Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PELATIHAN KADER LANJUT PMII

“STRATEGI PENNYEBARAN FAHAM AHLUSUNNAH WAL-JAMA’AH


DI KAMPUS-KAMPUS UMUM”

DISUSUN OLEH :
NAMA : RIJALUL MAHDIY
RAYON : PMII RAYON ADAB KOMISARIAT UIN SUNAN AMPEL

PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA


CABANG SURABAYA
2018
Latar belakang
Faham Ahlusunnah Wal-Jamaah merupakan faham Islam yang telah menjadi pedoman bagi
mayoritas umat muslim di dunia, sejak era Rasulullah hingga saat ini. Termasuk di Indonesia
sendiri yang mayoritas ketika di dakwahkan oleh para muballigh atau biasa disebut Wali Songo
di Indonesia dengan menerapkan metode faham Ahlusunnah Wal-Jama’ah itu sendiri. Namun
saat ini di era globalisasi yang dengan mudahnya dapat mengakses informasi ataupun
berkomunikasi dengan orang-orang di seluruh dunia menyebabkan dampak negative salah
satunya mulai maraknya penyebaran faham-faham radikal ataupun liberal yang sering menjadi
masalah serius saat ini. Permasalahan penyimpangan faham-faham semacam itu khususnya
menyerang mahasiswa-mahasiswa yang berada di kampus umum, sebab faham-faham radikal
mudah memengaruhi mahasiswa yang kurang kuat dan dalam pemmahaman keislamannya
daripada mahasiswa-mahasiswa yang ada di kampus Islam seperti UIN, IAIN, STAIN atau
sejenisnya. Oleh karena itu perlu sekali umat muslim yang berasakan Ahlusunnah Wal-Jamaah
disini untuk terus menyebarkan faham tersebut khususnya ke kampus-kampus umum tersebut.

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud faham Ahlusunnah Wal-Jama’ah ?
2. Bagaimana cara menyebarkan faham Ahlusunnah Wal-Jama’ah di kampus-kampus umum?

Tujuan Makalah
1. Memahami faham Ahlusunnah Wal-Jama’ah
2. Memahami cara penyebaran faham Ahlusunnah Wal-Jama’ah di kampus-kampus umum.
PEMBAHASAN
A. Faham Ahlusunnah Wal-Jama’ah
Islam yang pertamakali datang ke Indonesia jugaberhaluan ahlussunnah wal
Jama’ah. Pengertian ahlusunnah wal Jama’ah di lingkungan NU adalah golongan dibidang
aqidah mengikuti faham yang dipelopori oleh imam Asy’ari danal-Maturidi, di bidang Fiqh
mengikuti salah satu Madzhab 4 (Maliki, Hanafi,Syafi’i, Hanbali) dan di bidang tashawwuf
mengikuti imam Junaidi al-Baghdadidan imam al-Ghozali. Artinya, golonganAhlusunnah wal
Jama’ah adalah golongan yang setia mengikuti sunnah Rasul Allahdan petunjuk para sahabat
menerapkan di bidang Fiqh, Aqidah dan Tashawwuf. Orang yang tergolong ahlusunnah wal
Jama’ahdapat dibagi menjadi delapan kelompok:
1. Para ‘Ulama di bidang Tauhid dan kenabian,hukum-hukum janji dan ancaman, pahala
dan dosa, syarat-syarat ijtihad, imamahdan za’amah. Juga para mutakallimin yang
bebas dari segala macam penyelewenganhawa nafsu dan kesesatan.
2. Kelompok imam-imam ilmu Fiqh, baikkelompok ilmu hadith maupun kelompok
ahli ro`yi, yang di dalamushuluddin mempercayai madzhab-madzhab Shifatiyah
tentang Allah di dalamshifat-Nya yang azali dan bebas dari pendirian Qadariyah dan
Mu’tazilah (qadardan i’tizal).
3. Kelompok yang mengerti tentangkhabar-khabar dan sunnah Nabi SAW. dan pandai
membedakan antara yang shahih danyang tidak shahih serta tidak mencampurnya
sedikitpun.
4. Kelompok yang ahi di bidang Adab(kesusateraan Arab), nahwu dan shorrof serta
mengikuti jalan yang ditempuh olehtokoh-tokoh ahli bahasa, seperti al-Khalil, Abu
Amer bin al-A’la, ImamSyibaweh, al-Farra`, al-Akhfasyi, al-Asmu’iy, al-Mazini, Abu
Ubaid dan semuaahli nahwu baik dari Kuffah maupun Basrah yang tidak mencampuri
denganfaham-faham selain Ahlussunnah wla Jama’ah.
5. Kelompok yang ahli berbagai macam bacaanal-Qur`an, tafsir ayat al-Qur`an serta
ta`wil-ta`wilnya sesuai dengan madzhabAhlussunnah wal Jama’ah.
6. Kelompok orang-orang zuhud dari kalangansufi, yaitu mereka yang telah mendapatkan
bashiroh lalu bersikap sederhana danberusaha mendapat khabar dan berita tetapi setelah
itu mereka melakukani’tibar, ridho dengan apa yang telah ditentukan dan apa yang
mudah diperoleh.

