peran 96
dan pembagian jadwal pekerjaan domestik.
TIPS MENGHINDARI KDRT SELAMA
PANDEMI COVID 19 (ORANG TUA - ANAK)
Belajar saling mengenal (kembali dan lebih da-
lam) “tentang”kegiatan anak; kesukaan anak;
karakteristik anak; “tentang” pekerjaan orang
tua (ayah/ibu); serta “tentang” tugas-tugas yang
ada di rumah.

Kenali dan diskusikan stres (stres pada diri


sendiri dan stres anak), stres yang terjadi setiap
usia perkembangan berbeda-beda.

Pengaturan jadwal untuk menjaga keteraturan


(jadwal SFH dan WFH).

Mengajak anak dalam pembagian peran domes-


tik secara seimbang sesuai dengan usia anak.

97
97
TIPS MENGHINDARI KDRT SELAMA
PANDEMI COVID 19 (ORANG TUA - ANAK)
Membangun relasi sehat dengan anak, seperti:

Ekspresikan perasaan positif.

Hubungan yang berangkat dan didasari


kehangatan yang lekat.

Membangun rasa percaya

Hadir sepenuhnya untuk anak (being pres-


ent – here and now)

Komunikasi dengan hati (gunakan komunikasi non verbal (ekspresif); menyampaikan


pesan secara asertif, jelas, padat, dan lengkap; mengklarifikasi dan menyimpulkan; me-
minta umpan balik; mengelola stres atau emosi pada saat b  erkomunikasi; perlu diin-
gat untuk memahami usia perkembangan anak untuk penyesuaian cara berkomunikasi
dengan orang tua).

Lakukan aktivitas bersama anak (contohnya: tugas domestik; olahraga; menonton; ber-
main; mendengarkan musik; dan beribadah) 98
JIKA TERJADI KONFLIK
BERIKUT BEBERAPA CARA
YANG DAPAT ANDA LAKUKAN:
Komitmen untuk penyelesaian masalah.

Prinsip saling menghargai 2 arah (bukan berarti


hanya anak yang harus menghargai orang tua).

Mengembalikan relasi sehat dalam penyelesaian


masalah

Gunakan “win-win solution” atau “agree to dis-


agree” saat berkonflik

Memahami stres anak

Kesediaan meminta maaf

Kesepakatan kembali pembagian peran domestik


(jika ini menjadi sumber masalah) 99
Kesepakatan kembali pengaturan jadwal.
99
TIPS MENGHINDARI KDRT SELAMA
PANDEMI COVID 19 (MERTUA-MENANTU)
Belajar saling mengenal (kembali) cara komunikasi
“tentang” pekerjaan dan “tentang” tugas domestik
Kenali dan diskusikan stres (yang terjadi pada diri
sendiri atau orang tua/mertua) dan stres bersa-
ma (stres karena Covid 19). Perlu diingat kalau usia
perkembangan dewasa akhir (lansia) biasanya mereka
kesepian; cemas; ingin bermakna; membimbing atau
mewariskan hal atau sesuatu

Penyesuaian pengaturan ulang jadwal untuk menjaga


keteraturan (waktu untuk melakukan tugas domestik
dan mendampingi anak)

Penyesuaian adanya pembagian peran domestik se-


cara seimbang (kesepakatan aturan pengasuhan anak/
cucu)

Membangun relasi sehat


100
TIPS MENGHINDARI KDRT SELAMA
PANDEMI COVID 19 (MERTUA-MENANTU)
Hargai pendapat, pemikiran, dan cara pandang
yang berbeda dari orang lain
Berbicaralah dengan sikap yang membuat orang
lain merasa nyaman

