Anda di halaman 1dari 17

STUDI GENDER DAN Oleh

KELEMBAGAAN KOPRI Siti Robbiah Al Fatimah Sugono


APA SIH GENDER?
Kata “Gender” berasal dari bahasa inggris, gender yang
berarti “jenis kelamin”. Dalam Webster’s New World
Dictionary, jender diartikan sebagai perbedaan yang tampak
antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan
tingkah laku. suatu kontruksi social budaya (tingkatan yang
dibentuk di masyarakat berdasarkan pendidikan, penghasilan,
jenis kelamin dll ) yang berupaya membuat perbedaan
(distinction) dalam hal peran, prilaku, mentalitas dan
karakterstik emosional antara laki-laki dan perempuan yang
berkembang dalam masyarakat.
PERBEDAAN SEKS DAN
GENDER
Seks lebih condong pada pensifatan atau pembagian dua jenis
kelamin manusia berdasarkan ciri biologis yang melekat, tidak
berubah dan tidak dapat dipertukarkan. Dalam hal ini sering
dikatakan sebagai ketentuan Tuhan atau 'kodrat'.

PEREMPUAN LAKI-LAKI
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
konsep gender adalah sifat yang melekat pada laki-laki atau
perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural dan
dapat dipertukarkan. Sehingga semua hal yang dapat
dipertukarkan antara sifat laki-laki dan perempuan, yang bisa
berubah dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat lainnya,
tempat ke tempat lainnya, maupun berbeda dari suatu kelas ke
kelas yang lain, itulah yang disebut dengan gender.

LAKI-LAKI PEREMPUAN
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
Gender merupakan konsep hubungan sosial yang
membedakan fungsi dan peran antara perempuan dan lak-
laki. Perbedaan fungsi dan peran antara laki-laki dan
perempuan itu tidak ditentukan karena keduanya terdapat
perbedaan biologis atau kodrat, melainkan dibedakan
menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing
dalam berbagai kehidupan dan pembangunan. Jadi
gender diartikan sebagai jenis kelamin sosial,
sedangkan sex adalah jenis kelamin biologis.
KESETARAAN DAN KEADILAN
GENDER
Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan
perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya
sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam
kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan
pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan
dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Kesetaraan gender
juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan
struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan
Sedangkan keadilan gender adalah suatu proses dan
perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki. Dengan
keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban
ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap
perempuan maupun laki-laki. Terwujudnya kesetaran dan
keadilan gender ditandai dengan tidak adanya
diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan dengan
demikian mereka memiliki akses, kesempatan
berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta
memperoleh manfaat yang setara dan adil dari
pembangunan.
KETIDAKADILAN GENDER TERMANIFESTASIKAN
DALAM PELBAGAI BENTUK