Dasar Hukum Islam Menurut Ahlussunnah wal Jama’ah

Dasar hukum Islam menurut Ahlussunnah wla Jama’ahada empat yaitu al-Qur`an,
Hadith/Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Al-Qur`an ialah Firman Allah SWT. yangbersifat mu’jizat
bagi Nabi Muhammad SAW. yang diturunkan melalui malaikatJibril as. yang telah ditulis di
dalam mushaf dan disampaikan kepada kitasecara mutawatir dan merupakan ibadah bagi
pembacanya. Menurut Ahlusunnah wal Jama’ah, al-Qur`anadalah perwujudan Kalam Allah
yang qodim. Al-Qur`an yang berupa huruf dan suara adalah baru. Isi yang terkandung di dalam
al-Qur`an dapatdibagi menjadi lima kelompok yaitu: (1) Aqidah/Tauhid. (2) Janji dan
ancamanSWT.. (3) Ibadah. (4) Jalan dan cara memperoleh kebahagiaan. (5) Sejarah
ummatmasa lalu. Di dalam al-Qur`an jugaterkandung beberapa hukum yakni hukum
I’tiqodiyah (yang berkaitan dengankepercayaan), hukum khuluqiyah (yang berkaitan dengan
tingkah laku manusia,hukum ‘amaliyah (yang berkaitan dengan masalah usaha dalam
memperolehpenghidupan kesehariannya). Sedangkan nash al-Qur`an dapat dibagimenjadi dua
yaitu qath’i dan dhonni. Nash qath’tiadalah nash yangmenunjukkan adanya makna yang
dapat difahami secara tertentu tanpa memerlukan ta`wildan dikenal juga sebagai ayat-
ayat ahkam. Nash dhonni ialah nashyangmenunjukkan adanya makna yang mungkin
menerima ta`wil dari maknaasal. Cara memuliakan al-Qur`an adalah:mempelajari dan
mengajarkan al-Qur`an, membaca dan mensyi’arkan al-Qur`an danmensucikan al-Qur`an.
Definisi Sunnah menurut para ‘Ulama ahliHadits adalah segala sesuatu yang bersumber dari
Nabi baik berupa perkataan,perbuatan maupun penetapan. Definsisunnah menurut para
‘Ulama ahli Fiqh adalah segala sesuatu yang bersumber dariNabi selain yang
diwajibkan. Adapun fungsi hadith adalah untuk menguatkanhukum-hukum yang sudah ada di
dalam al-Qur`an, menjelaskan hukum-hukum yang adadi dalam al-Qur`an, serta merupakan
ketetapan hukum yang bersifat tambahanterhadap hal-hal yang tidak terdapat di dalam al-
Qur`an. Ijma’ ialah kesepakatan sahabat atau ‘Ulama (semua ahliijtihad ummat Muhammad
SAW.) sesudah beliau wafat dalam pereode tertentutentang suatu perkara hukum. Qiyas ialah
menetapkan hukum suatu perkara yang belumada ketentuan hukumnya berdasarkan suatu
hukum yang telah ditentukan oleh nashkarena adanya persamaan ‘illat(sebab) hukum di antara
keduanya.