Dengarkan dan cobalah untuk mengerti

Komunikasikan pikiran dan pendapat secara ter-


buka disesuaikan dengan gaya komunikasi orang
tua

Dukung cita-cita atau hal positif yang ingin diker-


jakan orang tua

Mengelola stres atau emosi saat berkomunikasi

Manfaatkan waktu untuk melakukan kegiatan


bersama (contohnya aktivitas domestik; mengo- 101
brol; menonton; mendengarkan musik; memba-
ca; melakukan ibadah bersama)
101
JIKA TERJADI KONFLIK,
LAKUKAN INI:
Komitmen untuk penyelesaian masalah
Prinsip saling menghargai merupakan hal paling
mendasar (saat konflik kamu harus bersedia mem-
buka diri untuk menyesuaikan diri dengan gaya
orang tua)
Mengembalikan relasi sehat dalam penyelesaian
masalah
Gunakan “win-win solution” atau “agree to disagree”
saat berkonflik
Tidak berasumsi, asertif, dan bersedia terbuka
Mengelola stres saat berkomunikasi
Memahami stres orang tua/ mertua
Kesediaan meminta maaf
Kesepakatan kembali pembagian peran domestik
Kesepakatan kembali pengaturan jadwal. 102
BIBLIOGRAFI
“Adolescence: An Age of Opportunity”, UNICEF, 2011.
“Age inclusive disaster risk reduction - a toolkit”, Help Age International, 2019.
“Agreed Conclusions on Gender Mainstreaming”, Geneva: United Nations Economic and
Social Council, 1997
“A Guide to Gender Analysis Framework”, Oxfam GB, 1999
“Disability Inclusion Study in Market System Development”, AIP-Rural 2018.
“Engaging Children and Youth in Disaster Risk Reduction and Resilience Building”, UNDRR, 2019.
“Exploring Concepts of Gender and Health”. Ottawa: Health Canada, 2003
“Glossary of Terms and Concepts” , UNICEF Regional Office for South Asia, November 2017.
“International Classification of Functioning, Disability and Health”, WHO, 2001.
“Oxfam-Leadership in Humanitarian Action”, 2017
“Panduan Praktis: Penerapan Mandat Inklusi dalam Penanggulangan Bencana”, ASB Indonesia and
the Philippines, 2018
“Policy Brief: A Disability Inclusive Response to Covid-19, United Nations, May 2020.
“Policy Brief: The Impact of Covid-19 on Children”, United Nations, April 2020.
“Policy Brief: The Impact of Covid-19 on Older Persons”, United Nations, May 2020.
“Policy Brief: The Impact of Covid-19 on Women”, United Nations, April 2020.
“Policy Paper: Inclusive Disaster Risk Reduction”, Handicap International, 2017.
“The Concept of Social Vulnerability: A Review from Disasters Perspectives”, International Journal of
Interdisciplinary and Multidisciplinary Studies (IJIMS), 2014, Vol 1, No.6, 71-82, hal. 1. 103
“Towards Inclusive Globalization: Policies and Practices to Promote the Employment of People with 103
Disabilities”, Humanity & Inclusion, 2019.
BIBLIOGRAFI
“UNICEF Programme Guidance for the Second Decade: Programming for and with Adolescents”, UNICEF 
Programme Division, 2018.
Eddyono, Supriyadi W. “Pengantar Konvensi Hak Anak”, Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat
Health Canada, 2003 and ILO 2000 and Gender and Biodiversity Research Guidelines.
Ottawa: International Development Research Centre, 1998.
http://www.hc-sc.gc.ca/english/women/exploringconcepts.htm 
http://www.idrc.ca:8080/biodiversity/tools/gender1_e.cfm ILO
http://www.un.org/documents/ecosoc/docs/1997/e1997-66.htm 
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/view/23
https://www.sdg2030indonesia.org/#modalIconDefinition
https://www.unicef.org/armenia/en/stories/four-principles-convention-rights-child
Keppres No. 36/1990 tentang Pengesahan Convention on the Rights of the Child (Konvensi tentang
Hak-hak Anak)
Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas, Handicap International
Leaflet “Dasar-dasar Disabilitas”, Humanity & Inclusion
Leaflet “Panduan Tanggap Darurat terhadap Penyandang Disabilitas”, Handicap International.
Leaflet Aksesibilitas Fisik Dasar untuk Rumah dan Bangunan, Humanity & Inclusion (nama baru
Handicap International).

104
BIBLIOGRAFI
Perka BNPB No 13/2014 tentang Pengarusutamaan Gender di Bidang Penanggulangan Bencana.
Perka BNPB No. 14/2014 tentang Penanganan, Pelindungan, dan Partisipasi Penyandang Disabilitas 
dalam Penanggulangan Bencana.
Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015-2030, United Nations, 2015.
United Nations Convention on the Rights of Persons with Disabilities and Optional Protocol,
United Nations, 2007.
United Nations Convention on the Rights of the Child, United Nations, 1989.
UU 13/1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
UU 19/2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities/Konvensi
Mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas.
UU 35/2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
UU 8/2016 tentang Penyandang Disabilitas

105
105
Didukung Oleh :

106

Anda mungkin juga menyukai