1. MARGINALISASI
suatu proses pemiskinan dan peminggiran terhadap satu jenis kelamin tertentu – dalam
hal ini perempuan yang disebabkan oleh perbedaan gender. Misalnya proses hubungan
social sedemikian rupa sehingga mengakibatkan terputusnya akses kaum perempuan ke
sumber-sumber daya vital, mulai dari tingkat rumah tangga hingga negara.
2. SUBORDINASI
Adanya anggapan dalam masyarakat bahwa perempuan itu emosional, irasional, tidak
bisa tampil memimpin /mengambil keputusan, sehingga ditempatkan pada posisi yang
tidak penting. Contohnya, perihal pendidikan dalam keluarga lebih diprioritaskan ke anak
lelaki ketimbang anak perempuan.
3. STEREOTIPE
pelabelan terhadap pihak tertentu yang selalu berakibat
merugikan pihak lain dan menimbulkan ketidakadilan.
Contoh: menyangkut masalah “lokalisasi WTS” (“wanita tuna
susila”) lebih banyak dilakukan “penghakiman social”
terhadap kaum wanitanya, dan jarang dipersoalkan para
pengunjung yang umumnya adalah kaum lelaki.
4. KEKERASAN
suatu serangan baik secara fisik, maupun mental-pskologis dan
moral terhadap seseorang, yang dihasilkan dari berbagai
sumber, termasuk karena perbedaan gender. 
5. MULTI BARDEN
beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin
lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya. Contoh:
seorang istri yang di wajibkan membersihkan rumah,
memasak, mengasuh anak, melayani suami, menjadi
pembantu peningkatan ekonomi keluarga
KELEMBAGAAN
KOPRI
PMII menyadari bahwa anggotanya perlu diberdayakan
semaksimal mungkin. Selama ini kader putri PMII dirasa
belum banyak yang diberi kesempatan untuk memaksimalkan
potensinya, padahal jumlah anggota putri PMII terbilang
banyak. Untuk itu, konstitusi PMII mensyaratkan keberadaan
kader putri dalam setiap tingkatan kepengurusan PMII diberi
kuota minimal 1/3 (dari PB sampai Rayon). Dan dibuat
lembaga semi otonom yang disebut KOPRI sebagai wadah
bagi kader putri PMII untuk meneksplor kemampuan dan
kreatifitasnya.
Didalam KOPRI memiliki ketua, sekretaris, bendahara sampai
bidang-bidang yang terpisah dengan struktur kepengurusan
PMII tetapi masih dalam satu bendera.
VISI DAN MISI KOPRI
Visi KOPRI adalah Terciptanya masyarakat yang
berkeadilan berlandaskan kesetaraan dan menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Sedangkan Misi KOPRI adalah Mengideologisasikan
nilai keadilan gender dan mengkonsolidasikan gerakan
perempuan di PMII untuk membangun masyarakat
berkeadilan gender.
KENAPA ADA KOPRI?
Prosentase perempuan di setiap Mapaba PMII ada 60%. Cukup banyak
namun dalam pengkaderan kita belum mumpuni mengggarapnya. Paling
banter hanya bisa survive 5 kader di setiap cabang. Karena kita akhir-akhir
ini kehilangan sosok-sosok kepemipinan perempuan di tingkat cabang, kota,
dan kabupaten se-Jawa Barat yang bisa berkomunikasi dengan PB dan basis.
Tugas utama KOPRI PMII adalah bagaimana mensinergikan kader
perempuan PMII yang cukup banyak dengan wadah yang berbeda-beda.
Yakni, sesuai dengan local genius yang berbeda di masing-masing cabang.
Juga mensinergikan antara PB dan pengurus di bawahnya (PKC, PC, PK
dan PR).
STRATEGI GERAKAN
EKSTERNAL
Dalam konteks kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan, keberadaan KOPRI
diharapkan mampu menjadi salah satu kelompok efektif yang aktif dalam memberikan
tawaran-tawaran gerakan untuk mengurangi perosalan-persoalan yang muncul di masyarakat,
misalnya persoalan HAM, Demokrasi, Globalisasi, Hukum, Pemerataan Ekonomi,
Kebudayaan, Keberagamaan dan Pluralisme, lingkungan dan yang paling khusus adalan
persoalan Gender. Isu Gender pada dasarnya menegaskan eksistensi individu baik laki-laki
maupun perempuan.
KOPRI melihat bahwa gender sebagai sebuah alat analisis yang mampu menjelaskan dengan
lebih gamblang atas prosse-proses diskriminasi sosial dan hukum, subordinasi, pelabelan
negatif, kekerasan fisik dan nonfisik, marjinalisasi ekonomi, dan beban ganda yang selama ini
dialami perempuan. Ketidak adilan gender yang dialami perempuan tersebut menjelma dalam
pelbagai bentuk seperti kebijakan-kebijakan pemerintah dalam segenap bidang, tradisi dan
tafsir agama yang misoginis serta budaya-budaya populer yang merasuk lebih dalam dari
agama ke dalam individu-individu.
Untuk itu, KOPRI akan selalu melakukan pembacaan kritis dan memiliki
sensitifitas Gender dalam mensikapi produk-produk kebijkaan pemerintah
dengan memberikan alternatif-alternatif berdasarkan tawaran gagasan
yang lebih mengakar dan relevan dengan kepentingan masyarakat
khususnya perempuan. Dan pembacaan yang kritis adalah pembacaan
yang bersifat multidimensi dan berkelanjutan, karenanya KOPRI
membutuhkan dukungan moral, politik sekaligus intelekutal khususnya
dari PMII sebagai induk gerakan agar setiap pilihan gerakan yang diambil
KOPRI nantinya akan saling menguatkan dan sinergis dengan grand
design yang telah dirancang PMII dalam melihat persoalan masyarakat,
negara dan dunia.
MATUR NUWUN

Anda mungkin juga menyukai