Pokok-Pokok ‘Aqidah Yang Lain Dalam Ahlussunnahwal Jama’ah

1. Orang mukmin yang tak berdosa akan masuk Surga selama-lamanya. Sedang mukmin
yang berdosa, apabila tidak mendapat ampunan Allah, dia akan masuk Neraka untuk
sementara kemudian masuk Surga untuk selama-lamanya. Namun bagi orang Kafir
akan masuk Neraka untuk selama-lamanya.
2. Nasib baik dan buruk adalah taqdir Allah, manusia hanya menjalaninya saja. Manusia
hanya mampu berkasab, ikhtiyar dan usaha. Setiap manusia wajib berikhtiyar.
3. Pahala yang akan diberikan Allah kepada manusia adalah karena rahmat-Nya dan
hukuman yang yang diberikannya adalah karena keadilannya.
4. Tuhan dengan Nama-nama dan Sifat-sifat-Nya adalah qodim karena Nama dan Sifat itu
berada pada Dzat Yang Qodim.
5. Al-Qur`an adalah Kalam Allah yang Qadim, maka al-Qur`an adalah Qodim dan tidak
boleh dikatakan huduts atau baru.
6. Rizqi, jodoh dan ajal kesemuanya telah ada ketentuannya di alam azal. Manusia hanya
diwajibkan berikhtiyar untuk mengharapkan hal yang dikehendaki, tidak boleh hanya
menunggu taqdir saja, tetapi juga tidak boleh memastikan akan berhasil ikhtiyarnya itu.
7. Anak-anak orang Kafir yang mati masih kecil akan masuk Surga.
8. Do’a orang mukmin dapat bermanfaat bagi dirinya dan orang yang dido’akan.
9. Pahala sedekah, wakaf dan pahala bacaan (tahlil, sholawat, bacaan al-Qur`an) boleh
dihadiahkan kepada orang yang telah mati dan sampai kepada mereka kalau dimintakan
kepada Allah untuk menyampaikannya.
10. Ziarah kubur orang mukmin adalah sunnah hukumnya, mendapat pahala jika dilakukan.
11. Berdoa kepada Allah secara langsung atau melalui wasilah (bertawassul) adalah sunnah
hukumnya, mendapat pahala jika dilakukan.
12. Masjid di seluruh dunia adalah sama derajatnya kecuali tiga masjid yang lebih tinggi
derajatnya yaitu Masjidil Haram di Makkah, Masjid Nabawi di Madinah dan Baitul
Maqdis di Palestina.
13. Seluruh manusia adalah anak cucu Adam. Adam diciptakan dari tanah. Sedangkan
malaikat dari cahaya. Iblis diciptakan dari api.
14. Bumi dan langit itu ada. Tidak percaya adanya langit berarti keluar dari kaum
Ahlussunnah wal Jama’ah.
15. Nama Tuhan tidak boleh dibuat-buat oleh manusia tetapi harus mengikuti apa yang
telah ditetapkan oleh Tuhan sendiri dalam al-Qu`an atau Hadith. Dalam Hadits Imam
Tirmidzi dan Bukhori, nama Tuhan ada 99 jumlahnya, barang siapa yang hafal akan
masuk Surga.
16. Orang mu`min dapat menjadi kafir kembali (ridat) apabila melakukan hal-hal sebagai
berikut:
1. Ragu-ragu terhadap adanya Allah, terhadap kerasulan Muhammad SAW.,
terhadap wahyu al-Qur`an, hari qiyamat, hari akhirat dan alam ghaib lainnya,
juga ragu-ragu terhadap kejadian Isra` M’raj Nabi Muhammad SAW. dengan
ruh dan tubuhnya.
2. Beri’tiqad bahwa Allah tidak mempunyai sifat seperti ilmu, hayat, qidam dan
lainnya.
3. Beri’tiqad bahwa Allah bertubuh seperti manusia.
4. Menghalalkan hal-hal yang oleh syari’at diharamkan.
5. Mengharamkan hal-hal yang oleh syari’at dihalalkan.
6. Mengingkari suatu bentuk amaliah ibadah yang telah diwajibkan oleh syari’at.
7. Mengingkari al-Qur`an, meskipun hanya sebagian kecil dari ayat-ayatnya.
8. Mengingkari keutamaan sahabat Nabi, seperti Abu Bakar al-Shiddiq ra., Umar
bin Khottob ra. dan yang lainnya.
9. Mengi’tiqadkan ada Rasul setelah Nabi Muhammad SAW..

Murtad dalam bentuk amalan:


a. Sujud kepada selain Allah.
b. Mencaci maki Rasul-rasul dan Nabi-nabi.
c. dan lain-lain.
Murtad berupa ucapan:
a. Mengucapkan “Hai Kafir!” kepada orangIslam.
b. Memperolok-olok Nama Allah, hari akhir,Surga, Neraka, salah satu bentuk
ibadah yang telah disyari’atkan oleh Allah danRasul-Nya, Malaikat, para Nabi, para
keluarga Nabi, dan lain-lain. Sikap tawassuth dan i’tidal(tengah-tengah dan atau
keseimbangan) itulah yang menjadi ciri utama Ahlusunnahwal Jama’ah dalam Nahdltul
‘Ulama.

B. Strategi penyebaran faham Ahlusunnah Wal-Jama’ah di kampus-kampus umum


Melihat realita yang ada saat ini, tidak sedikit kampus-kampus yang terhegemoni
ataupun terjerat paham Non Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA) dan parahnya justru
mengikuti paham-paham radikal Islam yang sering diajarkan melalui media online yang tak
jelas sanad keilmuannya ataupun dari mahasiswa ke mahasiswa lainnya yang jelas tak memiliki
kapasistas pemahaman Islam di bidangnya terlebih di kampus-kampus umum pada umumnya.
Misalnya semacam paham yang masuk seperti paham-paham yang ekstream atau radikal, yaitu
salafy ikhwani, salafy yamani, haraki, dan paham salafy yang ekstream lainnya. Entah kenapa
paham Islam yang radikal itu sangat masif tumbuh dan berkembang, hingga terlihat kader PMII
dan warga Nahdliyin umumnya yang jelas menghegemoni paham Ahlussunnah Wal Jama'ah
(ASWAJA) tertinggal dan terpinggirkan dalam kampus. Pertumbuhan dan perkembangan
paham Islam yang ekstream atau radikal itu mendapatkan respon yang beragam dari berbagai
pihak. Ada yang memberikan respons positif dengan mendukung, ada yang memberi respon
reaktif-emosional, ada yang memberikan respon kreatif, dan ada juga yang merespon secara
anarkis. Sejauh ini, respon yang diberikan belum membendung, apalagi menghentikan laju
pertumbuhan gerakannya. Justru ada kecenderungan terjadi peningkatan jumlah anggota pada
berbagai organisasi kemahasiswaan Islam yang pahamnya ekstream tersebut.
Tidak menutup kemungkinan, jika hal seperti ini tidak cepat teratasi, maka akan benar-
benar hilang, bukan lagi tertinggal atau terpinggirkan nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jama'ah
(ASWAJA) tersebut di dunia kampus. Dan eksistensi paham Islam yang ekstream atau radikal
itu sesungguhnya bukan hanya merupakan ancaman bagi organisasi kemahasiswaan Islam saja,
tapi juga ancaman bagi masa depan Islam Indonesia. Idealnya Islam Indonesia merupakan
Islam yang dikenal dengan karakter ramah, toleran dan humanis. Dinamika dan pertumbuhan
Islam di Indonesia selama ratusan tahun menunjukkan bahwa Islam toleran dan damai, dapat
hidup menyatu dengan masyarakat Indonesia.(1Wasid Mansyur, Menegaskan Islam Indonesia,
Belajar dari Tradisi Pesantren dan NU, (Surabaya: Pustaka Idea, 2014), h. 41)
Dalam kerangka inilah organisasi kemahasiswaan Islam arus utama (mainstream)
terkhusus kader-kader PMII di berbagai kampus, merasakan perlu untuk memberikan respon
aktif-kreatif-konstruktif, agar paham Islam yang radikal itu tidak semakin menancapkan akar
pengaruhnya. Infiltrasi gerakan Islam radikal dilakukan secara masif, khususnya terhadap
generasi muda yang masih menduduki bangku perkuliahan, terlebih di kampus-kampus umum
yang sedikit menerima materi dan pemahaman agama Islam, namun dengan begitu tidak
mengecualikan kampus-kampus agama Islam. Oleh karena itu, salah satu upaya kader PMII
khususnya yang berada di kampus-kampus, yang menjadi benteng pertahanan terakhir paham
Islam Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA) untuk mencegah pertumbuhan dan
perkembangan paham Islam yang ekstream atau radikal itu adalah dengan strategi khusus yang
terstruktur dan sistematis, agar memungkinkan generasi muda yang ada di kampus-kampus,
yang masih menduduki bangku perkuliahan khususnya dapat mengetahui dan memahami
persoalan dengan lebih baik lagi, dan menjadi suplemen kuat benteng Ahlussunnah Wal
Jama'ah di kalangan perguruan tinggi. Yang paling utama untuk menghidupkan nilai Aswaja
di lingkungan Kampus adalah menata niat. Niatkan untuk Lii’la-i kalimatillah (meninggikan
kalimat Allah). Karena saat ini PMII terjerumus dalam pemikiran yang sangat pragmatis.
Pragmatis untuk mendapatkan kekuasaan, bahkan pragmatis juga dalam melakukan perjuangan
dakwah. Adapun beberapa strategi yang harus direalisasikan oleh kader-kader PMII khususnya
yaitu sebagai berikut :

1.) Melancarkan hegemoni faham Ahlusunnah Wal-Jama’ah melalui media-media yang ada di
kampus.
Selama ini kita terpaku kepada kepemimpinan dakwah kampus yang ada sehingga
meninggalkan pos-pos penting yang ada di kampus-kampus umum khususnya pos media.
Seperti yang telah kita pahami bersama bahwa saat ini sangat mempengaruhi pola fikir
masayarakat ataupun mahsiswa di kampus. Media disini bisa berupa media online maupun
media cetak berupa bulletin, majalah, sebaran, pamphlet dsb. Padahal banyak media yang dapat
digunakan untuk mengembangkan dakwah di kampus. Khususnya di kampus-kampus umum
yang notabene mayoritas memiliki basic pendidikan sekedar sekolah umum tanpa pernah
mendalami pemahaman Islam seperti di pesantren ataupun madrasah-madrasah seperti yang
biasa ditemukan dalam kampu-kampus Islam. Seolah-olah kalau tidak memiliki kepemimpinan
lembaga dakwah kampus, kita tidak dapat melakukan dakwah seperti semestinya padahal
lembaga dakwah yang biasa ada di kampus tidaklah memiliki jamaah ataupun effect yang besar
bagi mahasiswa-mahasiswa lainnya. Menurut penulis metode yang efektif juga dengan akhlaq
(metode hikmah kebijaksanaan), karena Nabi pun media dakwah utama ialah Uswatun
Hasanah, dan cara-cara semacam itu saat ini cukup dikontekstualisasikan melalui media-media
seperti online maupun media cetak tadi. Media lisan, lukisan atau audio visual tidak sulit kita
gunakan, setiap individu memiliki Tuhan yang ada di genggaman mereka berupa smartphone
yang tak pernah mereka lepaskan dalam setiap harinya. Melalui smartphone bisa membuat
meme islam, audio visual (melalui dubsmash atau yang lain). Media publikasi pun tidak jauh,
dapat melewati WhatsApp, Twitter, Instagram dan media-media sosial lainnya. Seperti
paradigm PMII yang kita pahami yakni paradigma menggiring arus berbasis realita.

2.) Memasuki Organisasi-organisasi keagamaan yang ada di kampus


Disini perlu juga merekrut kader-kader PMII sendiri yang paham secara mendalam
ilmu-ilmu keagamaan khususnya paham Ahlusunnah Wal-Jamaah sehingga memudahkan
mereka berbaur dengan anggota-anggota lainnya yang masih belm paham terkait paham
Ahlusunnah Wal-Jamaah. Seperti memasuki organisasi-organisasi keagamaan (LDK, atau
Lembaga Pembinaan Al-Quran dsb). Perlu ditekankan pula bagi kader-kader tersebut bahwa
selayaknya memiliki i’tikad baik untuk beribadah dan untuk mengabdi di organisaasi tersebut.
Meskipun ada maksud terselubung untuk mendakwahkan Ahlussunnah Wal Jamaah kepada
oraganisasi tersebut namun tidaklah sampai merusak atau bahkan membuat kegaduahn dalam
organisas tersebut sebab yang menjadi perhatian utama bahwa itu bukan tujuan utama. Jikapun
paham Ahlusunnah Wal-Jama’ah diteima Al hamdulillah, jika tidak diterima tidak apa-apa.
Disini prinsip tasamuh harus diterapkan juga.

3.) Mendirikan atau menginisiasi kegiatan keagamaan wadah kegiatan yang berasaskan
Ahlussunnah Wal Jamaah.
Jika organisasi keIslaman memungkinkan untuk Syiar Islam Aswaja An-Nahdliyyah
maka silahkan disyiarkan melalui LDK itu tadi, namun problem yang dihadapi adalah hal
tersebut yakni LDK yang ada di kampus-kampus umum memang mayoritas berfaham non
Aswaja sehingga menyulitkan untuk dimulai dari dalam kecuali jika kita memang berhasil
memasukan orang-orang seperti poin pertama tadi. Akan tetapi jika tidak memungkinkan
alangkah baiknya untuk membentuk lembaga keIslaman dengan label tradisi NU atautepatnya
yang berasaskan Ahlusunnah Wal-Jama’ah. Hak paling utama untuk menghidupkan nilai
Aswaja di lingkungan Kampus terutama kampus umum adalah menata niat. Hilangkan
pemikiran pragmatis tentang dakwah, pikirkan rencana jangka pendek dan rencana jangka
panjang. Perlu rasa tawadhu’ untuk mengembangkan Aswaja ala Nahdliyin dan PMII.
Rancangan ide harus jelas, dan dilakukan dengan aksi tepat dan dievaluasi secara berkala untuk
selalu memperbaiki diri. Selebihnya, ini sebatas strategi. Untuk benar-benar memperjuangkan
kehidupan nilai-nilai Aswaja di kampus umum memerlukan kerja keras. Sehingga, kampus
umum menjadi damai dan sejuk tanpa indikasi benih-benih ekstreamisme

4.) Silaturrahim ke Orda alumni pondok pesantren dan sejenisnya


Selama ini di kampus umum terdapat organisasi alumni pendok pesantren dari berbagai
daerah. Dari Bahrul Ulum Jombang, Lirboyo Kediri, Tarbiayatut Tholabah Lamongan, At-
Tanwir Bojonegoro, Nurul Jadid Probolinggo. Melalui kesamaan kultural dijalin komunikasi
dan mengadakan kegiatan bersama seperti mengaji bersama atau kegiatan lain yang
mempererat persaudaraan. Minimal bisa membantu para kader di alumni-alumni tersebut untuk
menguatkan faham islam Ahlusunnah Wal-Jama’ah sehingga bisa menjadi percontohan bagi
mahasiswa umum lainnya.
5.) Membentuk kelompok belajar mengaji Aswaja di internal PMII yang ada di kampus umum.
Mengaji kitab-kitab kuning dalam bidang aqidah, fikih, dan tasawuf secara bersamaan.
Mengaji menjadi rutinan dan dibiasakan. Dari bidang akidah, memberi keyakinan bahwa
Aswaja menjadi cara berakidah yang paling shohih dengan menjaga keberadaan nas, dan
mentakwil nas jika membelakangi pemikiran. Sehingga diperoleh cara bertauhid yang benar.
Bidang fikih, Ulama’ Aswaja menjadikan pijakan Al-Quran, Hadits, Ijma’ dan Qiyas . Hasil
ijtihadnya lazim kita ketahui dengan Imam 4 madzhab. Tasawuf ditekankan adanya maqomat
(level) tertentu. Membagi menjadi syariat, haqiqat dan ma’rifat. Zuhri membagi maqomat-
maqomat yakni: tawbah, zuhd, wara’, faqr, shabr, tawakkal, dan ridha. Dalam proses antar
tahap itu ada khowf, raja’, fana, dan fanaul fana.
Hasil kajian tidak hanya didengarkan, tetapi perlahan diamalkan. Sesekali diistiqomahkan
untuk berpuasa senin kamis, atau puasa ayyamul bith. Sehingga, penempaan diri tidak hanya
dalam urusan akal dan logika saja, tetapi juga penempaan hati melalui puasa, dzikir, wirid,
rotib dan maulid atau manaqib.

6.) Memualai dari masing-masing kader PMII itu sendiri


Peran penguatan yang ada di internal PMII mewacanakan bahwa madzhab keagamaan
dan manhaj PMII yang paling absah dalam mengapai istinbath gerakan mahasiswa. Sedangkan
di eksternal PMII, menyajikan Islam yang ramah, menarik, menyejukkan, dan menentramkan.
Sehingga melepas batas apa yang ingin dicari oleh mereka. Kadang bendel NU atau Nahdliyiin
juga harus dibredel ketika medan berbeda seperti dalam kampus-kampus umum dimana jika
terlalu menunjukan label PMII atau disini NU akan sulit diterima oleh mahasiswa-mahasiswa
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai